BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH - Analisis Cerita Komik “One Piece” Karya Eiichiro Oda Dilihat Dari Pendekatan Objektif

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

  Kata sastra menurut Teeuw dalam Ratna (2004: 4), berasal dari akar kata

sas (sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, dan intruksi.

  Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, secara leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik, seperti silpasastra (buku petunjuk arsitektur), kamasastra (buku petunjuk percintaan). Menurut Luxemburg dan Willem (1992:23), sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial, sastra yang di tulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada zaman itu. Dalam gejala sosial di kehidupan bermasyarakat tersebut, masyarakat cenderung menghasilkan buah pikiran berupa karya yang indah yang kita kenal sebagai karya sastra.

  Suatu hasil karya sastra dapat dikatakan memiliki nilai sastra apabila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya. Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1984:8). Dengan menggunakan medium bahasa, sastra dapat lebih banyak dan leluasa mengungkapkan atau mengekspresikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi penyempurnaan kehidupan manusia.

  Karya sastra pada dasarnya dibagi menjadi dua macam. Karya sastra yang bersifat nonfiksi dan fiksi. Karya sastra nonfiksi yaitu berupa puisi, drama, dan lagu, sedangkan karya sastra yang bersifat fiksi berupa novel, cerpen, essai, cerita rakyat, dan cerita bergambar atau yang sering kita sebut dengan Komik.

  Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.

  Biasanya komik dicetak diatas kertas dan dilengkapi oleh teks.

  Komik merupakan salah satu sajian yang ditawarkan dalam dunia sastra yang dapat menarik hati para penikmat sastra. Tidak hanya itu, komik mampu memikat banyak orang di seluruh dunia, baik dari kalangan anak-anak, remaja, bahkan juga orang tua. Komik adalah salah satu produk akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya, yang dituangkan dalam gambar dan tanda, yang mengarah kepada suatu pemikiran dan perenungan (Bonneff ,1998:25).

  Manga

  ( 漫画 ) (baca: man-ga, atau ma-ng-ga) merupakan katata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang.(漫画家) (baca: man-ga-ka, atau ma-ng-ga-ka) adalah orang yang menggambar manga (Wikipedia ). Secara harfiah, kata manga berarti gambar aneh. Manga adalah karya sastra yang menggunakan bahasa dan gambar yang diciptakan oleh manusia berdasarkan pada kebudayaan yang ada, berupaya menggambarkan tentang kehidupan manusia atau masyarakat tertentu serta kebudayaan–kebudayaannya. Manga memiliki uns6ur imajinasi dan kretivitas, namun imajinasi yang terkandung di dalamnya bukan narasi dengan kenyataan manga/) Dalam sebuah tugas mengapresiasikan, baik dalam karya sastra maupun tulisan ilmiah biasanya dijumpai masalah-masalah yang mendasari dalam pembuatan tugas tersebut. Pada karya sastra komik, masalah-masalah yang muncul biasanya berdasarkan unsur-unsur yang ada didalamnya, yaitu unsur- unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang berada dalam tubuh karya sastra itu sendiri. Yang termasuk bagian dari unsur instrinsik yaitu : tema, alur, latar, penokohan, gaya bahasa, dan sudut pandang. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur yang ada di luar tubuh karya sastra tetapi sangat berpengaruh terhadap isi karya sastra tersebut.

  Unsur-unsur ekstrinsik meliputi pendekatan biografi, psikologi, dan sosial (masyarakat). Dalam penulisan ini, penulis ingin mengangkat sebuah komik fiksi karya Eiichiro Oda yang berjudul “ONE PIECE”. Meskipun merupakan sebuah komik fiksi tanpa dilandasi kisah nyata, namun One Piece merupakan karya fiksi yang berbeda dibandingkan karya fiksi lainnya, karena One Piece karya Eiichiro Oda ini berhasil menggabungkan fiksi ke dalam cerita bajak laut.

