Peran Retribusi Dalam Anggaran Pendapata

UNIVERSITAS INDONESIA
Peran Retribusi Dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
(APBD)
Studi Kasus Retribusi Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
Kota Batam

oleh
Imas Qurhothul Ainiyah
1306383155
Kelas Negara A

ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPOK, 2015

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..........................................................................................................

1


Daftar Isi ...................................................................................................................

2

Abstrak ......................................................................................................................

3

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................

4

1.2 Permasalahan .............................................................................................

6

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................

6


1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................

7

BAB 2 KERANGKA TEORI
2.1 Retribusi Daerah ........................................................................................

8

2.2 Retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) ...................

9

BAB 3 METODE KAJIAN
3.1 Metode Penulisan ......................................................................................

11

3.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................


11

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Profil Kota Batam ......................................................................................

12

4.2 Retribusi IMTA di Kota Batam .................................................................

12

4.3 Permasalahan Retribusi IMTA di Kota Batam ..........................................

14

4.4 Pengawasan Pemungutan Retribusi IMTA di Kota Batam .......................

15


4.5 Peran Retribusi IMTA terhadap APBD Kota Batam ................................

16

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................

18

5.2 Rekomendasi .............................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

19

ABSTRAK

Retribusi Perpanjangan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) adalah pungutan atas

pembuatan atau pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja tenaga kerja asing.
Namun dalam proses pemungutan retribusi IMTA, ditemui beberapa permasalahan antara
lain pemerintah tidak mampu memungut dana retribusi sesuai target yang telah ditetapkan,
tidak adanya mekanisme pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan
tenaga kerja asing, penerapan kebijakan Visa on Arrival (VoA) yang sering dimanfaatkan
oleh para tenaga kerja asing untuk menyamar sebagai wisatawan, dan penggunaan tenaga
kerja asing tanpa melalui izin resmi. Terkait dengan permasalahan tersebut, penulis tertarik
untuk mengkaji tentang “Peran Retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Keja Asing (IMTA)
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam”. Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan peran retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Keja
Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam.
Metode penulisan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Jenis data yang digunakan
adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini adalah studi dokumen.
Hasil dari kajian ini adalah bahwa Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga
Asing (IMTA) memiliki peranan yang signifikan bagi daerah Kota Batam, antara lain sebagai
pemasukan kas daerah, sebagai batasan ruang gerak bagi Tenaga Kerja Asing (TKA) yang
bekerja di Kota Batam serta sebagai salah satu cara yang ditempuh oleh pemerintah daerah
dalam rangka alih teknologi melalui kerjasama antara tenaga kerja lokal dan tenaga kerja
asing. Selain itu, dana retribusi juga digunakan untuk membiayai pelatihan yang
diperuntukkan bagi tenaga kerja yang meliputi pelatihan desain grafis, autocade, jahit, dan

welder serta digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk mengurus perizinan tenaga kerja
asing itu sendiri.
Kata kunci: retribusi daerah, Izin Mempekerjakan tenaga Kerja Asing (IMTA), peran
retribusi IMTA

BAB 1
PENDAHULUAN

Bab pendahuluan berisi penjelasan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan
dari penulisan makalah serta sistematika penulisan makalah.
1.1 Latar Belakang
Pergerakan arus globalisasi di dunia merupakan akibat yang ditimbulkan dari proses
alih teknologi

modern khususnya

teknologi

informasi


dan

telekomunikasi

(IT).

Perkembangan globalisasi tersebut mendorong terjadinya pergerakan aliran modal dan
investasi ke berbagai penjuru dunia serta terjadi pula migrasi penduduk atau pergerakan
tenaga kerja antar Negara (Syahmardan, 2011). Pergerakan aliran modal dan tenaga kerja
antar Negara disebabkan karena investor asing pada umumnya berupaya untuk melakukan
pengawasan secara langsung terhadap investasi yang dilakukannya di negara lain.
Pengawasan langsung yang dilakukan oleh para investor ini bertujuan untuk menjaga
kelangsungan usaha dan investasi yang dilakukannya di Negara lain.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjadi target investasi para investor
asing. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai sumber daya yang dimiliki Indonesia akibat tata
letak geografis Indonesia yaitu terletak diantara benua Asia dan Australia, terletak diantara
Samudera Hindia dan Samudra Pasifik serta terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang di
lalui garis khatulistiwa. Posisi strategis ini menjadi asset bangsa, dimana sebagian besar
wilayah di Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang menarik iklim investasi dari
para investor asing. Pada era globalisasi yang juga terjadi di Indonesia ini, tidak dapat

