SURVEY KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANG

SURVEY KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA KULIAH KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI IKIP PGRI PONTIANAK

Oleh: Galuh Bayuardi Dian Equanti Dan Kawan-Kawan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI

Halaman

1. Pendahuluan

2. Objek Kajian KKL II

3. Kerangka Berpikir

4. Tujuan KKL II

5. Pelaksanaan KKL II

6. Teknik Pengumpulan Data

7. Data

8. Sumber Data

9. Metode Penelitian Survei

10. Definisi Operasional

11. Analisis dan Pengolahan Data

12. Menyimpulkan Hasil Penelitian

Daftar Pustaka

Lampiran : Kuesioner KKL II

1. Pendahuluan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan bagian dari mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana di Program Studi Pendidikan Geografi IKIP PGRI Pontianak. KKL dikemas dalam 2 mata kuliah wajib, yaitu KKL I dan KKL II masing-masing berbobot 2 SKS. KKL bertujuan memberi pengalaman lapangan dalam proses pengamatan dan pengumpulan data berbagai fenomena keruangan di permukaan bumi. KKL

I bertujuan mengamati fenomena bentanglahan hasil interaksi komponen- komponen fisik di permukaan bumi, sedangkan KKL II mempelajari fenomena wilayah sebagai interaksi keruangan antara faktor manusia, lingkungan fisik yang membentuk keunikan suatu angan, kelingkungan dan kompleks wilayah.

Mengingat luasnya kajian-kajian antroposfer yang dapat dikaji dari sudut pandang keilmuan geografi, maka KKL II dibatasi pada pengamatan dan pengukuran parameter bentang sosial ekonomi dan budaya. Hasil KKL II diharapkan dapat mewujudkan bentuk pengamatan dan pemahaman geografi yang utuh, menyeluruh, dan terpadu dalam mengkaji dan menganalisis persamaan serta perbedaan gejala Antroposfer. Pendekatan yang digunakan meliputi pendekatan spasial,

2. Objek Kajian KKL II

Objek kajian KKL II secara umum bertema identifikasi kondisi sosial ekonomi dan potensi wilayah. Dasar pemilihan tema ini secara obyektif, bahwa identifikasi kondisi sosial ekonomi dan potensi wilayah merupakan dalam pengenalan gejala geosfer yang merupakan perhatian utama kajian geografi.

Suatu gejala geosfer yang ada di suatu wilayah belum tentu merupakan permasalahan wilayah. Permasalahan wilayah adalah juga merupakan gejala geosfer, namun keberadaan gejala tersebut sudah, atau sedang atau diperkirakan akan mengakibatkan munculnya dampak negative bagi wilayah yang bersangkutan. Dampak negatif merupakan suatu kondisi yang secara umum telah, sedang atau akan merugikan perikehidupan manusia dari berbagai aspek kehidupannya. Istilah merugikan mempunyai rentang nilai yang sangat relatif dari kerugian yang sedikit sampai besar. Makin besar kerugian yang diderita manusia diartikan sebagai semakin besar permasalahan wilayah. Permasalahan wilayah terbesar adalah adanya gejala yang mengancam nyawa manusia/eksistensi manusia/kemampuan reproduksi manusia baik secara individual maupun kelompok dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Makin banyak orang yang terancam, maka makin besar permasalahan wilayah yang muncul. Makin pendek waktu terhadap munculnya ancaman maka makin besar permasalahan wilayah. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahawa permasalahan terbesar Suatu gejala geosfer yang ada di suatu wilayah belum tentu merupakan permasalahan wilayah. Permasalahan wilayah adalah juga merupakan gejala geosfer, namun keberadaan gejala tersebut sudah, atau sedang atau diperkirakan akan mengakibatkan munculnya dampak negative bagi wilayah yang bersangkutan. Dampak negatif merupakan suatu kondisi yang secara umum telah, sedang atau akan merugikan perikehidupan manusia dari berbagai aspek kehidupannya. Istilah merugikan mempunyai rentang nilai yang sangat relatif dari kerugian yang sedikit sampai besar. Makin besar kerugian yang diderita manusia diartikan sebagai semakin besar permasalahan wilayah. Permasalahan wilayah terbesar adalah adanya gejala yang mengancam nyawa manusia/eksistensi manusia/kemampuan reproduksi manusia baik secara individual maupun kelompok dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Makin banyak orang yang terancam, maka makin besar permasalahan wilayah yang muncul. Makin pendek waktu terhadap munculnya ancaman maka makin besar permasalahan wilayah. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahawa permasalahan terbesar

Apabila dalam suatu wilayah muncul gejala tersebut maka gejala tersebut merupakan permasalahan penelitian yang sangat mendesak untuk dicarikan jawaban ilmiahnya sehingga dapat ditindaklanjuti dengan solusi atas gejala tersebut. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa permasalahan penelitian merupakan permasalahan wilayah. Oleh karena ancaman terhadap perikehidupan manusia di suatu wilayah dapat terjadi langsung maupun tidak langsung, maka seorang peneliti dapat meneliti penggalan dari proses panjag deteriorisasi lingkungan yang terjadi dalam upayanya mencari jawaban terhadap permasalahan wilayah. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang tersedia, sehingga peneliti harus membatasi wacana ilmiah yang akan dibangun. Hal ini sebabnya dikatakan bahwa suatu penelitian bersifat siklik, menimbulkan permasalahan baru yang perlu ditindaklanjuti oleh peneliti-peneliti lainnya.

