DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN RTBL LEITIMUR

1.1 LATAR BELAKANG

Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan yang bertujuan mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan lingkungan yang tertata, berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi dan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya penyusunan dokumen RTBL, selain sebagai pemenuhan aspek legal- formal, yaitu sebagai produk pengaturan pemanfaatan ruang serta penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan terpilih, juga sebagai dokumen panduan/pengendali pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan kawasan terpilih supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingskungan yang berkelanjutan meliputi: pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan, peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan pelindungan lingkungan, serta peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.

Selain hal tersebut RTBL mempunyai manfaat untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/ kawasan, menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan, menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan. Konsep kota hijau (kota berkelanjutan) merupakan kota yang dibangun Selain hal tersebut RTBL mempunyai manfaat untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/ kawasan, menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan, menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan. Konsep kota hijau (kota berkelanjutan) merupakan kota yang dibangun

RTBL adalah sebuah produk pengaturan yang disusun diharapkan dapat mensinergikan seluruh perencanaan yang ada di suatu kawasan sehingga dapat mendukung dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kota hijau yang berkelanjutan. RTBL adalah juga merupakan upaya konservasi kawasan berskala lingkungan dalam dokumen yang disusun sesuai Pedoman RTBL (Permen PU No. 06/PRT/M/2007). Upaya tersebut diharapkan tercapai dengan fokus pada penciptaan ide-ide kreatif sebagai target hijau kawasan yang:

1. Menciptakan suasana kondusif dalam rangka pembangunan bangunan gedung hijau;

2. Fokus pada desain lingkungan yang dapat menghemat penggunaan sumber daya tak terbarukan/fossil fuel; dan

3. Pendetilan tata cara pelaksanaan di tingkat basis masyarakat untuk mencapai target sasaran ‘hijau’di wilayahnya.

1.2 PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN RTBL

1.2.1 Pengertian RTBL

Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian yang terkait dengan penyusunan RTBL yang bersumber dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, yaitu :

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

3. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

4. Perencanaan kota adalah kegiatan penyusunan rencana-rencana kota maupun kegiatan peninjauan kembali atas rencana kota yang telah ada untuk disesuaikan dengan kondisi dan situasi kebutuhan pengembangan kota untuk masa tertentu.

5. Strategi pengembangan adalah langkah-langkah sistematis penataan bangunan dan lingkungan serta pengelolaan kawasan yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi pembangunan/penataan kawasan yang telah ditetapkan.

6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah, yang meliputi struktur dan pola ruang wilayah, serta kriteria dan pola pengelolaan kawasan wilayah.

7. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

8. Peran masyarakat adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela di dalam proses perumusan kebijakan dan pelaksanaan keputusan dan/atau kebijakan yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat pada setiap tahap kegiatan pembangunan (perencanaan, desain, implementasi, dan evaluasi).

1.2.2 Kedudukan RTBL

Dalam pelaksanaan, sesuai kompleksitas permasalahan kawasannya, RTBL juga dapat berupa :

• Rencana aksi/kegiatan komunitas (community-action plan/CAP); • Rencana penataan lingkungan (neighbourhood-development plan/NDP), • Panduan rancang kota (urban-design guidelines/UDGL).

Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan Dokumen RTBL harus merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun wilayah. Kedudukan dokumen RTBL dalam hirarkhi perencanaan tata ruang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

a) Kedudukan RTBL – Rencana Tindak ( MP dan DED) RTBL merupakan panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan. Sedangkan rencana tindak merupakan bentuk rencana implementasi fisik dari sub kawasan RTBL. Di dalam rencana tindak dibedakan menjadi beberapa program, yaitu:

• Penataan Kawasan Ruang Terbuka Hijau • Revitalisasi Kawasan • Penataan Permukiman Tradisional dan Bersejarah • Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

Oleh karena itu, agar implementatif di lapangan, maka panduan di dalam RTBL perlu dijabarkan ke dalam bentuk master plan dan DED, seperti diagram dibawah ini;

Rencana Tindak 1. Penataan Ruang Terbuka Hijau 2. Revitalisasi Kawasan 3. Penataan Permukiman Tradisional dan Bersejarah 4. Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

RTBL KAWASAN

Master Plan

Kawasan

DED (Detailed Engineering Design)

Sedangkan area perencanaannya, lokasi DED merupakan bagian dari area perencanaan Master Plan. Area perencanaan Master Plan merupakan bagian dari area perencanaan RTBL seperti diagram berikut ini

Deliniasi Wilayah Perencanaan RTBL

Deliniasi Area Perencanaan Master Plan

Deliniasi Lokasi DED

b) Luasan Area Perencanaan

RTBL

Rencana Tindak

(Permen PU 06/2007)

(Permen PU 18/2011)

Master Plan Kawasan

DED

Kawasan perencanaan mencakup

1. kawasan dengan Luas kawasan < 20 Ha

suatu lingkungan/kawasan dengan

kompleksitan permasalahan

luas 5-60 hektar (Ha) dengan

sedang dengan luasan < 20

Ha

ketentuan sebagai berikut

1. kota metropolitan dengan

2. Kawasan dengan

luasan minimal 5 Ha

kompleksitas permasalahan

2. kota besar/sedang dengan

rendah dengan luasan 20-5-

Ha

luasan 15-60 Ha

3. kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha 3. kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha

RTBL

Rencana Tindak

Permen PU

Permen PU

Permen PU

Tradisional

Permen PU 25/2008

1. Kota warisan 1. Rekomendasi berkembang

1. Kawasan baru

1. Bangunan/

teknis dari cepat

perumahan

budaya

instansi 2. Kawasan

2. Lingkungan/

(heritage

pemadam terbangun

permukiman

town )

kebakaran 3. Kawasan

3. Kota/

2. Kota lama

perkotaan

(old town)