dihindari penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA). Pada prinsipnya penggunaan Tenaga
Kerja Asing (TKA) di Indonesia (Syahmardan, 2011) adalah mereka yang dibutuhakn dalam
dua hal, yakni tenaga kerja asing yang membawa modal (investor) dan atau membawa skill
dalam rangka transfer of knowledge (ilmu pengetahuan) dan transfer of technology (alih
teknologi). Selain karena dua alas an tersebut, di Indonesia tidak diperkenankan
menggunakan tenaga kerja asing dan harus mengutamakan penggunaan tenaga kerja lokal.
Saat ini, jumlah tenaga kerja asing di Indonesia mencapai 70.000 orang atau hanya
0,01% dari seluruh tenaga kerja yang ada di Indonesia. Jumlah tenaga kerja asing di
Indonesia cenderung sedikit menurun yaitu pada tahun 2011 terdapat 77.300 orang tenaga
kerja asing yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 2012 jumlahnya menyusut menjadi
72.427 orang. Berikutnya, pada tahun 2013 jumlahnya turun menjadi 68.957 orang. Jumlah

tenaga kerja asing per Oktober 2014 mencapai 64.604 orang dan pada tahun 2015 ini terdapat
70.000 orang tenaga kerja asing di Indonesia (Pudjiastuti, 2015).
Peluang bertambahnya tenaga kerja asing pun perlu diperhatikan mengingat sebentar
lagi Indonesia akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Menurut Menteri
Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri (2015), masuknya tenaga kerja asing memang diperlukan
khususnya untuk pekerjaan dengan spesifikasi keahlian tertentu seperti kontruksi, after sales
service, dan berbagai pekerjaan dalam bidang pertambangan. Terkait masuknya tenaga kerja


asing, Hanif lebih melihat sebagai skema percepatan alih teknologi ke Indonesia dan dapat
merupakan perluasan kesempatan kerja yaitu dimana setiap ada 1 TKA harus ada 10 tenaga
kerja dalam negeri (Pudjiastuti, 2015).
Kehadiran tenaga kerja asing dapat dikatakan sebagai salah satu pembawa devisa bagi
negara dimana adanya pembayaran kompensasi atau yang biasa disebut Retribusi Izin
Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakan
(Syahmardan, 2011). Besarnya dana kompensasi untuk tenaga kerja asing di Indonesia adalah
sebesar US$100 atau setara Rp1.350.000,- per orang setiap bulan. Namun pada
implementasinya, belum semua dana kompensasi dari penggunaan tenaga kerja asing dapat
dipungut oleh pemerintah, seperti yang terdapat di Kota Batam dimana dana kompensasi atas
penggunaan tenaga kerja asing hanya dapat dipungut sebesar 50% dari target yang telah
ditetapkan yaitu senilai Rp 45 miliar (batampos.co.id, 2015). Penyebabnya adalah pemerintah
belum serius dalam melakukan pengawasan terhadap proses pemungutan dana retribusi atas
penggunaan tenaga kerja asing. Masalah lain juga timbul karena tidak adanya mekanisme
pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan yang
menggunakan tenaga kerja asing sehingga para tenaga kerja asing menjadi terbebas dari
kewajibannya dalam membayar kompensasi kepada pemerintah. Padahal, apabila dikelola
secara benar dana retribusi IMTA dapat dijadikan sebagai sumber penerimaan bagi daerah
dalam rang proses penyelenggaraan pemerintahannya. Selain itu, penerapan kebijakan Visa
on Arrival (VoA) mengancam pendapatan Kota Batam dari retribusi tenaga kerja asing


(TKA). Pasalnya, banyak di antara TKA yang memanfaatkan kebijakan VoA untuk bekerja di
Batam dengan menyamar sebagai wisatawan.
Menyadari kondisi ini, maka pemerintah harus cermat dalam menentukan kebijakan
yang akan diambil guna menjaga keseimbangan antara iklim investasi dalam negeri dan
kemungkinan penggunaan tenaga kerja baik tenaga kerja dalam negeri maupun tenaga kerja
asing. Untuk mengantisipasi permasalahan hukum dalam hal penggunaan tenaga kerja asing
tersebut diharapkan ada kelengkapan peraturan yang mengatur tentang persyaratan tenaga

kerja asing dan pengamanan penggunaan tenaga kerja asing. Peraturan tersebut harus
mengatur aspek-aspek dasar dan bentuk peraturan yang mengatur tidak hanya di tingkat
Menteri, akan tetapi secara selektif dalam memilih tenaga kerja asing yang akan dipekerjakan
serta tetap memprioritaskan pengerahan tenaga kerja lokal. Oleh karena itu, dalam
mempekerjakan tenaga kerja asing, perlu dilakukan melalui mekanisme dan prosedur yang
sangat ketat, terutama dengan cara mewajibkan bagi perusaahan atau korporasi yang
mempergunakan tenaga kerja asing bekerja di Indonesia dengan membuat rencana
penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