  One Piece merupakan manga yang bercerita tentang petualangan bajak laut Monkey D. Luffy dsan teman-temannya yang mencari harta karun bernama

  

“One Piece”. Komiknya sendiri dirilis pada tahun 1997 di Jepang sampai terjual

  ke seluruh dunia dan masih berlanjut hingga kini. Manga One Piece mulai diserialisasikan pada majalahedisi #34 pada tanggal 4 Agustus 1997. Animenya mulai diproduksi oleh Toei Animation di Fuji TV pada 20 Oktober 1999. Pada awalnya, Eiichiro Oda merencanakan One Piece akan berjalan sekitar 5 tahun, dan dia telah menetapkan endingnya. Tetapi dia terlalu menikmati jalan ceritanya dan sekarang dia tidak tahu kapan One Piece akan berakhir (http://id.wikipedia.org/wiki/One_Piece) Pada komik ini pada dasarnya menceritakan tentang petualangan bajak laut dan kehidupan yang dialami Monkey D. Luffy yang ingin menjadi raja bajak laut dan menemukan harta karun “One Piece”. Hingga suatu hari ia mendengar kakaknya Portgas D Ace akan dieksekusi dan dia memutuskan untuk menyelamatkannya apapun yang terjadi. Selain itu, penulisan cerita One Piece sukses berkat ceritanya yang kuat, penuh fantasi, nuansa humor yang khas, tokoh- tokohnya yang beraneka ragam, pertarungan yang ketat antara tokoh-tokoh yang aneh, serta tokoh-tokoh yang diceritakan secara mendalam membuat penulis hanyut dalam cerita dan merasa bahwa era bajak laut di dunia ini seperti benar adanya.

  Umumnya, resep jitu untuk membuat karya cerita bergambar yang baik adalah kekuatan cerita, eksekusi dialog, realisme yang ditawarkan dan teknis gambar yang baik. Dan seorang anime yang berkelas, selalu menambahkannya dengan keaslian dan beberapa tambahan yang imajinatif tanpa harus tersesat membuat pembacanya memikirkan dunia antah berantah, sehingga membuat pembaca dengan cerita dalam komik tersebut menjadi berjarak. Dan, Eiichiro Oda berhasil membuat para pembaca One Piece tidak berjarak dengan isi dalam cerita One Piece, menggabungkan antara fiksi dengan sejarah bajak laut manusia, memindahkan kebiasaan bajak laut ke dalam komik, keliaran psikologis manusia zaman dahulu, perhatian kepada kultur samurai (tentu saja karena Eiichiro Oda pernah menjadi asisten Nobuhiro Watsuki, pencipta Manga Samurai X) dan menciptakan fiksi dengan ide fenomenal yang benar-benar baru dalam sejarah Manga yaitu Buah Iblis.

  Adapun latar belakang yang menjadi alasan penulis ingin membahas komik ini sebagai skripsi adalah karena tema dalam cerita One Piece ini menceritakan tentang kehidupan bajak laut dan kesehariannya. Namun, hemat saya sebagai pembaca dan yang kita ketahui bersama, tema cerita bajak laut selalu digambarkan dengan sesuatu hal yang buruk, seram dan negatif, identik dengan kekejaman, pembajakan, dan perampokan yang semena-mena. Tapi, di dalam komik One Piece ini diceritakan tentang adanya kelompok bajak laut yang perwatakannya baik hati, lucu, humoris, suka menolong dan setia kawan serta gigih dalam meraih impiannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam komik ini ada pemutarbalikan karakteristik yang dilakukan oleh tokoh utama dan kelompok bajak lautnya. Sedangkan alur dalam komik ini sangat menarik dan baik karena tahapan peristiwa dalam komik ini tersusun dengan baik.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tema, karakter tokoh utama dalam One Piece, dan alur yang terjadi pada komik tersebut. Untuk itu penulis akan membahasnya dalam skripsi dengan judul “Analisis Cerita Komik One Piece Karya Eiichiro Oda Dilihat Dari Pendekatan Objektif”.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