Sebagai contoh misalnya terdapat gejala kerusakan lahan di suatu wilayah. Gejala ini apabila dibiarkan terjadi maka dalam jangka panjang akan mengakibatkan deteriorisasi lingkungan yang akan menimbulkan dampak depresi sumber daya wilayah. Apabila gejala tersebut berlangsung terus maka kesenjangan antara produksi dan konsumsi pangan akan makin lebar sehingga dalam jangka panjang eksistensi manusia di dalamnya akan terancam. Oleh karena keterkaitan

multidimensional maka sangat tidak mungkin peneliti dapat meneliti keseluruhan aspek kehidupan manusia yang ada di suatu wilayah, maka peneliti dapat memfokuskan pada penggala permasalahan wilayah atau sub-problem. Misalnya, hanya menyoroti kerusakan lahan saja dengan meneliti (1) penyebab terjadinya kerusakan lahan, (2) proses terjadinya kerusakan lahan dan (3) dampak sosial-ekonomi kerusakan lahan sampai saat penelitian berlangsung. Penelitian lain mungkin lebih tertarik pada survival strategy yang menekankan pada kiat manusia dalam mengatasi penghasilan yang sangat rendah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari yang semakin tinggi di wilayah yang mengalami kerusakan lahan. Selain contoh di atas masih banyak lagi sub-permasalahan wilayah yang dapat dikemukakan dalam kaitannya dengan munculnya ancaman terhadap eksistensi manusia dalam jangka panjang di wilayah yang bersangkutan. Dalam contoh di atas jelas terlihat bahwa permasalahan penelitian yang dikemukakan sekaligus juga merupakan permasalahan wilayah, karena gejala yang ada mungkin sudah, sedang atau diperkirakan akan menimbulkan dampak negatif terhadap perikehidupan manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Namun demikian, suatu permasalahan penelitian tidak harus merupakan permasalahan wilayah selama gejala geosfer yang diangkat mempunyai nilai akademis yang berarti dalam artian mempunyai sumbangan yang signifikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan atau mempunyai sumbangan teoretik yang besar maupun sumbangan Namun demikian, suatu permasalahan penelitian tidak harus merupakan permasalahan wilayah selama gejala geosfer yang diangkat mempunyai nilai akademis yang berarti dalam artian mempunyai sumbangan yang signifikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan atau mempunyai sumbangan teoretik yang besar maupun sumbangan

Berikut akan dikemukakan cotoh mengenai permasalahan penelitian yang bukan permasalahan wilayah, namun mempunyai bobot nilai yang cukup penting untuk dijadikan topic kajian ilmiah. Dalam upayanya membekali diri menjadi ilmuwan handal, seorang mahasiswa telah membaca berbagai buku teks, jurnal ilmiah dan berbagai sumber bacaan ilmiah yang lain. Dia menemukan sebuah penelitian yang dikerjakan di US A oleh Lee (1979 dalam Yunus, 2010 : 175) seorang pakar kajjian kekotaan yang mengupas mengenai perkembangan kota-kota di negara tersebut. Dalam kesimpulannya peneliti menemukan beberapa determinan terhadap perkembangan fisik kota di daerah pinggiran kota. Ada 6 faktor determinan yang dikemukakannya, yaitu: (1) public services, (2) accessibility, (3) physical characteristics, (4) land owners’ characteristics, (5) regulatory measures dan (6) developers’ initiatives. Oleh karena USA adalah negara maju dengan latar belakang sosial, ekonomi, kultural, teknologi, politik, sejarah yang berbeda dengan negara Berikut akan dikemukakan cotoh mengenai permasalahan penelitian yang bukan permasalahan wilayah, namun mempunyai bobot nilai yang cukup penting untuk dijadikan topic kajian ilmiah. Dalam upayanya membekali diri menjadi ilmuwan handal, seorang mahasiswa telah membaca berbagai buku teks, jurnal ilmiah dan berbagai sumber bacaan ilmiah yang lain. Dia menemukan sebuah penelitian yang dikerjakan di US A oleh Lee (1979 dalam Yunus, 2010 : 175) seorang pakar kajjian kekotaan yang mengupas mengenai perkembangan kota-kota di negara tersebut. Dalam kesimpulannya peneliti menemukan beberapa determinan terhadap perkembangan fisik kota di daerah pinggiran kota. Ada 6 faktor determinan yang dikemukakannya, yaitu: (1) public services, (2) accessibility, (3) physical characteristics, (4) land owners’ characteristics, (5) regulatory measures dan (6) developers’ initiatives. Oleh karena USA adalah negara maju dengan latar belakang sosial, ekonomi, kultural, teknologi, politik, sejarah yang berbeda dengan negara

Permasalahan penelitian dapat saja bukan merupakan permasalahan wilayah, namun merupakan permasalahan penelitia topical yang sangat menarik. Munculnya permasalahan peelitian yang memerlukan jawaban tersebut dilandasi oleh ketertarikan ilmiah peneliti terhadap suatu topik kajian tertentu (dapat merupakan teori, model, definisi, dalil atau konsep tertentu yang telah diuji kesahihannya di tempat lain/negara lain dengan latar belakang tertentu yang berbeda) dan ingin mengujinya di tempat lain yang berbeda. Jelas sekali bahwa temuan determinan perkembangan fisik kekotaan tersebut bukan merupakan permasalahan wilayah. Temuan yang dihasilkan sangat bermanfaat bagi para pemerhati perkotaan pada umumnya dan para perencana kota dan wilayah pada khususnya.

3. Kerangka Berpikir

Istilah kerangka teori juga dapat disebut sebagai kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran adalah pola pikir peneliti terhadap objek kajian yang dituangkan dalam sebuah diagram alir (flow chart) yang menggambarkan hubungan fungsional antarvariabel dan konsep. Kerangka pemikiran ini dapat direalisasikan dalam sebuah diagram alir oleh seorang peneliti sebagai bentuk kristalisasi pengetahuan setelah membaca berbagai sumber bacaan. Dalam laporan penelitian ilmiah sering terlihat Istilah kerangka teori juga dapat disebut sebagai kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran adalah pola pikir peneliti terhadap objek kajian yang dituangkan dalam sebuah diagram alir (flow chart) yang menggambarkan hubungan fungsional antarvariabel dan konsep. Kerangka pemikiran ini dapat direalisasikan dalam sebuah diagram alir oleh seorang peneliti sebagai bentuk kristalisasi pengetahuan setelah membaca berbagai sumber bacaan. Dalam laporan penelitian ilmiah sering terlihat

Kerangka teori adalah suatu bentuk scientific image yang diperoleh seorang peneliti terhadap konsep, variabel penelitian yang kemudian disusunnya dalam bentuk jalinan antar konsep, antar variabel dan antara variabel dan konsep dalam upayanya memberi jawaban ilmiah terhadap permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Konsep-konsep dan variabel-variabel mana telah diperolehnya setelah peneliti memperkaya pengetahuannya dari membaca buku-buku teks maupun hasil penelitian terdahulu. Suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari konsep dan variabel yang terjalin sedemikian rupa sebagai suatu kesatuan yang utuh tersebut dianggap sebagai sebuah kerangka teori (theoretical framework). Penguasaan materi/substansi pengetahuan seorang peneliti dapat diketahui dari kerangka teori yang dibangunnya. Apakah jalinan antarvariabel, antarkonsep dan antara variabel dengan konsep benar- benar memenuhi persyaratan logis?

