SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT IKAN KERAPU TIGER DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT BATAM

  49

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT IKAN KERAPU TIGER

DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT BATAM

1 2 Nanda Jarti* , Atur Hamonangan Sipayung*

  STT Ibnu Sina; Jalan Tengku Umar-Lubuk Baja, (0778) 425391 Program Studi Teknik Informatika, STT Ibnu Sina, Batam e-mail

  

Abstrak

Ikan kerapu tiger dapat diserang berbagai macam penyakit , penyakit tersebut dapat

diketahui dari gejala-gejala yang ditimbulkannya, akan tetapi untuk mengetahui secara tepat

jenis penyakit yang menyerang ikan kerapu tiger tersebut memerlukan seorang dokter ikan,

sedangkan jumlah dokter ikan terbatas dan tidak dapat mengatasi permasalahan masyarakat

pembudidaya ikan kerapu tiger secara bersamaan, sehingga diperlukan suatu sistem yang

mempunyai kemampuan seperti seorang dokter ikan, yang mana dalam sistem ini berisi

pengetahuan keahlian seorang dokter ikan. Penelitian ini dirancang sistem pakar berbasis web

menggunakan metode forward chaining yang dimaksudkan untuk membantu masyarakat

pembudidaya ikan kerapu tiger dalam mendiagnosa penyakit ikan tersebut dan juga memberikan

saran-saran pengobatannya. Sistem pakar diagnosa penyakit ikan kerapu tiger berbasis web

yang telah dikembangkan mempunyai keunggulan dalam kemudahan akses dan kemudahan

pemakaian. Dengan fitur yang berbasis web yang dimiliki, sistem pakar untuk diagnosa penyakit

ikan kerapu tiger ini dapat diakses oleh pembudidaya ikan kerapu tiger dimanapun, sehingga

sistem ini mampu mengatasi persoalan keterbatasan jumlah dokter ikan dalam membantu

pembudidaya ikan kerapu tiger untuk mendiagnosa penyakit ikan tersebut.

  Kata kunci

  — Sistem Pakar, Diagnosa Penyakit, Ikan Kerapu Tiger, Forward Chaining, Web .

  

Abstract

Tiger grouper can be attacked various diseases, penyakit tersebut dapat diketahui dari

gejala-gejala yang ditimbulkannya, but to know exactly the type of disease affecting the tiger

grouper fish require a doctor, while the number of doctor fish is limited and can not resolve

community issues tiger grouper fish farmers simultaneously so we need a system that has the

ability as a doctor fish, which in this system contains a doctor's expert knowledge of fish, This

study was designed based expert system web using methods forward chaining ang meant to help

the farmers grouper tiger the fish in diagnosing disease and also provide suggestions for

treatment.Disease diagnosis expert system web-based tiger grouper that have been developed

have advantages in ease of access and ease of use. With feature-based website owned, disease

diagnosis expert system for tiger grouper can be accessed by farmers anywhere tiger grouper,so

the system is able to overcome the limitation of the number of physicians in helping fish farmers

tiger grouper to diagnose diseases such fish.

  Keywords Experts System, Disease Diagnosing, Tiger Grouper,Forward Chaining, Web

  — 1.

  PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali jenis hewan yang dipelihara oleh masyarakat,

  Contohnya ikan, dalam merawat ikan pemilik harus tau cara mengobati ikan tersebut, Karena ikan tersebut tidak lepas dari penyakit. Tiap tiap penyakit pada ikan memiliki cara penanganan dan pengobatan yang berbeda beda sehingga pemilik memiliki kewalahan menangani penyakit pada

  

Oktober 2018 | Vol. 3 | No. 2 | ISSN : 2541-2647 Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI)

  Sistem Pakar diagnosa Penyakit Ikan Kerapu Tiger diBalai Perikanan Budidaya Laut Batam 50

  ikan tersebut. Dan oleh karena itu saya mengambil objek pada penelitian saya ini adalah ikan kerapu. Ikan kerapu juga memiliki beberapa jenis seperi kerapu bebek, kerapu tiger(macan) dan kerapu cantang. Pada penelitian ini saya mengambil objek jenis ikan kerapu tiger (macan), yang dimana ikan kerapu tiger ini merupakan ikan yang banyak di budidaya oleh masyarakat umum. Ikan ini hanya bisa di budidaya di laut atau di air asin. Ikan ini juga memiliki beberapa penyakit, penyakit ikan kerapu tiger ini terkadang timbul karena adanya interaksi yang tidak seimbang antara ikan, pathogen, lingkungan. Penyakit menimbulkan gangguan fungsi atau struktur dari tubuh, baik langsung atau tidak langsung. Organisme patogen masuk kedalam lingkungan budidaya sehingga mengganggu metabolisme ikan. Penyakit ikan kerapu tiger ini sulit di ketahui karena terkadang ikan tersebut di lihat sehat tapi sudah terkena penyakit, dan sebagai studi kasus saya meneliti di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, karena disana terdapat pembudidayaan ikan kerapu tiger dan juga memiliki laboratorium dan dokter hewan(ikan).

