Sistem Fusi Informasi Berbasis Agen Agen

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI INFORMASI DAN APLIKASINYA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
MALANG, 12-13 MARET 2009
ISSN : 9772085234007

EDITOR
M. Sarosa, Ika Noer S., Ratna Ika, Mila Fauziyah,
M. Junus, M. Noor H, A. Faizin, M. Nanak, Windi Z., Yoyok H.

Diorganisasi oleh:
POLITEKNIK NEGERI MALANG

DEWAN REDAKSI
KETUA
Dr. M. Sarosa, Dipl. Ing., MT.

REVIEWER/KOMITE PROGRAM
Prof. Dr. Ing. Ir. Adang Suwandi Ahmad (ITB)
Prof. Dr. Ir. Sudjito (Unibraw)

Dr. Ir. Agnes Hanna P., MT. (Polinema)
Dr. Ir. R. Edy Purwanto, MSc. (Polinema)
Dr. M. Sarosa, Dipl. Ing., MT. (Polinema)
Dr. Agung Darmawansyah, ST. MT. (Unibraw)
Achmad Chumaidi, Ir. MT. (Polinema)
Ludfi Djajanto, Drs. MBA. (Polinema)
Rulirianto, Drs. MSc. (Polinema)

KOMITE OGRANISASI
Supriatna Adhisuwignjo, ST., MT
Ika Noer Syamsiana, ST., MT
Ratna Ika Putri, ST., MT
Mila Fauziyah, ST., MT
M. Junus, ST. MT
Mohammad Noor H., ST., MSc.
Azam Muzakhim I, ST. MT.
Akhmad Faizin, Dipl. Ing.HTL., MT.
Deddy Kusbianto, PA. Ir.
M. Nanak Zakaria, ST., MT
M. Zenurianto, Dipl. Ing.HTL, MSc.

Windi Zamrudy, B. Tech., MPd.
Yoyok Heru P, Drs., MT
Zainal Abdul Haris, Se. Ak.

Prosiding SENTIA 2009 – Politeknik Negeri Malang

SISTEM FUSI INFORMASI BERBASIS AGEN-AGEN KOLABORATIF
UNTUK MISI-MISI STRATEGIS
Arwin Datumaya Wahyudi Sumari 1, Adang Suwandi Ahmad 2
Aciek Ida Wuryandari 2, Jaka Sembiring 2
1

Departemen Elektronika, Akademi Angkatan Udara
Jl. Laksda Adisutjipto, Yogyakarta – 55002
1,2
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung
Gedung Labtek VIII, Jl. Ganeca 10, Bandung – 40132
1
arwin91aau@yahoo.co.id, 2 asaisrg@pusat.itb.ac.id
2

aciek@lskk.ee.itb.ac.id, 2 jaka@depkominfo.go.id
ABSTRAK
Keberhasilan perencanaan dan pelaksanaan misi-misi strategis baik di organisasi militer maupun non-militer
sangat bergantung tidak hanya pada pengolahan informasi dari multi-sumber informasi hingga ke pengambil
keputusan, namun juga sangat bergantung kepada kerjasama staf-staf pengambil keputusan dalam mengolah dan
memresentasikan hasil pengolahan informasi tersebut sebagai dasar bagi pengambilan keputusan. Permasalahan
utama yang dihadapi oleh sistem pengolahan informasi konvensional adalah pada kecepatan pengolahan dan
keakuratan presentasi hasil pengolahan yang dapat berdampak fatal pada kesuksesan perencanaan dan
pelaksanaan misi. Selaras dengan perkembangan pesat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dalam
makalah ini diajukan satu Sistem Fusi Informasi berbasis Agen-Agen Kolaboratif (SFI-AK) berbasis metoda
fusi penginferensian informasi A3S (Arwin-Adang-Aciek-Sembiring) sebagai solusi dalam meningkatkan
kecepatan pengolahan dan keakuratan presentasi hasil pengolahan informasi guna mendukung keberhasilan
perencanaan dan pelaksanaan misi-misi strategis.
Kata kunci : A3S, agen kolaboratif, informasi, fusi informasi, misi strategis, SFI-AK.
1.