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu kerangka teori/kerangka pemikiran harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:

1) Suatu kerangka teori harus mencerminkan kesatuan sistem ilmiah yang solid (concise)

2) Suatu kerangka teori tidak lagi menggunakan/mencantumkan acuan ilmiah lagi karena merupakan angan-angan ilmiah buah karya peneliti sendiri dan 2) Suatu kerangka teori tidak lagi menggunakan/mencantumkan acuan ilmiah lagi karena merupakan angan-angan ilmiah buah karya peneliti sendiri dan

3) Suatu kerangka teori menggambarkan jalinan antarkonsep, antarvariabel dan atau antara konsep dengan variabel;

4) Jalinan antarkonsep, antarvariabel dan antara konsep dengan variabel harus mencerminkan urutan cara berpikir yang sistematik;

5) Suatu kerangka pemikiran harus mencerminkan upaya untuk mencapai sasaran-sasaran penelitian baik sasaran antara maupun sasaran akhir, sehingga bentuk sistem kerangka berpikir yang diciptakan akan merupakan flow-chart.

4. Tujuan KKL II

Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah melatih mahasiswa melakukan tahap penelitian survey untuk melakukan identifikasi kondisi sosial, ekonomi dan kebudayaan penduduk, yaitu dengan cara mengumpulkan data mengenai keadaan sosial, ekonomi, dan kebudayaan penduduk. Menyusun kuesioner; wawancara/pengumpulan data; data entry; editing; koding; tabulasi data; membuat tabel sampai pada analisis jika data yang tersedia memungkinkan atau memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut.

Tujuan secara umum KKL II dimaksudkan untuk melatih mahasiswa lebih peka dalam memahami interaksi gejala fisik, dan gejala sosial ekonomi suatu wilayah, dan melatih kepekaan mahasiswa untuk Tujuan secara umum KKL II dimaksudkan untuk melatih mahasiswa lebih peka dalam memahami interaksi gejala fisik, dan gejala sosial ekonomi suatu wilayah, dan melatih kepekaan mahasiswa untuk

5. Pelaksanaan KKL II

KKL II dijadwalkan pelaksanaannya setiap semester Ganjil menurut kurikulum berlaku di Program Studi Pendidikan Geografi IKIP PGRI Pontianak 2016/2017. Secara klasikal, KKL II diberikan dalam bentuk kuliah yang diisi materi pengenalan konsep, tujuan KKL, dan tema KKL pada periode pelaksanaan. Tema KKL dirumuskan bersamaan dengan penentuan lokasi KKL. Dengan alasan praktis pragmatis, lokasi KKL disesuaikan dengan kemampuan anggaran, aksessibilitas dan sumber daya peserta dan penyelenggara, baik mahasiswa maupun dosen pengampu. Setelah tema KKL II dan lokasi penelitian diputuskan, dosen pengampu menyusun instrumen pengambilan data. Penyelenggaraan KKL II diserahkan kepada mahasiswa sebagai panita sekaligus pelaksana. Panitia dengan berkonsultasi kepada dosen koordinator KKL II, bertanggungjawab atas teknis pelaksanaan KKL II, mulai dari alokasi anggaran, akomodasi, kebutuhan logistik, perlengkapan, alat ukur yang dibawa, izin penggunaan lokasi, dan lain sebagainya.

Puncak pelaksanaan KKL II adalah pengambilan data di lokasi yang telah ditetapkan. KKL II diakhiri dengan penyusunan laporan KKL II oleh mahasiswa sebagai bukti dan syarat pengambilan mata kuliah. Laporan pertanggungjawaban diserahkan kepada pemberi dana dan

6. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian selalu berkaitan dengan data. Data ini diperlukan sebagai bahan yang dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian atau menjawab permasalahan penelitian. Dalam bahasan mengenai penelitian dikenal dua macam data, yaitu (1) data primer dan (2) data sekunder. Keduanya mempunyai peranan menentukan dalam setiap analisis penelitian dalam rangka menyusun penjelasan ilmiah terkait permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Penjelasan mengenai dua macam data ini dari sisi cara memperolehnya, dan ada juga yang menjelaskannya dari sisi kedekatannya dengan sumber data.

Untuk menjelaskan perbedaan keduanya, diilustrasikan dalam kejadian kecelakaan lalu lintas. Pada saat kejadian, seorang wartawan mewawancarai sopir dan mendapatkan keterangan mengenai sebab-sebab kecelakaan lalu-lintas dari pengamatan sopir. Pada keesokan harinya, berita tersebut ditulis dalam sebuah surat kabar harian dan dibaca oleh banyak orang. Keterangan yang ditulis wartawan tersebut dapat menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam bagi pembaca oleh karena beberapa hal. Hal ini sangat mungkin terjadi karena beberapa hal tersebut antara lain karena cara menyusun kalimat yang tidak jelas, cara mengungkapkan kejadian yang tidak runtut, kemampuan pembaca dalam memaknai ungkapan yang dikemukakan dan masih banyak faktor yang mungkin dapat mengakibatkan terjadinya distorsi pemahaman akan kecelakaan tersebut. Akibatnya pemahaman yang diperoleh pembaca