  Dengan ini peneliti menggunakan metode forward chaining dimana metode forward

  

chaining ini merupakan metode penyesuaian fakta atau pernyataan yang dimulai dari bagian

  sebelah kiri(if), Dengan kata lain, Penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji kebenaran hipotesis. Dengan menggunakan metode ini juga mempermudah untuk mendeteksi penyakit dari ikan kerapu tiger tersebut. Dan oleh karena itu peneliti akan mendiagnosa penyakit ikan kerapu tiger terlebih dahulu baru disimpulkan ikan kerapu tiger tersebut terkena penyakit apa saja.

2. METODE PENELITIAN

  Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk menemukan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan menganalisis suatu masalah (Sugiyono, 2014: 2).

2.1 Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain penelitian

  Berikut ini adalah penjelasan dari desain penelitian yang ada pada gambar di atas:

  1. Mengidentifikasi masalah Penelitian diawali dengan melakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan topic penelitian agar peneliti mendapatkan apa sesungguhnya menjadi masalah untuk dipecahkan. Pada tahap mengidentifikasi masalah adalah untuk menunjukan bahwa kurangnya wawasan masyarakat umum akan penyakit ikan kerapu

  tiger .

  Oktober 2018 | Vol. 3 | No. 2 | ISSN : 2541-2647 Jarti, Hamonangan, 51

  2. Analisis masalah Setelah mengidentifikasi masalah maka selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisis masalah dimana setelah menentukan masalah atau variabel yang akan di teliti maka perlu adanya menganalisis variabel tersebut apakah layak untuk dilakukannya penelitian pada masalah tersebut.

  3. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan guna untuk mendapatkan rincian tentang variabel yang di ambil untuk di teliti supaya memperlengkap informasi yang di kumpulkan, dan dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan wawancara sebagai alat untuk mendapatkan data yang diperlukan.

2.2. Teknik Pengumpulan Data a.

  Wawancara Penelitian ini mendapatkan data-data penyakit dengan cara wawancara langsung pada dokter di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam . Dalam metode wawancara, alat bantu yang digunakan peneliti berupa alat perekam untuk merekam pembicaraan selama proses wawancara dilakukan. Pedoman wawancara yang dilakukan berupa gari-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan ikan kerapu tiger dan penyakit ikan kerapu tiger b.

  Studi literatur Peneliti melakukan studi literatur dengan mengumpulkan, membaca, dan memahami referensi teoritis yang berasal dari buku-buku teori, buku elektronik (e-book), jurnal- jurnal penelitian, dan sumber pustaka otentik lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Studi literatur bertujuan untuk menemukan variabel yang akan diteliti, membedakan hal - hal yang sudah dilakukan dan menentukan hal yang perlu dilakukan, melakukan sintesa dan memperoleh perspektif baru, dan menentukan makna dan hubungan antar variabel 2.3. Operasional Variabel

  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyakit Vibriosis dan Crystocaryoniosis ) pada ikan kerapu tiger. Terdapat beberapa gejala umum penyakit ikan kerapu tiger sebagai berikut:

Tabel 3.1 Variabel dan indikator

  Variabel Indikator Penyakit ikan kerapu Tiger Vibriosis Crystocaryoniosis

  Sumber : Data Penelitian, 2017 2.4.

  Desain Basis Pengetahuan Sebelum melakukan desain basis pengetahuan, peneliti telah melakukan proses akuisi pengetahuan dengan mengumpulkan pengetahuan dan fakta dari sumber-sumber yang tersedia.

  Sumber pengetahuan dan fakta diperoleh melalui wawancara dengan dokter ikan kerapu tiger dan studi literatur tentang materi yang berkaitan dengan penyakit ikan kerapu tiger. Sumber pengetahuan dan fakta yang didapat berupa data-data yang berhubungan dengan penyakit ikan kerapu tiger, gejala penyakit dan juga solusi mengatasinya. Pengetahuan dan fakta tersebut ditampilkan dengan tabel bagian indicator

Tabel 3.2 Tabel data indikator

  Kode Nama indikator

  IND001 Vibriosis

  IND002 Crystocaryoniosis

Tabel 3.3 Tabel indikator penyakit ikan kerapu tiger

  Indikator Gejala Solusi

  Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina

  Sistem Pakar diagnosa Penyakit Ikan Kerapu Tiger diBalai Perikanan Budidaya Laut Batam Oktober 2018 | Vol. 3 | No. 2 | ISSN : 2541-2647

  2. Pembengkakan pada mata.

  2. kaidah 2: IF GJL001 AND GJL003 AND GJL004 AND GJL005 AND GJL011 AND GJL012 THEN IND002.

  IND002 GJL001,GJL003,GJL004,GJL005, GJL011,GJL012. Berdasarkan data aturan yang telah disusun, maka kaidah (rule) yang akan digunakan dalam sistem pakar adalah sebagai berikut:

  Kode penyakit Kode gejala IND001 GJL001,GJL002,GJL006,GJL007, GJL008,GJL009,GJL010.

Tabel 3.7 Tabel indikator dan gejala penyakit ikan kerapu tiger

  2. Merendam dalam air tawar selama 10 menit sampai dengan 15 menit atau dalam H2O2 150 ppm selama 30 menit dan selama perendaman dilakukan pelepasan parasit dengan cara mengusap permukaan tubuh secara perlahan.

  1. Merendam dalam air tawar selama 5 menit atau dengan 100-150 ppm formalin selama 15-30 menit di ulang selama 3 hari berturut-turut.

  6. Perubahan fisik seperti timbulnya necrosis berbentuk bintik putih pada permukaan tubuh.

  5. Produksi lendir berlebihan.

  4. Sisik lepas disertai pendarahan.

  3. Menggesek-gesekkan badan pada dinding bak atau jaring.

  Hilangnya nafsu makan.

  52 Vibriosis 1.

  Crystocaryoniosis 1.

  2. Hindari pemberian makanan denganberlebihan,menguran- gi kepadatan dan hindari supaya ikan tidak stress dan ikan yang sudah terinfeksi penyakit ini tidak bisa diobati dan segara diangkat dari kolam dan dimusnahkan.

  1. Dapat memberi anti biotik 10 ppm pada kolam ikan selama 5 hari berturut-turut.

  7. Berenang tidak terarah atau berputar-putar.

  6. Luka pada permukaan tubuh.

  5. Pembengkakan pada limpa, Hati dan ginjal.

  4. Pembusukan pada sirip.

  3. Bau anyir.

  2. Warna insang memucat.

  Hilangnya nafsu makan.

1. Kaidah 1: IF GJL001 AND GJL002 AND GJL006 AND GJL007 AND GJL008 AND GJL009 AND GJL010 THEN IND001.

  Jarti, Hamonangan, 53

Gambar 3.2 Pohon keputusanGambar 3.3 Use Case Diagram 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.

  Hasil Penelitian 1.

  Menu utama sistem Menu utama adalah menu yang muncul saat pertama kali pengguna mulai mengakses sistem. Menu utama dapat diakses oleh siapa saja baik oleh pengguna maupun admin.

  Home merupakan halaman pertama yang muncul bersamaan dengan menu utama saat

  pertama kali pengguna mulai mengakses sistem .

Gambar 4.1 Home

  Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina

  Sistem Pakar diagnosa Penyakit Ikan Kerapu Tiger diBalai Perikanan Budidaya Laut Batam Oktober 2018 | Vol. 3 | No. 2 | ISSN : 2541-2647

  4 Crystocaryoniosis Crystocaryoniosis

  10 Crystocaryoniosis Crystocaryoniosis

  1

  9 Vibriosis Vibriosis

  1

  8 Crystocaryoniosis Crystocaryoniosis

  1

  7 Vibriosis Vibriosis

  1

  6 Crystocaryoniosis Crystocaryoniosis

  5 Vibriosis Looping

  1

  1

  54 2.

  3 Vibriosis Vibriosis

  1

  2 Crystocaryoniosis Crystocaryoniosis

  1

  1 Vibriosis Vibriosis

  No Diagnosa Pakar Diagnosa Sistem Nilai Keakuratan

Tabel 3.8 Tabel hasil diagnosa pakar dan diagnosa sistem

  Pengujian dengan pakar Sistem penilaian keakuratan sistem terdiri dari 2 level, yaitu level 0 dan level 1. Level 0 diberikan jika hasil diagnosa sistem tidak sama dengan hasil diagnosa pakar dan level 1 diberikan jika diagnosa sistem dan pakar memberikan hasil yang sama. Hasil diagnosa pakar dan diagnosa sistem pakar dalam penelitian ini disajikan pada table dibawah ini.

Gambar 4.3 Hasil diagnose 3.2.

  Hasil diagnosa Menu ini merupakan menu dimana pengguna dapat melihat hasil diagnosa yang telah dilakukan sebelumnya.

Gambar 4.2 Daftar Gejala 3.

  Daftar gejala Menu ini adalah tempat admin untuk mengelola data gejala. Misalnya data gejala di ubah, dihapus dan ditambah oleh admin

  1 Jarti, Hamonangan, 55

  Perhitungan nilai probabilitas (P) adalah sebagai berikut:

  9

  = × 100% = 90%

  10( )

  10

  1 = × 100% = 10%

  10( )

  10 Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan nilai persentase keakuratan sistem pakar mencapai 90% dan nilai data yang tidak akurat sebesar 10%. Hasil ini menunjukkan bahwa sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit ikan kerapu tiger di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam menggunakan metode forward chaining berbasis web. Pada penelitian ini telah berfungsi dengan baik (akurat) sehingga dapat digunakan untuk membantu mendiagnosa penyakit ikan kerapu tiger.

4. SIMPULAN

  Pada aplikasi sistem pakar yang telah dibuat ini didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: .

  1. Pada aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit ikan kerapu tiger ini, data yang terdapat pada program aplikasi dapat diubah atau ditambah jika ditemukan data yang baru dan Aplikasi sistem pakar yang dibuat ini mampu menganalisis jenis penyakit ikan kerapu tiger berdasarkan gejala yang dipilih oleh user.

  2. Basis pengetahuan dalam sistem pakar ini sebaiknya lebih diperbanyak lagi supaya pengguna sistem bisa mendiagnosa secara keseluruhan penyakit ikan kerapu tiger dan juga selalu update untuk penyakit yang baru dari ikan kerapu tiger tersebut.

3. Ke depan sistem pakar diagnosa penyakit ikan kerapu tiger ini dapat di desain dengan menggunakan metode Backward chaining untuk diagnosa penyakit yang lebih kompleks.

  Penelitian selanjutnya sebaiknya menginplementasikan sistem ini ke yang berbasis android supaya pengguna bisa mengakses sistem pakar ini melalui smartphone.

  DAFTAR PUSTAKA Sudaryono. (2015).Buku Metodologi Riset di Bidang TI. CV Andi Offset.Yogjakarta.

  David, N. (2016). Bikin Framework PHP Sendiri dengan OOP & MVC. CV Lokomedia.

  Yogjakarta. Suyanto. (2014). Artifical Intelligence. Revisi Kedua. Informatika Bandung. Bandung. Abdullah, R. (2015). Web Programming is Easy. Cetakan pertama. PT Elex Media Komputindo.

  Jakarta. Putra Ifana Yoka.(2015). Website Gratis Ototidak Tanpa Guru. Dan Idea. Jakarta Saputra, A. (2012). PHP, HTML5 dan CSS3. Jasakom. Jakarta.

  Tusihadi, T., Ronny, I, W. and dkk. (2016). Penyakit Ikan Kerapu. LP2IL Serang. Mustafidah. H, Prista.A. P.( 2011). Sistem Pakar Untuk mendiagnosa Penyakit Hati Menggunakan Metode Forward Chaining . Purwokerto.

  Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina

  Sistem Pakar diagnosa Penyakit Ikan Kerapu Tiger diBalai Perikanan Budidaya Laut Batam Oktober 2018 | Vol. 3 | No. 2 | ISSN : 2541-2647

  56

  Najoan. X, Vecky. P. C. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Anak Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Mobile . Manado. Ayub. M. Y. (2012). Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Anjing Dengan Forward Chaining. Bandung. Sinaga. M. D. (2014). Sistem Pakar Mendeteksi Penyakit Terong Belanda dengan Menggunakan Metode Forward Chaining . Medan. Ahyuna. S. S. (2014). Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Penyakit Yang Disebabkan Oleh Nyamuk Berbasis Web . Makassar.

  F. (2014). Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Penyakit Gigi Pada Manusia. Samarinda. Veza, O. (2017). Decision Support System (Dss) Dalam Prosedur Pengolahan Data Prakualifikasi

  Tender Pada Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang Dan Permukiman Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal Teknik Ibnu Sina JT-IBSI, 2(1).