1.2 Permasalahan

Permasalahan terkait pemungutan Retribusi Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA) seperti pemerintah tidak mampu memungut dana retribusi atas perpanjangan izin
mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA) sesuai target yang telah ditetapkan, tidak adanya
mekanisme pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan tenaga kerja
asing serta penerapan kebijakan Visa on Arrival (VoA) yang sering dimanfaatkan oleh para
tenaga kerja asing untuk menyamar sebagai wisatawan sehingga tidak perlu membayar dana
retribusi kerja perlu mendapatkan perhatian yang serius (batampos.co.id, 2015). Pasalnya,
dana retribusi merupakan sumber bagi penerimaan daerah yang potensial dan dapat
dimanfaatkan sebagai dana penyelenggaraan daerah untuk mengembangkan potensinya. Di
samping itu, adanya penggunaan tenaga kerja tanpa melalui izin resmi memperlihatkan
bahwa implementasi peraturan daerah terkait penggunaan tenaga kerja asing tidak
dilaksanakan sesuai peraturan yang ada. Kemungkinan lain dari adanya permasalahan IMTA
adalah adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu agar
memperoleh keuntungan pribadi dengan cara memberikan keleluasaan bagi perusahaan yang
menggunakan tenaga kerja asing sehingga perusahaan tersebut tidak perlu membuat izin
resmi ketika menggunakan tenaga kerja asing.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk mendeskripsikan peran
retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Keja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kota Batam. Pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini
adalah “Bagaimana peran retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Keja Asing (IMTA) dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam?”.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan peran retribusi Izin
Mempekerjakan Tenaga Keja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kota Batam.

1.4 Sistematika Penulisan
Agar dalam penulisan penelitian ini dapat lebih mudah dipahami, maka sistematika
penulisan disajikan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai urgensi dari penulisan makalah ini. Bab ini terbagi ke
dalam sub-bab latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan makalah, dan
sistematika penulisan.
BAB 2 KERANGKA TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai dasar-dasar teoritis yang digunakan dalam penulisan
makalah ini. Kerangka teori dalam penulisan ini yaitu retribusi daerah dan retribusi
izin mempekerjakan tenaga Kerja Asing (IMTA).
BAB 3 METODE KAJIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penulisan makalah ini.
BAB 4 PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian tentang profil Kota Batam, retribusi IMTA di Kota Batam,
permasalahan dalam pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam, pengawasan
pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam dan peran retribusi IMTA terhadap APBD
Kota Batam.
BAB 5 PENUTUP
Bab ini berisi uraian tentang peran retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam dan
rekomendasi atas permasalahan yang dihadapi dalam proses pemungutan retribusi
IMTA.

BAB 2
KERANGKA TEORI

Pelaksanaan desentralisasi (otonomi daerah) di Indonesia ditandai dengan adanya
penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (Elmi, 2002). Daerah desentralisasi atau yang
disebut daerah otonom berwenang mengurus kepentingan masyarakat di daerahnya menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan NKRI. Konsekuensi dari
pelaksanaan otonomi daerah adalah penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada daerah
untuk mengelola potensi yang ada di daerah, yang diikuti dengan penyerahan personil,
prasarana, pembiayaan, dan dokumen termasuk mengelola keuangan daerahnya sendiri
(Kurniawan, 2007). Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk
membuat anggaran penerimaan dan belanja daerah (APBD) dan mengurus keuangan daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD). APBD mencakup semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Fungsi dari
cacatan APBD yaitu digunakan sebagai dasar dalam mengelola keuangan daerah untuk
jangka waktu satu tahun anggaran. Salah satu sumber penerimaan asli daerah adalah retribusi
daerah. Penjelasan mengenai retribusi daerah adalah sebagai berikut.
3.1 Retribusi Daerah
Retribusi adalah pungutan yang dikenakan kepada pemakai jasa tertentu yang
disediakan oleh Pemerintah daerah. Penerimaan daerah dari retribusi menempati urutan kedua
terbesar setelah pajak daerah. Oleh karena itu, retribusi memiliki peran yang penting bagi
pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan rutinnya. Retribusi daerah terdiri atas tiga
golongan (djpk.kemenkeu.go.id), yaitu:
3.1.1 Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah (pemda) untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Retribusi jasa umum terdiri dari
retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi
penggantian biaaya cetak kartu tanda penduduk dan akte catatan sipil, retribusi
pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan
umum, retribusi pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi

pemeriksaan alat pemadam kebakaran, retribusi penggantian, biaya cetak peta, dan
retribusi pengujian kapal perikanan.
3.1.2 Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemda dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
swasta. Jenis retribusi jasa usaha antara lain retribusi pemakaian kekayaan daerah,
retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi
terminal,

retribusi

tempat

khusus

parkir,

retribusi

tempat

penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi penyedotan kakus, retribusi rumah potong
hewan, retribusi pelayanan, pelabuhan kapal, retribusi tempat, rekreasi dan olah
raga, retribusi penyeberangan di atas air, retribusi pengolahan limbah cair, dan
retribusi penjualan produksi usaha daerah.
3.1.3 Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemda dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis dari retribusi ini yaitu retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin tempat
penjualan minuman beralkohol, retribusi izin gangguan dan retribusi izin trayek
serta retribusi izin menggunakan tenaga kerja asing.
Retribusi memiliki 2 fungsi utama (Putra, 2014), yaitu fungsi penerimaan (budgetair)
atau fubgsi pengeluaran (regulered). Fungsi penerimaan yaitu sebagi instrument untuk
menghimpun dana dari masyarakat untuk berbagai kepentingan pendanaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah. Sedangkan fungsi pengeluaran yaitu sebagai
instrument untuk mencapai tujuan tertentu, antara lain dengan mempengaruhi tingkat
konsumsi barang dan jasa tertentu.
Selanjutnya, pada penyusunan makalah ini penulis berfokus pada pembahasan
mengenai retribusi izin menggunakan tenaga kerja asing (IMTA). Pembahasan mengenai
retribusi izin menggunakan tenaga kerja asing (IMTA) adalah sebagai berikut.