Pendahuluan

Kunci kesuksesan pencapaian misi-misi
strategis baik di organisasi militer maupun nonmiliter berawal dari ketepatan dan keakuratan serta

kerjasama yang baik antara pengambil keputusan
beserta staf-staf pendukungnya dalam merencanakan
dan melaksanakan misi-misi tersebut. Misi strategis
adalah misi yang memberikan dampak jangka
panjang bagi keberadaan suatu organisasi dipandang
dari berbagai perspektif seperti personil, anggaran
dan materiil. Oleh karena itu, perencanaan dan
pelaksanaan misi-misi seperti ini harus benar-benar
diperhitungkan dengan matang agar keputusan yang
diambil
oleh
pengambil keputusan dapat
dilaksanakan dengan cepat dan tepat.
Hal utama dalam satu perencanaan dan
pelaksanaan misi adalah data dan informasi yang
diperoleh hasil observasi di lapangan. Dari data dan
informasi tersebut dapat dirancang suatu strategi
yang tepat ditinjau dari berbagai perspektif guna
meminimalkan kerugian dalam pelaksanaan misi.
Dalam sistem pengolahan informasi konvensional,

pengolahan informasi masih bergantung kepada
keahlian staf-staf pendukung yang tentunya cukup
memakan waktu dan ada kemungkinan hasil
pengolahan tidak lengkap karena faktor-faktor non
teknis yang umumnya terjadi pada manusia.
Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan
tersebut, dalam makalah ini diajukan satu sistem

pengolahan informasi berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) yang disebut dengan Sistem
Fusi Informasi berbasis Agen-Agen Kolaboratif
(SFI-AK). Fusi informasi ditujukan untuk menghasilkan produk pengolahan informasi yang lengkap
dan cepat sebagai dasar bagi perencanaan dan
pelaksanaan misi. Agen-agen kolaboratif ditujukan
untuk menggantikan staf-staf pendukung pengambil
keputusan sebagai solusi faktor-faktor non teknis
pada manusia.
Struktur dari makalah ini adalah sebagai
berikut. Latar belakang permasalahan disampaikan
dengan ringkas dan lugas pada Bagian 1 dan diikuti

oleh Bagian 2 yang berisi dasar-dasar teori yang
berkaitan dengan makalah yang disampaikan.
Desain dan implementasi SFI-AK akan disampaikan
dengan singkat pada Bagian 3 dan satu contoh
sederhana aplikasi SFI-AK akan disampaikan pada
Bagian 4. Makalah akan ditutup dengan beberapa
catatan penutup pada Bagian 5.
2. Pengenalan pada Fusi Informasi dan AgenAgen Kolaboratif
Dalam SFI-AK terdapat dua hal utama yang
membentuk arsitektur sistem tersebut yakni fusi
informasi dan agen.
Pada bagian ini, akan
disampaikan secara singkat dan sederhana mengenai
kedua hal utama tersebut.

Prosiding SENTIA 2009 – Politeknik Negeri Malang

2.1 Konsep Fusi Informasi
Kemunculan fusi informasi diawali dari
observasi yang dilakukan pada bagaimana makhluk

hidup mampu memahami fenomena-fenomena yang
terjadi di lingkungannya secara alami. Mereka
menggunakan indera-inderanya untuk merasakan
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya
sebagai masukan. Masukan-masukan ini kemudian
diproses oleh otak untuk menghasilkan informasi
baru dan lengkap sebagai dasar untuk melakukan
suatu tindakan terhadap situasi yang sedang berlaku
atau mengantisipasi situasi yang mungkin terjadi di
masa depan. Dalam fusi informasi, otak memainkan
peranan yang sangat penting sehingga dapat
dikatakan dalam proses pengombinasian informasi
ini terdapat suatu kecerdasan (intelligent).
Dipandang dari perspektif psikologi, “fusi
(fusion)” adalah pengolahan oleh akal elemenelemen yang jatuh pada kedua mata sehingga
mereka menghasilkan sebuah persepsi tunggal. Kata
“pengolahan akal” menunjukkan adanya suatu
kecerdasan tinggi yang berlaku pada proses
pengombinasian informasi yang datang dari dua
sumber informasi tersebut menjadi sebuah informasi

tunggal baru. Pengombinasian informasi ini akan
menghasilkan informasi yang lebih lengkap
Mekanisme ini berjalan secara otomatis pada
mahluk hidup ketika menginterpretasikan sesuatu
fenomena yang dilihat oleh kedua matanya.

dimiliki sebelumnya (prior knowledge ) guna
menghasilkan pengetahuan baru yang lebih lengkap
(posterior knowledge ). Pengetahuan ini kemudian
dibandingkan dengan pengetahuan yang telah
disimpan dalam otak untuk menghasilkan satu
kesimpulan (inferencing) mengenai fenomena yang
dirasakan
oleh
indera-inderanya
tersebut.
Kesimpulan ini akan menjadi dasar pengambilan
keputusan atau tindakan yang akan dilakukan
terhadap fenomena tersebut.
Mekanisme ini

diilustrasikan secara sederhana pada Gambar 2.

