UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN BARANG PENUMPANG PADA BAGASI PESAWAT DI BANDARA RADIN INTEN II Jurnal Penelitian

  UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN BARANG PENUMPANG PADA BAGASI PESAWAT DI BANDARA RADIN INTEN II Jurnal Penelitian Oleh MERSANDY NOVAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

  

ABSTRAK

UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN

BARANG PENUMPANG PADA BAGASI PESAWAT

DI BANDARA RADIN INTEN II

Oleh

Mersandy Novan, Dona Raisa Monica, Diah Gustiniati

  (noppan_1@yahoo.com) Tindak pidana pencurian yang marak terjadi di Bandara Indonesia adalah tindak pidana pencurian bagasi pesawat.Apabila kita sering bepergian dengan menggunakan jasa pesawat terbang, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan urusan bagasi. Permasalahan dalam penelitian adalah bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat di Bandara Radin Inten II dan apakah faktor penghambat dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat di Bandara Radin Inten II. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, dengan mempelajari norma atau kaidah hukum, tinjauan atas upaya penanggulangan tindak pidana pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat di Bandara Radin Inten II. Metode analisis secara kualitatif dan disimpulkan dengan cara pikir induktif. Hasil penelitian menunjukkan upaya- upaya yang dilakukan kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian bagasi penumpang pesawat terdiri dari dua bentuk yakni upaya preventif dan upaya reprensif. Dalam bentuk upaya preventif antara lain dengan melakukan himbauan kepada para penumpang agar tidak menyimpan barang berharga miliknya ke dalam bagasi, bekerjasama dengan pihak Angkasa Pura maupun pihak Maskapai dengan memberikan pengaman yang maksimal terhadap barang bagasi penumpang. Sedangkan dalam bentuk upaya reprensif, pihak kepolisian menindak lanjuti setiap laporan yang masuk dan menindak tegas terhadap pelaku-pelaku yang tertangkap sesuai dengan peraturan yang ada Kata Kunci: Penangulangan, pencurian, bagasi pesawat

  

ABSTRACT

AWARDING MEASURES OF SERVICE CRIMINAL SERVICES

AT AIRCRAFT BAGGING IN RADIN II INTERNATIONAL

AIRPORT

  By Mersandy Novan, Dona Raisa Monica, Diah Gustiniati

  (noppan_1@yahoo.com) The crime of theft is rampant in the Airport Indonesia is a crime theft of baggage plane. If we often travel by airplane services, of course we are familiar with the baggage business. The problem in the research is how the effort to overcome the crime of theft of passenger goods on the trunk of the plane at Radin Inten II Airport and what is the obstacle factor in the effort to overcome the crime of theft of passenger goods on the trunk of the plane at Radin Inten II Airport. The research method used in this research is normative juridical, by studying norm or rule of law, review of effort to overcome the crime of theft of passenger goods in baggage plane at Radin Inten II Airport. The method of analysis is qualitatively and inferred by inductive thought. The results showed that the efforts made by the police in tackling crime theft of passenger plane baggage consists of two forms namely preventive efforts and reprensive efforts. In the form of preventive efforts, among others, by appealing to the passengers in order not to store their valuables into the trunk, in cooperation with the Angkasa Pura and the airlines by providing maximum security against passenger baggage. While in the form of repractive efforts, the police follow up any incoming reports and crack down on the perpetrators who are caught in accordance with existing regulations Keywords: Countermeasures, theft, luggage planes

I. PENDAHULUAN

  Tindak pidana pencurian yang marak terjadi di Bandara Indonesia adalah tindak pidana pencurian bagasi pesawat.Apabila kita sering bepergian dengan menggunakan jasa pesawat terbang, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan urusan bagasi. Dengan dibuat dan disahkannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara dianggap mampu melindungi penumpang dari kasus-kasus pencurian bagasi tersebut. Setelah 5 tahun hadirnya peraturan menteri tersebut, ternyata masih terdapat kasus pencurian bagasi bermunculan.Terlebih lagi jika hal tersebut melibatkan oknum-oknum atau pekerja dari maskapai itu sendiri. Akhir-akhir ini sering terdengar kasus- kasus yang berhubungan dengan masalah bagasi, diantaranya pencurian atau pembobolan isi bagasi, kerusakan, tertukar, terlambat, dan mungkin salah pesawat.

