Peran Organisasi Dalam Mengatasi Apatism

PERAN DPMF DALAM MENGATASI APATISME MAHASISWA
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi syarat - syarat
Bakal Calon Legislatif Tingkatan Fakultas

Disusun Oleh:
Afrizal Ilham Tawakal
14513126

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Mahasiswa sebuah sebutan yang sakral, sebuah sebutan di-maha-kan

sebenarnya hanya patut disematkan untuk Tuhan, akan tetapi penyebutan

mahasiswa bukan bertujuan untuk menyamakan Tuhan terhadap manusia,
namun dibalik penyebutan itu ada maksud yang ingin diharapkan oleh
masyarakat, mahasiswa diaharapkan mampu mengemban tanggungjawab
besar yang ada dipundaknya dengan baik. Selain itu mahasiswa juga
memiliki peranan yang penting dan strategis untuk pembagunan bangsa dan
Negara, Antara lain sebagai Agen of change, Iron stock, Social control, dan
Moral force.
1. Agen of Change
Mahasiswa memiliki tugas penting salah satunya sebagai Agen of
change atau agen perubahan, mahasiswa tidak hanya menjadi agen
perubahan yang dimaknai secara biasa melaikan harus dimaknai secara
mendalam, esensinya mahasisiwa tidak hanya sebagai agen dalam
peubahan.
2. Iron Stock
Maksudnya adalah mahasiswa merupakan pengganti generasigenerasi sebelumnya yang diaharapkan memiliki ahklaq yang mulia. Dan
mampu menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat untuk masyrakat.
Diharapkan kelak ketika menjadi pemimpin mampu memberikan
pengayoman, kedamain, dan suri tauladan yang baik. Mahasiswa harus
mampu mengimplementasikan pengalaman dan keilmunya yang di dapat
dalam studinya sepenuhnya untuk kemaslahatan masyrakat luas.

3. Social Control
Mahasiswa sebagai manusia yang memiliki intelektual tinggi, juga
memiliki peranan penting dalam proses social control. Mereka bisa
mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak mengutamakan kepentingan
rakyat. Banyak cara yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengkritisi

pemerintah antaralain dengan melakukan aksi penyampaian aspirasi secara
damai dan juga bisa melakukan kegiatan seminar-seminar yang melibatkan
dari berbagai kalangan.
4. Moral Force
Moral force secara bahasa dapat diartikan sebuah kekuatan moral,
inilah dasar penting dalam membagun bangsa, mahasiswa merupakan kaum
terpelajar dan kaum yang unik karena bisa diterima di berbagai lapisan
masyarakat. Sudah semestinya mahasiswa menjadi teladan dan pelopor
moral. Maka kita sebagi generasi muda harus bisa membuat bangsa ini
menjadi lebih baik daripada sekarang.1
Kehidupan mahasisa tentu saja tidak terbatas pada studi dan kegiatan
politik. Malah bagian terbesar dari mahasiswa biasanya tidak terlibat dalam
kegiatan-kegiatan politik. Mahasiswa merupakan suatu golongan yang
sedang mengalami pertumbuhan dan yang sedang mempersiapkan diri untuk

dapat menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa sepenuhnya.
Dalam

masa

menjadi

mahasiswa,

masing-masing

mengalami

perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan yang meskipun dapat
dibedakan satu sama lain,erat sekali hubungannya satu sama lain. Dengan
sendirinya perkembangan yang dialami masing-masing mahasiswa ini
bukan tanpa masalah: mereka sering dihadapkan dengan masalah kecil
maupun besar.2
Mahasiswa mempunyai kedudukan yang khas di masyarakat.
Kekhasan ini tampak pada rentetan atribut yang disandang mahasiswa,