  Komik ini sangat menarik karena bercerita tentang petualangan bajak laut dan kisah-kisah kehidupan para bajak laut. Dalam komik ini diceritakan tentang petualangan bajak laut Monkey D. Luffy dan teman-temanya yang mencari harta karun bernama One Piece. Banyak sekali kejadian menarik yang terjadi dalam setiap peristiwa dan petualangan yang dialami Luffy dan teman-temannya dalam pencarian harta karun One Piece. Dengan tema dunia bajak laut, tokoh-tokoh yang unik dan aneh, serta alur yang baik membuat cerita ini tidak membosankan walaupun cerita di dalam komik ini sangat panjang. Namun, ada sesuatu hal yang menarik dan tidak biasa yang ditemukan penulis dalam cerita komik ini yang dijadikan permasalahan, yaitu walaupun komik ini menceritakan tentang bajak laut, tetapi digambarkan bajak laut yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan ketidakseimbangan perwatakan, yaitu terjadinya pemutarbalikan karakteristik tokoh. Bajak laut yang digambarkan dalam komik One Piece ini lebih digambarkan sebagai bajak laut yang baik hati, lucu, humoris, dan gigih dalam meraih impian dan menjalani kehidupannya serta orang yang sangat menyayangi saudara dan teman-temannya. Alur dalam komik ini juga sesuai dengan paparan mulai awal peristiwa, berkembangnya peristiwa yang mengarah pada konflik yang memuncak, dan penyelesaian terhadap konflik.

  Dari uraian di atas, penulis membuat permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut;

  1. Bagaimana penokohan, tema dan alur cerita dalam komik One Piece karya Eiichiro Oda?

  2. Bagaimana keterkaitan antara penokohan, tema dan alur cerita yang mendasari struktur cerita yang utuh dalam komik One Piece?

1.3 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

  Dalam pelaksanaan penulisan karya ilmiah, pasti selalu bertitik tolak dari adanya masalah yang dihadapi dan perlu segera dipecahkan. Tugas demikian akan bagus apabila kita memulai kerjanya atas dasar masalah. Tanpa masalah yang jelas dari karya sastra yang dihadapi, tentunya pekerjaan analisis kita menjadi kabur, tentunya hasilnya tidak akan optimal. Itulah sebabnya untuk menghindari penelitian yang tidak terarah serta pembahasan yang panjang lebar, sesuai dengan judul skripsi ini adalah analisis cerita manga One Piece berdasarkan pendekatan struktural, maka pada penelitian ini penulis menganalisis unsur-unsur di dalamnya seperti tema, penokohan, dan alur saja. Setelah meneliti unsur-unsur tersebut, kemudian menerangkan keterkaitannya, antara tema, penokohan dan alur sehingga One Piece menjadi cerita yang utuh. Data yang akan dibahas adalah komik yang berjudul One Piece, pengarang Eiichiro Oda, dengan tebal Halaman ±205 hal/volume (±10 chapter/volume), chapter yang akan dibahas adalah antara volume 51-59 yaitu episode penyelamatan Ace. Sebelum Bab Pembahasan, agar analisis ini menjadi akurat dan jelas, maka penulis dalam Bab II akan menjelaskan Pengertian Komik, Unsur Pembangun komik yang meliputi unsur intrinsik dan ektrinsik, Setting Komik One Piece, Pendekatan Objektif dalam kajian Sastra dan Biografi Pengarang.

1.4 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

1.4.1 Tinjauan Pustaka

  Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis, Hill dalam Pradopo (2003:6).

  Dalam analisis itu karya sastra itu diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu adalah sebuah karya sastra itu adalah sebuah karya sastra yang utuh, Hawkes dalam Pradopo (2002:16). Di samping itu, sebuah struktur sebagai kesatuan yang utuh dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling berhubungan diantaranya dengan keseluruhannya, Hawkes dalam Pradopo (2002:17-18).

