Keperawatan Sistem Perkemihan Pertemuan 4

  GLOMERULONEFRITIS

  

Anita

  

Beata

  

Erni

  

Yustina

Pengertian

  

  Inflamasi pada glomerolus ginjal, dimana inflamasi ini dapat terjadi akibat reaksi imun dan non imun; yang bersifat: acut, laten, atau kronik .

  

  Gangguan pada ginjal yang ditandai dengan peradangan pada kapiler glomerolus dimana fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh dan sisa-sisa pembuangan.

  

  Glomerolunefritis biasanya menyertai infeksi pada saluran nafas atas bakteri streptococcus.

  th 

  Lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, usia 3-7 & dewasa dibanding setengah baya, dengan perbandingan 2:1.

  

  Merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan bersifat kronis.

  

  Gejala umum glomerulonefritis: mual, muntah, mata sembab, kencing sedikit-berwarna merah biasanya disertai hypertensi.

  

  Dapat sembuh total 80% dengan pengobatan yang tepat, 10% menjadi kronis dan 10% berakibat fatal.

Mekanisme GN reaksi non imun

  Diabetes Melitus Diet Tinggi Protein Pe + Masa Renal

Vasodilatasi Arteriol

Di Glorerulus

Hipertensi Intraglomerular Hiperfiltrasi Proteinuria Pelepasan Faktor yg me+ permeabilitas kapiler Endotelial Rusak Agregasi Platelet Trombosis Intraglomerular Mekanisme GN reaksi imun CICX & SELT

  

Mediator Sekunder Aktifasi Faktor XII (Hageman)

Khemotaksis Aktivasi Sistem Kinin Animevasoaktif

  Proses Infamasi Kerusakan Glomerulus Fibrin

Manesfestasi klinik

  

  Riwayat infeksi saluran pernafasan atas atau otitis media

  

  Fatique ( Kelelahan atau keletihan )

  

  Anoreksia, nausea dan atau vomitus

  

  Nafas pendek atau sesak nafas

  

  Sakit kepala sedang

  

  Hematuria ( darah dalam urine ) mikroskopis atau makroskopis, urine berwarna merah kecoklat - coklatan

  

  Proteinuria ( protein dalam urine )

  

  Edema, sembab ( kelopak mata, tungkai, dada dan genetalia )

  

  Perubahan berat badan

  

  Menurunnya output urine ( oliguri )

  

  Nyeri tumpul pinggang belakang

  

  Renal insufisiensi

  

  Hypertensi

  

  Mungkin demam

  

  Kaki merasa berat dan dingin, mungkin disertai diare

  

Gejala yang timbul pada GGK

  Kelelahan dan kelemahan

  

  Penglihatan ganda

  

  Sakit kepala ( terutama pada pagi hari )

  

  Dispnoe

  

  Nokturia

  

  Edema

  

  kehilangan berat badan

Komplikasi

  

  GNA dapat menjadi GNK jika tidak mendapatkan pengobatan yang tuntas.

  

  GNA dengan manesfestasi klinik oliguri menjadi anuri yang dikarenakan terjadi penurunan filtrasi ginjal.

  

  Ensepalipati hipertensi dikarenakan terjadi spasme pembuluh darah otak.

  

  Protein darah rendah

   Dyspnoe , ronchi basah, pembesaran jantung, hipertensi.  Malnutisi , anemia dan akselerasi arterosklerosis.

Pengkajian

   Riwayat kesehatan atau penyakit:

  

  Riwayat infeksi Streptococcus group A beta hemolitikus

  

  Riwayat penyakit SLE dan penyakit autoimun

  

  Riwayat pembedahan dan prosedur invasive

  

  Masalah urologi atau ginjal

  

  Perubahan status berkemih meliputi: frekuensi berkemih, perubahan warna, kejernihan dan bau

  

  Pengetahuan pasien tentang proses penyakit

Pemerikasaan fisik keperawatan

  

  Lakukan pengukuran berat dan tinggi badan (bandingkan dengan sebelumnya), tekanan darah, adanya sembab atau asites.

  

  Melakukan pemeriksaan atau pengkajian sesuai dengan tandada gejala pada pasien dengan glomerulonefritis

  

  Melakukan pemeriksaan kemungkinan adanya penyakit sistemik yang berhubungan dengan kelainan ginjal seperti atritis, ruam kulit, gangguan kardiovaskular, paru dan system syaraf pusat.

  

Pemeriksaan diagnostik

  Analisa urine 24jam

  

  Darah

  

  Biopsi ginjal

  

  Cultuur darah

  

  IVP

  

  EKG

  

  Anti streptolysin

  Penatalaksanaan medik Penatalaksanaan cairan dan elektrolit Bedrest total Monitor TTV setiap 4 jam Monitor BUN, Creatinin dan protein urine Mengganti cairan yang hilang Monitor in take dan out put Diet: pembatasan cairan dan Na, tinggi KH dan rendah protein, rendah K bila ada gagal ginjal,

   rendah sodium Antibiotic jika ada infeksi Kortikosteroid dan cytotoxic Anti hipertensi Diuretik Penatalaksanaan keperawatan 

  Diagnosa Keperawatan 1.

  Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya output urine ( retensi air), perubahan osmolar karena kehilangan protein dan disfungsi ginjal.