misalnya intelektual muda, kelompok penekan, agen perubahan, dan agen
pengawas. Mahasiswa harus dapat menjadi pengawas dari segala apa yang
terjadi di sekitar kita. Sebagai mahasiswa juga harus mengetahui bagaimana
jika sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Namun dalam penerapannya harus
memiliki dasar yang kuat untuk melakukan perubahan.3
1
2
3

https://www.academia.edu/8729506/Peran_Mahasiswa_Di_Balik_Nama_
yang_Di_Mahakan_
Soe Hok Gie. Catatan Seorang Demonstran. LP3S. Jakarta. 1983. Hal
IX.
Tim DPPAI. Menjadi Pemimpin Muslim Sejati. Tim DPPAI. Yogyakarta.
2015. Hal 104

Dalam banyak momentum, gerakan mahasiswa digolongkan sebagai
kekuatan pendobrak dan penakluk rezim penguasa yang paling efektif.
Mereka juga seringkali digolongkan sebagai “gerilyawan kota”, yang bisa
mempengaruhi bahkan mebalik keputusan-keputusan politiik. Partisipasi

politik gerakan mahasiswa adalah posisi yang paling atas atau kelompok elit
minoritas yang berpengaruh terhadap keputusan politik dan memiliki
kemampuan mengerahkan massa untuk gerakan politik.4
Secara historis Universitas Islam Indonesia adalah perguruan tinggi
nasional tertua di Indonesia, berdiri di Jakarta pada 27 rajab 1364 H
bertepatan dengan 28 Juli 1945 M. UII didirikan oleh beberapa tokoh
nasional yang sekaligus founding fathers Republik Indonesia, antara lain:
Dr. Muhammad Hatta, KH. Abdulkahar Muzakir, Moh. Roem, KH. A.
Wahid Hasyim dan M. Natsir serta tokoh lainnya.
Raihan prestasi mahasiswa UII terus mengalami peningkatan dari
waktu ke waktu, baik di level internasional, nasional, maupun lokal. Ini
menunjukkan mahasiswa UII bukan saja mampu bersaing dengan
perguruan tinggi dalam negeri, namun juga di luar negeri.
Sebgai pejuang, banyak mahasiswa UII yang mengabdikan dirinya
kepada pergerakan nasional. Ada yang gugur seperti Soebiantoro dan
Soeroto. Ada yang kemudian menjadi tokoh nasional seperti Anwar
Harjono. UII telah turut menyumbang kepada gerakan kemerdekaan baik
pada masa sebelum, awal, bahkan sampai sekarang. Meskipun jalannya
berlainan, awalnya bertingkat dari UII.
Bahkan, modern ini, para alumni UII mendapatkan kepercayaan

untuk mengisi berbagai posisi penting dan strategis dalam lembaga tinggi
negara dan institusi penting antara lain; Prof. Dr. Moh. Mahfud M.D
(Ketua Mahkamah Konstitusi); Dr. Halim Alamsyah, SH. SE. MA (Deputi
Gubernur Bank Indonesia); Dr. Busyro Muqqodas, SH M.Hum (Ketua

4

Sunyoto Usman. Jalan Terjal Perubahan Sosial. CIReD. Yogyakarta.
2004. Hal. 117

KPK, pernah menjadi Ketua Komisi Yudisial); Ifdal Kasim, SH, LLM
(Ketua Komnas HAM); Darmono, SH (Wakil Jaksa Agung), dan lain-lain.
UII juga peduli dan berkontribusi pada pengembangan masyarakat.
UII merupakan salah satu pelopor penyelenggaraan KKN di perguruan
tinggi.