  Dengan menganalisis, maka makna karya sastra dapat ditafsirkan dengan lebih j`elas. Ada bermacam-macam analisis dalam mengkritik karya sastra. Di dalam analisis berikut dipergunakan tafsiran dari salah satu sudut pandang, yaitu sudut pandang objektif yang sifatnya struktural.

  Pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra. Pembicaraan kesusastraan tidak akan ada bila tidak ada karya sastra. Karya sastra menjadi sesuatu yang inti, Junus dalam Siswanto (1985:2). Menurut strukturalisme, kajian sastra itu harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta atau pembaca sebagai penikmat, Selden dalam Siswanto (2008:52).

  Teeuw dalam Siswanto (2008: 135) menyatakan, analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, semendetail dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur- unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32).

  Penekanan strukturalisme adalah memandang karya sastra sebagai teks mandiri. Penelitian dilakukan secara objektif yaitu menekankan aspek intrinsik karya sastra. Aspek intrinsik karya sastra tersebut adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita.

  Dalam lingkup karya fiksi, Stanton dalam Pradopo (2002:56) mendeskripsikan unsur-unsur karya sastra sebagai berikut: a. tema;

  b. fakta cerita, terdiri atas alur, tokoh, dan latar;

  c. sarana sastra, terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa dan suasana, simbol- simbol, imaji-imaji, dan juga cara pemilihan judul.

  Unsur-unsur karya sastra yang akan ditelaah di dalam komik ini adalah tema, penokohan, dan alur. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya, Aminuddin dalam siswanto (2008:107-108). Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas, dan memuaskan berkat keberadaan tema. Tema merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita. Cara paling efektif untuk mengenali tema sebuah karya adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya. Setiap aspek cerita turut mendukung kehadiran tema (Stanton, 2007:42-43).

  Sebuah cerita tidak mungkin akan berjalan tanpa adanya penokohan dan perwatakan. Karena dua hal tersebut merupakan penggerak cerita dalam suatu prosa. Kehadiran tokoh dapat menghidupkan cerita dan adanya perwatakan dapat menimbulkan pergeseran serta konflik yang dapat melahirkan cerita. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan, Aminuddin dalam Siswanto (2008:85). Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku, atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan.

  Setiap pengarang ingin agar pembaca memahami setiap karakter dan motivasi yang diperankan oleh para tokoh dalam karyanya dengan benar. Akan tetapi tidak ada satu orang pun pengarang yang dapat melakukan hal ini dalam sekali rengkuh. Kesan pertama kita terhadap seorang karakter biasanya timpang atau meleset, (Stanton, 2007:34). Oleh karena itu, dalam suatu karakter penokohan perlu keterhubungan dan saling melengkapi dengan unsur intrinsik yang lain seperti alur (plot).

  Secara umum, alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan pandangannya, keputusan- keputusannya, dan segala yang menjadi variabel pengubah dalam dirinya, (Stanton, 2007:26).

1.4.2 Kerangka Teori

  Agar dapat menganalisis suatu karya sastra diperlukan sebuah teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari penulisan ini. Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memahami, menjelaskan, menilai suatu objek atau data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai pembimbing yang menuntun dan memberi arah di dalam penelitian. Dalam penelitian terhadap komik One Piece karya Eiichiro Oda ini, penulis menggunakan landasan teori pendekatan struktural (objektif) yang akan dikaitkan dengan konsep tema, perwatakan, dan plot (alur).

  Wellek dan Werren dalam Rusmawani (20012:13) menyebutkan pendekatan ini sebagai pendekatan intrinsik karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri.

  Teori struktural berusaha untuk memilah-milah dengan baik unsur-unsur pembentuk suatu karya sastra yang dalam hal ini karya sastra berbentuk prosa.

  Teeuw (1984: 135) menyatakan, Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, semendetail dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

  Analisis struktural dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antara unsur intrinsik, kemudian menjelaskan fungsi masing-masing unsur dalam menunjang makna keseluruhan dan hubungan antar unsurnya. Unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra meliputi alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan tema. Namun dalam kajian ini, khusus hanya membicarakan tema, tokoh utama, dan alur saja.

  Setiap cerita mempunyai dasar. Penulis menuliskan tokohnya dengan dasar tema yang telah ditentukan, mengingat kenyataan tersebut maka tema menduduki posisi penting. Yang dimaksud dengan tema adalah persoalan yang berhasil menduduki posisi tempat utama dalam cerita. Tema dalam hal ini tidaklah berada di luar cerita, tetapi inklusif di dalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun inklusif di dalam cerita tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat, tetapi tersebar di balik keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi, Brooks dalam Aminuddin (2000:92)

  Menurut Scharbach dalam Aminuddin (2000:91), seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka telah selesai memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut.

  Tokoh berkaitan dengan orang atau seseorang sehingga perlu penggambaran yang jelas tentang tokoh tersebut. Menurut Nurgiyantoro (1995:173-174), jenis-jenis tokoh dapat dibagi sebagai berikut;

  1. Berdasarkan Segi Peranan atau Tingkat Pentingnya

  a. Tokoh Utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa dan sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.

  b. Tokoh Tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung dan

  2. Berdasarkan Segi Fungsi Penampilan Tokoh

  a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh utama yang merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang ideal bagi pembaca b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik

  Pengertian alur atau plot pada karya sastra pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan para pelaku dalam sebuah cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian suatu peristiwa yang berbagai macam, Aminuddin (2000:83). Dalam suatu cerita, urutan peristiwa dapat beraneka ragam, Montage dan Hensaw dalam Aminuddin (2000:84) menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat stersusun dalam tahapan-tahapan sebagai berikut; a.

  Exposition, yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita.

  b.

  Inciting Force, yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku.

  c.

  Rising Action, yakni situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik d.

  Crisis, yaitu dimana situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh para pengarangnya e.

  Climax, yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya itu sendiri dan f. Falling Action, yakni kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclution atau penyelesaian cerita. Hal berikut akan dijelaskan dan dikaitkan dalam Bab III tentang Analisis Alur dalam Komik One Piece.

  Dengan menggunakan teori pendekatan struktural tersebut, penulis menganalisis karakteristik penokohan dalam komik One Piece, tema yang mendasari pemaparan cerita dan tahapan-tahapan alur yang membentuk komik One Piece. Sehingga dapat dijelaskan hubungan unsur-unsur yang ada di dalam manga “One Piece”, keutuhan serta kepaduan ceritanya yang dibangun melalui unsur intrinsik .

1.5 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

  1.5.1 Tujuan penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1) Untuk mendeskripsikan tema, penokohan, dan alur cerita dalam komik One Piece karya Eiichiro Oda.

  2) Untuk mendeskripsikan keterkaitan antara tema, penokohan, dan alur cerita yang mendasari struktur cerita yang utuh dalam komik One Piece.

  1.5.2 Manfaat Penelitian

  Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah : 1) Untuk memperkaya pengkajian dan mengapresiasikan karya sastra, khususnya terhadap manga Jepang.

  2) Untuk dapat menambah wawasan dan gambaran bagi pembaca mengenai unsur-unsur pembentuk di dalam manga One Piece.

  3) Untuk memberikan gambaran tentang tema, penokohan, dan latar dalam sebuah karya sastra berdasarkan pendekatan sturktural dalam manga One Piece.

1.6 METODE PENELITIAN

  Sebuah penelitian membutuhkan suatu metode untuk mendukung proses di dalam penelitian tersebut. Dan, metode yang dipakai dalam mengerjakan penelitian ini adalah Metode Deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30) bahwa, penelitian yang bersifat deskriptif yaitu yang memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Metode deskriptif juga merupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretasikan data.

  Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka (library research) yaitu dengan menyelusuri sumber-sumber kepustakaan dengan buku-buku dan referensi yang ada di perpustakaan umum Universitas Sumatera Utara, membaca literature dan melakukan penelusuran melalui media internet.