wartawan. Keterangan yang diperoleh wartawan berdasarkan wawancara dengan sopir adalah data primer, sementara itu keterangan yang diperoleh pembaca dari membaca laporan wartawan merupakan data sekunder. Ditinjau dari kedekatan sumber data, keterangan yang diperoleh dari wartawan adalah keterangan langsung dari sumbernya dan dianggap merupakan keterangan yang paling dekat dengan sumbernya, berupa fakta yang melekat pada pelakunya sendiri, sedangkan keterangan yang diperoleh pembaca berasal dari koran yang sangat mungkin terajdi distorsi pemahaman antara apa yang diketahui oleh wartawan dengan apa yang dicerna oleh pembaca. Keterangan yang diperoleh pembaca merupakan data sekunder karena apa yang diperoleh berasal dari sumber bukan pelakunya. Ditinjau dari segi cara memperoleh, pengetahuan yang diperoleh dari wartawan adalah keterangan yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama (sopir yang mengalami kecelakaan) sedangkan keterangan yang diperoleh oleh pembaca diperoleh dari tulisan dalam surat kabar (sumber tidak langsung) dan disebut sebagai data sekunder. Dua pandangan tersebut melengkapi satu sama lain dalam menjelaskan perbedaan antara data primer dan data sekunder.

Teknik pengumpulan data untuk penelitian wilayah antara lain (1) wawancara, (2) daftar pertanyaan/questionnaire, (3) angket, (4) observasi, (5) diskusi kelompok terfokus (DKT) atau focus group discussion (FGD), (6) konsultasi pada pakar (KPP), (7) interpretasi foto udara, (8) interpretasi citra satelit, (9) interpretasi peta, (10) interpretasi tabel, grafik, Teknik pengumpulan data untuk penelitian wilayah antara lain (1) wawancara, (2) daftar pertanyaan/questionnaire, (3) angket, (4) observasi, (5) diskusi kelompok terfokus (DKT) atau focus group discussion (FGD), (6) konsultasi pada pakar (KPP), (7) interpretasi foto udara, (8) interpretasi citra satelit, (9) interpretasi peta, (10) interpretasi tabel, grafik,

7. Data

Jenis data yang akan dikumpulkan dalam kegiatan ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan kegiatan survey yang dilakukan pada saat KKL II tersebut, yaitu yang diperoleh dari hasil wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan (daftar kuesioner terlampir). Sementara itu, selain data primer dibutuhkan pula data sekunder yang diperoleh diperoleh dari catatan-catatan instansi terkait.

Data sekunder tersebut merupakan data yang sudah ada, yang sebelumnya dikumpulkan oleh instansi-instansi terkait. Data sekunder berupa data jumlah penduduk, komposisi, ataupun data monografi desa/kelurahan. Termasuk di dalamnya dat mengenai data tentang letak/lokasi; luas dan batas daerah; data penggunaan lahan; selain peta dan data lain yang diperlukan yang dari catatan kantor/instansi terkait.

Data primer diperoleh dari kepala rumah tangga ataupun kepala keluarga, yang menjadi sample responden survey KKL II ini, mengingat unit analisis dari Survei KKL II ini adalah satuan Rumah Tangga. Data Sekunder diperoleh dari dokumen, arsip-arsip kantor desa ataupun kecamatan di lokasi di mana KKL II tersebut dilakukan. Dalam wujud monografi desa/kelurahan, peta-peta lain, serta data yang relevan dari dokumen publikasi hasil pendataan penduduk yang dilakukan oleh Badan Statistik Indonesia atau BPS.

Data dikumpulkan dilapangan oleh peserta KKL II, dengan mengunjungi rumah tangga- rumah tangga di lokasi KKL II. Dengan kuesioner, peserta KKL II mewawancarai responden yang dijumpai. Selain data yang terkumpul dari data kuesioner, peserta juga mencatat wawancara jika data yang relevan tidak dapat diperoleh dari daftar pertanyaan dalam kuesioner. Selain itu dapat ditambahkan deskripsi keadaan, fenomena ataupun peristiwa yang “observable” (dilihat, didengar, dan dirasakan oleh peserta) yang kemudian dicatat dalam catatan lapangan. Dengan demikian, peserta akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara komunikasi langsung dengan responden, dan observasi langsung di lokasi KKL tersebut.

Sebelum melakukan wawancara, peserta KKL II diharapkan mempelajari etika wawancara berikut agar tujuan memperoleh informasi dari responden dapat tercapai. Berikut diuraikan persiapan dan pelaksanaan wawancara bagi peneliti.

Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara menanyakan secara langsung pada sumber informasi. Dalam hal ini, sumber informasi adalah penduduk yang dapat memberikan keterangan melalui media oral. Hal ini dapat dilakukansecara langsung dalam pengertian bahwa pewawancara (interviewer) dan yang diwawancara bertatap muka secara langsung, namun dapat dilakukan pula secara tidak langsung melalui media telekomunikasi (telepon, televisi). Dalam melakukan kegiatan wawancara ada dua hal penting yang perlu dipahami oleh pewawancara, yaitu (1) persiapan wawancara dan (2) pelaksanaan wawancara. Keduanya akan dijelaskan secara komprehensif dalam paragraph selanjutnya.

1.a) Persiapan wawancara Wawancara adalah komunikasi dua arah antara pewawancara dan diwawancara secara langsung. Dalam melakukan kegiatan wawancara ada tata krama/ sopan santun yang harus dilakukan oleh pewawancara agar data yang diperoleh benar-benar dapat dipercaya atau sesuai dengan fakta yang sesuai dengan pemahaman diwawancara.

Salah satu bagian pokok yang harus dilakukan oleh pewawancara adalah mempelajari dengan baik setiap ungkapan yang dirumuskan dalam daftar pertanyaan (kalau menggunakan), mempelajari latar belakang sosio-kultural masyarakat setempat untuk menghindari timbulnya perilaku tertentu yang bertentangan dengan norma sosio- kultural umum setempat. Selanjutnya ada beberapa tahapan yang harus

(1)memperkenalkan diri, (2) menjelaskan maksud kedatangan, (3)menjelaskan materi pokok wawancara dan (4) mengajukan pertanyaan.

1.b) Memperkenalkan Diri Pada saat pewawancara bertemu dengan diwawancara tugas pertama adalah memperkenalkan diri disertai dengan menunjukkan kartu identitas diri yang dalam hal ini dapat menggunakan KTP, Kartu Mahasiswa atau kartu keterangan lainnya. Di samping itu adalah menunjukkan surat izin penelitian yang telah dilegalisir/diketahui/disetujui oleh pejabat yang berwenang untuk itu.