Kesungguhan

UII


dalan

berkontribusi

dalam

masyarakat

mendapatkan apresiasi dari dunia Internasional. Salah satunya Sngkonghoe
University Korea yang menggandeng UII untuk kerjasama kembangkan
masyarakat desa5
Perguruan tinggi sebagai pengemban amanat untuk mencerdaskan
dan membebaskan manusia dari kebodohan dan penindasan, seharusnya
selalu

mengarahkan

pendidikan

dan ilmu


pengetahuannya

agar

berorientasi pada realita sosial yang terjadi dalam masyarakat, sehingga
pola pendidikan tersebut diharapkan dapat mendidik dan membentuk
kaum intelektual yang mempunyai kepekaan sosial yang tinggi, dan
bukan hanya mampu menjawab tantangan arus modernisasi dunia, tetapi
dapat mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan pada proporsinya yang
tepat dan ideal.
Mahasiswa pelopor pendidikan pada level tinggi memiliki tugas
mulia sebagai transformer pendidikan kepada masyarakat, yang dewasa
ini dikenal sebagai agent of change dan agent of social control memang
demikian adanya berangkat dari filosofi diatas.
Dengan mengacu pada narasi di atas, maka disusunlah arah
penyelenggaraan Keluarga Mahasiswa dalam bentuk Garis-garis Besar
Haluan

Keluarga


Mahasiswa,

yang

memuat

konsepsi

tentang

penyelenggaraan Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia,
dengan harapan agar ada kebijakan yang terintegrasi, tertib, dan mampu
memberikan kontribusi positif bagi anggota, universitas, masyarakat dan
negara.6
5
6

Di sekitar Lahirnya Republik Bakti Sekolah Tinggi Islam (UII) dan Balai
Muslimin Indonesia kepada Bangsa, Hal. 163; 170; 173; 192, Anwar

Harjono & Lukman Hakim, UII Press
Ketetapan sidang umum keluarga besar universitas islam indonesia XXXVI, garis besar
haluan kerja, bab 2

Garis-garis Besar Haluan Keluarga MahasiswaUniversitas Islam
Indonesia adalah haluan dalam penyelenggaraan kebijakan di internal
Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia dalam bentuk garis
besar sebagai manifestasi keinginan mahasiswa Universitas Islam
Indonesia, yang ditetapkan oleh Dewan Permusyawaratan Mahasiswa dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Keluarga Mahasiswa Universitas Islam
Indonesia.
DPM FTSP UII adalah perwakilan seluruh mahasiswa Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia dan
merupakan lembaga perwakilan mahasiswa, yang berkedudukan di
tingkat fakultas.
DPM FTSP UII mempunyai wewenang :
a. Membahas, memutuskan dan menetapkan tata kerja DPM FTSP UII,
administrasi dan protokoler dan mekanisme pengajuan anggaran belanja dan
verifikasi DPM FTSP UII.
b. Ketetapan dan keputusan yang telah dibuat di lingkungan FTSP UII tidak

dapat dibatalkan oleh lembaga kemahasiswaan lain.
c. Memberi penjelasan dan penafsiran terhadap ketetapan dan keputusan DPM
FTSP UII.
d. Mengubah dan menyempurnakan ketetapan dan keputusan DPM FTSP UII.
e. Membuat dan menetapkan batasan kerja KM FTSP UII secara keseluruhan.
f. Membentuk tim kerja dan staf ahli.
g. Mengangkat delegatoris DPM FTSP UII sebagai Ketua LEM FTSP UII.
h. Mengesahkan dan melantik pengurus LEM FTSP UII.
i. Mengesahkan dan melantik kepengurusan LPM SOLID FTSP UII.
j. Menerima hasil musyawarah anggota LPM SOLID FTSP UII yaitu hasil
suksesi kepengurusan LPM SOLID FTSP UII
k. Mengesahkan dan melantik kepengurusan KOPMA FTSP UII.
l. Menerima hasil Rapat Anggota Tahunan KOPMA FTSP UII yaitu hasil
suksesi keperngurusan KOPMA FTSP UII.