  Seperti kasus yang dialami oleh Titi Yusnawati, istri Kasat I Direktorat Narkoba Polda Kalimantan Barat, Ajun Komisaris Besar Polisi Prasetyono.Saat itu, Titi menggunakan maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT 715, dari Bandara Supadio menuju Bandara Soekarno Hatta. Pesawat take

  off sekitar pukul 16.00 WIB dan

  landing di Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 18.30 WIB. Saat Titi akan mengambil tas kopernya di ruang tunggu bagasi, ia melihat kunci gembok sudah rusak. Titi kemudian membuka kopernya.Perhiasan berupa kalung, cincin dan gelang yang bernilai cukup besar miliknya sudah raib.

  Peristiwa ini pun dilaporkan kepihak kepolisian Bandara Soekarno Hatta.

  1 Dunia Penerbangan di negeri ini

  kembali menuai rasa tidak aman dan memalukan. Betapa tidak barang barang bagasi para penumpang lagi- lagi tak aman berada didalam tas maupun kopernya. Maling sudah tidak lagi memandang tempat, tak mesti tempat yang rawan . Dimanapun jadi. Seperti diberitakan Kompas.com, salah seorang dari empat tersangka barang penumpang di Bandara Soekarno- Hatta,” S” , mengaku sebagai porter maskapai Lion Air. “ S “ ditangkap bersama dua orang berinisial “A” dan “M” karena terekam CCTV milik PT Angkasa Pura II tengah membongkar tas penumpang sebelum dimasukkan ke bagasi, bulan November 2015 . Lalu pada bulan Oktober 2015, staf Lion Air di kargo Bandara Kualanamu Medan juga tertangkap kamera pengawas sedang mencuri barang bawaan penumpang.

  2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

  tentang Penerbangan tidak mengatur secara khusus mengenai sanksi pidana bagi pelaku pencurian dan perusakan bagasi pesawat itu sendiri. Hal ini menimbulkan celah untuk melakukan aksi pencurian dan perusakan bagasi penumpang pesawat yang berakibat pada lemahnya sanksi bagi pelaku sehingga mereka leluasa untuk melakukan kejahatan tersebut secara berulang-ulang dan melakukan regenarasi dari pelaku senior ke junior 1

  http://www.merdeka.com/perhiasan-milik- istri-perwira-polisi-hilang-di-bagasilion- air.html Di akses Senin 14 Maret 2017,Pukul

  19.00 Wib 2 http://www.kompasiana.com/andiansyori/tinda k-tegas-pencuri-barang-bagasi-penumpang-di- lion-air_5689c8cb8223bd57048b456f, Di akses serta dapat berakibat buruk terhadap citra penerbangan Indonesia di mata dunia. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana upaya penanggulangan kejahatan pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat di Bandara Radin Inten II?

  b. Apakah faktor penghambat dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat di Bandara Radin Inten II?

  Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data primer diperoleh secara langsung dari penelitian di lapangan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yakni dilakukan wawancara terhadap Koordinator Aviation Security (AVSEC) Bandara Radin Inten II, Kasi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Bandara Radin Inten II dan Akademisi Hukum Pidana Unila. Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan yang meliputi buku-buku literatur, peraturan perundang- undangan, dokumen-dokumen resmi dan lain-lain.