Gambar 2. Mekanisme lebih lanjut fusi informasi pada
manusia.

2.1.1 Emulasi Fusi Informasi Manusia pada
Sistem Berbasis Komputer
Untuk tujuan mengemulasikan kemampuan
fusi informasi pada sistem-sistem berbasis komputer
akan digunakan definisi fusi yang lebih sederhana.
“Fusi (fusion)” adalah sesuatu yang dihasilkan
melalui pemfusian atau suatu tindakan atau proses
dari pemfusian atau peleburan bersama menjadi satu
kesatuan. Di sisi lain, “informasi” adalah fakta, data
atau instruksi dalam berbagai media atau bentuk.
Lihat Sumari (2008a).

Gambar 3. Ilustrasi sederhana Sistem Fusi Informasi.
Gambar 1. Mekanisme fusi informasi pada manusia.


Bila definisi di atas dikembangkan lebih jauh
dengan melibatkan indera-indera lainnya seperti
telinga, kulit, hidung dan lidah, maka dapat
dibayangkan bahwa fusi informasi adalah suatu
proses yang kompleks dan untuk menghasilkan
produk fusi yang representatif memerlukan suatu
kecerdasan yang tinggi. Makhluk hidup ciptaan
Tuhan YME yang memiliki tingkat kecerdasan yang
tinggi adalah manusia. Secara sederhana fusi
informasi pada manusia diperlihatkan pada Gambar
1.
Pada proses selanjutnya, informasi baru ini
akan difusikan dengan pengetahuan yang telah

Berdasarkan dari kedua definisi tersebut, “fusi
informasi” secara sederhana didefinisikan sebagai
suatu proses pemfusian informasi guna memperoleh
satu produk informasi baru yang lebih lengkap dan
telah mencakup semua informasi yang diterima.
Merujuk pada Bagian 2.1, informasi baru tersebut

akan digunakan untuk menghasilkan kesimpulan
sebagai dasar bagi pengambilan keputusan atau
tindakan lebih lanjut. Sistem yang didesain untuk
melaksanakan fusi informasi disebut dengan Sistem
Fusi Informasi (SFI). Mekanisme fusi informasi
dalam SFI diilustrasikan secara sederhana pada
Gambar 3.

Prosiding SENTIA 2009 – Politeknik Negeri Malang

2.2 Konsep Agen dan Kolaborasi
2.2.1 Konsep Agen
Dalam kalimat sangat sederhana “agen” adalah
entitas yang menyelesaikan pekerjaan untuk kita
atau ia memberikan suatu dampak yang signifikan
terhadap sesuatu. Dalam sistem-sistem berbasis
komputer, agen cenderung dikonotasikan sebagai
suatu perangkat lunak (software ) yang membantu
menyelesaikan tugas-tugas manusia dalam kapasitas
tertentu dan oleh karena itu agen harus memiliki
suatu kemampuan. Karakteristik utama agen yang
digaris bawahi oleh para peneliti adalah mandiri
(autonomous), namun dalam makalah ini kami lebih
cenderung menggunakan istilah self-governing.
Dengan karakteristik self-governing, agen tahu
tugas apa yang harus ia kerjakan, tahu kapan (tugas)
harus dikerjakan, tahu kemana (tugas) harus
diarahkan, tahu bagaimana mengerjakannya dan
dapat menilai tingkat kesuksesan tugas yang
dikerjakannya untuk perbaikan di masa mendatang.
Agar mampu memunculkan karakteristik ini, maka
ia
harus
memiliki
kemampuan
untuk
mengombinasikan semua informasi yang ia peroleh
sehingga
keputusan
yang
diambil
untuk
melaksanakan aksi terhadap lingkungannya akan
tepat dan cepat. Gambar 4 memperlihatkan konsep
agen yang diajukan dalam makalah ini.