m. Mengontrol secara periodik keuangan dan inventaris lembaga kemahasiswaan
di lingkungan FTSP UII.
n. Menerima atau menolak program kerja dan anggaran belanja LEM FTSP UII.
o. Mengesahkan program kerja dan anggaran belanja LEM FTSP UII.
p. Meminta, menilai, menerima atau menolak pertanggungjawaban LEM FTSP
UII dalam melaksanakan GBPK baik secara periodik maupun pada akhir
periode.
q. Mengadakan sidang istimewa guna mencabut mandat dan memberhentikan
ketua LEM FTSP UII sebagai Delegatoris DPM FTSP UII apabila
Delegatoris terbukti melanggar ketentuan-ketentuan yang ada di dalam GBPK
dan PD KM UII.
r. Bila dalam sidang istimewa Delegatoris terbukti melanggar seperti yang
dimaksud dalam poin p, maka DPM FTSP UII berhak melantik Delegatoris
pengganti.
s. DPM FTSP UII mengambil alih seluruh keputusan LEM FTSP UII pada masa
transisi (LEM FTSP UII periode lalu yang telah demisioner).
t. Mengakomodir seluruh aspirasi mahasiswa serta lembaga kemahasiswaan
di lingkungan FTSP UII7
1.2
1.
2.

Rumusan Masalah
Apa faktor–faktor penghambat keaktifan mahasiswa?

Bagaimana Peran DPMF Untuk Menumbuhkan Kepekaan Mahasiswa Di
Lingkup FTSP?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Apa faktor–faktor penghambat keaktifan mahasiswa?
7

Ketetapan sidang umum keluarga besar universitas islam indonesia XXXVI, garis besar
haluan kerja, bab 2

Masih banyaknya mahasiswa yang kurang tertarik terhadap isu-isu
pemerintahan yang berkembang bisa disebabkan karena kurangnya
kesadaran individu akan tugas dan perannya sebagai seorang mahasiswa
sebagai seorang intelektual. Tanggung jawab seorang mahasiswa bukan
hanya persoalan akademis tetapi juga mempunyai tanggung jawab moral
untuk ikut memecahkan permasalahan kemasyarakatan.
Paradigma yang masih tumbuh kuat di kalangan mahasiswa bahwa
membicarakan hal-hal berbau politik hanyalah buang waktu dan tidak
menghasilkan. Kurangnya waktu untuk memperdalam pengetahuan politik
karena padatnya tugas kuliah, arus globalisasi yang semakin kencang seiring
dengan perkembangan teknologi yang memanjakan mahasiswa sehingga
terjerumus dalam budaya hedonisme dan hanya mementingkan kesenangan
pribadi juga semakin memudarkan semangat dalam berorganisasi maupun
hanya sekedar aktif mengikuti isu-isu pemerintahan yang sedang
berkembang.
Permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan organisasi
kemahasiswaan salah satunya tentu saja gejala apatisme mahasiswa terhadap
organisasi yang disebabkan oleh kurangnya pembinaan kemahasiswaan oleh
lembaga maupun dosen, kurangnya minat mahasiswa untuk bergabung
dalam organisasi, pembentukan paradigma cepat lulus oleh universitas
sehingga orientasi mahasiswa masuk ke perguruan tinggi adalah untuk
mencari kerja, ketidaksadaran mahasiswa akan pentingnya organisasi, serta
larangan dari orang tua karena adanya pandangan bahwa menjadi seorang
aktivis itu harus siap untuk kuliah lama.
2.2

Bagaimana Peran DPMF Untuk Menumbuhkan Kepekaan Mahasiswa
Di Lingkup FTSP?
Keberadaan organisasi mahasiswa merupakan wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan, peningkatan