RTRW pada

pencegahan dan bencana

kebakaran serta gabungan

5. Kawasan

4. Permukiman

bencana lain atau

kumuh

3. analisis resiko campuran

5. Kawasan/

kebakaran dan daei keempat

permukiman

bencana yang jenis kawasan

yang

pernah terjadi tersebut

memperhatikan rencana pengembangan provinsi/ kabupaten/ kota

d) Materi Pokok Pengaturan

RTBL

Rencana Tindak

Permen PU

Permen PU

Permen PU

Tradisional

Permen PU 25/2008

1. Kriteria bangunan dan

1. RTH

1. Langkah-

2. lingkup kegiatan lingkungan

Pekarangan

langkah

3. identifikasi 2. rencana umum

2. RTH Taman

identifikasi

dan Taman

lokasi

resiko

dan panduan

3. Hutan Kota

permasalahan teri a investasi

4. Sabuk Hijau

2. studi dan

5. RTH Jalur pengembangn

5. rekomendasi

6. lampiran pengendalian

4. ketentuan

Hijau Lahan

a konsep

6. RTH Fungsi

rencana detail

konstruksi 5. pengelolaan dan 6. pemasaran konstruksi 5. pengelolaan dan 6. pemasaran

RTBL

Rencana Tindak

Permen PU

Permukiman RISPK 06/2007

RTH

Revitalisasi

Permen PU 05/2008

Permen PU 18/2010

Tradisional Permen PU & Sejarah

1. Perbaikan

1. Pencegahan Kawasan

1. Pada bangunan/ 1. Rencana Revitalisasi

kebakaran 2. Pengembalian

perumahan

berdasarkan RTBL

2. Pemberdaya Kawasan

a. RTH Pekarangan

(Penataan Bangunan

an peran 3. Pembangunan

i.

Pekarangan

dan Lingkungan

masyrakat Baru Kawasan

Rumah Besar

dalam Tema

3. pemadaman 4. Pelestarian/

ii.

Pekarangan

Revitalisasi Kawasan

kebakaran Perlindungan

Rumah Sedang

2. Master Plan

4. penyelamata kawasan

iii.

Pekarangan

Revitalisasi Kawasan

Rumah Kecil

(meliputi Rencana

n dan jiwa

b. RTH Halaman Umum dan Panduan

dan harta

Kantor, toko dan

Desain)

benda

3. Rancangan Tapak

tempat usaha

c. RTH dalam bentuk 4.

Program Investasi

as

taman atap bangunan

Revitalisasi dan

(roof garden)

Rencana Tindak

a 2. Pada

Keuangan serta

Lingkungan/Permukiman

Rencana Tindak

an

a. RTH Taman Rukun 5. Kelembagaan

b. RTH taman Rukun 6. Draft Surat Keputusan

e Warga

/ SK Kepala Daerah

el

c. RTH Taman 7. Penyusunan Rencana

od

Kelurahan

Detail Pelaksanaan

d. RTH Taman Kecamatan

3. Kota/ Perkotaan a. RTH Taman Kota b. RTH Hutan Kota c. Sabuk Hijau d. RTH Jalur Hijau Jalan e. RTH Ruang Pejalan Kaki f. RTH di bawah Jalan Layang g. RTH Fungsi Tertentu (sempadan Rel KA, Tegangan Tinggi, Sungai dan Pantai, Air Baku/ Mata Air, Pemakaman)

f) Pemilihan kawasan RTBL1 adalah sebagai berikut: • Sumber dan Acuan yang digunakan

o Sumber langsung adalah individu yang mewakili pemerintah pusat maupun

daerah yang memiliki otoritas untuk menentukan pembangunan suatu wilayah, terutama jika kwasan tersebut membutuhkan penanganan dalam jangka waktu yang mendesak.

o Acuan merupakan sumber tidak langsung dan merupakan rencana pembangunan provinsi, kabupaten/kota, antara lain:

• RTRW Nasional, RTRW Pulau • RTRW Provinsi, RTR Kawasan Strategis Provinsi • RTRW Kabupaten/Kota, RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) • Rencana Pembangunan Tahunan di Daerah (RPJM, RPIJM,

dokumen Musrembang, dll)

• Skala Prioritas Untuk kejelasan dan dasar pemilihan, setiap kawasan yang diusulkan sebaiknya memenuhi beberapa kriteria yang dianalisis dengan memperhatikan kriteria berikut ini;

o Ekonomi (masyarakat maupun vitalitas kawasan) o Keamanan o Kemasyarakatan o Densitas penduduk dan bangunan o Peruntukan lahan o Kondisi bangunan eksisting o Sistem sirkulasi dan aksesibilitas o Kualitas dan kuantitas ruang publik dan ruang terbuka hijau o Kualitas Lingkungan o Komponen sektor ke-PU-an

• Sumber Pendanaan

o Sumber pendanaan untuk pelaksanaan penyusunan RTBL secara ideal

difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. o Keterbatasan dana pelaksanaan akan didukung oleh sumber penerimaan lain

seperti: • Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) • Investasi swasta/masyarakat

g) Usulan lokasi Kawasan RTBL dibawa ke forum focussed group discussion (FGD) untuk menentukan lokasi kawasan terpilih dan disepakati delineasi area perencanaan RTBL, Master Plan dan lokasi DED.

h) Keluaran Pekerjaan, sesuai dengan Permen PU 06/2007 sebagai acuan dari dokumen RTBL dan juga Permen PU 18/2011 sebagai acuan dari dokumen Rencana Tindak,maka keluaran pekerjaan dapat berupa

RTBL

Rencana Tindak

(Permen PU 06/2007)