3.2 Retribusi Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing
3.2.1 Tenaga Kerja Asing
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Menurut Budiono (dalam Nababan, 2014), tenaga kerja asing (TKA) adalah tiap

orang bukan warga negara Indonesia yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pada UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, juga
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja asing adalah warga Negara asing
pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Jadi, yang dimaksud dengan
tenaga kerja asing yakni warga Negara asing yang memiliki visa untuk tinggal dan menetap
di Indonesia dalam jangka waktu tertentu dengan maksud untuk bekerja guna menghasilkan
jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
3.2.2 Peraturan Tentang Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing
Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja asing diatur dalam Undang Undang
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK). Dalam UUK, pengaturan penggunaan
tenaga kerja asing dimuat pada Bab VIII, Pasal 42 sampai dengan Pasal 49. Pengaturan
tersebut dimulai dari kewajiban pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing untuk
memperoleh izin tertulis, memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang memuat
alasan, jenis jabatan dan jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing, kewajiban penunjukan
tenaga kerja Warga Negara Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja asing, hingga
kewajiban memulangkan tenaga kerja asing ke negara asal setelah berakhirnya hubungan
kerja.
Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja asing dilengkapi dengan sejumlah
perangkat hukum lain yang memuat tentang perizinan, jaminan perlindungan kesehatan
sampai pada pengawasan. Perangkat hukum tersebut antara lain:
a. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 223/MEN/2003 Tentang
Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban
Membayar Kompensasi.
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 67/MEN/IV/2004 tentang
Pelaksanaan Program JAMSOSTEK bagi Tenaga Kerja Asing.
c. Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan
Tenaga Kerja Asing.
Pemberi kerja TKA wajib melaporkan penggunaan TKA dan pendamping TKA di
perusahaan secara periodik 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur atau Gubernur atau
Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Dirjen. Selanjutnya, Direktur atau Gubernur atau
Bupati/Walikota melaporkan IMTA yang diterbitkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan
kepada Menteri dengan tembusan kepada Dirjen.

BAB 3
METODE KAJIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai metode kajian yang terdiri dari sub bab metode
penulisan dan teknik pengumpulan data.
3.1 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif
menurut Payne dan
mengkategorisasi,

Payne (2004) adalah teknik-teknik

menginterpretasi,

menyelidiki,

yang digunakan untuk

menafsirkan

dan

mengidentifikasi

keterbatasan fisik sumber dokumen yang umumnya dokumen tertulis baik dalam domain
publik ataupun swasta (Mogalakwe, 2006). Selanjutnya, Neuman (2007: 16) menyatakan
bahwa metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan detail spesifik mengenai situasi,
pengaturan sosial, atau sebuah hubungan. Penggunaan metode kualitatif deskriptif dalam
penulisan makalah ini berfungsi untuk menggambarkan peran retribusi Izin Mempekerjakan
Tenaga Keja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota
Batam.

3.2 Teknik Pengumpulan Data
Pada kajian ini, penulis menggunakan jenis data sekunder sebagai sumber rujukan
penulisan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data
kualitatif. Artinya, pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen melalui domain
publik yang dibuat oleh pemerintah yang memuat informasi mengenai retribusi, tenaga kerja
asing dan permasalahan dalam proses pemungutan retribusi serta dari buku rujukan yang
berkaitan dengan retribusi dan kemudian dilakukan penulisan secara deskriptif. Selain itu,
data juga diperoleh dari sumber media elektronik yang memuat berita tentang Retribusi Izin
Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang disediakan oleh Pemerintah Kota Batam
serta peraturan-peraturan dalam Retribusi Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA).
Penggunaan metode kualitatif deskriptif pada penulisan makalah ini bertujuan untuk
menggambarkan peran Retribusi Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya di Kota Batam.

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan akan diuraikan mengenai profil Kota Batam, retribusi IMTA di
Kota Batam, permasalahan dalam pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam, pengawasan
pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam dan peran retribusi IMTA terhadap APBD Kota
Batam.
4.1 Profil Kota Batam
Kota