1.c) Menjelaskan Maksud Kedatangan Menjelaskan maksud diadakan wawancara, khususnya terkait dengan jaminan kerahasiaan data yang diberikan oleh diwawancaradan keterkaitannya dengan hal-hal yang dianggap akan menimbulkan beban tertentu bagi diwawancara seperti perpajakan. Pelanggaran yang dilakukan oleh peneliti dapat menyebabkan akibat hukum. Hal yang banyak ditakuti oleh yang diwawancara adalah apabila jawaban yang diberikan akan berpengaruh terhadap besar-kecilnya pajak, khususnya jawaban mengenai penghasilan dan kepemilikan lahan. Apabila hal tersebut tidak dijelaskan semenjak awal, sangat dikhawatirkan bahwa jawaban yang diberikan diwawancara akan sangat bersifat under-estimate dan akibatnya data yang diperoleh tidak reliable. Analisis yang dilakukan akan sia-sia, tidak valid sehingga beberapa temuan akan bertentangan dengan teori-teori yang mendasari analisis yang akan dilakukan. Dalam hal

1.d) Menjelaskan Substansi Wawancara Hal-hal yang berkaitan dengan materi wawancara perlu

dikemukakan terlebih dahulu, agar diwawancara benar-benar siap secara psikologis menghadapi pertanyaan yang akan diajukan. Sebagai contoh adalah keadaan keluarga seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kepemilikan lahan, pertanian, perilaku mobilitas, keadaan rumah dan keadaan lingkungan. Dengan mengetahui materi pokok wawancara, diwawancara akan memperoleh gambaran umum dan diharapkan tidak muncul perasaan yang membebaninya seperti perasaan takut tidak bisa menjawab.

1.e) Mengajukan Pertanyaan Dalam mengajukan pertanyaan, pewawancara harus mampu menerjemahkan rumusan pertanyaan (apabila dipandu dengan questionnaires) yang terkdang kaku dan menggunakan istilah-istilah teknis-keilmuan yang tidak lazim digunakan orang awam. Sebagaimana contoh adalah pemakaian istilah konservasi, gulma, terasering dan lain sebagainya yang dalam dunia ilmu pengetahuan sudah sangat lazim tetapi di kalangan orang awam pedesaan mungkin kurang lazim dan kurang dipahami. Dengan bahsa sederhana, pewawancara wajib menjelaskannya agar diwawancara mampu memberikan jawaban yang sesuai dengan kehendak peneliti. Apabila diwawancara menjawab bahwa mereka tahu istilah tersebut, masih perlu diklarifikasi apakah pemaknaannya sesuai dengan makna ilmiah yang dimaksudkan oleh peneliti.

Teknik mengajukan pertanyaan juga harus diperhatikan agar kenyamanan diwawancara tetap terjaga. Mengajukan pertanyaan dalam hal penelitian ilmiah tidak boleh disamakan dengan cara polisi menginterograsi tersangka. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah membebani diwawancara dengan hitung-hitungan yang terkadang sulit. Sebagai contoh apabila pewawancara menanyakan jumlah hasil pertanian yang diperoleh petani dalam satu musim pada diwawancara yang memiliki beberapa petak lahan dan salah satu petak untuk per satu kali tanam, misalnya 500 pikul untuk lahan seluas 1.850 meter persegi. Ditanyakan pula tentang ongkos pengolahan lahan, tanam, pemeliharaan, panen per kali tanam dan kemudian pewawancara menanyakan seberapa besar penghasilan bersih diwawancara dalam satu tahun untuk seluruh lahan- lahan yang dimilikinya. Hal-hal seperti ini tidak boleh dilakukan oleh pewawancara karena sangat membebani diwawancara, dan merupakan kewajiban peneliti untuk mengeditnya setelah berada di basecamp.

2) Pelaksanaan wawancara Tiga hal penting yang perlu dipahami pewawancara dalam melaksanakan wawancara yaitu: (1) pemakaian bahasa yang dipahami diwawancara, (2) kepekaan pewawancara membaca situasi diwawancara dan lingkungannya, dan (3) kesantunan wawancara

2.a) Pemakaian Bahasa yang Dipahami Penggunaan bahsa sebagai media komunikasi antara pewawancara dan diwawancara bersifat menentukan karena dapat 2.a) Pemakaian Bahasa yang Dipahami Penggunaan bahsa sebagai media komunikasi antara pewawancara dan diwawancara bersifat menentukan karena dapat

2.b) Kepekaan Pewawancara terhadap Situasi Diwawancara Dalam melaksanakan wawancara diharapkan bahwa pewawancara dapat bertatap muka secara langsung dengan diwawancara agar (a) dapat melihat situasi fisik diwawancara, (b) dapat mengamati situasi kejiwaan diwawancara dan (c) dapat mengamati lingkungan diwawancara. Ketiga hal tersebut memegang peranan yang menentukan terhadap validitas data yang diperoleh oleh peneliti. Kegiatan wawancara dapat berhasil apabila diwawancara berada dalam kondisi nyaman, tidak tertekan, rela, senang, bebas dalam situasi lingkungan yang menyenangkan.

2.b.1) Kondisi Fisik Diwawancara Kondisi fisik ragawi diwawancara perlu menjadi perhatian pewawancara karena menentukan validitas data. Apabila diwawancara dalam kondisi sakit atau terganggu kesehatannya maka diwawancara akan merasa tidak nyaman dalam menjawab berbagai pertanyaan yang

2.b.2) Situasi Kejiwaan Diwawancara Walaupun kondisi diwawancara dalam kondisi fisik-ragawi yang sehat, namun pada saat itu salah satu anggota keluarganya sedang mengalami musibah kecelakaan maka situasi kejiwaan diwawancara jelas tidak berada dalam kondisi yang baik untuk diwawancara. Dalm situasi ini pewawancara harus peka dan mengurungkan niatnya untuk melakukan wawancara, karena dapat mengakibatkan munculnya kesa kurang baik terhadap pewawancara pada khususnya, institusi asal pewawancara dan rekan-rekan pewawancara lainnya. Apabila wawancara dilakukan bukan oleh peneliti sendiri, tetapi oleh tenaga khusus (mahasiswa atau tenaga lain), maka peneliti harus melakukan pengarahan sebelum wawancara dilaksanakan baik mengenai materi wawancara maupun perilaku sebelum, sedang dan sesudah melaksanakan wawancara.