(Permen PU 18/2011) Master Plan Kawasan

DED

1. Rencana Umum

1. Rencana Umum

1. Konsep Rancangan

a. Struktur Peruntukan

a. Rencana batasan/ 2. Pra Rancangan

Lahan

3. Pengembangan Desain b. Intensitas Pemanfaatan

deliniasi kawasan

4. Rancangan Gambar Detail Lahan

b. rencana desain tapak

(kawasan) Rencana Prasarana dan Sarana yang dapat c. Tata Bangunan

diwujudkan melalui DED d. Sistem Sirkulasi dan

akses, sirkulasi dan jalur

a. Pembangunan/peningkatan Jalur Penghubung

penghbung

c. Rencana struktur jalan lingkungan, dengan e. Sistem Ruang Terbuka

lebar jalan maksimal 3 meter dan Tata Hijau

Kawasan

b. Pembangunan/Peningkatan f. Tata Kualitas (figure ground plan,

d. Rencana tata bangunan

saluran lingkungan, dengan Lingkungan

dimensi penampang saluran g. Sistem Prasarana dan

rencana bentuk ruang

kawasan, rencana drainase 40x60 cm Utilitas Lingkungan

disesuaikan dengan 2. Panduang Rancangan

tipologi bangunan)

intensitas curah hujan a. Panduang Rancangan

e. Rencana ruang terbuka

c. Pembangunan/Peningkatan Tiap Blok f. Rencana tata kualitas

dan tata hijau

ruang terbuka publik (Plaza) Pengembangan

sarana/prasarana b. Simulasi Rancangan Tiga

lingkungan meliputi beserta

pendukungnya (gazebo, Dimensional

identitas lingkungan,

lampu taman/pedestrian, 3. Rencana Investasi

orientasi lingkungan,

tugu/monumen, dll) 4. Ketentuan Pengendalian

wajah jalan

d. Pembangunan/Peningkatan Rencana

g. rencana prasarana dan

utilitas lingkungan

jalan pedestrian

e. Pembangunan kios pedagang Pelaksanaan

5. Pedoman Pengendalian

h. rencana tata letak sarana

kawasan

semi permanen

6. Pembinaan Pelaksanaan

f. Pembangunan/Peningkatan 7. Ketentuan Penutup

2. Panduan

desain (design

guidelines), merupakan gerbang kawasan penjelasan lebih rinci atas

g. Rehabilitasi (konservasi)

rencana umum, berupa

bangunan adat/tradisional

arahan bentuk, dimensi,

milik umum (Pemerintah

gubahan massa, perletakan

Daerah) dan/atau masuk ke

dari komponen perlengkapan

dalam Daftar Bangunan

kawasan yang dibutuhkan

Cagar Budaya, sesuai dengan peryaratan pelestarian bangunan

h. Taman Kota atau Taman Bermain beserta kelengkapan sarana dan prasarananya seperti lapangan olah raga badan air, ram aksesibilitas, trek jogging, pedestrian ways, sitting group, wc umum, lampu taman, rumah pompa dll

i) Skala Peta

RTBL (Permen PU 06/2007)

Rencana Tindak (Permen PU 18/2011)

1.3 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN RTBL

1.3.1 Maksud Penyusunan RTBL

Maksud dari penyusunan dokumen RTBL adalah sebagai dokumen panduan umum yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan tata bangunan dan lingkungan dari suatu kawasan tertentu baik di perkotaan maupun di perdesaan.

1.3.2 Tujuan Dan Sasaran RTBL

Tujuan Penyusunan RTBL ini adalah terarahnya penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di kawasan Teluk Ambon, Kecamatan Leitimur Selatan Provinsi Maluku, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagaimana diamanatkan oleh UURI No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung sebagai dokumen pengendali dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan yang tertentu sehingga memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal dengan memperhatikan konteks lingkungannya, meliputi:

1. Pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan;

2. Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik;

3. Perwujudan pelindungan lingkungan, serta;

4. Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.

Sedangkan Sasaran Penyusunan RTBL sendiri antara lain adalah

1. Tersusunnya Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Teluk Ambon, Kec. Leitimur Selatan sesuai dengan Pedoman Penyusunan RTBL yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007, yang dapat digunakan sebagai panduan dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan di kawasan tersebut;

2. Tersusunnya Naskah Peraturan Bupati/Walikota tentang penetapan Dokumen RTBL pada Kawasan Teluk Ambon, Kec. Leitimur Selatan sebagai produk pengaturan yang legal di kawasan tersebut.

1.4 LINGKUP DAN BAHASAN STUDI

1.4.1 Ruang Lingkup Kegiatan

Berikut adalah ruang lingkup kegiatan terkait dengan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Teluk Ambon Kecamatan Leitimur Selatan Provinsi Maluku sesuai dengan kerangka acuan kerja yang telah disepakati bersama

a. Rapat Koordinasi Awal (Kick off Meeting) Kegiatan Penyusunan RTBL di Provinsi

Segera setelah proses kontrak antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan pihak penyedia jasa konsultan RTBL selesai, akan diadakan rapat awal untuk koordinasi sebelum memulai pekerjaan penyusunan RTBL di Provinsi. Rapat akan diselenggarakan oleh PPK Pembinaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Maluku Pada rapat tersebut akan disampaikan hal-hal sebagai berikut:

- Penjelasan lingkup tugas konsultan penyusunan RTBL; - Penjelasan tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan; - Penjelasan deliniasi kawasan studi; - Jadwal penyampaian dan pembahasan laporan; - Perkenalan tenaga ahli Tim Penyedia Jasa; dan - Penjelasan sistem koordinasi antara penyedia jasa dengan tim teknis yang

terdiri dari unsur Pemerintah Pusat, Satker PBL Provinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota.

b. Penyusunan Laporan Pendahuluan

Segera setelah rapat koordinasi awal, tim tenaga ahli konsultan RTBL segera menyusun Laporan Pendahuluan serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat Laporan Pendahuluan di tingkat Kabupaten/Kota pada lokasi kawasan studi RTBL dengan mengundang tim teknis Provinsi dan Pusat, Narasumber Provinsi (berasal dari SKPD Terkait dan/atau Perguruan Tinggi Lokal / Praktisi terkait bidangnya), serta unsur Pemerintah Daerah termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya di Kabupaten/Kota. Pada Pembahasan Laporan Pendahuluan harus disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Pendahuluan yang berisi kesepakatan terhadap substansi Laporan Pendahuluan.