Batam merupakan

salah

satu kota yang

terletak

di Provinsi Kepulauan

Riau, Indonesia. Berdasarkan jumlah penduduknya, Kota Batam merupakan kota terbesar di
Kepulauan Riau dan kota terbesar ketiga di wilayah Sumatera setelah Medan dan Palembang.
Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam per April 2012, jumlah
penduduk Batam mencapai 1.153.860 jiwa (humasbatam.com).
Wilayah kota Batam terletak di Pulau Batam dan seluruh wilayahnya dikelilingi Selat
Singapura dan Selat Malaka (humasbatam.com). Wilayah metropolitan Batam terdiri dari tiga
pulau,

yaitu Batam, Rempang dan Galang yang

dihubungkan

oleh

sebuah

jembatan,

yakni Jembatan Barelang. Kota Batam terdiri dari dua belas kecamatan, yaitu Kecamatan
Batam Kota, Kecamatan Nongsa, Kecamatan Bengkong, Kecamatan Batu Ampar,
Kecamatan Sekupang, Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Bulang, Kecamatan
Sagulung, Kecamatan Galang, Kecamatan Lubuk Baja, Kecamatan Sungai Beduk dan
Kecamatan Batuaji.
Kota Batam terletak di jalur pelayaran internasional dan memiliki jarak yang sangat
dekat dan berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia. Hal ini mengakibatkan letak
Kota Batam menjadi sangat strategis dan merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan
terpesat di Indonesia. Kondisi tersebut dapat terlihat pada sejarah Kota Batam yaitu ketika
dibangun pada tahun 1970-an oleh Otorita Batam (saat ini bernama BP Batam), kota ini
hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk dan dalam tempo 40 tahun penduduk Batam bertumbuh
hingga 158 kali lipat. Pertumbuhan penduduk di Kota Batam tidak hanya dipengaruhi oleh
pertumbuhan penduduk secara alimiah atau keliharan, namun juga karena masuknya warga
Negara asing ke wilayah Kota Batam (humasbatam.com).

4.2 Retribusi IMTA di Kota Batam
Retribusi Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) di Kota Batam merupakan
retribusi yang dipungut oleh Pemerintah Kota Batam berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Batam Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga
Kerja Asing (skpd.batamkota.go.id). Retribusi Perpanjangan IMTA adalah pungutan atas
pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja tenaga kerja asing. Objek retribusi
adalah pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja Tenaga Kerja Asing. Sedangkan
subjek retribusi perpanjangan IMTA meliputi pemberi kerja Tenaga Kerja Asing yang
mendapatkan pelayanan Perpanjangan IMTA atau biasa disebut dengan wajib retribusi.
Wajib retribusi terdiri dari orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan Peraturan
Daerah Kota Batam diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut
atau pemotong retribusi tertentu.
Pihak yang dapat memberikan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
menurut Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan
Tenaga Kerja Asing adalah pemberi kerja yang memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
Asing (RPTKA) yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk (Syahmardan, 2011).
Pasal 3 Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan
Tenaga Kerja Asing, menyebutkan bahwa, “Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA
harus memiliki RPTKA yang digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)”. Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA,
pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis yang dilengkapi alasan
penggunaan TKA dengan melampirkan formulir RPTKA yang sudah dilengkapi, surat ijin
usaha dari instansi yang berwenang, akte pendirian sebagai badan hukum yang sudah
disahkan oleh pejabat yang berwenang, keterangan domisili perusahaan dari pemerintah
daerah setempat, bagan struktur organisasi perusahaan, surat penunjukan TKI sebagai
pendamping TKA yang dipekerjakan, copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih
berlaku berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan di perusahaan, dan rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh TKA dari
instansi tertentu apabila diperlukan.
Pada Pasal 11 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Retribusi
Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, diatur mengenai masa retribusi.
Masa retribusi perpanjangan IMTA ditetapkan berdasarkan jangka waktu tertentu dan
merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu
yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kota Batam. Selanjutnya, besarnya tarif retribusi
perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah sebesar US $ 100 (seratus
dollar Amerika Serikat) per orang per bulan atau US $ 1200 per orang per tahun. Sasaran dari
pemungutan retribusi ini yaitu untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan

pemberian izin yang meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan
hukum,

penatausahaan,

dan

biaya

dampak

negatif

dari

pemberian

izin

(skpd.batamkota.go.id).
Pihak yang berwenang melakukan pemungutan retribusi perpanjangan IMTA adalah
SKPD dilingkungan Pemerintahan Kota Batam. Menurut Pasal 2 Peraturan Walikota Batam
No 39 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Batam No 4 Tahun
2013 Tentang Retribusi Perpanjangan izin Mempekerjakan Tenaga Asing, pembayaran
retribusi IMTA dapat dilakukan di kas daerah atau di tempat lain yang ditunjuk oleh
Walikota. Pembayaran dilakukan dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
(SKRD), yaitu surat keputusan yang menentukan besarnya retribusi yang terutang. Selain itu,
pembayaran dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh Walikota serta harus
dilakukan secara tunai dan lunas. Pungutan retribusi perpanjangan IMTA oleh Pemerintah
Kota Batam dicatat sebagai penerimaan daerah dan dimanfaatkan untuk membiayai
pengeluaran daerah (skpd.batamkota.go.id).