  ( akibat penurunan protein )

  3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan cairan, diit dan hilangnya protein

  4 Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya tingkat aktivitas

  5 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penekanan pada system imun

  6 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan Perencanaan keperawatan DX 1 Tujuan: keseimbangan cairan dan elektrolit stabil selama 2 x 24 jam Kriteria hasil : 

  

Tidak memperlihatkan tanda - tanda kelebihan cairan dan elektrolit,

contoh edema 

  Intake dan out put dalam keadaan seimbang 

  Nilai elektrolit serum normal 

  Haluaran urine tepat dengan berat jenis atau hasil lab.normal 

  Bb stabil ( TB – 100 ) – 10 % 

  TTV dalam batas normal :TD 110 /70 – 130 – 80 mmHg, Nadi 60 – 80 x/ Intervensi: 

  Ukur dan dokumentasikan intake dan out put setiap 4 – 8 jam

  

  Timbang berat badan setiap hari dengan waktu dan timbangan yang sama

  

  Dorong peningkatan pemasukan oral berdasarkan kebutuhan individu, pasien dibatasi pemasukan oral

  

  Monitor dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan, contoh edema

  

  Awasi TTV

  

  Awasi TTV

  

  Ukur BJ urine setiap 8 jam, lapor bila ada peningkatan

  

  Berikan cairan sesuai dengan cairan yang hilang

  

  Monitor hasil pemeriksaan lab ( elektrolit ), lapor bila ada ketidaknormalan

  

  Catat jumlah dan karakteristik urine, laporkan pada dokter bila ada penurunan output urine

  

  Berikan batu es untuk mengontrol haus

  

  Kaji efektifitas pemberian elektrolit secara parenteral dan oral DX 2 Tujuan : toleransi pasien terhadap aktivitas akan meningkat selama perawatan Kriteria hasil :

  

  Mengikuti rencana aktivitas

  

  TD dalam batas normal tanpa pengeluaran protein berlebihan Intervensi: 

  Kaji pola istirahat dan tidur selama hospitalisasi 

  Anjurkan pasien bedrest 

  Atur jadwal aktivitas atau intervensi yang tidak menyebabkan gangguan istirahat dan tidur 

  Berikan latihan dalam batas aktivitas yang dianjurkan 

  Rencanakan aktifitas dengan memberikan periode waktu istirahat 

  Monitor adanya penurunan protein secara berlebihan ( proteinuria, albuminuria ) 

  Gunakan diet protein untuk mengganti protein yang hilang DX 3 Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi selama 7 x 24 jam Kriteria hasil:

  

  intake ( pemasukan ) nutrisi adekuat,

  

  berat badan sesuai atau stabil ( TB – 100 ) – 10 %,

  

  Nafsu makan meningkat,

  

  Mual dan muntah berkurang atau tidak ada Intervensi 

  Timbang berat badan setiap hari dengan waktu dan timbangan yang sama

  

  Kaji membran mukosa dan turgor kulit untuk monitor hidrasi

  

  Berikan makanan hangat, sedikit tapi sering

  

  Kaji jumlah makanan yang dihabiskan setiap hari

  

  Siapkan dan berikan dorongan hygiene oral yang baik sebelum dan sesudah makan

  

  Berikan lingkungan menyenangkan selama waktu makan dan bantu sesuai kebutuhan

  

  Auskultasi bising usus

  

  Pertahankan pembatasan sodium dan cairan sesuai program

  

  Kaji adanya anorexia,nausea dan vomitus ( berapa kali dan jumlah )

  

  Pantau pemeriksaan lab, misalnya : albumin, BUN, creatinin

  

  Konsultasi dengan ahli diet DX 4 Tujuan : gangguan integritas kulit tidak terjadi selama perawatan Kriteria hasil :

  

  Integritas kulit utuh

  

  Tidak tampak luka akibat imobilisasi, contoh : dekubitus Intervensi : 

  Kaji edema dan tinggikan ekstremitas jika “ pitting “ edema ada

  

  Kaji tanda dan gejala potensial atau actual kerusakan kulit

  

  Pertahankan kebersihan perseorangan : mandi setiap hari, penggunaan pelembab kulit dan ganti alat tenun setiap hari

  

  Ubah posisi setiap 2 jam jika memungkinkan

  

  Gunakan matras yang lembut

  

  Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan dan kebutuhan DX 5 Tujuan : infeksi tidak terjadi selama perawatan Kriteria hasil :

  

  Hasil pemeriksaan temperature dan lab dalam batas normal

  

  Suara paru bersih

  

  Urine kuning dan bening

  

  Integritas kulit utuh Intervensi : Periksa temperature tubuh setiap 4 jam Catat karakteristik urine Monitor adanya tanda dan gejala UTI, lakukan tindakan pencegahan UTI Hindari pemasangan kateter pada saluran perkemihan Jika dipasang kateter, pertahankan closed gravity drain system Auskultasi suara paru setiap 4 jam Anjurkan untuk batuk dan nafas dalam Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit Anjurkan untuk ambulasi lebih awal Kaji efektifitas pemberian imunosupresif

  DX 6 Tujuan : klien mencapai pengetahuan terhadap kondisi penyakit dan pengobatannya Kriteria hasil :

  

  Menyatakan pemahaman kondisi dan proses penyakit, prognosis dan pengobatan

  

  Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala penyakit dan gejala yang berhubungan dengan factor penyebab

  

  Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi Intervensi : 

  Kaji ulang penyebab panyakit, proses penyakit dan factor pencetus bila diketahui 

  Jelaskan tingkat fungsi ginjal 

  Kaji ulang rencana diit 

  Buat jadwal teratur untuk penimbangan 

  Tekankan perlunya perawatan evaluasi 

  Kaji ulang pembatasan dan pemasukan. Ingatkan pasien unutk membagi cairan dalam sehari THANK YOU