c. Pelaksanaan Survey oleh Tim Konsultan (Penyusunan peta delineasi, peta 1:1.000 dengan Status 6 bulan terakhir )

Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli konsultan RTBL segera melaksanakan survey lokasi sesuai dengan rencana survey yang telah ditetapkan pada pembahasan Laporan Pendahuluan. Dalam pelaksanaan survey tim konsultan diharapkan dapat mengidentifikasi deliniasi kawasan studi dengan potensi-potensi yang ada dan rencana umum blok pengembangan dan panduan rancang bangun di dalam lokasi kawasan RTBL .

d. Pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I)

Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu setelah dilaksanakan Survey, tim tenaga ahli konsultan RTBL segera mengagendakan dan menyelenggarakan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) di tingkat Kabupaten/Kota pada lokasi kawasan studi RTBL dengan mengundang tim teknis Provinsi , Narasumber Provinsi (berasal dari SKPD Terkait dan/atau Perguruan Tinggi Lokal / Praktisi terkait bidangnya serta unsur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta komunitas masyarakat yang terkait dengan studi RTBL di tingkat lokal . Dalam Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) tersebut tim tenaga ahli konsultan RTBL menyampaikan hasil survey awal lokasi untuk dapat dikonfirmasi oleh pihak terkait serta mengidentifikasi sebanyak- banyaknya aspirasi daerah terkait keterpaduan pembangunan di lokasi studi dari masing-masing pihak pemangku kepentingan di daerah yang akan diselaraskan menggunakan perangkat berupa Dokumen RTBL. Di akhir pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) wajib disusun Berita Acara FGD-I yang ditandatangani bersama oleh peserta yang memuat kesepakatan bersama sebagai berikut:

- Pengesahan deliniasi kawasan studi oleh pihak berwenang Pemerintah Kabupaten/Kota; - Identifikasi potensi dan permasalahan lokal kawasan serta penetapan visi dan misi pada kawasan RTBL; - Draft Sistematika Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi;

- Draft Sistematika Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); - Draft materi RTBL pada bab ‘Program Bangunan dan Lingkungan’ dan bab ‘Rencana Umum dan Panduan Rancangan; dan - Berita Acara FGD-I harus diberikan kepada Tim Teknis Pusat dan Provinsi.

e. Penyusunan Laporan Antara

Segera setelah dilaksanakannya survey lokasi dan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I), tim tenaga ahli konsultan RTBL segera menyusun Laporan Antara serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat Pembahasan Laporan Antara yang setidaknya memuat materi hasil pelaksanaan survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I).

f. Rapat Pembahasan Laporan Antara

Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli konsultan RTBL segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat Laporan Antara dengan mengundang tim teknis Provinsi dan Pusat , Narasumber Provinsi (berasal dari SKPD Terkait dan/atau Perguruan Tinggi Lokal / Praktisi terkait bidangnya), serta unsur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya, unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta unsur asosiasi/komunitas masyarakat yang terkait dengan studi RTBL di tingkat lokal. Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan di tingkat Kabupaten/Kota pada lokasi kawasan studi RTBL dengan pengundang Rapat Pembahasan Laporan dari Pemerintah Kabupaten/Kota (Walikota / Bupati / Sekda Kabupaten/Kota). Dalam rapat pembahasan Laporan Antara tersebut tim tenaga ahli konsultan RTBL menyampaikan hasil pelaksanaan survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) dalam bentuk Laporan Antara. Di akhir pelaksanaan Pembahasan Laporan Antara wajib disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Antara dan Notulensinya yang pada intinya merupakan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama hasil pemaparan Laporan Antara yang perlu ditindaklanjuti oleh konsultan dalam rangka penyempurnaan Laporan Antara dan ditandatangani bersama oleh peserta yang hadir. Segera setelah Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli konsultan RTBL segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat Laporan Antara dengan mengundang tim teknis Provinsi dan Pusat , Narasumber Provinsi (berasal dari SKPD Terkait dan/atau Perguruan Tinggi Lokal / Praktisi terkait bidangnya), serta unsur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya, unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta unsur asosiasi/komunitas masyarakat yang terkait dengan studi RTBL di tingkat lokal. Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan di tingkat Kabupaten/Kota pada lokasi kawasan studi RTBL dengan pengundang Rapat Pembahasan Laporan dari Pemerintah Kabupaten/Kota (Walikota / Bupati / Sekda Kabupaten/Kota). Dalam rapat pembahasan Laporan Antara tersebut tim tenaga ahli konsultan RTBL menyampaikan hasil pelaksanaan survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) dalam bentuk Laporan Antara. Di akhir pelaksanaan Pembahasan Laporan Antara wajib disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Antara dan Notulensinya yang pada intinya merupakan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama hasil pemaparan Laporan Antara yang perlu ditindaklanjuti oleh konsultan dalam rangka penyempurnaan Laporan Antara dan ditandatangani bersama oleh peserta yang hadir. Segera setelah

g. Pelaksanaan Focus Group Discussion Kedua (FGD-II)

Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim tenaga ahli konsultan RTBL segera mengagendakan dan menyelenggarakan Focus Group Discussion Kedua (FGD-II) di tingkat Kabupaten/Kota pada lokasi kawasan studi RTBL dengan mengundang tim teknis Provinsi, Narasumber Provinsi (berasal dari SKPD Terkait dan/atau Perguruan Tinggi Lokal / Praktisi terkait bidangnya serta unsur Pemerintah Daerah termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta komunitas masyarakat yang terkait dengan studi RTBL di tingkat local. Dalam Focus Group Discussion Kedua (FGD-II) tersebut tim konsultan menyampaikan hasil pekerjaan sementara sebagai berikut:

- Rancangan Laporan Draft Akhir mencakup materi dokumen RTBL sesuai

dengan ketentuan pada Peraturan Menteri No. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yaitu:

i. Program Bangunan dan Lingkungan; ii.