4.3 Permasalahan Retribusi IMTA di Kota Batam
Menurut data dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota
Batam, terdapat sekitar 6200 tenaga kerja asing di Kota Batam. Tarif retribusi IMTA
perorangnya mencapai US $ 100 tiap orang per bulan atau US $ 1200 tiap orang per tahun
sehingga potensi retribusi IMTA di Kota Batam bisa mencapai lebih dari Rp 100 miliar per
tahun (batampos.co.id, 2015). Akan tetapi, penerimaan kas daerah dari retribusi IMTA masih
jauh dari harapan. Kondisi ini dapat dilihat pada data retribusi IMTA yang berhasil dipungut
oleh Pemerintah Kota Batam sampai pada bulan September 2015 yaitu hanya sebesar 50%
dari target yang telah ditetapkan senilai Rp 45 miliar. Penyebabnya adalah karena Pemerintah
Kota Batam tidak melakukan pemungutan secara serius terhadap retribusi IMTA. Selain itu,
hilangnya potensi penerimaan kas daerah dari retribusi IMTA juga disebabkan karena Dinas
Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam tidak mampu mengawasi perusahaan-perusahaan di
Batam yang menggunakan tenaga kerja asing. Solusi yang ditawarkan oleh pemerintah Kota
Batam atas masalah ini adalah membentuk sebuah tim deteksi dini yang terdiri dari lima
lembaga yang berfungsi untuk mengawasi perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan
tenaga kerja asing. Lima lembaga yang tergabung dalam tim deteksi dini tersebut adalah
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), BP Batam, Imigrasi, Polisi, dan pengelola kawasan industry.
Tujuan dari dibentuknya tim tersebut adalah untuk memaksimalkan penerimaan kas daerah
dari retribusi IMTA.

Permasalahan lainnya adalah banyak tenaga kerja asing di Batam yang tidak
bersertifikat (batampos.co.id, 2015). Perusahaan-perusaan yang mempekerjakan tenaga kerja
asing tanpa sertifikat menjadi enggan untuk melaporkan IMTAnya kepada pemerintah Kota
Batam. Akibatnya, tidak semua tenaga kerja asing yang ada di Batam tercatat secara oleh
Pemerintah Kota Batam sebagai wajib retribusi sehingga sebagian dari tenaga kerja tersebut
dapat lolos dari pungutan retribusi IMTA.
Disamping itu, penerapan kebijakan Visa on Arrival (VoA) yang dilakukan oleh
pemerintah Kota Batam dapat mengancam pendapatan daerah dari retribusi tenaga kerja
asing (TKA). Pasalnya, banyak di antara TKA yang memanfaatkan kebijakan VoA untuk
bekerja di Batam dengan menyamar sebagai wisatawan. Karena dengan kebijakan VoA,
cukup dengan membayar biaya sebesar US$ 25 untuk mendapatkan izin tinggal selama 30
hari atau US$ 10 untuk tinggal selama tujuh hari. Menurut Ketua Komisi IV DPRD Kota
Batam, Riky Indrakar (2015), terdapat warga negara asing yang mengunjungi Batam pada
hari kerja dengan fasilitas VoA dengan tujuan untuk bekerja (haluankepri.com, 23 Februari
2012). Warga negara asing tersebut bekerja untuk perusahaan di Batam selama hari kerja
dengan diberi kontrak yang bisa terhindar dari ketentuan retribusi IMTA. Para tenaga kerja
asing yang menyamar sebagai wisatawan pada umumnya datang ke Batam pada Senin pagi
dan kembali ke Negara aslnya pada Jumat sore.
Pemerintah Kota Batam, khususnya Dinas Tenga Kerja melakukan kerjasama dengan
pihak Dinas Imigrasi untuk mengantisipasi penyalahgunaan TKA yang menggunakan
kebijakan VoA (haluankepri.com, 23 Februari 2012). Antisipasi ini dilakukan dengan
menerapkan izin kerja temporer bagi tenaga kerja asing yang ada di Batam. Izin temporer
tersebut diatur dalam rancangan Peraturan Pemerintah kewenangan perpanjangan IMTA
kepada daerah dan dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Ketenagakerjaan. Izin
temporer ini diperuntukkan bagi tenaga kerja asing yang bekerja di daerah dalam jangka
waktu kurang dari enam bulan.

4.4 Pengawasan Pemungutan Retribusi IMTA di Kota Batam
Pemberlakukan Retribusi Perpanjangan IMTA dimulai pada tanggal 1 Januari 2013
guna memberikan kesempatan kepada daerah untuk memungut kompensasi atas pemberian
izin mempekerjakan tenaga kerja asing (kabar24.bisnis.com, Januari 2013). Hal-hal yang
perlu dipersiapkan dalam rangka pelaksanaan pemungutan Retribusi Perpanjangan IMTA
adalah Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang retribusi perpanjangan Izin
Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA). Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tersebut

dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah No 65 Tahun 2012 tentang Jenis Dan Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak. Mengingat besarnya potensi penerimaan dari retribusi
ini, semua intansi dan perusahaan yang ada di Batam dilibatkan dalam proses pembuatan
rancangan peraturan daerah tentang retribusi IMTA ini.
Pihak yang berperan mengawasi proses pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam
adalah Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam. Tujuan dari pengawasan yang dilakukan
oleh Dinas Tenaga Kerja selain melakukan kontrol terhadap proses pemungutan retribusi
pembuatan