2.b.3) Situasi Lingkungan Diwawancara Wawancara dapat sampai pada tujuannya apabila diwawancara tidak mengalami intervensi dari pihak manapun atau tekanan apapun baik langsung maupun tidak langsung dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Apabila wawancara dilaksanakan di antara kerumunan banyak orang akan berbeda dengan wawancara yang dilaksanakan empat mata saja. Demikian pula halnya apabila wawancara dilakukan di hadapan pejabat setempat seperti Lurah atau Camat, maka diwawancara akan merasa tidak bebas dalam menjawab berbagai pertanyaan yang terkadang terkait dengan kebijakan pemerintah lokal. Secara langsung atau tidak 2.b.3) Situasi Lingkungan Diwawancara Wawancara dapat sampai pada tujuannya apabila diwawancara tidak mengalami intervensi dari pihak manapun atau tekanan apapun baik langsung maupun tidak langsung dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Apabila wawancara dilaksanakan di antara kerumunan banyak orang akan berbeda dengan wawancara yang dilaksanakan empat mata saja. Demikian pula halnya apabila wawancara dilakukan di hadapan pejabat setempat seperti Lurah atau Camat, maka diwawancara akan merasa tidak bebas dalam menjawab berbagai pertanyaan yang terkadang terkait dengan kebijakan pemerintah lokal. Secara langsung atau tidak

Apabila peneliti meminta pihak lain untuk melakukan wawancara maka peneliti harus memerhatikan kualifikasi pewawancara dalam tiga hal, yaitu: (1) latar belakang pendidikan, (2) pengalaman wawancara dan (3) relevansi latar belakang pewawancara dengan bidang yang diteliti.

Latar belakang pendidikan mempunyai peranan yang menentukan terhadap hasil wawancara seseorag ditentukan oleh tingkat pendidikan. Kemampuan memahami/menginterpretasikan kalimat-kalimat yang telah dirumuskan dalm questionnaire bagi mereka yang telah pernah mengenyam pendidikan tinggi jelas akan jauh lebih mapan.

Seorang pewawancara yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan yang banyak terkait dengan diwawancara dan teknik-teknik mengatasi permasalahan yang dihadapi di lapangan selama kegiatan wawancara. Apabila memungkinkan, sebaiknya pewawancara memiliki latar belakang pendidikan yang relevan dengan objek kajian. Misalnya wawancara dengan masyarakat dalam bidang kajian konservasi lahan. Sangat mungkin terjadi bahwa masyarakat tidak memahami istilah konservasi lahan dan pewawancara mempunyai kewajiban untuk menjelaskannya dalam bahsa yang dapat dimengerti oleh diwawancara. Hal ini hanya mungkin dilaksanakan oleh mereka yang mempelajarinya.

Dalam penelitian dikenal ada dua macam diwawancara, yaitu (10 Dalam penelitian dikenal ada dua macam diwawancara, yaitu (10

2.b.4) Kesantunan Wawancara Seorang pewawancara harus berlaku santun. Sangat tidak dibenarkan pewawancara bertindak menggurui dalam segala hal walaupun latar belakang jenjang pendidikan dan pemahaman mengenai hal yang ditanyakan jauh lebih tinggi dari pada diwawancara. Menciptakan suasana kekeluargaan dan keakraban serta cara mengajukan pertanyaan dan komentar yang santun adalah modal utama untuk memperoleh jawaban yang benar.

3) Daftar Pertanyaan (Questionaires) Daftar pertanyaan (DP) adalah sekumpulan pertanyaan yang 3) Daftar Pertanyaan (Questionaires) Daftar pertanyaan (DP) adalah sekumpulan pertanyaan yang

Dalam DP semua pertanyaan telah dirumuskan sedemikian rupa dan pewawancara tinggal melaksanakannya sesuai dengan rumusan yang telah ada. Beberapa literatur membedakan DP ini menjadi dua macam, yaitu apabila DP tersebut diisi oleh responden sendiri disebut sebagai questionnaires namun apabila DP tersebut diisi oleh bukan responden disebut schedule. Petugas yang mengisi daftar pertanyaan tersebut disebut enumerator. Oleh karena kedua macam pembedaan DP tersebut kurang memberikan kejelasan makna

9. Metode Penelitian Survei

Karakteristik objek suatu penelitian dalam hal ini sebenarnya dicerminkan dari karakteristik data yang melekat pada objek yang bersangkutan dan hal inilah yang memberi corak khas pada suatu metode penelitian. Data yang diperoleh bersifat kuantitatif dengan sendirinya akan berbeda dengan data yang bersifat kualitatif. Keduanya akan berkaitan Karakteristik objek suatu penelitian dalam hal ini sebenarnya dicerminkan dari karakteristik data yang melekat pada objek yang bersangkutan dan hal inilah yang memberi corak khas pada suatu metode penelitian. Data yang diperoleh bersifat kuantitatif dengan sendirinya akan berbeda dengan data yang bersifat kualitatif. Keduanya akan berkaitan