Rencana Umum dan Panduan Rancangan; iii.

Rencana Investasi; iv.

Ketentuan Pengendalian Rencana; dan v.

Pedoman Pengendalian Pelaksanaan. - Draft Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan

Studi dan Lembar Asistensi Draft Peraturan tersebut dengan SKPD terkait (meliputi tanggal, hal – hal yang memerlukan perbaikan, ttd yang memberikan asistensi).

Di akhir pelaksanaan Focus Group Discussion Kedua (FGD-II) tim tenaga ahli konsultan RTBL wajib menyusun Berita Acara FGD-II dan Notulennya yang ditandatangani bersama oleh peserta FGD-II yang memuat catatan dan masukan serta kesepakatan bersama terhadap dokumen-dokumen tersebut diatas. Berita Acara FGD-II harus diberikan kepada Tim Teknis Pusat dan Provinsi.

h. Penyusunan Laporan Draft Akhir

Setelah pelaksanaan Focus Group Discussion Kedua (FGD-II), tim tenaga ahli konsultan segera menyusun dan melakukan perbaikan masukan-masukan yang disebutkan di dalam Berita Acara FGD-II dan segera menyusun Laporan Draft Akhir serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat Pembahasan Laporan Draft Akhir yang memuat materi, sebagai berikut:

- Laporan Draft Akhir mencakup materi dokumen RTBL sesuai dengan

ketentuan pada Peraturan Menteri No. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yaitu:

i. Program Bangunan dan Lingkungan; ii.

Rencana Umum dan Panduan Rancangan; iii.

Rencana Investasi; iv.

Ketentuan Pengendalian Rencana; dan v.

Pedoman Pengendalian Pelaksanaan. - Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi yang telah diperbaiki sesuai dengan Hasil FGD-II dengan melampirkan Lembar Asistensi Draft Peraturan tersebut dengan SKPD (Bagian Hukum dan Dinas terkait), meliputi tanggal, hal – hal yang memerlukan perbaikan, tindak lanjut perbaikan dan ttd yang memberi persetujuan perbaikan telah diterima.

i. Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Draft Akhir

Pembahasan Laporan Draft Akhir diselenggarakan di tingkat Kabupaten/Kota pada lokasi kawasan studi RTBL dengan pengundang Rapat Pembahasan Laporan dari Pemerintah Kabupaten/Kota (Walikota / Bupati / Sekda Kabupaten/Kota). Adapun yang diundang adalah tim teknis Provinsi dan Pusat , Narasumber Provinsi (berasal dari SKPD Terkait dan/atau Perguruan Tinggi Lokal / Praktisi terkait bidangnya), serta unsur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya, unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta unsur asosiasi/komunitas masyarakat yang terkait dengan studi RTBL di tingkat lokal. Pada tahap ini tim tenaga ahli konsultan didampingi dengan tim teknis Provinsi dan Pusat menyampaikan paparan yang lengkap dan utuh mencakup keseluruhan materi

Dokumen RTBL, dan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi di hadapan kepala daerah (Bupati/Walikota) beserta jajarannya. Adapun hasil dari paparan ini ialah pernyataan tertulis “disetujui” atau “disetujui dengan catatan” keseluruhan dokumen tersebut oleh kepala daerah (Bupati/Walikota) yang dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Laporan Draft Akhir dan ditandatangani bersama oleh kepala daerah (Bupati/Walikota), Tim Teknis Pusat dan Provinsi serta Tim Tenaga Ahli Konsultan RTBL dan diserahkan ke Tim Teknis Pusat dan Provinsi. Serta perlu diterbitkan surat pernyataan segera akan disahkan menjadi Peraturan Bupati/Walikota dalam Tahun 2014.

j. Penyempurnaan Laporan Draft Akhir

Segera setelah pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Draft Akhir, tim tenaga ahli konsultan segera bekerja menyempurnakan seluruh dokumen penyusunan RTBL berdasarkan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama pada saat dilaksanakannya rapat pembahasan Laporan Draft Akhir.

k. Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Akhir

Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim Penyedia Jasa segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat Pembahasan Laporan Akhir di Pusat dengan mengundang seluruh tim teknis Provinsi dan Pusat dan Narasumber Provinsi (berasal dari SKPD Terkait). Rapat Pembahasan Laporan Akhir diadakan di tingkat pusat dengan agenda finalisasi keseluruhan dokumen produk penyusunan RTBL, sebagai berikut

- Laporan Akhir mencakup materi dokumen RTBL sesuai dengan ketentuan

pada Peraturan Menteri No. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yaitu:

i. Program Bangunan dan Lingkungan; ii.

Rencana Umum dan Panduan Rancangan; iii.

Rencana Investasi; iv.

Ketentuan Pengendalian Rencana; dan v.

Pedoman Pengendalian Pelaksanaan. - Final Dokumen Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi (dan melampirkan persetujuan dari Pemerintah Daerah) .

Di akhir rapat pembahasan laporan akhir disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Akhir yang memuat catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama dengan tim teknis terkait penyempurnaan keseluruhan dokumen tersebut diatas dan diserahkan ke Tim Teknis Provinsi dan Pusat.

l. Proses Legalisasi/Penandatanganan Produk Dokumen RTBL

Setelah seluruh catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Laporan Akhir ditindaklanjuti oleh tim tenaga ahli konsultan, seluruh dokumen produk penyusunan RTBL tersebut diatas segera disampaikan ke Pemerintah Daerah untuk mendapat legalisasi dalam bentuk penandatanganan oleh pihak-pihak terkait sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Apabila proses penandatanganan membutuhkan waktu lebih dan diperkirakan akan selesai melebihi Tahun Anggaran 2014, maka tim tenaga ahli konsultan RTBL diminta untuk membuat Berita Acara Serah Terima Dokumen RTBL yang ditandatangani oleh unsur pihak Pemerintah Daerah yang berwenang. Berita Acara Serah Terima Dokumen ini digunakan sebagai bukti telah selesainya serangkaian proses penyusunan RTBL yang telah menghasilkan keseluruhan produk RTBL yang telah diterima oleh pihak Pemerintah Daerah

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

Output dari kegiatan ini adalah tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) pada Kawasan Teluk Ambon, Kec. Leitimur Selatan sesuai dengan Pedoman Penyusunan RTBL yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007, yang dapat digunakan sebagai panduan dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan di kawasan tersebut. Sedangkan deliniasi ruang lingkup area penerapannya adalah wilayah jazirah Teluk Ambon yang terdapat di Kecamatan Leitimur Selatan.

