Diskriminasi Dalam Dunia Pendidikan. ocx

DISKRIMINASI DALAM DUNIA PENDIDIKAN :
ORANG BODOH DAN MISKIN DILARANG SEKOLAH
Makassar, 10-09-2015
**( Watowuan Tyno )**
--------------------------------------------------------------------------------Pendidikan merupakan suatu berkah dari Maha Pencipta terhadap ciptaan-Nya.
Satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan adalah manusia.
Perolehan pendidikan bukan merupakan ikatan terhadap manusia itu, akan tetapi untuk
pembebasan manusia dari eksistensinya sebagai makhluk bebas yang berakal. Sebagai
makhluk yang dilahirkan di lingkungan alamiah, manusia memiliki kebebasan untuk
menentukan posisinya sendiri di dalam lingkungan alamiahnya. Inilah letak kebebasan
dan keterkaitannya di dalam proses pengembangan kemanusiaannya.
Di dalam UUD 45 menjelaskan bahwa tujuan pendidkan adalah untuk membentuk
generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian. Dengan kata lain
pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Dalam proses pengaktualisasian
kemanusian manusia, tentuhya mausia diberikan ruang kebebasan untuk mendapatkan
pendidikan tanpa adanya diskriminasi. Artinya adalah bukan untuk menciptakan sekat
yang dapat menjadi penghalang dari kebebasan mendapatkan pendidikan yang layak dan
berkualitas.
Dewasa ini, pendidikan banyak dipengaruhi oleh paradigma ekonomi. Pendidikan
yang berkulitas adalah pendidikan yang meminta biaya yang mahal. Dengan sendirinya
pandangan ini akan menutup rapat pintu bagi kelompok yang tidak memiliki kemampuan

untuk membiayai pendidikan yang berkualitas. Tidak berlebihan, jika dikatakan
pendidikan yang berkualitas merupakan suatu hukuman bagi kelompok yang
termarginalisasikan. Bagaimanakah dengan nasip masyarakat miskin di negeri ini yang
masih serbah miskin? Meskipun di dalamnya terdapat kemudahan seperti beasiswa untuk
golongan tidak mampu, namun demikian pelaksanaannya masih mengalami krisis
kepercayaan. Realitasnya, masih banyak sekolah yang memungut uang dari siswa dengan
meluncurkan berbagai macam alasan. Misalnya, Salah satu cara yang sering dilakukan
adalah membuat program study tour, menarik uang bimbingan tes atau pelajaran
tambahan, dan uang terkait dengan ujian akhir nasional. Di negara-negara maju pun tak

jauh berbedah, kredit pendidikan malah mengalami kesulitan di dalam pelaksanaannya.
Bahkan dirasakan suatu beban kepada peserta didik yang akan membayar kembali
pinjaman tersbut.
Selain itu, pendidikan yang berkualitas cenderung mengutamakan orang-orang
yang masuk dalam kategori pintar atau pandai. Terbukti dengan adanya seleksi atau tes
pada saat penerimaan siswa atau mahasiswa baru. Berbagai institusi pendidikan lebih
mencari bibit-bibit unggul agar nantinya bisa memperoleh hasil yang baik sesuai dengan
cita-cita bangsa. Bagaimanakah nasip orang-orang yang memiliki kemauan yang tinggi
untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas yang tergolong kurang mampu atau
bodoh? Pendidikan yang berkualitas bukan tentang mencari siswa atau mahasiswa yang

pintar, melainkan pendidikan yang berhasil mengubah orang bodoh menjadi pintar atau
pandai.
Pendidikan yang berkualitas dan murah menjadi salah satu impian masyarakat
Indonesia. Pendidikan merupakan sarana dalam membangun masyarakat sekaligus
sebagai sarana pelestarian demokrasi dinegeri ini. Oleh sebab itu pemerintahan yang
demokratis

harus berpihak kepada rakyat banyak, bukan hanya untuk kepentingan

segelintir orang-orang yang berduit. Konsep pelaksanaan pendidikan haruslah berpihak
pada rakyat banyak yang masih miskin. Pendidikan seharusnya bukan tentang mencari
bibit-bibit unggul dengan seleksi, tetapi bagaimana membuat perubahan, demi
tercapainya cita-cita bangsa.