BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

  Perspektif agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency

  theory adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal).

  Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada manajer. Perencanaan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan pemilik dalam hal konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari agency theory. Namun untuk menciptakan kontrak yang tepat merupakan hal yang sulit diwujudkan. Oleh karena itu, investor diwajibkan untuk memberi hak pengendalian residual kepada manajer (residual control right) yakni hak untuk membuat keputusan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sebelumnya belum terlihat di kontrak.

  Agency theory adalah teori yang bertujuan untuk mengatasi dua masalah

  yang bias terjadi dalam hubungan keagenan. Masalah pertama yaitu masalah keagenan yang muncul ketika keinginan atau target oleh pemilik perusahaan dan manajer berlawanan dan sulit bagi pemilik untuk melakukan verifikasi atas apa yang telah dilakukan oleh manajer. pemilik tidak bisa mengetahui pasti apakah manajer telah bertindak benar. Masalah keagenan yang kedua yaitu masalah pembagian resiko yang muncul ketika pemilik dan manajer memiliki perbedaan pendapat dan tindakan atas resiko yang terjadi (Eisenhardt, 1989).

  Asumsi sifat dasar manusia tersebut menunjukkan bahwa konflik agensi yang sering terjadi antara manajer dengan pemilik dipicu adanya sifat dasar kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku opportunictis dari manajer, manajer bertindak dengan berbagai cara untuk mencapai kepentingan mereka sendiri yang sering merugikan perusahaan. Sementara pihak pemilik selalu ingin mensejahterakan dirinya dengan mengadakan berbagai kontrak sehingga keuntungan selalu meningkat.

  Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.

2.1.2 Laporan Keuangan

  Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan serta sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

  Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2007): Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

  Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal (yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan keuangan dirancang untuk menyediakan informasi pada empat aktivitas usaha utama yaitu kegiatan perencanaan, keuangan, investasi, dan operasi. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh keuangan yang disusun oleh manajemen terdiri dari:

  1. Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi keuangan mengenai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan. Neraca disajikan berdasarkan likuiditas dan fleksibilitas finansial perusahaan, yang dapat dipakai sebagai dasar untuk membuat perkiraan terhadap keadaan-keadaan keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban tepat waktu yang telah ditetapkan. Sedangkan fleksibilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana.

  2. Laporan Laba/Rugi Laporan Laba/Rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam periode waktu tertentu. Laporan laba rugi menyediakan informasi mengenai penentuan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman yang diperlukan investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksi jumlah, penetapan waktu dan kepastian dari arus kas masa depan.

  3. Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah laporan yang dapat memberikan informasi tentang periode tertentu. Laporan arus kas menyajikan sacara sistematis informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

  4. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada suatu periode akuntansi tertentu.

  Laporan keuangan merupakan salah satu sumber utama informasi keuangan yang penting bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

  Menurut SFAC No.2 informasi keuangan akan bermanfaat bila memenuhi karakteristik kualitas sebagai berikut:

  1. Relevan Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila informasi tersebut mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi keputusan manajer atau pemakai laporan keuangan lainnya. Informasi akuntansi yang relevan akan bermanfaat bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya, apabila (1) informasi tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang (predictive value), (2) menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value), dan (3) informasi harus tersedia tepat waktu dan bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).

  Informasi dapat dikatakan andal apabila informasi tersebut (1) dapat menggambarkan secara wajar keadaan atau peristiwa sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (representatif faithfulness), (2) informasi harus dapat diuji kebenarannya dengan metode pengujian yang sama tetapi oleh orang yang berbeda (verifiable), dan (3) informasi bebas dari unsur bias (neutrality).

  3. Daya banding dan Konsistensi Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama. Konsistensi menunjukkan pemakaian metode yang sama oleh perusahaan sepanjang periode.

  4. Pertimbangan Cost-Benefit Informasi akuntansi keuangan akan diupayakan untuk disajikan dalam laporan keuangan, selama manfaat yang diperoleh dari penyajian informasi tersebut melebihi biaya yang diperlukan untuk menghasilkannya. Oleh karena itu, sebelum menyajikan informasi, manfaat yang akan diperoleh dari informasi tersebut harus dibandingkan dengan biaya yang akan timbul.

  5. Materialitas Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dalam mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi mencatat (misstatement).

2.1.3 Laba

  Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya- biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Menurut Statement of Financial

  

Accounting Concept (SFAC) No. 1, informasi laba memiliki manfaat dalam

  menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir risiko dalam investasi.

  Laba mengandung makna bersih atau neto yaitu sebagai net income atau penghasilan bersih untuk suatu periode. Laba menunjukkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dan tercantum dalam laporan laba rugi. Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk periode tertentu. Selisih antara pendapatam-pendapatan dan biaya-biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan (Ningsapiti, 2010).

  Informasi keuangan yang tercantum dalam laporan laba rugi secara umum bermanfaat untuk (1) menilai keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dan efisiensi manajemen, (2) membuat taksiran jumlah laba di masa yang akan datang, (3) menilai rentabilitas atau profitabilitas modal yang ditanamkan oleh pemilik.

2.1.4 Corporate Governance

2.1.4.1 Definisi dan Tujuan Corporate Governance

  

corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

  antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

  Pedoman Umum Good Governance Indonesia (2006) menyatakan bahwa

  good corporate governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi

  pasar yang berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG dapat mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.

  Definisi good corporate governance di atas menunjukkan bahwa good

  corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur hubungan antara

  semua pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan dan menjadi sistem yang berkaitan erat dengan kepercayaan. Penerapan good corporate governance dalam satu perusahaan bertujuan untuk meningkatkan tingkat pengendalian yang tersistem baik untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif serta menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.

2.1.4.2 Manfaat Corporate Governance

  Manfaat corporate governance menurut Pedoman Umum Good 1.

  Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.

  2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.

  3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

  4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

  5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

  6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

2.1.4.3 Prinsip-prinsip Corporate Governance

  Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada Corporate Governance . Prinsip-prinsip tersebut ditujukan untuk membantu para

  negara anggotanya maupun negara lain berkenaan dengan upaya-upaya untuk mengevaluasi dan meningkatkan kerangka kerja hukum, institusional, dan regulatori corporate governance dan memberikan pedoman dan saran-saran untuk pasar modal, investor, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki peran dalam pengembangan good corporate governance. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1.

  Hak-hak para pemegang saham. Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu melindungi hak-hak para pemegang saham yaitu hak untuk (1) menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan (2) mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya (3) memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur (4) ikut berperan dan memberikan suara dalam RUPS (5) memilih anggota dewan komisaris (6) memperoleh pembagian keuntungan perusahaan 2.

  Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham. Kerangka kerja corporate governance harus menjamin adanya kesetaraan perlakuan kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perbaikan yang efektif atas penyimpangan dari hak-hak mereka.

  3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan. Kerangka kerja corporate governance harus mengakui hak-hak aktif antara perusahaan dan stakeholders dalam penciptaan kesejahteraan, pekerjaan-pekerjaan, dan kemampuan untuk mempertahankan perusahaan yang sehat secara finansial.

  4. Transparansi dan Keterbukaan. Kerangka kerja corporate governance harus menyakinkan bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat telah dilakukan atas seluruh hal-hal yang material berkenaan dengan perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan ketaatan perusahaan (governance of company).

  5. Peranan Dewan Komisaris. Kerangka kerja corporate governance harus menyakinkan pedoman strategik perusahaan, pemonitoran yang efektif pada manajemen oleh dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham.

2.1.4.4 Asas-asas Good Corporate Governance

  Asas-asas dalam penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh Umum Good Governance Indonesia (2006) adalah:

1. Transparansi (Transparency)

  Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

  Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

  3. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

  4. Independensi (Independency)

  Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

  5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2.1.4.5 Mekanisme Corporate Governance

  Mekanisme corporate governance merupakan suatu prosedur dan melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Menurut Iskander & Chamlou (2000), mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan external mechanisms.

  Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan

  dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director. Sedangkan external mechanisms adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar.

2.1.5 Manajemen Laba

2.1.5.1 Pengertian Manajemen Laba

  Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang.

  Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen laba yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan.

  Menurut Sugiri (1998) ada 2 definisi manajemen laba (earnings management) yaitu: 1. Definisi sempit. metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary

  accruals dalam menentukan besarnya earnings.

  2. Definisi luas.

  Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan

  (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

  Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan perusahaan dilakukan oleh manajer dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi. Manajer malakukan tindakan oportunis dalam penyusunan transaksi dengan pemilihan kebijakan akuntansi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan pemilik perusahaan tentang kinerja ekonomi perusahaan dan untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.

2.1.5.2 Motivasi Terjadinya Manajemen Laba

  Scoot (1999) mengemukakan ada beberapa motivasi yang membuat terjadinya manajemen laba, yaitu:

  1. Bonus Purpose Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan dapat memaksimalkan bonus mereka berdasarkan compensation plans perusahaan.

  2. Political Motivations Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan aturan yang lebih kuat.

  3. Taxation Motivation Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.

  4. Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun cenderung akan menaikkan laba untuk meningkatkan bonus mereka. Demikian juga dengan CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerja perusahaan, mereka akan memaksimalkan laba agar tidak diberhentikan.

  5. Initial Public Offering (IPO) Perusahaan yang akan go public belum memilki harga pasar sehingga menetapkan nilai saham yang akan ditawarkan. Hal ini menyebabkan manajer perusahaan yang go public melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya.

  Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga laba perlu disajikan agar investor dapat menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

  2.1.6 Kepemilikan Manajerial

  Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jansen dan Meckling, 1976). Sehingga permasalahan keagenen diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

  2.1.7 Komposisi Anggota Dewan Komisaris

  Komposisi anggota dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari good

  

corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi

  perusahaan. Untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance diperlukan anggota dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan tidak cacat hukum dan tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubungan lainnya dengan langsung. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memberikan manfaat, hal ini dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak amggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya.

2.1.8 Komite Audit.

  Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antar pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajeman dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan surat edaran BEJ, SE- 008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen. Dalam Kep-29/PM/2004, mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain : a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

  c. Melakukan penelaaahan atas pelaksanaan pemeriksaaan oleh auditor internal.

  d. Melaporkan kepada komisaris berbagai resiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanan manajeman resiko oleh direksi.

  e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten.

  f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.

2.1.9 Kualitas Audit dari Ukuran Kantor Akuntan Publik

  Ukuran KAP adalah besar kecilnya perusahaan audit. Dalam menyampaikan laporan keuangan yang akurat dan terpercaya, suatu perusahaan tentunya membutuhkan jasa Kantor Akuntan Publik ( KAP ). Selain itu untuk menjamin kredibilitas dari laporan keuangan tersebut, perusahaan juga akan cenderung menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik ( KAP ) yang besar dan mempunyai nama baik. Kantor akuntan publik besar ini sering disebut dengan the

  big four . BIG 4 untuk KAP besar dan Non BIG 4 untuk KAP kecil. Auditor yang

  termasuk BIG 4 memiliki kualitas audit yang lebih tinggi karena fokus pada perlindungan reputasi nama. Selain itu, perusahaan yang menggunakan jasa KAP

  

BIG 4 cenderung lebih dipercaya bila dibandingkan dengan perusahaan yang

  menggunakan jasa KAP Non BIG 4. Kategori KAP BIG 4 di Indonesia yaitu : Sahari & Rekan , KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan.

  2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja

  3. KAP Ernets dan Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja

  4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Drs.Hans Tuanokata & Mustofa, Osman Bing Satrio & Rekan.

  Pada penelitian ini ukuran perusahaan audit menggunakan variable dummy , nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh BIG 4 Auditor dan 0 jika lainnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

  Beberapa hasil pengujian dari para penelitian terdahulu dapat dilihat dari

Tabel 2.1 sebagai berikut:Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  Peneliti Judul Variabel Penelitian Kesimpulan Penelitian Restie Ningsapiti (2010)

  Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba

  Manajemen laba, Ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris, spesialisasi industri KAP dan komposisi komite audit ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan dan spesialisasi industri KAP berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, komposisi dewan komisaris dan komposisi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba Arya Pradipta (2011)

  Analisis Pengaruh dari Mekanisme Corporate Governance terhadap

  Terhadap Manajemen Laba

  Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dan

  Poppy Nurmayanti Mudrika Alamsyah

  Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan laba, ukuran KAP big four, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan laba

  Earning management, ukuran perusahaan, ukuran KAP big four, proporsi dewan komisaris independen, komite audit

  Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Praktek Coeporate Governance terhadap Pengelolaan Laba

  Tri Listiani Qomariyah (2008)

  Management laba, Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, komite audit kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, komite audit berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba

  Corporate Governance

  Manajemen laba, Institutional investor, kepemilikan manajerial, jumlah susunan komite audit, debt to equity ratio (DER)

  Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good

  Popy Trijalmalia (2011)

  auditor spesilais industri tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, KAP big four tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba, ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba

  Four, dan Ukuran Komite Audit.

  Manajemen Laba, Auditor Spesialis Industri, KAP Big

  Pengaruh Kualitas Auditor Dan Ukuran Komite Audit Terhadap Manajemen Laba

  Henny Anggraini Sipayung (2012)

  Institutional investor, presentase jumlah saham manajer, susunan komite audit dan DER tidak terhadap manajemen laba, jumlah dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba,

  Management laba, Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, , proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh

  (2012) Manajemen Laba dewan komisaris terhadap manajemen laba, Sebagai Variabel independen, komite Intervening audit

2.3 Kerangka Konseptual

  Terjadinya banyak kasus manipulasi terhadap earnings yang sering dilakukan oleh manajemen membuat perusahaan melakukan mekanisme pengawasan atau monitoring untuk meminimalkan praktik manajemen laba. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah penerapan good corporate

  

governance. Penerapan good corporate governance diduga mampu

  mempengaruhi praktik manajemen laba. Oleh karena itu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji apakah mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba dan dapat meminimalisasi manajemen laba tersebut. Model dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka konseptual pada skema gambar di bawah ini:

  Mekanisme GCG : Kepemilikan Manajerial H1 (X1) Komposisi Anggota Dewan H2 Manajemen Laba Komisaris (Y) (X2) H3 Komposisi Komite Audit (X3) H4 Kualitas Audit (X4) H5

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2008:35). Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaaan yang telah terjadi atau akan terjadi.

  Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba.

  H2 : Terdapat pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap manajemen laba. H3 : Terdapat pengaruh komposisi komite audit terhadap manajemen laba. H4 : Terdapat pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba. H5 : Terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, komposisi komite audit dan kualitas audit secara simultan terhadap manajemen laba.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2012

2 87 89

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 51 83

Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2008-2010)

1 28 108

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (agency theory) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Dan Konvergensi Ifrs Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi - Pengaruh Corporate Governance dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 17 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek In

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

0 1 28