1.5 TAHAPAN PENYUSUNAN RTBL

Metoda pelaksanaan penyusunan dokumen rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kawasan Teluk Ambon Kecamatan Leitimur Selatan Provinsi Maluku, secara garis besar meliputi beberapa kegiatan antara lain :

• Melakukan penyusunan program kerja (alur pikir dan jadwal) dan penyusunan instrumen pendataan dan analisis.

• Mengkaji dan merumuskan kembali kebijakan, peraturan, standar, pedoman dan kriteria serta landasan teori tentang penataan bangunan dan lingkungan. • Mengkaji peraturan daerah dan dokumen perencanaan daerah terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan, diantaranya adalah Rencana Tata Ruang, Peraturan Daerah Bangunan Gedung, Dokumen/Rencana Penataan Kawasan terkait, rencana pembangunan infrastruktur dan bangunan di sekitar lokasi perencanaan, dll.

• Mengkaji lokasi perencanaan (delineasi) kawasan dalam konteks penataan bangunan dan lingkungan sekitarnya sesuai dengan seluruh dokumen rencana tata ruang yang tersedia.

• Melakukan kegiatan pendataan, analisis kawasan dan wilayah perencanaan, dan penyusunan konsep sesuai dengan Uraian Kegiatan. Setiap pengadaan data dan informasi harus diupayakan oleh Pelaksana (Konsultan Perencana), namun sepanjang tersedia, Instansi Teknis terkait di Provinsi dan Kabupaten dapat mendukung pengadaan data dimaksud terutama bagi data dan informasi yang tersedia dalam jangkauan kewenangan. Untuk setiap data diharapkan terdapat lebih dari 1 (satu) alternatif atau referensi data, sedangkan yang bersifat peraturan perundang-undangan yang berlaku harus diperoleh secara lengkap dan mutakhir.

• Materi pokok penyusunan RTBL sebagai berikut (mengacu pada arahan Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) : o Program Bangunan dan Lingkungan; o Rencana Umum dan Panduan Rancangan; o Rencana Investasi; o Ketentuan Pengendalian Rencana; o Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

• Menyusun Konsep Keputusan Bupati dan/atau Peraturan Daerah tentang Pemberlakuan Dokumen RTBL Kawasan yang dimaksud. Secara garis besar tahapan kegiatan yang akan dilakukan antara lain:

• Penetapan strategi dan program pencapaian sasaran kegiatan; • Pengumpulan data dan informasi terutama referensi peraturan tentang

penyelenggaraan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di tingkat Kabupaten penyelenggaraan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di tingkat Kabupaten

• Pengolahan data dan pengembangan alternatif konsep pola pikir dan struktur materi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan serta penyusunan Rancangan/Konsep Peraturan Bupati dan/atau Peraturan Daerahnya;

• Pembahasan di tingkat Kota dan Provinsi bersama dengan Tim Teknis dan instansi teknis terkait; • Pembahasan bersama dengan Tim Teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan; • Pembahasan dalam bentuk Diskusi, yang melibatkan seluruh pelaku pembangunan

penataan bangunan dan lingkungan, baik dari Sektor Pemerintah (Daerah/SKPD terkait) maupun Sektor Dunia Usaha, Asosiasi Profesi dan Akademisi. Tahap ini akan dilaksanakan setelah proses/tahap pembahasan sebelumnya telah dapat diselesaikan.

1.6 LANDASAN HUKUM DAN PERUNDANGAN

Penyusunan RTBL pada dasarnya bertitik tolak atau mengacu kepada peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat penyusunan dokumen rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kawasan Teluk Ambon Kecamatan Leitimur Selatan Provinsi Maluku ini disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;

3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

4. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang;

5. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung;

6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup;

7. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah;

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

11. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di KawasanPerkotaan;

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/.2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan;

14. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 03/SE/M/2009 tentang Modul Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

16. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;

17. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan;

18. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 01/SE/DC/2009 perihal Modul Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

19. Peraturan Daerah/Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada Kabupaten/Walikota tempat lokasi studi; dan

20. Peraturan Daerah/Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung pada Kabupaten/Walikota tempat lokasi studi.

1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk mencapai maksud dan tujuan dari penyusunan buku laporan pendahuluan dari penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Teluk Ambon Kecamatan Leitimur Selatan Provinsi Maluku ini secara sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi yang berisikan lokasi dan materi studi, kemudian pengertian Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi yang berisikan lokasi dan materi studi, kemudian pengertian

Bab II TINJAUAN KEBIJAKAN

Pada bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka terkait penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan juga tinjauan kebijakan yang mendukung rencana kegiatan Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Teluk Ambon Kecamatan Leitimur Selatan Provinsi Maluku, dimana kebijakan tersebut meliputi RTRW Kota Ambon dan RDTR Kecamatan Leitimur Selatan

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pendekatan dan metodologi yang digunakan di dalam keseluruhan penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Teluk Ambon Kecamatan Leitimur Selatan Provinsi Maluku.

BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN PERENCANAAN

Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran umum kawasan perencanaan yang meliputi delineasi kawasan perencanaan, fungsi dan kedudukan kawasan dalam lingkup makro, isu perkembangan, kondisi fisik lingkungan dan kondisi kawasan dan wilayah perencanaan yang meliputi perkembangan sosial-kependudukan, aspek legal konsolidasi lahan perencanaan, struktur peruntukan lahan, kondisi intensitas lahan, kondisi tata massa bangunan, kondisi sirkulasi dan jalur penghubung, daya dukung prasarana dan fasilitas lingkungan

BAB V RENCANA KERJA DAN ORGANISASI PROYEK

Pada bab ini berisikan mengenai rencana penyelesaian pekerjaan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Teluk Ambon Kecamatan Leitimur Selatan Provinsi Maluku, meliputi organisasi dan tata laksana pekerjaan, serta sistematika keseluruan pelaporan.

BAB VI PENUTUP

2.1 TEORI PERATURAN ZONASI (ZONING REGULATION)

Penyusunan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang suatu kawasan baik kawasan budidaya - salah satunya adalah kawasan pariwisata - maupun kawasan lindung, dilakukan berdasarkan suatu aturan yang diterjemahkan dalam bentuk zoning regulation (UU No. 26 Tahun 2007). Penetapan zoning regulation di dimaksudkan untuk membantu memastikan bahwa penggunaan lahan pada kawasan fungsional tersebut berada pada tempat yang benar dan tersedia ruang yang cukup untuk setiap jenis pengembangan atau penggunaan lahan termasuk semua kegiatan penunjangnya yang telah ditetapkan.

2.1.1 Tujuan Peraturan Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation)

Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Mengatur keseimbangan keserasian pemanfaatan ruang dan menentukan program tindak operasional pemanfaatan ruang atas suatu satuan ruang;

2. Melindungi kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat;

3. Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan;

4. Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasil guna serta mendorong partisipasi masyarakat (pengendalian pemanfaatan ruang : pengaturan perijinan).

2.1.1 Kedudukan Peraturan Pemanfaatan Ruang

Kedudukan aturan pola pemanfaatan ruang dalam penataan ruang diuraikan dalam diagram alir pada berikut ini.

Gambar 2. 1 Kedudukan Zoning Regulation Dalam Pemanfaatan Ruang

RTRW Kota

RTRK / RTBL

2.1.3 Materi Peraturan Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation)

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ditetapkan berdasarkan kondisi kawasan perkotaan yang direncanakan. Semakin besar dan semakin kompleks kondisi suatu kawasan fungsional, semakin beragam jenis-jenis zona yang harus diatur. Pedoman ini meliputi Aturan Pola Pemanaatan Ruang (Zoning Regulation), yang terdiri dari pengaturan zona dasar (kawasan fungsional) sebagai berikut :

• Kawasan permukiman, • Kawasan perdagangan dan jasa, • Kawasan industri, dan • Kawasan ruang terbuka.

Kawasan-kawasan tersebut dibagi atas beberapa Zona. Jenis zona tergantung kepada kompleksitas kegiatan pembangunan kawasan yang bersangkutan. Semakin beragam jenis kegiatan pada suatu kawasan, maka kategori zona akan semakin banyak.

Penetapan kawasan mengidentifikasi penggunaan-penggunaan yang diperbolehkan atas kepemilikan lahan dan peraturan-peraturan yang berlaku atasnya. Tujuannya adalah untuk membantu memastikan bahwa penggunaan lahan dalam kawasan ditempatkan pada Penetapan kawasan mengidentifikasi penggunaan-penggunaan yang diperbolehkan atas kepemilikan lahan dan peraturan-peraturan yang berlaku atasnya. Tujuannya adalah untuk membantu memastikan bahwa penggunaan lahan dalam kawasan ditempatkan pada

a. mengatur penggunaan lahan pada setiap kawasan;

b. mengurangi dampak negatif dan penggunaan lahan tersebut;

c. untuk mengatur kepadatan dan intensitas zona;

d. untuk mengatur ukuran (luas dan tinggi) bangunan; dan

e. untuk mengklasifikasikan, mengatur, dan mengarahkan hubungan antara penggunaan lahan dengan bangunan.

Tabel 2. 1 Zona Dasar Dan Tujuan Penetapannya

Zona Dasar

Tujuan Penetapan

• Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan

yang bervariasi di seluruh wilayah kota;

Kawasan

• Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong

Permukiman

penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat; • Merefleksikan poa-pola pengembangan yang diingini masyarakat pada lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang. • Menyediakan lahan untuk menampung tenaga keja, pertokoan, jasa,

dan jasa rekreasi, dan pelayanan masyarakat;

Kawasan

• Menyediakan peraturan-peraturan yang jelas pada kawasan

Perdagangan

Perdagangan dan Jasa, meliputi: dimensi, intensitas, dan disain dalam merefleksikan berbagai macam pola pengembangan yang diinginkan masyarakat.

• Menyediakan ruangan bagi kegiatan-kegiatan industri dan manufaktur dalam upaya meningkatkan keseimbangan antara penggunaan lahan secara ekonomis dan mendorong pertumbuhan lapangan kerja;

Kawasan Industri

• Memberikan kemudahan dalam fleksibilitas bagi industri baru dan

redevelopment proyek-proyek industri; • Menjamin pembangunan industri yang berkualitas tinggi, dan melindungi penggunaan industri serta membatasi penggunaan non industri.

• Zona yang ditujukan untuk mempertahankan/ melindungi lahan untuk ruang rekreasi di luar bangunan, sarana pendidikan, dan untuk dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya;

• Preservasi dan perlindungan lahan yang secara lingkungan hidup

Kawasan Ruang Terbuka

rawan / sensitif; • Diberlakukan pada lahan yang penggunaan utamanya adalah taman atau ruang terbuka, atau lahan perorangan yang pembangunannya harus dibatasi untuk menerapkan kebjakan ruang terbuka, serta melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan publik.