Istilah survey atau survey dalam bahasa Indonesia secara etimologis Bahasa Latin terdiri dari dua kata yaitu sur yang kata aslinya super dan vey yang kata aslinya adalah videre. Sur memiliki beberapa pengertian yang dalam Bahasa Inggris dapat berarti above, over, atau beyond. Kata videre yang kemudian menjadi suku kata vey dalam Bahasa Inggris dapat berarti to look atau to see, sehingga penggabungan kata sur/super dan vey/videre berarti secara harfiah adalah to look or to see or beyond(Leedy, 1980 dalam Yunus 2010 hal 310). Survei adalah suatu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala- gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik mengenai institusi sosial, ekonomi, politik dari suatu kelompok ataupun daerah dan dalam hal ini dapat dilakukan secara sensus ataupun menggunakan sampel (Nazir, 1983; Goodall, 1987). Finterbusch (1983) memberikan batasan survey dengan sangat ringkas yaitu “survey is an investigation by using questionnaires for collecting data”. Vredenbregt (1987) mengemukakan bahwa metode survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar variabel mengenai sejumlah besar individu melalui alat pengukur wawancara. Sementara itu Goodall (1987) dalam Dictionary of Human Geography mengemukakan sebagai berikut : Istilah survey atau survey dalam bahasa Indonesia secara etimologis Bahasa Latin terdiri dari dua kata yaitu sur yang kata aslinya super dan vey yang kata aslinya adalah videre. Sur memiliki beberapa pengertian yang dalam Bahasa Inggris dapat berarti above, over, atau beyond. Kata videre yang kemudian menjadi suku kata vey dalam Bahasa Inggris dapat berarti to look atau to see, sehingga penggabungan kata sur/super dan vey/videre berarti secara harfiah adalah to look or to see or beyond(Leedy, 1980 dalam Yunus 2010 hal 310). Survei adalah suatu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala- gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik mengenai institusi sosial, ekonomi, politik dari suatu kelompok ataupun daerah dan dalam hal ini dapat dilakukan secara sensus ataupun menggunakan sampel (Nazir, 1983; Goodall, 1987). Finterbusch (1983) memberikan batasan survey dengan sangat ringkas yaitu “survey is an investigation by using questionnaires for collecting data”. Vredenbregt (1987) mengemukakan bahwa metode survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar variabel mengenai sejumlah besar individu melalui alat pengukur wawancara. Sementara itu Goodall (1987) dalam Dictionary of Human Geography mengemukakan sebagai berikut :

Catatan pertama terkait dengan alat pengumpul data: Oleh karena data yang diperlukan pada umumnya banyak maka pada objek yang dapat diwawancarai (manusia) maka digunakan alat questionnaires sehingga semua data yang dibutuhkan dapat terliput. Hal ini seperti dikemukakan oleh Goodall (1987) dalam bukunya tersebut : Oleh karena Goodall adalah pakar Human Geography penekanan objek kajian adalah gejala kemanusiaan (human phenomena) yang menggunakan alat kuesioner untuk mengumpulkan datanya, namun pada prakteknya metode survei juga dapat diterapkan untuk penelitian gejala fisikal alami dan budayawi yang merupakan objek yang tidak dapat diwawancarai, namun atribut terkait dengan objek yang dapat diketahui melalui pengukuran- pengukuran langsung (observasi) terhadap objek yang bersangkutan. Untuk itu diisi oleh peneliti /pengumpul data berkenaan dengan objek kajian. Pakar geografi fisik yang objek kajiannya bukan manusia, mempunyai kemampuan untuk “berwawancara” dengan objek kajian dengan caranya sendiri, hal ini terbukti karena mereka mampu memperoleh informasi detail mengenai objek kajiannya. Sebagai contoh adalag seorang ahli tanah mampu mengenali sifat-sifat tanah tentang Catatan pertama terkait dengan alat pengumpul data: Oleh karena data yang diperlukan pada umumnya banyak maka pada objek yang dapat diwawancarai (manusia) maka digunakan alat questionnaires sehingga semua data yang dibutuhkan dapat terliput. Hal ini seperti dikemukakan oleh Goodall (1987) dalam bukunya tersebut : Oleh karena Goodall adalah pakar Human Geography penekanan objek kajian adalah gejala kemanusiaan (human phenomena) yang menggunakan alat kuesioner untuk mengumpulkan datanya, namun pada prakteknya metode survei juga dapat diterapkan untuk penelitian gejala fisikal alami dan budayawi yang merupakan objek yang tidak dapat diwawancarai, namun atribut terkait dengan objek yang dapat diketahui melalui pengukuran- pengukuran langsung (observasi) terhadap objek yang bersangkutan. Untuk itu diisi oleh peneliti /pengumpul data berkenaan dengan objek kajian. Pakar geografi fisik yang objek kajiannya bukan manusia, mempunyai kemampuan untuk “berwawancara” dengan objek kajian dengan caranya sendiri, hal ini terbukti karena mereka mampu memperoleh informasi detail mengenai objek kajiannya. Sebagai contoh adalag seorang ahli tanah mampu mengenali sifat-sifat tanah tentang

Catatan kedua terkait dengan populasi : Seperti dikemukakan oleh Goodall bahawa penelitian survey dapat dimanfaatkan untuk penelitian atas sebagian dari anggota populasi (sample surveys) namun dapat pula digunakan untuk penelitian menyeluruh dalam artian untuk seluruh populasi (censuses) (Nazir, 1983; Goodall, 1987 dalam Yunus, 2010:311). Hal ini didasarkan pada pengertian survey sendiri sebenarnya merupakan metode penelitian tentang objek tertentu yang membutuhkan informasi banyak sehingga membutuhkan suatu alat untuk mewadahi data yang banyak, tertentu dalam variasi data yang ajek. Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang disebut questionnaires 9daftar pertanyaan) untuk objek yang dapat diwawancarai dan daftar isian (formulir/check list) untuk objek yang tidak dapat diwawancarai. Dari questionnaires maupun formulir daftar isian peneliti dapat mengetahui variasi data yang diperoleh masing- masing unit analisis dalam variasi data yang sama sehingga upaya untuk mengetahui karakter objek kajian dapat dilakukan. Kebanyakan metode survei diaplikasikan untuk penelitian sampel, sehingga ada sementara pemahaman yang kurang tepat yaitu bahwa survei harus penelitian