dan

perpanjangan

IMTA

yakni

meningkatkan

kualitas

tenaga

kerja

(kabar24.bisnis.com, Januari 2013). Langkah yang ditempuh dalam meningkatkan kualitas
tenaga kerja antara lain mengadakan pelatihan bagi para tenaga kerja baik pelatihan keahlian
maupun pelatihan keterampilan. Selain itu, untuk menunjang proses pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, dibentuklah suatu tim penyidik yang diberi
nama PPNS. Retribusi IMTA merupakan sumber penerimaan daerah yang penting karena
dapat digunakan untuk program pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal,
mendanai pengawasan yang dilakukan oleh Disnaker hingga penegakan hukum jika terjadi
pelanggaran dalam perizinan tenaga kerja.

4.5 Peran Retribusi IMTA terhadap APBD Kota Batam
Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Zarefriadi, Kota Batam merupakan
kota pertama yang telah melahirkan Peraturan Daerah No 4 Tahun 2013 tentang retribusi
perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA). Retribusi IMTA tersebut memiliki
berbagai fungsi diantaranya (keprisatu.com, 5 Januari 2015) yaitu untuk pemasukan kas
daerah. Sebagai pemasukan kas daerah, IMTA digunakan sebagai sumber dana
penyelenggaraan pemerintahan termasuk sebagai sumber dana pembangunan di Kota Batam.
Di sisi lain, IMTA juga berfungsi untuk mempersempit ruang gerak Tenaga Kerja Asing
(TKA) sehingga dapat melindungi kepentingan nasional. Artinya, dengan IMTA ini para
Tenaga Kerja Asing (TKA) harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemerintah
agar dapat bekerja di Kota Batam dan hanya diperbolehkan melakukan pekerjaan sesuai
dengan rincian yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Apabila ditemukan Tenaga Kerja
Asing (TKA) yang tidak memiliki surat izin kerja resmi maka pemerintah dapat melakukan
tindakan berdasarkan hukum yang berlaku. Peraturan Daerah No 4 Tahun 2013 tentang
retribusi perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) juga dijadikan sebagai
alat untuk melakukan pengawasan kepada Pihak Asing yang beroperasi di Kota Batam agar
tidak melakukan hal-hal yang sewenang-wenang terkait dengan pelaksanaan kegiatan

perusahaan seperti mempekerjakan tenaga kerja asing tanpa izin dan upaya penghindaran
pungutan retribusi IMTA dengan tidak melaporkan jumlah tenaga kerja asing yang
digunakan. Penerapan Peraturan Daerah ini juga merupakan upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka alih teknologi, yaitu dengan memberikan peluang kepada tenaga
kerja lokal untuk bekerja sama dengan tenaga kerja asing.
Besaran retribusi IMTA bagi setiap tenaga kerja asing yang masuk ke Batam sebesar
US $ 100 dollar tiap orang per bulan atau US $ 1200 tiap orang per tahun dimana sebesar
70% dari kompensasi tersebut digunakan untuk pelatihan sumber daya manusia (SDM).
Pelatihan-pelatihan tersebut diperuntukkan bagi tenaga kerja, meliputi pelatihan desain grafis,
autocade, jahit, dan welder . Sedangkan sebesar 30% dari kompensasi dana retribusi

difungsikan sebagai sumber pembiayaan untuk mengurus perizinan tenaga kerja asing itu
sendiri. Di Kota Batam, setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja asing dan
hingga tahun 2015 pemeritah telah mengeluarkan lebih dari 1300 sertifikat pelatihan
ketrampilan bagi tenaga kerja yang ada di Batam.

BAB 5
PENUTUP

Pada bab penutup diuraikan mengenai peran retribusi Izin Mempekrjakan Tenaga
Kerja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam
dan rekomendasi atas permasalahan yang dihadapi dalam proses pemungutan retribusi IMTA.
5.1 Kesimpulan
Retribusi IMTA yang dipungut oleh Pemerintah Kota Batam berdasarkan Peraturan
Walikota No 4 Tahun 2013 tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga
Asing (IMTA), memiliki peranan yang signifikan bagi daerah antara lain sebagai pemasukan
kas daerah guna menyelenggarakan proses pemerintahan termasuk sebagai sumber dana
pembangunan di Kota Batam, sebagai batasan ruang gerak bagi Tenaga Kerja Asing (TKA)
yang bekerja di Kota Batam, dan merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah
dalam rangka alih teknologi melalui kerjasama antara tenaga kerja lokal dan tenaga kerja
asing. Di samping itu, retribusi IMTA juga difungsikan sebagai sumber dana pelatihan yang
diperuntukkan bagi tenaga kerja yang meliputi pelatihan desain grafis, autocade, jahit, dan
welder serta digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk mengurus perizinan tenaga kerja

asing itu sendiri.