Sumber : Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

2.1.3.1 Norma dan Tipologi Zona Penetapan pola pemanfaatan ruang didasarkan pada pembagian zona. Penetapan pembagian zona tersebut ditetapkan berdasarkan kaidah-kaidah dan fungsi-fungsi tertentu 2.1.3.1 Norma dan Tipologi Zona Penetapan pola pemanfaatan ruang didasarkan pada pembagian zona. Penetapan pembagian zona tersebut ditetapkan berdasarkan kaidah-kaidah dan fungsi-fungsi tertentu

• Kawasan Permukiman Kawasan permukiman adalah kawasan yang berfungsi sebagal lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Selain berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga, permukiman juga merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan terbatas. Oleh karenanya, Kawasan Permukiman sebagai tempat bermukim dan berlindung harus memenuhi norma-norma lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Selain itu kawasan permukiman harus bebas dan gangguan: suara, kotoran, udara, bau, dan sebagainya. Kawasan ini juga harus dapat menunjang berlangsungnya proses sosialisasi dan nilal budaya yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, dan juga harus aman serta mudah mencapai pusat-pusat pelayanan serta tempat kerja. Dalam kawasan permukiman diperlukan sarana-sarana lain yaitu sarana pendidikan, kesehatan, penibadatan, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain yang tidak dapat dipisahkan dan kehidupan penduduk. Kawasan permukiman antara lain meliputi Zona Perumahan Taman, Zona Perumahan Renggang, Zona Perumahan Deret, dan Zona Perumahan Susun, dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Zona Perumahan Taman

 Rumah tinggal dengan pekarangan luas, dimaksudkan agar pengembangan perumahan berkepadatan rendah sebagaimana yang ditetapkan dalam rencana kota dapat dipertahankan.

 KDB rendah (5 - 20%).

1. Zona Perumahan Renggang

 Perumahan unit tunggal dengan peletakan renggang ditujukan untuk pembangunan unit rumah tunggal dengan mengakomodasikan berbagai ukuran perpetakan dan  Perumahan unit tunggal dengan peletakan renggang ditujukan untuk pembangunan unit rumah tunggal dengan mengakomodasikan berbagai ukuran perpetakan dan

 KDB menengah (20 - 50%).

2. Zona Perumahan Deret

 Perumahan unit tunggal tipe gandeng atau deret dalam perpetakan kecil dengan akses jalan lingkungan;  Zona ini merupakan peluang transisi antara lingkungan perumahan unit tunggal dengan lingkungan perumahan susun kepadatan tinggi.  KDB sangat tinggi (> 75%).

3. Zona Perumahan Susun

 Perumahan unit tunggal banyak dengan kepadatan yang bervariasi;  Setiap zona perumahan susun dimaksudkan menetapkan kriteria pembangunan

yang mengkonsolidasi tipe-tipe bangunan spesifik, dan menjawab masalah-masalah lokasi yang berkenaan dengan rencana penggunaan lahan di sekitamya.

• Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan perdagangan dan jasa, merupakan kawasan yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah pada satu kawasan perkotaan. Oleh karenanya, kawasan ini harus memiliki aksesibilitas yang baik ke lokasi perumahan. Untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung, kawasan perdagangan dan jasa harus memenuhi norma lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, dan ‘menarik’ serta menguntungkan. Oleh karenanya, peraturan pembangunan pada kawasan ini harus memenuhi syarat-syarat dimensi, intensitas, dan desain yang diharapkan akan dapat menarik sebanyak mungkin pengunjung. Kecukupan sarana dan prasarana terutama air, buangan sebanyak mungkin pengunjung. Kecukupan sarana dan prasarana terutama air, buangan limbah, jaringan jalan merupakan hal lain yang cukup mendukung kegiatan perdagangan dan jasa.

Kawasan Perdagangan dan Jasa antara lain meliputi Zona Bangunan Pemerintah, Zona Bangunan Perkantoran, Zona Bangunan Pertokoan, dan Zona Sentra, dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Zona Bangunan Pemerintah

 menyediakan area untuk menampung tenaga kerja secara terbatas, terutama untuk kepentingan pelayanan kepada warga kota maupun untuk kepentingan nasional dan

internasional.

2. Zona Bangunan Perkantoran

 Perkantoran menyediakan area untuk menampung tenaga kerja secara terbatas, penggunaan kegiatan ritel hanya sebagai penunjang dan diijinkan pembangunan hunian;

 Perkantoran menyediakan area untuk menampung tenaga kerja secara terbatas, penggunaan kegiatan ritel hanya sebagai penunjang dan diijinkan pembangunan hunian dengan intensitas sedang sampai tinggi;

 Zona ini dimaksudkan untuk diaplikasikan pada pusat-pusat kegiatan yang besar atau pada kawasan-kawasan khusus dimana kegiatan-kegiatan komersial serba ada

tidak dikehendaki.

3. Zona Bangunan Pertokoan

 Zona Pertokoan dapat berisi pembangunan hunian yang berorientasi pada kegiatan perdagangan (ruko) dan kedekatannya ke tempat-tempat kerja (apartemen);  Penggunaan industri/manufaktur terbatas dalam intensitas menengah dalam skala kecil sampai sedang.

4. Zona Komersial Sentra

 Sentra lokal dan tersier, yang disediakan untuk kegiatan perbelanjaan dan jasa lokal, terdiri dari toko-toko ritel dan perusahaan-perusahaan jasa pribadi dengan pilihan yang luas, yang memenuhi kebutuhan yang sering berulang. Kegiatan ini memerlukan lokasi yang nyaman berdekatan dengan semua lingkungan perumahan, relatif tidak menimbulkan pengaruh yang tidak dikehendaki bagi lingkungan- lingkungan perumahan yang berdekatan. Dengan demikian zona ini sangat tersebar di seluruh kota;

 Sentra-sentra perbelanjaan kota level utama dan sekunder, yang menyediakan kebutuhan tempat perbelanjaan yang sekali-sekali dikunjungi keluarga dan jasa-jasa