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan tidak mengatur secara khusus mengenai sanksi pidana bagi pelaku pencurian dan perusakan bagasi pesawat itu sendiri. Hal ini menimbulkan celah untuk melakukan penumpang pesawat yang berakibat pada lemahnya sanksi bagi pelaku sehingga mereka leluasa untuk melakukan kejahatan tersebut secara berulang-ulang dan melakukan regenarasi dari pelaku senior ke junior serta dapat berakibat buruk terhadap citra penerbangan Indonesia di mata dunia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 1 angka (1) dan (2) menjelaskan bahwa, Bagasi Tercatat adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untukdiangkut dengan pesawat udara yang sama. Bagasi Kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam pengawasan penumpang sendiri.

  Pasal 168 Undang-Undang RI Nomor

  1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dicantumkan bahwa ganti kerugian untuk setiap bagasi tercatat hanya ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Peraturan Menteri yang digunakan sebagai pedoman tanggung jawab disini ialah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

  77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara. Barang bagasi penumpang dikategorikan dalam Pasal 1 angka 24 dan 25 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, yaitu barang bagasi kabin dan barang bagasi tercatat (ada dua kategori). Barang bagasi kabin hanya diperbolehkan dibawa oleh penumpang sendiri dengan berat maksimal

II. PEMBAHASAN

A. Upaya Penanggulangan Kejahatan Pencurian Barang Penumpang Pada Bagasi Pesawat di Bandara Radin Inten II

  7 (tujuh) kg yang berdimensi maksimal 40cm x 30cm x 20cm dan satu tas barang pribadi untuk keperluan perjalanan (personal Pada Pasal

  19 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 tahun 2011 pengangkut tidak bisa dituntut jika, kejadian hilang tersebut bukan disebabkan oleh pihak maskapai, misalnya akibat kelalaian penumpang atau adanya akibat dari pihak ketiga (pencurian) dan Maskapai tidak bisa dituntut pertanggung jawaban jika maskapai sudah melakukan tindakan yang perlu untuk mencegah terjadinya kehilangan, kerusakan dan kerugian lainnya.

  Kasus pencurian atau pembobolan bagasi terjadi ketika para penumpang lengah saat menunggu keberangkatan penerbangan dan juga di kabin pesawat atau di bagasi pesawat. Oknum yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan kesempatan tersebut dimana menguras isi bagasi atau bahkan mencurinya. Modus pencurian bagasi penumpang dilakukan bervariasi antara lain diduga adanya kerjasama oknum petugas di area X-ray dan Porter di ground

  handling bandara melalui

  pembongkaran barang secara paksa, keterlibatan petugas keamanan dan

  loading master (orang yang mengatur

  di bagasi agar sesuai dengan beban pesawat) dan lain sebagainya. Modus yang digunakan untuk melakukan pencurian bagasi beraneka ragam seperti menyilet bagian dalam koper kemudian merogoh isi barang dan selanjutnya diberi lem agar susah dibuka. Selain menyilet koper, pelaku pencurian di bandara juga menggunakan pulpen yang ditusukkan ke resleting lalu ditutup kembali dengan menarik pengancing retsleting. atau melakukan pembobolan secara paksa pada kunci bagasi. Modus pembobolan bagasi penumpang yang terjadi juga diduga adanya kerjasama

  Porter di ground handling bandara

  melalui pembongkaran barang secara paksa, pencurian barang melalui jasa pengiriman kargo, keterlibatan petugas keamanan dan loading master (orang yang mengatur di bagasi agar sesuai dengan beban pesawat) dan lain sebagainya. Kasus kehilangan barang oleh penumpang memang pernah terjadi namun kebanyakan kasus yang terjadi ialah, bagasi penumpang tersebut tercecer di bandara lain, atau ketinggalan di bandara asal namun kebanyakan kasus tersebut bagasinya kembali ke pemilik bagasi tersebut. Tidak jarang pula terjadi kehilangan barang bagasi penumpang yang diindikasikan diambil oleh oknum- oknum pegawai maskapai yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan bagasi penumpang, dengan cara pengrusakan koper ataupun pengambilan isi koper penumpang sebagian atau seluruhnya oleh oknum maskapai. Adapun jenis barang yang sering dilaporkan hilang kepada petugas lost and Found adalah, emas, Handphone, Laptop, uang tunai dan tidak jarang pula barang yang nilai nominalnya rendah, seperti makanan, tempat-tempat kehilangan biasanya barang tersebut ditaruh di tas yang di bawa ke kabin pesawat, di kursi penumpang dalam pesawat, dan di dalam koper ataupun barang di bagasikan. Selain itu modus yang sering terjadi ialah para oknum mengambil barang isi koper yang tidak digembok atau dilapisi wraping, atau dengan cara merusak bagasi penumpang pesawat, biasanya pelaku melakukan aksinya pada saat pemasukan barang ke dalam badan pesawat di bandara atau pesawat sedang delay ini juga dapat melakukan aksinya. Secara umum upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui sarana “penal” dan “non penal”. Upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana (penal) dalam mengatur masyarakat lewat perundang-undangan pada hakikatnya merupakan wujud suatu langkah kebijakan (policy). Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana (sarana

  penal) lebih menitik beratkan pada sifat

  “Represive”, setelah kejahatan atau tindak pidana terjadi. Selain itu pada hakikatnya sarana penal merupakan bagian dari usaha penegakan hukum oleh karena itu kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penegak hukum (Law

  Enforcement). Sedangkan upaya

  hukum non penal dalam menanggulangi kejahatan sangat berkaitan erat dengan usaha penal. Upaya non penal ini dengan sendirinya akan sangat menunjang penyelenggaraan peradilan pidana dalam mencapai tujuannya.

  Soediman Kartohadiprojo menyatakan Negara kesatuan dipandang bentuk negara yang paling cocok bagi Indonesia sebagaimana dinyatakannya bahwa: “Parapendiri bangsa (the founding fathers ) sepakat memilih bentuk Negara kesatuan karena bentuk negara kesatan itu dipandang paling cocok bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman, untuk mewujdkan paham Negara intergralistik (persatuan) yaitu Negara hendak mengatasi segala paham individu atau golongan dan Negara mengutamakan kepentingan umum atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bhineka Tunggal Ika.”

  Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal, kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial (social

  policy ) yang terdiri dari kebijakan atau

  upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (social-welfarepolicy) dan kebijakan atau upaya-upaya untuk perlindugan masyarakat (social-

  defence policy ).

  Kebijakan penegakan hukum adalah usaha-usaha yang diambil oleh pemerintah atau suatu otoritas untuk menjamin tercapainya rasa keadilan dan ketertiban dalam masyarakat dengan menggunakan beberapa perangkat atau alat kekuasaan baik dalam bentuk undang-undang, sampai pada para penegak hukum antara lain polisi, hakim, jaksa, serta pengacara. Pencegahan terjadinya kehilangan sudah banyak dilakukan oleh pihak maskapai tetapi. Ada kalanya pencurian tersebut terjadi. Saat barang bagasi tersebut ternyata tidak ada ketika penumpang sudah ditempat tujuan (terminal tujuan) seketika itu penumpang biasanya melapor ke bandara tepatnya di unit

  Lost and Found , penumpang biasanya

  diberikan PIR Property Irregularity

  Report atau formulir untuk

  penumpang yang mengalami kehilangan barang bagasi tercatat. Dengan formulir tersebut penumpang dapat menuliskan ciri ciri barang tersebut, warna, dan menuliskan nomor

  airways bill untuk mengambil barang

  tersebut. Pihak pengangkut/maskapai langsung menghubungi semua terminal yang ada jaringan di maskapai, kemudian langsung dijawab diketemukan, di terminal wilayah kota lain, pulau lain atau ternyata tidak diketemukan. Mishandling berkaitan dengan para personal/ petugas dalam menangani kehilangan bagasi tersebut, ketika barang yang dicari tersebut sudah dicari di gudang penyimpanan barang tidak ada, di lain hari ternyata ada. Ada kalanya penumpang tidak memperdulikan anjuran dari pihak maskapai untuk tidak memasukkan barang berharga dalam tas yang akan dimasukkan di bagasi pesawat,ada juga penumpang yang memang sadar akan kehilangan tersebut memang dikarenakan adanya mishandling . Dalam proses penumpang akan memasuki pesawat untuk memasukkan barang dalam bagasi pesawat, penumpang akan melalui proses check

  in Counter , pada proses ini penumpang

  akan ditanyai, apakah ada barang berharga yang akan dimasukkan barang bagasi tercatat. Penumpang dianggap sudah mengetahui tentang resiko meletakkan barang berharga/ barang yang bernilai jual mahal di bagian bagasi pesawat. Seperti yang sudah tertera di sub bab sebelumnya bahwa maskapai melakukan konsorsium dengan perusahaan asuransi, hal tersebut merupakan salah satu bentuk dari cara untuk menanggulangi jika terjadi kehilangan barang bagasi hilang di pesawat tersebut.

  II Pencurian merupakan salah satu tindak

  pidana yang berkaitan dengan barang dan harta benda seharusnya menjadi perhatian khusus dari para aparat penegak hukum, tidak hanya bagaimana mengatasi dan menanggulangi maraknya kejahatan pencurian. Tetapi hal yang sama pentingnya adalah bagaimana upaya- upaya aparat penegak hukum melindungi kepentingan korban dan mensosialisasikan apa yang harus dilakukan masyarakat agar dapat menghindari terjadinya tindak pidana pencurian, serta bagaimana peranan korban dalam mempermudah terjadinya tindak pidana tersebut.

  Setiap perbuatan yang telah diatur sebelumnya dan secara tegas mengatur sanksinya hendaknya menjadikan setiap orang untuk berpikir lebih lanjut sebelum melakukan kejahatan khususnya pencurian bagasi.

  Faktor penghambat dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat di Bandara Radin Inten II. Bagasi bermasalah sangat merugikan penumpang karena isinya barang berharga. Kasus pencurian atau pembobolan bagasi terjadi ketika para penumpang lengah saat menunggu keberangkatan penerbangan, dan juga di kabin pesawat. Oknum tidak bertanggung jawab memanfaatkan kesempatan tersebut tanpa disadari lingkungan sekitarnya menguras isi bagasi atau bahkan mencurinya. Modus pembobolan bagasi penumpang dilakukan bervariasi antara lain diduga adanya kerjasama oknum petugas di area X-ray dan Porter di ground

B. Faktor Penghambat dalam Upaya Penanggulangan Kejahatan Pencurian Barang Penumpang Pada Bagasi Pesawat di Bandara Radin Inten

  handling bandara melalui

  pembongkaran barang secara paksa, pencurian barang melalui jasa pengiriman kargo, keterlibatan petugas keamanan dan loading master (orang yang mengatur di bagasi agar sesuai sebagainya. Dalam hal ini kejahatan pencurian dan peruskan bagasi penumpang pesawat seharusnya dapat di katagorikan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime) karena kejahatan ini disusun secara sistematis, terstruktur dan melibatkan banyak orang. Dalam hal ini pelaku pencuri dan perusakan bagasi pesawat hanya dijerat dengan menggunakan Pasal 362 KUHP tentang pencurian dengan ancaman maksimal 5 tahun.

  Hal ini sangatlah tidak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pelaku pencurian yang sangat merugikan pengguna jasa penerbangan baik domestik maupun mancanegara, Hal ini dapat berimbas kedalam turunya pendapatan Negara dari berbagai sektor serta kepercayaan dunia penerbangan internasional terhadap Indonesia dalam segi pelayanan, kenyamanan dan keamanan penerbangan, sehingga mengakibatkan maskapai penerbangan dan pelayanan bandara Indonesia di nilai buruk oleh dunia penerbangan internasional, tidak semua maskapai Indonesia yang diizinkan dapat terbang secara langsung ke kawasan Eropa dan Amerika. Dalam Undang-Undang Nomor

  1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan tidak mengatur secara khusus mengenai sanksi pidana bagi pelaku pencurian dan perusakan bagasi pesawat itu sendiri. Hal ini menimbulkan celah untuk melakukan aksi pencurian dan perusakan bagasi penumpang pesawat yang berakibat pada lemahnya sanksi bagi pelaku sehingga mereka leluasa untuk melakukan kejahatan tersebut secara berulang-ulang dan melakukan regenarasi dari pelaku senior ke junior serta dapat berakibat buruk terhadap citra penerbangan Indonesia di mata dunia.

  Berdasarkan hasil penelitian dapat penulis analisis bahwa tindak pidana pencurian bagasi penumpang pesawat terbang dilakukan secara terorganisir dengan melibatkan beberapa orang pekerja. penyebab terjadinya pencurian bagasi penumpang pesawat adalah karena kecilnya gaji karyawan ground

  handling dan porter selain itu

  lemahnya pengawasan dan pelatihan bagi calon ground handling/porter. Para pelaku pencurian biasanya melakukan aksinya ketika di area make

  up dan lambung pesawat yang mana

  area ini luput dari pengawasan security maskapai dan CCTV, terkadang

  security maskapai bekerja sama dalam

  hal memperlancar aksi para pelaku kejahatan. Selain itu pula perlu ditingkatkan lagi sistem keamanan bandara terpadu baik dari aviation

  security (AVSEC), security airline dan

  kepolisian serta penambahan CCTV di area tertentu yang dicurigai rawan aksi pembobolan bagasi agar mempersempit ruang gerak pelaku pencurian bagasi pesawat. Faktor penghambat dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat di Bandara Radin Inten II terdiri dari beberapa faktor, faktor tersebut adalah dari aparat penegak hukumnya sendiri hal ini terlihat dari lemahnya sanksi bagi pelaku sehingga mereka leluasa untuk melakukan kejahatan tersebut secara berulang- ulang dan melakukan regenarasi dari pelaku senior ke junior serta dapat berakibat buruk terhadap citra penerbangan yang ada. Selain itu kurang tanggapnya aparat penegak hukum terhadap laporan yang diberikan pihak korban sehingga proses penanganan kasus pencurian pencurian barang penumpang pada bagasi penanganan kasus pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat membuat para penumpang pun menjadi enggan untuk meneruskan perkara tersebut. Kekurangan personel membuat tidak efektif pekerjaan di bidangnya masing- masing. Sering kali dari bagian terutama Reserse akan merangkap tugas sebagai bagian intelejen untuk melakukan penyelidikan, begitupun dengan bagian fungsi yang lain. Selain faktor aparat penegak hukum faktor lain yang menghambat upaya penanggulangan kejahatan pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat di Bandara Radin Inten II adalah budaya dari penumpang pesawat itu sendiri, dimana penumpang menunda waktu untuk melaporkan kejadian tersebut kepada aparat penegak hukum, sehingga semakin lama kasus tersebut dilaporkan akan memperlambat proses penyelesaiannya.

  Pada penanggulanagan kejahatan pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat di Bandara Radin Inten

  II dari pihak kepolisian sanga membutuhkan kerjasama dengan masyarakat. Masyarakat dalam hal ini bisa berperan sebagai pelapor yang baik dan bersedia membantu proses penyelidikan dan penyidikan ketika ada kejadian yang bersangkutan dengan dirinya, hal tersebut bisa sebagai saksi atau juga sebagai korban bahkan pelaku. Masyarakat sangat penting memiliki kesadaran dan kewaspadaan tentang bahaya pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat di Bandara Radin Inten II. Menurut penulis masyarakat adalah faktor yang besar pengaruhnya dalam suatu penegakan hukum, jika kesadaran maka akan sangat mudah bagi pihak kepolisian untuk menangani perkara. Masyarakat adalah faktor yang besar pengaruhnya dalam suatu penegakan hukum, jika kesadaran masyarakat akan hukum sudah tinggi maka akan sangat mudah bagi pihak kepolisian untuk menangani perkara.

  Berdasarkan uraian di atas, maka kebijakan Aviation Security (AVSEC) dalam penanggulangan pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat dilakukan melalui upaya- upaya pre-emtif, preventif, dan represif. Upaya penanggulangan pre- emtif dilakukan melalui social engineering dengan mengawasi, mengarahkan, membentuk dan mendorong masyarakat agar menjadi

  law abiding citizen yang mampu

  menangkal kejahatan dengan jalan melakukan penyuluhan hukum. Upaya preventif, yaitu kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mencegah secara langsung terjadinya kasus-kasus kejahatan dengan mengedepankan fungsi teknis samapta dengan melaksanakan kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli (turjawali) di lokasi yang diduga mengandung police hazard (PH).

  Pembinaan masyarakat untuk mendorong agar ikut serta dalam upaya penanggulangan kejahatan (siskamtibmas swakarsa) dan bekerja sama dengan pihak Kejaksaan. Sedangkan, upaya represif berupa kegiatan penindakan yang ditujukan ke arah penanggulangan terhadap semua kasus tindak pidana yang telah terjadi termasuk dengan menerapkan upaya- upaya paksa.

  Selanjutnya faktor penghambat terhadap upaya penanggulangan bagasi pesawat, meliputi faktor hukum, faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas pendukung, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan. Faktor hukum, adalah penerapan Pasal 363 KUHP itu sudah cukup memadai untuk mendorong pelaksanaan tugas aparat kepolisian dengan komitmen menerapkan ancaman pidana yang tinggi. Kemugkinan hakim menjatuhkan pidana terlalu ringan merupakan suatu faktor penghambat dalam penegakan hukum tersebut; Faktor penegak hukum, berfungsinya dalam memainkan peranan penting, akan tetapi bila kualitas petugas kurang baik, maka akan timbul masalah.

  Salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian aparat Aviation

  Security (AVSEC) dan persoalan ratio

  perbandingan 1:1.627 antara Aviation

  Security (AVSEC) dan masyarakat

  merupakan perbandingan yang kurang proporsional; Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak berkaitan dengan materi pendidikan polisi yang masih berkutat pada hal-hal yang bersifat praktis konvensional. Masalah perangkat keras adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Apabila sarana fisik tidak mencukupi dan kondisinya kurang baik, maka akan menjadi faktor penghambat bagi petugas untuk bekerja secara profesional. Padahal peralatan tersebut sangat besar sekali manfaatnya dalam upaya kecepatan informasi dan mobilitas dalam menjalankan tugas; Faktor masyarakat, berkaitan dengan adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan. Resistensi penegakan diidentifikasi atas dasar sikap masyarakat yang kurang menyadari tugas polisi, tidak mendukung, dan malahan kebanyakan bersikap apatis serta menganggap tugas penegakan hukum semata-mata urusan polisi serta keengganan terlibat sebagai saksi dan sebagainya; Faktor kebudayaan, mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya terhadap penegakan hukum. Dengan budaya setempat, masyarakat secara umum dianggap akomodatif dengan penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Berdasarkan hasil penelitian maka menurut penelitia aparat Aviation

  Security (AVSEC) dalam

  menanggulangi pencurian barang penumpang pada bagasi pesawat melakukan upaya pre-emtif preventif dan represif agar para pelaku kejahatan merasa takut untuk melakukan kejahatan sehingga hasil yang diharapkan benar-benar optimal. Selain itu, Aviation Security (AVSEC) meningkatkan sumber daya manusianya, baik secara kuantitas maupun kualitasnya terhadap mentalitas dan kepribadian yang tinggi serta bertanggung jawab terhadap profesinya.

  III. PENUTUP

  A. Simpulan

  1. Upaya-upaya penanggulangan yang dilakukan Aviation Security (AVSEC) dalam menanggulangi tindak pidana pencurian bagasi penumpang pesawat terdiri dari dua bentuk yakni upaya preventif dan upaya reprensif. Dalam bentuk upaya preventif antara lain dengan melakukan agar tidak menyimpan barang baik penguncinya ataupun dengan berharga miliknya ke dalam bagasi. memasukkan identitas kedalam Sedangkan dalam bentuk upaya koper dan dilabel untuk digantung reprensif, pihak Aviation Security pada pegangan koper. (AVSEC)menindak lanjuti setiap

  2. Penumpang yang mendapati laporan yang masuk dan menindak bagasinya rusak saat masih di tegas terhadap pelaku-pelaku yang bandara, dihimbau untuk mengecek tertangkap sesuai dengan peraturan langsung apakah ada barang-barang yang ada. yang hilang. Apabila ada barang-

  2. Faktor penghambat dalam upaya barang yang hilang, segera penanggulangan kejahatan menghubungi petugas bandara pencurian barang penumpang pada ataupun maskapai yang bagasi pesawat di Bandara Radin bersangkuan. Inten II adalah lemahnya sanksi bagi pelaku sehingga mereka DAFTAR PUSTAKA leluasa untuk melakukan kejahatan tersebut secara berulang-ulang dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai melakukan regenarasi dari pelaku Kebijakan Hukum Pidana , PT. senior ke junior serta dapat Citra Aditya Bhakti, Bandung, berakibat buruk terhadap citra 1996 penerbangan Indonesia di mata dunia. http://www.kompasiana.com/andiansyo ri/tindak-tegas-pencuri-barang-

B. Saran bagasi-penumpang-di-lion-

  Berkenaan dengan pembahasan skripsi air_5689c8cb8223bd57048b456f, ini, ada beberapa saran yang perlu Di akses Senin

  14 Maret penulis sampaikan, yaitu: 2017,Pukul 19.00 WIB

  1. Penumpang dihimbau untuk melapisi tas/koper/barang bawaan http://www.merdeka.com/perhiasan- dengan pembungkus tambahan milik-istri-perwira-polisi-hilang- serta tidak memasukkan barang di-bagasilion-air.html Di akses berharga kedalam bagasi, Senin 14 Maret 2017,Pukul 19.00 menggunakan koper yang kuat dan WIB

Dokumen yang terkait

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA (Studi Kasus di Polres Lampung Utara)

0 0 15

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA RECIDIVE PADA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

0 0 12

ABSTRACT A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON SEXUAL DEVIATION OF SAME SEX AMONG FEMALE PRISONERS AT CORRECTIONAL FACILITY FOR WOMEN CLASS II A WAYHUI SOUTH LAMPUNG By Muhammad Guntur Hartotrisno, Sunarto, Budi Rizki Husin

0 0 12

TINJAUAN KRIMINOLOGIS KEJAHATAN KEKERASAN DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN NARAPIDANA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung)

0 1 14

UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENIPUAN MELALUI TELEPON GENGGAM YANG DILAKUKAN OLEH NARAPIDANA DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IA Bandar Lampung)

0 0 19

ABSTRACT A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON SEXUAL DEVIATION OF SAME SEX AMONG FEMALE PRISONERS AT CORRECTIONAL FACILITY FOR WOMEN CLASS II A WAYHUI SOUTH LAMPUNG By Muhammad Guntur Hartotrisno, Sunarto, Budi Rizki Husin Email : mgunturhgmail.com

0 0 12

ABSTRAK PERAN PENYIDIK DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN CARA MUTILASI (STUDI KASUS DI POLDA LAMPUNG)

0 0 16

KOORDINASI ANTARA PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) BEA DAN CUKAI DENGAN PENYIDIK POLRI DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANAEKSPOR ILEGAL PASIR TIMAH (Studi di Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Bandar Lampung)

0 1 15

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENAMBANGAN BATU ILEGAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Studi Pada Polres Lampung Utara) Jurnal Penelitian

0 0 13

PELAKSANAAN REHABILITASI SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Pada Loka Rehabilitasi Kalianda)

1 1 14