5.2 Rekomendasi
Berdasarkan beberapa permasalahan dalam pemungutan retribusi IMTA di Kota
Batam, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi yaitu:
5.2.1 Pemerintah lebih memperketat proses pemberian izin tinggal bagi warga Negara
asing yang bermaksud tinggal untuk bekerja di wilayah Indonesia dengan
menerapkan prosedur perizinan sesuai peraturan yang ada.
5.2.2 Pemungutan retribusi IMTA dilaksanakan secara lebih teliti dengan menetapkan
target retribusi agar tidak ada perusahaan yang berusaha menyembunyikan tenaga
kerja asing yang dipekerjakannya.
5.2.3. Pihak Dinas Tenaga Kerja beserta tim penyidik (PPNS) melakukan pengawasan
secara detail terkait pemungutan retribusi IMTA yang meliputi detail dana retribusi
IMTA yang dikumpulkan, pihak yang terlibat selama proses pemungutan IMTA
dan perusahan atau orang pribadi yang menjadi wajib retribusi.
5.2.4 Laporan pertanggungjawaban atas retribusi IMTA dipublikasikan secara luas baik
jumlah pemasukan yang diperoleh maupun alokasi dari dana retribusi IMTA.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia . Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
Neuman, W. L.. 2007. Basic of Social Research Qualitative and Quantitative Approach’ (2nd
Ed). Pearson Education Inc.

Internet
Admin. 2015. Kadisnaker Kota Batam: Kota Pertama Melahirkan Perda Tentang IMTA.
http://www.keprisatu.com/detail.php?id=2860 (Diakses pada 19 Desember 2015)
Admin. 2012. Manfaatkan VoA, Banyak TKA Nyamar Wisatawan . http://haluankepri.com
/batam/25236-manfaatkan-voa-banyak-tka-nyamar-wisatawan.html (Diakses pada 8
Desember 2015)
Admin.

2013.

PERDA IMTA BATAM:

Penyusunan

Draft

Digesa

Satu

Bulan.

http://kabar24.bisnis.com/read/20130108/186/123020/perda-imta-batam-penyusunandraft-digesa-satu-bulan (Diakses pada 19 Desember 2015)
Admin.

2012.

Profil

Pemerintah

Kota

Batam.

http://www.humasbatam.com

/2012/01/20/profil-pemerintah-kota-batam/ (Diakses 8 Desember 2015)
Admin. 2015. Puluhan Miliar Retribusi Tenaga Kerja Asing di Batam Menguap .
http://batampos.co.id/13-09-2015/puluhan-miliar-retribusi-tenaga-kerja-asing-dibatam-menguap/ (Diakses 8 Desember 2015)
Kurniawan, Dani. 2007. Otonomi Daerah dan desentralisasi Fiskal di Indonesia .
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=142378&val=5460&title=OTON
OMI%20DAERAH%20DAN%20DESENTRALISASI%20FISKAL%20%20DI%20I
NDONESIA diunduh pada Sabtu, 12 Desember 2015 Pukul 16.34 WIB
Nababan, Budi S.P. 2014. Perlunya Perda Tentang Izin Mempekerjakan tenaga Kerja Asing
di tengah Liberalisasi Tenaga Kerja Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jurnal
RechtsVinding: Media Pembinaan Hukum Nasional. Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Sumatera Utara. (Diunduh 9 Desember 2015)
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Retribusi Perpanjangan Izin
Mempekerjakan

Tenaga

Kerja

Asing.

http://skpd.batamkota.go.id

/hukum/files/2013/02/Perda-Nomor-4-Tahun-2013-tentang-Retribusi-PerpanjanganIMTA.pdf (Diakses 8 Desember 2015)

Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga
Kerja Asing.
Peraturan Walikota Batam No 39 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kota Batam No 4 Tahun 2013 Tentang Retribusi Perpanjangan izin
Mempekerjakan

Tenaga

Asing.

http://skpd.batamkota.go.id

/hukum/files/2014/03/PERWAKO-NO-39-TAHUN-20142.pdf (Diakses 8 Desember
2015)
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. http://www.djpk.kemenkeu.go.id/attachments/article

/190/Pajak_Daerah_dan_Retribusi_Daerah.pdf diunduh pada Sabtu, 12 Desember
2015 Pukul 16.12 WIB
Pudjiastuti, Lani. 2015. Jumlah Tenaga Kerja Asing di RI 70.000 Orang, Menaker: Jangan
Khawatir. http://finance.detik.com/read/2015/08/28/132942/3003837/4/jumlah-tenaga

-kerja-asing-di-ri-70000-orang-menaker-jangan-khawatir (Diakses 7 Desember 2015)
Putra, Inov. Hendra K. 2014. Monitoring dan Evaluasi Perda Prov. Kepri Nomor 1 tahun
2012 tentang Retribusi Daerah: Bahan Evaluasi Penyusunan Perubahan Perda
Retribusi. http://dispenda.kepriprov.go.id/?p=789 diunduh pada Kamis, 10 Desember

2015 Pukul 21.04 WIB
Syahmardan, 2011. Tenaga Kerja Asing Di Indonesia: Kebijakan dan Implementasi .
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/1427-tenaga-kerja-asing-diindonesia-kebijakan-dan-implementasi.html (Diakses 7 Desember 2015)
Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK).