2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Keagenan

  Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995:569) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritasasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent mereka.

  Prespektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami good corporate governance. Hubungan keagenan adalah kontrak antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent) (Gusnadi, 2008). Menurut teory agency, agent harus bertindak secara rasional untuk kepentingan principalnya. Agen harus menggunakan keahlian, kebijaksanaan, itikad baik dan tingkah laku wajar dan adil dalam memimpin perseroan (Surya, 2008). Namun dalam prakteknya timbul masalah (agency problem), karena ada kesenjangan kepentingan antara para pemegang saham sebagai para pemilik perusahaan dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agent. Pemilik memiliki kepentingan agar yang telah diinvestasikannya memberi pendapatan yang maksimal sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan incestivities atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Konflik kepentingan ini akan menimbulkan biaya (cost) yang biasa disebut agency cost (Surya, 2008).

  Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan daripada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal debagai asimetri informasi. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manjemen laba (Richardson, 1998) dalam Suryani (2010).

  

Good corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat

  para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri, menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau modal yang telah ditanamkan oleh investor.

  Dengan kata yakni good corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost) sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Gusnadi, 2008).

2.1.2 Good Corporate Governance

  Pengertian corporate governance menurut FCGI yaitu seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak- hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak pemegang kepentingan (Almilia dan Sifa, 2006). Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Prinsip- prinsip dasar ini diharapkan menjadi rujukan bagi para regulator dalam menbangun framework bagi penerapan corporate governance. Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh Organitation for Economic Corporationad Development (OECD) dalam martina (2009) terdiri dari empat aspek yaitu: a.

  Kewajaran (Fairness) Menekankanpada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serat investor lainnya.

  b.

  Transparansi (Transparency) Informasi perusahaan yang disajikan tepat waktu, akurat, disertai pengungkapan laporan keuangan yang memadai.

  c.

  Akuntabilitas (Accountability) Kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organisasi perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

  d.

  Responsibilitas (Responsibility) Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (kepatuhan) didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat dan peraturan perundangan yang berlaku serta tanggungjawab sosial kepada masyarakat. Secara umum penerapan prinsip good corporate governance secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut (Surya, 2008): a.

  Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.

  b.

  Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.

  c.

  Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan.

  d.

  Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap perusahaan.

  e.

  Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

  Dari berbagai tujuan tersebut, pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing dalam suatu perusahaan, merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.

  Kunci utama dibutuhkannya good corporate governance adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui mekanisme supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan uga sebagai upaya untuk memperkuat dan mempertegas pertanggungjawaban dewan direksi dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan (Waterhouse dalam Pasoloroan, 2001).

  Good corporate governance dapat diproksikan ke dalam ukuran dewan komisaris (Siallagan, 2006) dan proporsi dewan komisaris independen.

2.1.3 Ukuran Dewan Komisaris

  Dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris (Siallagan, 2006). Dengan semakin banyaknya anggota komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, kesulitan dalam mengawasi kerja dari masing-masing dewan sendiri, kesulitan mengendalikan tindakan dari manajemen serta kesulitan dalam mengambil keputusan yang berguna bagi perusahaan. Adanya kesulitan dengan anggota dewan komisaris yang banyak ini membuat sulitnya menjalankan tugas pengawasan terhadap manajemen perusahaan yang nantinya berdampak pula pada kinerja perusahaan yang semakin menurun (Yermak dalam Nasution, 2007).

  Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggungjawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan (Nasution dan Setiawan, 2007). Pengawasan dilakukan agar kecenderungan manajer untuk melakukan manajemen laba berkurang agar investor tetap memberikan kepercayaan untuk menanamkan investasinya pada perusahaan. Vafeas (2000) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) ,engatakan bahwa peranan dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan.

2.1.4 Dewan Komisaris Independen

  Untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance diperlukan anggota dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan tidak cacat hukum dan tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubungan lainnya dengan pemegang saham pengendali (mayoritas) baik secara langsung maupun tidak langsung atau biasa disebut komisaris independen. Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan (Surya, 2008). Keberadaan komisaris independen dapat meningkatkan kinerja perusahaan melelui pengawasan dan nasehat atau masukan yang diberikannya demi kepentingan perusahaan.

  Komisaris independen bersama dewan komisaris memiliki tugas-tugas meliputi (Surya, 2008): a.

  Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian resiko, anggaran tahunan dan rencana usaha; menetapkan sasaran kerja; mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan asset. Tugas ini terkait dengan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen (accountability) b. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi transparan (transparency) dan adil (fairness); c. Memonitori dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan. Tugas ini untuk memberikan perlindungan hak-hak para pemegang saham (fairness); d. Memonitor pelaksanaan governance, dan mengadakan perubahan dimana perlu. Komisaris independen harus melaksanakan transparansi

  (transparency) dan pertanggungjawaban (responsibility) atas hal ini; e. Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam perusahaan (OECD Principles of Corporate Governance). Proses keterbukaan (transparency) ini untuk menjamin tersedianya informasi yang tepat waktu dan jelas.

  2.1.5 Ukuran Perusahaan

  Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Perusahaan besar cenderung bertindak hati-hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan dan cenderung melakukan pengelolaan laba secara efisien. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nuryaman, 2008).

  Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dalam mengelola tingkat risiko investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmurannya. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan dimana tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani dalam Daniati, 2006).

  2.1.6 Struktur Kepemilikan

  Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham (Faisal, 2004). Struktur kepemilikan merupakan jenis institusi atau perusahaan yang memegang saham terbesar dalam suatu perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006) dalam Isnanta (2008). Struktur kepemilikan dapat berupa individual, pemerintah dan institusi swasta. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antar manajemen dan pemegang saham (Faisal, 2004). Jensen dan Meckling (1979) dalam Faisal (2004) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah mekanisme pengawasan kepemilikan yang dapat mengendalikan masalah keagenan.

  Struktur kepemilikan dalam perusahaan dapa dikelompokkan dalam beberapa kategori. Struktur kepemilikan dapat dikelompokkan dalam kepemilikan terkonsentrasi dan menyebar. Selain itu juga dapat dikelompokkan secara lebih spesifik lagi dalam kategori struktur kepemilikan yang meliputi kepemilikan oleh institusi domestik, institusi asing, pemerintah, karyawan dan individual domestik (Xu, 1997) dalam Isnanta (2008).

  Namun dalam penelitian ini hanya mencakup 2 kategori yaitu:

2.1.6.1 Kepemilikan Institusional

  Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et.al. 2006) dalam Isnanta (2008).

  Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen

2.1.6.2 Kepemilikan Terkonsentrasi

  Kepemilikan terkonsentrasi merupakan kepemilikan yang memiliki dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling interest (kepemilikan saham pengendalian) dan minority interest (kepemilikan saham minoritas). Anderson (2002) dalam Isnanta (2008) mengatakan bahwa perusahaan dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi antara pemegang saham dan kreditur, dimana kreditur menganggap kepemilikan keluarga lebih melindungi kepentingan kreditur. Anderson (2002) dalam Isnanta (2008) menunjukkan bahwa pemegang saham minoritas justru diuntungkan dari adanya kepemilikan keluarga. Arifin (2003) dalam Isnanta (2008) menunjukkan bahwa perusahaan publik di Indonesia yang dikendalikan keluarga atau negara atau institusi keuangan masalah agensinya lebih baik jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh publik atau tanpa pengendali utama. Menurutnya, dalam perusahaan yang dikendalikan keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik antara principal dan agent. Stuktur kepemilikan yang terkonsentrasi kepada segelintir pemegang saja (concentrated ownership) karena terkonsentrasinya kepemilikan pada segelintir pemegang saham saja dapat membuat pelaksanaan kontrol terhadap pihak manajemen menjadi lebih mudah dan juga dapat menurunkan potensi konflik kepentingan yang timbul karenanya (Surya, 2008)

2.1.7 Kinerja Perusahaan

  Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan laba (Sucipto, 2003). Menurut Febryani dan Zulfadin (2003) dalam Cornelius (2007) kinerja perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimana pun, karena kinerja merupakan cerminan dari perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja perusahan adalah kemampuan perusahaan dalam menjelaskan operasionalnya (Payatma, 2001).

  Menurut Sucipto (2003) kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen.Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis laporan keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

  Efektifitas terjadi apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisien diartikan sebagai ratio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran optimal.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995). Kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja, kinerja yaitu berkemampuan dengan menggunakan tenaga. Jadi kinerja keuangan berdasar uraian diatas adalah kemampuan kerja majemen keuangan dalam mencapai prestasi kinerja.

  Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada yang diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk di ukur.

  Sedangkan tujuan penilaian kinerja (Mulyadi, 1997) adalah: ”Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran”.

  Penilaian kinerja dilakukan untuk menekankan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat instrinsik maupun ekstrinsik.

  Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-hal sebagai berikut:

  1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

  2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti: promosi, transfer dan pemberhentian.

  3. Mengidentifiksi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

  4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

  5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

  Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai indikator atau variabel untuk mengukur keberhasilan perusahaan, pada umunya berfokus pada informasi kinerja yang berasal dari laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut bermanfaat untuk membantu investor, kreditor, calon investor dan para pengguna lainnya dalam rangka membuat keputusan investasi, keputusan kredit, analisis saham serta menentukan prospek suatu perusahaan di masa yang akan datang.

  

Return on Assets (ROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja keuangan

  perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rumus untuk menghitung return on assets (Kasmir, 2009):

  ROA =

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Isnanta (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh Good Corporate

  

Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja

  Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Penelitian ini dilakukan terhadap 51 perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur. Hasil penelitian ini menemukan bahwa struktur kepemilikan, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

  Sembiring (2008) melakukan penelitian Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Pendanaan terhadap Kinerja keuangan pada Perusahaan Bisnis dan Properti di Bursa Efek Jakarta. Variabel Independen yang digunakan pada penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan. Variabel dependen adalah kinerja perusahaan. Sampel dalam penelitian adalah perusahaan bisnis dan properti yang terdaftar di BEI pada tahun2002-2006. Total sampel 12 perusahaan yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan sedangkan kebijakan pendanaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

  Adam (2009) melakukan penelitian Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

  Variabel independen adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris dan komite audit. Variabel dependen adalah perusahaan manufaktur di BEI pada tahun 2004-2006. Total sampel penelitian adalah 26 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan variabel kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris dan komite audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan sedangkan kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

  Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian sebelumnya terdapat pada

tabel 2.1 berikut :Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu

  No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Peneliti Penelitian

  1. Rudi Pengaruh good Good corporate Struktur kepemilikan dan Isnanta corporate governance, good corporate governance (2007) governance dan struktur yang diproksikan dalam struktur kepemilikan kepemilikan, kepemilikan manajerial, terhadap manajemen Kinerja Proporsi dewan komisaris dan laba dan kinerja perusahaan dan komite audit berpengaruh perusahaan manajemen laba signifikan terhadap kinerja manufaktur yang perusahaan tetapi tidak terdaftar di BEI berpengaruh terhadap manajemen labadigunakan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.

  2. Seniwati Pengaruh ukuran Ukuran Ukuran perusahaan Sembiring perusahaan dan perusahaan,dan berpengaruh terhadap kinerja (2008) kebijakan pendanaan kebijakan keuangan sedangkan terhadap pendanaan, kebijakan pendanaan tidak kinerjakeuangan pada perusahaan bisnis dan properti di BEJ

  Kinerja keuangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan

  3. Ari Sandi Adam (2009)

  Pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja perusahaan manufaktur di BEI

  Good coporate governance dan Kinerja perusahaan

  Kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

2.3.1 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Variabel Independen Variabel Dependen

  (Y)

  Ukuran dewan komisaris (X 1 ) Proporsi dewan komisaris independen (X

  2

  )

  Ukuran perusahaan (X 3 ) Struktur Kepemilikan Corporate Governance

  Kepemilikan Konsentrasi (X 5 ) Kepemilikan Institusional (X 4 )

  Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :

  KINERJA PERUSAHAAN Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2005:47). Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang akan diteliti.

  Dalam penelitian ini, variabel independen atau variabel bebas yang digunakan adalah Ukuran perusahaan, Struktur kepemilikan yang diproksikan kedalam kepemilikan institusional dan kepemilikan terkonsentrasi serta Good

  

Corporate Governance yang diproksikan kedalam ukuran dewan komisaris,

  proporsi dewan komisaris independen. Sebagai variabel dependen yaitu kinerja perusahaan.

  Tujuan dari good corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Apabila perusahaan memiliki jumlah anggota dewan komisaris yang sedikit akan memudahkan dewan komisaris dalam mengkoordinasikan antar anggota dewan komisaris untuk memberikan pengawasan sekaligus masukan demi kemajuan perusahaan.

  Dewan komisaris independen dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan karena apabila dewan komisaris independen menjalankan tugasnya dengan baik seperti memberikan nasehat atau masukan serta pengawasan yang bertujuan memajukan perusahaan maka kinerja keuangan perusahaan akan meningkat. Kinerja dewan komisaris independen juga dapat meningkatkan kepercayaan investor minoritas bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.

  Karakteristik perusahaan yang dalam penelitian ini diwakili oleh struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan dapat dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan karena struktur kepemilikan yang terkonsentrasi akan memudahkan pengendalian terhadap perusahaan sekaligus mengurangi konflik kepentingan, sehingga akan berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Institusional selaku pemilik perusahaan memiliki insentif untuk membatasi perilaku manajemen laba yang dilakukan manajer atas investasi yang telah dilakukannya, sehingga kepemilikan institusional yang lebih besar mampu melakukan mekanisme monitoring atas tindakan pengelolaan yang dilakukan oleh manajer perusahaan.

  Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan maka mengindikasikan perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan (maturity) yang menunjukkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan dengan total asset yang kecil.

  Memiliki jumlah anggota dewan komisaris yang sedikit dapat memudahkan koordinasi dalam menjalankan fungsinya, pelaksanaan tugas yang baik oleh komisaris independen untuk menghasilkan kinerja yang baik dalam mendeteksi kecurangan dan hal-hal yang berpotensi menghasilkan resiko, memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi sehingga akan memudahkan pengendalian serta mengurangi konflik kepentingan serta kepemilikan institusional yang lebih besar mampu melakukan mekanisme monitoring atas tindakan pengelolaan yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Dan memiliki ukuran perusahaan yang besar secara bersama-sama dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

2.3.2 Hipotesis Penelitian

  Menurut Erlina (2008), “hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau di uji kebenarannya mengenai struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena”.

  Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah

  H 1: Ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan.

  H

  2 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan.

  H

  3 : Kepemilikan institusional dan kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahan.

  H

  4 : Ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, ukuran

  perusahaan, kepemilikan institusional dan kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan secara simultan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 56 110

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 63 101

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (agency theory) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Dan Konvergensi Ifrs Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance and Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 25

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi - Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 0 27

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 22