kecendekiawan, integritas kepribadian, menanamkan sikap ilmiah, dan
pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama
serta menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan.8
Dalam hal ini langkah-langkah yang bisa diambil antara lain:
1.Melakukan sosialisasi kelembagaan,
2. Mengadakan diskusi isu kebijakan kampus,
3. Mengadakan diskusi isu luar lingkungan kampus.
Sosialisasi kelembagaan dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan
PEKTA. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa mempunyai pengetahuan
tentang peran kelembagaan di kampus serta timbulnya kesadaran akan peran
dan fungsi mereka sebagai mahasiswa sehingga mereka tidak apatis
terhadap yang terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan kampus
sejak dini. Agar mahasiswa mau mengikuti kegiatan ospek fakultas ini
tentunya DPMF harus berkoordinasi dengan pihak dekanat tentang
kebijakan mewajibkan mahaiswa mengikuti PEKTA. Selain itu DPM juga
harus berkoordinasi dengan lembaga dibawahnya agar pelaksanan kegatan
ospek fakultas ini adalah kegiatan yang positif dan bermaksud untuk
menambah wawasan mahasiswa sehingga dapat meyakinkan pihak dekanat
tentang kemungkinan mewajibkan mahasisa mengikuti kegiatan ospek
fakultas.
DPMF berkoordinasi dengan lembaga-lembaga yang dibawahi untuk
mengadakan forum diskusi umum yang diselenggarakan secara rutin dengan
mengangkat isu yang sedang berkembang. Selain itu DPMF juga
berkoordinasi dengan pihak dekanat agar ikut berpartisipasi dengan menjadi
pembicara maupun narasumber dalam diskusi, untuk membangun suasana
diskusi yang interaktif dengan sudut sudut pandang yang lebh luas sehingga
menarik minat mahasiswa agar mau untuk berpendapat dan menyatakan
sikap terhadap kebijakan-kebijakan yang terjadi baik di dalam maupun di
luar lingkungan kampus.
8

Kepmen. Dikbud nomor:155/U/1998.

Komunikasi yang sinergis antara DPMF dengan pihak dekanat tentang
pentingnya pengetahuan berorganisasi kepada mahasiswa juga sangat
penting. Dosen tidak melulu hanya memberi materi tentang mata kuliah
tetapi juga ikut menghimbau mahasiswa untuk aktif dalam kegiatankegiatan kemahasiswaan. Demikian juga dengan anggota legislatif maupun
lembaga-lembaga dibawahnya harus memberikan contoh konkrit bahwa
menjadi aktivis tidak selamanya berdampak negatif atau mengganggu
prestasi akademik mahasiswa sehingga stigma negatif terhadap aktivis
kemahasiswaan dapat berkurang dan menarik mahasiswa untuk mulai
tergerak berorganisasi.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan organisasi
kemahasiswaan salah satunya tentu saja gejala apatisme mahasiswa terhadap
organisasi. Apatisme mahasiswa dapat disebabkan berbagai macam faktor
mulai dari internal yaitu kurangnya kesadaran dan wawasan sampai faktor
eksternal seperti tugas kuliah dan faktor keluarga.
Dalam mengatasi hal ini, bukan hanya DPMF yang mengambil peran
sendiri, tetapi harus terbangun komunikasi yang sinergis antara DPMF
dengan lembaga yang dibawahi serta dengan dengan pihak dekanat untuk
menimbulkan iklim yang mendukung mahasiswa di lingkup FTSP agar aktif
berkegiatan dan berorganisasi.
Mahasiswa yang aktif bergerak menjadi anggota organisasi apapun
juga sebaiknya berusaha menghapus pandangan negatif dari masyarakat
bahwa menjadi aktivis tidak menghalangi untuk tetap mempunyai prestasi
akademik agar mahasiswa mulai tergerak untuk berorganisasi serta dosen
dan orang tua selalu mendukung setiap kegiatan mahasiswa diluar kuliah.
3.2

Saran
- Menjalin komunikasi yang baik dengan pihak dekanat FTSP dalam hal
kebijakan berorganisasi,
- Membuat kegiatan-kegiatan menarik yang memacu keaktifan mahasiswa
untuk berpartisipasi,
- Berinteraksi aktif dengan mahasiswa untuk mengatasi mahasiswa apatis.