pemikiran dan beban kerja. Lihat Sumari (2008b).
Mengapa agen-agen perlu berkolaborasi ? Kapasitas
agen tunggal dibatasi oleh sumber dayanya masingmasing padahal untuk menyelesaikan suatu misi
strategis, waktu dan kecepatan pengolahan informasi
adalah parameter-parameter utama yang menjadi
ukuran keberhasilan misi tersebut.
Inti dari kolaborasi adalah setiap agen
melaksanakan tugas utamanya dengan tidak
mencampuri tugas utama agen-agen lainnya guna
menghasilkan produk untuk mencapai tujuan
bersama. Sebagai contoh dalam suatu penggelaran
Operasi Militer untuk Selain Perang (OMSP),
komandan memiliki staf-staf pendukung yang
melaksanakan tugas-tugas utama di bidang operasi,
personil dan logistik. Setiap staf melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya untuk menghasilkan
satu produk bersama dengan tujuan utama
kesuksesan perencanaan dan pelaksanaan misi
OMSP. Dengan kolaborasi proses dapat dijalankan
secara paralel sehingga dapat mempercepat
presentasi
informasi
ke
komandan
dan
meminimalkan waktu dalam pengambilan keputusan
dan tindakan.
Dalam kolaborasi, hal utama yang harus
diperhatikan adalah pendefinisian tujuan bersama
yang kemudian didistribusikan berdasarkan pada
fungsi agen-agen berkaitan yang telah ditetapkan.
Meskipun dalam kolaborasi tidak ada pemimpin,
namun tetap diperlukan satu agen utama yang
bertugas untuk melakukan aksi terhadap lingkungan
berdasarkan dari informasi yang dikirimkan oleh
agen-agen kolaboratif pada tingkat sebelumnya.
3.

Sistem Fusi Informasi Berbasis Agen-Agen
Kolaboratif

3.1 Desain Kolaborasi pada Multi-Agen
Mengambil contoh dari Bagian 2.2.2, bila
diandaikan komandan direpresentasikan sebagai
agen utama dan para staf pendukungnya
direpresentasikan sebagai agen-agen kolaboratif 1,2
dan 3, maka dengan mudah dirancang arsitektur
multi-agen kolaboratif seperti diperlihatkan pada
Gambar 5.

Gambar 4.
lingkungan.

Konsep agen dan interaksinya dengan

2.2.2 Konsep Kolaborasi
Kolaborasi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses atau tindakan kolektif entitas (manusia,
perangkat lunak atau sistem persenjataan) yang
bekerja sama untuk menyelesaikan satu misi atau
tujuan bersama (common mission/goal). Kolaborasi
tidak memerlukan pemimpin namun mereka saling
bekerja sama dalam bentuk berbagi pengetahuan,

Prosiding SENTIA 2009 – Politeknik Negeri Malang

o fusi akhir adalah fungsi yang memetakan
hasil persepsi akhir ke fusi informasi akhir.
final _ fuse : final _ percept

(5)

final _ fusion

o aksi adalah fungsi yang memetakan hasil fusi
akhir ke aksi yang akan dilaksanakan
terhadap lingkungannya.
act : final _ fusion _ result

action

(6)

3.2 Metoda Fusi Informasi

Gambar 5. Arsitektur multi-agen kolaboratif.

Hirarki Kolaboratif. Proses observasi, fusi
informasi lokal dan aksi dilakukan oleh agenagen secara mandiri, paralel dan kolaboratif.
Mekanisme yang berlangsung adalah sebagai
berikut :
o observasi adalah fungsi yang memetakan
lingkungan yang diobservasi ke persepsi
lokal
observe : environment

local _ percept

(1)

o fusi lokal adalah fungsi yang memetakan
hasil-hasil persepsi ke fusi informasi lokal.
Lokal bermakna pada masing-masing agen.
local _ fuse : percepts

local _ fusion

(2)

o aksi adalah fungsi yang memetakan hasilhasil fusi lokal aksi yang akan dilakukan
yang dalam hal ini adalah mengirimkan hasilhasil fusi lokal untuk dipersepsikan oleh agen
utama.
act : local _ fusion _ result

action

(3)

Hirarki Utama.
Proses observasi, fusi
informasi akhir dan aksi dilakukan oleh agen
utama setelan mempersepsikan hasil-hasil fusi
lokal para agen kolaboratif. Mekanisme yang
berlangsung adalah sebagai berikut :