Istilah descriptive dalam Bahasa Inggris atau deskripsi dalam Bahasa Indonesia, juga berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua kata yaitu de yang berarti from dan kata scriber yang berarti to write atau menulis. Istilah analyse yang secara harfiah berarti to devide up a thing into parts of which it is made, separate out the different materials of which

a mixed material is made (West, 1980). Secara komprehensif ungkapan tersebut dapat dimaknai sebagai upaya untuk mengupas secara mendalam mengenai fenomena geosfer dengan menggunakan informasi kuantitatif dan atau kualitatif agar memperoleh kesimpulan yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Pada umumnya, sifat pembahasan yang dianggap termasuk ke dalam sifat analisis selalu mendasarkan pada data kuantitatif dengan perhitungan matematis sehingga keajekan penyimpulan suatu perhitungan dapat diyakini kebenarannya. Dalam pembahasan mengenai data yang terkumpul kebanyakan menggunakan rumus-rumus statistic atau rumus matematik lainnya. Hal ini berbeda dengan pembahasan yang bersifat dan matematik untuk mengurai keberadaan suatu gejala geosfer di permukaan bumi. Dalam hal penelitian wilayah banyak digunakan alat bantu analisis berupa tabel baik tabel tunggal maupun tabel silang, grafik, diagram, peta-peta, foto udara, citra satelit sehingga pembahasan yang dihasilkan bersifat deskriptif-kualitatif sedangkan pada pembahasan yang menggunakan rumus-rumus statistic dan atau matematik diberi label penelitian yang bersifat analitik-kualitatif. Masing-masing jenis pembahasan mempunyai keunggulan dan kelemahan maisng-masing a mixed material is made (West, 1980). Secara komprehensif ungkapan tersebut dapat dimaknai sebagai upaya untuk mengupas secara mendalam mengenai fenomena geosfer dengan menggunakan informasi kuantitatif dan atau kualitatif agar memperoleh kesimpulan yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Pada umumnya, sifat pembahasan yang dianggap termasuk ke dalam sifat analisis selalu mendasarkan pada data kuantitatif dengan perhitungan matematis sehingga keajekan penyimpulan suatu perhitungan dapat diyakini kebenarannya. Dalam pembahasan mengenai data yang terkumpul kebanyakan menggunakan rumus-rumus statistic atau rumus matematik lainnya. Hal ini berbeda dengan pembahasan yang bersifat dan matematik untuk mengurai keberadaan suatu gejala geosfer di permukaan bumi. Dalam hal penelitian wilayah banyak digunakan alat bantu analisis berupa tabel baik tabel tunggal maupun tabel silang, grafik, diagram, peta-peta, foto udara, citra satelit sehingga pembahasan yang dihasilkan bersifat deskriptif-kualitatif sedangkan pada pembahasan yang menggunakan rumus-rumus statistic dan atau matematik diberi label penelitian yang bersifat analitik-kualitatif. Masing-masing jenis pembahasan mempunyai keunggulan dan kelemahan maisng-masing

10. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan batasan penggunaan istilah- istilah yang digunakan atau dioperasionalkan dalam penelitian. Tujuan pembatasan ini agar peneliti dapat memfokuskan penelitian pada tujuan yang ingin dicapai, yang oleh karenanya perlu memilih data, serta metode analisis yang sesuai.

Berikut ini definisi operasional yang digunakan dalam pengumpulan data sosial ekonomi KKL II Program Studi Pendidikan Geografi IKIP PGRI Pontianak. Penambahan definisi baru dimungkinkan sesuai dengan tujuan penelitian KKL II.

a) Lokasi

Lokasi diartikan sebagai suatu tempat di mana terjadi berbagaimacam aktivitas, baik itu aktivitas ekonomi, dan aktivitas interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya.

Unit analisis dalam survey ini adalah rumah tangga. Kuesioner ini digunakan mahasiswa sebagai instrumen pengumpulan data sosial ekonomi. Data yang dikumpulkan terdiri dari 3 macam, yaitu data sosial demografi, ekonomi, kondisi tempat tinggal, dan akses informasi. Data demografi yang dikumpulkan dalam survey sosial ekonomi ini menggambarkan jumlah anggota rumah tangga, komposisi anggota rumah tangga, lama tinggal, beban tanggungan, dan anggota rumah tangga yang bekerja.

b) Rumah Tangga. Definisi rumah tangga diambil dari konsep BPS sebagai berikut: Rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu :

- Rumah Tangga Biasa (Ordinary Household) adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik, dan biasanya tinggal bersama dan makan dari satu dapur.

- Rumah Tangga Khusus (Special Household) adalah orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga serta sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih.

Rumah tangga : seseorang atau sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam suatu bangunan serta pengelolaan makan dari satu dapur. Satu dapur dapat terdiri dari hanya satu anggota rumah tangga. Yang dimaksud makan dari satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari- harinya dikelola bersama-sama menjadi satu. Ada bermacam-macam bentuk rumah tangga biasa, di antaranya :

 Orang yang tinggal bersama istri dan anaknya;  Orang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus dan

mengurus makannya sendiri;  RT yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang pemondoknya kurang dari 10 orang.  Pengurus asrama, panti asuhan, lembaga permasyarakatan dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak, istri, serta anggota rumah tangga lainnya, makan dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang diurusnya;

 Masing-masing orang yang bersama-sama menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus makannya sendiri-sendiri.

c) Kepala rumah tangga (krt) adalah seseorang dari sekelompok art yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga, atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai krt (misalnya beberapa mahasiswa yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus c) Kepala rumah tangga (krt) adalah seseorang dari sekelompok art yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga, atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai krt (misalnya beberapa mahasiswa yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus

d) Anggota Rumah Tangga Anggota rumah tangga (art) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga (krt, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua, famili lain, pembantu rumah tangga atau art lainnya), baik yang berada di rumah tangga responden maupun

waktu pencacahan. Orang yang telah tinggal di rumah tangga responden 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat pindah/bertempat tinggal di rumah tangga tersebut 6 bulan atau lebih dianggap

sementara tidak

ada

pada

art. Pembantu rumah tangga atau sopir yang hanya makan atau tinggal saja di rumah

sebagai

art majikannya. Istri/suami adalah

dari krt. Anak mencakup anak kandung, anak tiri, dan anak angkat krt. Menantu adalah suami/istri dari anak kandung, anak tiri, atau anak angkat. Mantan menantu yang ada hubungan famili dicatat sebagaimana status hubungan

istri/suami

dengan

krt

sebelum menikah.

Orang tua/mertua adalah bapak/ibu dari krt atau bapak/ibu dari istri/suami