Fusi informasi adalah jantung dari SFI-AK
sehingga diperlukan metoda yang tepat agar
pengolahan informasi dapat dilaksanakan dengan
cepat dan tepat. Dalam sistem ini akan digunakan
metoda fusi penginferensian informasi A3S (ArwinAdang-Aciek-Sembiring) yang sedang dalam
proses penyempurnaan oleh Sumari, et al (2008).
Metoda ini murni dikembangkan dari hasil
observasi pada kecerdasan manusia dalam
menfusikan informasi yang diterima oleh panca
inderanya sebagaimana telah disampaikan pada
Bagian 2.1. Cara manusia dalam mengumpulkan
informasi-informasi yang berkaitan dapat dikatakan
sebagai pembelajaran akumulatif (accumulative
learning) yakni memfusikan informasi-informasi
yang berkaitan guna menjadi informasi tunggal yang
lengkap sebagaimana yang dimodelkan oleh metoda
A3S pada Persamaan (7). Lihat Sumari, et al
(2008).
max

P Ai

Bj

i 1,..., n

n

m

i 1

j 1

observe : local _ fusion _ result
final _ percept

(4)

(7)

j

est

dimana i = 1,2,…,n adalah jumlah hipotesa dan j =
1,2,…,m adalah jumlah informasi-informasi yang
berkaitan. Penggunaan notasi P Ai

Bj

adalah

untuk merepresentasikan probabilitas terfusi
(gabungan, akumulatif) dari semua nilai-nilai
probabilitas a posteriori informasi-informasi terkait
yang diperoleh dari komputasi.
Notasi “est” menunjukkan bahwa probabilitas
terfusi terbesar adalah hipotesa yang paling
memungkinkan dari semua alternatif yang ada atau
disebut juga dengan Derajat Keyakinan (Degree of
Certainty,
DoC).
Pembelajaran
akumulatif
diperlihatkan oleh persamaan

o observasi adalah fungsi yang memetakan
lingkungan yang diobserbasi ke persepsi
lokal

P Ai B j

n

m

i 1

j 1

P Ai B j .

Faktor j digunakan sebagai faktor pembobotan untuk
membatasi
hasil
komputasi
n

m

i 1

j 1

P Ai B j

1.

Prosiding SENTIA 2009 – Politeknik Negeri Malang

4.

Skenario Sederhana

Sebagai contoh aplikasi dari SFI-AK, pada
bagian ini akan disampaikan satu contoh sederhana
perencanaan dan pelaksanaan satu misi OMSP yakni
pengiriman bantuan kemanusiaan ke satu daerah
yang ditimpa bencana alam di titik “D” dari pusat
pemerintahan di titik “A” melalui titik-titik antara
“B” dan “C” seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 6.

Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 merangkum
kesiapan bidang operasi, personil dan logistik.
Tabel 3. Data kesiapan bidang operasi pada semua titik
Wil

Titik

Hujan

Pancaroba

Kemarau

DP

A

Tidak

Siap

Siap

B

Siap

Siap

Siap

C

Tidak

Siap

Tidak

D

Tidak

Siap

Siap

CP
TP

Tabel 4. Data kesiapan bidang personil pada semua titik
Wil

Titik

Hujan

Pancaroba

Kemarau

DP

A

Tidak

Tidak

Siap

B

Tidak

Siap

Siap

C

Siap

Siap

Tidak

D

Tidak

Tidak

Siap

CP
TP

Gambar 6. Skenario sederhana OMSP dari Sumari, et al
(2009).

Sebelum misi dilaksanakan, para staf
pendukung harus menganalisa data dan informasi
yang berkaitan agar rencana OMSP yang diajukan
ke komandan sesuai dengan keadaan di lapangan.
Untuk skenario sederhana ini, analisa hanya
dilakukan dari tiga perspektif yakni operasi,
dukungan personil dan dukungan logistik operasi.

Tabel 5. Data kesiapan bidang logistik pada semua titik
Wil

Titik

Hujan

Pancaroba

Kemarau

DP

A

Tidak

Siap

Siap

B

Tidak

Siap

Tidak

C

Siap

Siap

Tidak

D

Tidak

Tidak

Siap

CP
TP

4.2 Fusi Informasi
4.1 Informasi-Informasi Terkait
4.2.1 Fusi Informasi Hirarki Kolaboratif
Salah satu faktor penentu kesuksesan misi
adalah keadaan cuaca di semua titik yang mana
sangat bergantung pada parameter-parameter seperti
curah hujan, kecepatan angin, dan lain-lain.
Parameter-parameter tersebut akan bergantung pada
musim yang berlaku di negara tropis yakni musim
hujan, kemarau dan pancaroba. Data dan hasil
pengolahan awal untuk skenario OMSP diambilkan
dari Sumari, et al (2009).
Tabel 2. Probabilitas terfusi keadaan cuaca pada semua
titik
Wil

Titik

Hujan

Pancaroba

Kemarau

DP

A

0.143

0.714

0.143

B

0.381

0.238

0.381

C

0.143

0.714

0.143

D

0.357

0.286

0.357

CP
TP

Dengan mengaplikasikan Persamaan (7)
kepada informasi daam Tabel 2 akan diperoleh
informasi probabilitas terfusi musim hujan = 0,25;
musim pancaroba = 0,50 dan musim kemarau =
0,25. Kesimpulan awal adalah bantuan kemanusiaan
memberikan kemungkinan terbaik bila dilaksanakan
pada musim pancaroba. Namun, hasil ini akan
diolah lebih lanjut ditinjau dari masing-masing
perspektif agen-agen kolaboratif.
Gambar 7,
Gambar 8 dan Gambar 9 memperlihatkan hasil fusi
informasi para agen kolaboratif.

Prosiding SENTIA 2009 – Politeknik Negeri Malang

misi ingin dilaksanakan pada musim hujan,
infrastruktur misi harus disiapkan pada titik-titik
misi akan dilaksanakan.
5.

Gambar 7. DoC OMSP dari perspektif operasi.

Gambar 8. DoC OMSP dari perspektif personil.

Catatan-Catatan Penutup

Misi-misi strategis harus direncanakan dengan
tepat agar pelaksanaannya tidak meleset dari rencana
yang telah dibuat. Agar perencanaan dapat
dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat
diperlukan informasi yang lengkap melalui SFI-AK
berbasis metoda fusi penginferensian informasi A3S
(Arwin-Adang-Aciek-Sembiring). Dalam lingkungan dinamis, faktor non-teknis pada manusia
menjadi kendala utama sehingga tugas-tugas
pengolahan informasi digantikan oleh para agen
kolaboratif dengan agen utama sebagai pengolah
produk informasi akhir.
Dari contoh sederhana yang telah disampaikan,
SFI-AK memiliki potensi besar untuk dapat
diaplikasikan di berbagai bidang yang memerlukan
pengolahan dan penyajian informasi dengan cepat
dan tepat sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Subandrio
beserta para staf pendukung atas bea siswa dalam
menempuh Program Percepatan Doktor (S-3) Teknik
Elektro dan Informatika di STEI ITB.
Daftar Pustaka:

Gambar 9. DoC OMSP dari perspektif logistik.

4.2.2 Fusi Informasi Hirarki Utama
Aplikasi Persamaan (7) sekali lagi pada hasil
fusi informasi agen-agen kolaboratif, hasil akhir
diperlihatkan pada Gambar 10.

Gambar 10. DoC OMSP dari semua perspektif.

4.2.3 Penginferensian pada Hirarki Utama
Dengan memperhatikan Gambar 10 dapat
disimpulkan bahwa eksekusi misi bantuan
kemanusiaan akan lebih baik bila dilaksanakan pada
musim kemarau atau musim pancaroba. Namun bila

Sumari, Arwin D.W. (2008a): Desain dan
Implementasi Sistem Fusi Informasi MultiAgent untuk Mendukung Pengambilan
Keputusan dalam Perencanaan Operasi Udara,
Tesis Magister Teknik, Institut Teknologi
Bandung.
Sumari, Arwin D.W. (2008b): Desain Dan
Implementasi Sistem Fusi Informasi Agen
Kolaboratif untuk Pengambilan Keputusan
Berbasis Pengetahuan Tumbuh untuk C4ISR,
Laporan Teknik, Institut Teknologi Bandung.
Sumari, Arwin D.W. et al. (2008): Pengembangan
Teori Probabilitas untuk Fusi Penginferensian
Informasi, Prosiding Seminar Nasional
Matematika IV 2008 (SemNasMatIV2008),
RSP53-60.
Sumari, Arwin D.W. et al. (2009): Multi-Agent
Information Fusion System: Concept and
Application in Decision Making Support,
Prosiding
Konferensi
Nasional
Sistem
Informasi 2009 (KNSI2009), pp. 351-320.
_______, Collins English Dictionary and Thesaurus
in CD, (2002): HarperCollins Publishers.