Perancangan Berkelanjutan Sebagai Keungg (1)

Pe ra nc a nga n Be rk e la njut a n Se ba ga i
K e unggula n K om pe t it if Arsit e k Profe siona l
Makalah untuk memenuhi sebagian persyaratan penataran IAI Strata III tanggal 14
April 2012 yang diselenggarakan IAI DI Yogyakarta

Heru Sutono
Anggota IAI No 4551 952 400

A. Perancangan Berkelanjutan sebagai Keunggulan Kompetitif
Penataran keprofesian berstrata sebagai pendidikan profesi lanjutan yang mempunyai tujuan
membekali para anggota IAI dengan pengetahuan dan pemahaman yang tidak diperoleh di
perguruan tinggi, sebagai bekal dalam melakukan praktek jasa arsitek, sehingga mampu
berperan dengan baik dalam pembangunan nasional maupun dalam memasuki pasar global.
Penataran strata IAI adalah syarat untuk memperoleh sertifikasi keahlian profesi, tetapi lebih
daripada itu penataran diharapkan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Arsitek

dengan

keahlian


perencangan

berkelanjutan.

Pemahaman

dan

kreatifitas

perancangan berkelanjutan adalah peluang dan kesempatan dalam industri jasa arsitek yang
merupakan keunggulan kompetitif pada persaingan di pasar, baik pasar lokal maupun pasar
global, untuk itu tugas IAI memberikan arahan tentang perancangan berkelanjutan, seiring
dengan agenda konstruksi berkelanjutan yang dicanangkan pemerintah sebagai berikut :

Makalah strata III – IAI – heru sutono - 1/10

(sumber : Chomistriana, 2012)

Arsitek tidak akan pernah berhenti menghadapi permasalahan di dalam dan di luar konteks

perancangan. Dalam aspek yang lebih operasional menyangkut manajemen finansial,
produksi, pemasaran, manajemen administrasi dan manajemen sumberdaya manusia.
Sementara itu masalah eksternal ditandai oleh aktifitas ekonomi pasar sedemikian
dinamisnya seperti tuntutan pengguna jasa terhadap mutu dan keamanan bangunan,
teknologi dan pesaing.
Dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif, arsitek harus menghadapi tantangan bahkan
tekanan-tekanan internal dan eksternal itu. Salah satu pendekatannya adalah bagaimana
mengefektifkan potensi sumberdaya yang ada dengan memadukan unsur-unsur keindahan
dan fungsi arsitektur yang ada dengan unsur-unsur lingkungan hidup. Untuk menjaga
keseimbangan antar pembangunan dan pelestarian dengan perpaduan yang ada dapat terus
membangun sekaligus menjaga keseimbangan (kelestarian) dalam ekosistem tersebut..
Keunggulan kompetitif adalah kemampuan arsitek untuk memformulasi strategi pencapaian
keinginan pengguna jasa. Sekurang-kurangnya ada dua prinsip pokok yang perlu dimiliki
arsitek untuk meraih keunggulan kompetitif yaitu adanya nilai pandang pengguna jasa dan
keunikan produk perancangan.

Makalah strata III – IAI – heru sutono - 2/10

1) Sudut Pandang Nilai Pengguna jasa
Keunggulan kompetitif akan terjadi apabila terdapat pandangan pengguna jasa bahwa

mereka memperoleh nilai ekonomi tertentu dari transaksi dengan arsitek tersebut. Untuk
itu syaratnya arsitek harus fokus pada kebutuhan dan harapan pengguna jasa. Hal
demikian baru terwujud ketika pengguna jasa dilibatkan dalam merancang proses
perancangan

berkelanjutan

semua

itu

berpulang

pada

komitmen

pemilik

proyek/pengguna jasa. Bisa jadi untuk mewujudkannya akan menelan biaya (investasi)

awal yang cukup mahal. Namun ke depannya akan memperoleh keuntungan yang
berkesinambungan.
Secara umum, Perancangan Berkelanjutan dapat diartikan sebagai sebuah konsep untuk
meningkatkan efisiensi sumber daya, seperti energi, air, dan material pembentuk pada
suatu bangunan. Diharapkan dengan menerapkan konsep berkelanjutan, dampak negatif
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dapat dikurangi.

2) Sudut Keunikan Arsitektural
Keunikan dicirikan oleh bangunan yang dihasilkan arsitek tidak dapat mudah ditiru.
a) Kemampuan finansial dan ekonomis
Ciri keunikan ini ditunjukan berupa kemampuan arsitek menekan harga produk
bangunan berkelanjutan yang lebih efisien ketimbangan harga bangunan yang sudah
pernah ada.
b) Kemampuan menciptakan perancangan strategik
Bentuk jenis keunikan ini berupa kelebihan ciri-ciri perancangan dibanding produk
yang sama dari arsitek lain. Antara lain dapat dilihat dari aspek rasa, ukuran,
penampilan dan keamanan bangunan serta suasana lingkungan. Kembali ke contoh
terdahulu, misalnya menyediakan ruang hijau tanpa harus mengurangi keuntungan
bisnis pengguna jasa dengan argumentasi yang kuat.
Makalah strata III – IAI – heru sutono - 3/10


c) Kemampuan keorganisasian
Keunikan disini dicirikan oleh kelebihan arsitek dalam pengelolaan sistem
keorganisasian tim perancang yang sepadan dengan kebutuhan pengguna jasa.
Arsitek termasuk tim perancang-nya perlu memiliki daya tanggap, sensitif dan
adapatasi yang tinggi dalam mengikuti perubahan-perubahan karakter pengguna
jasa, teknologi, peraturan, dan kondisi ekonomi. Dengan demikian para pengguna
jasa akan senang hati untuk selalu loyal kepada arsitek.

Contoh kasus keunikan arsitektural hasil dari meramu kearifan lokal untuk bangunan hijau di
Indonesia mengembangkannya berdasarkan kekayaan Indonesia adalah seorang arsitek
ternama dari Bali yaitu Popo Danes, menurutnya arsitektur adalah suatu proses desain yang
merupakan interprestasi dari fungsi, teknologi, serta lingkungannya.

Karya Popo danes yang meraih beberapa penghargaan nasional / internasional
(sumber : Danes, 2012)

B. Aspek-aspek dalam Proses Perancangan Berkelanjutan

Makalah strata III – IAI – heru sutono - 4/10


Industri konstruksi berkelanjutan sedang berkembang dengan berbagai bidang pertimbangan
sesuai dengan kasusnya. Keberhasilan suatu perancangan berkelanjutan dan Hijau tidak
hanya didukung oleh sebuah konsep arsitektural yang matang tetapi juga memahami
perancangan dari berbagai aspek.
Harus disadari sebuah karya arsitektur akan melewati satu proses yang dipengaruhi oleh
begitu banyak aspek, karena memang arsitektur bukan hanya sebuah kemampuan dalam
merancang sebuah bangunan tapi ada begitu banyak disiplin ilmu yang terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Bagi arsitek, merancang bangunan ramah lingkungan sesungguhnya adalah sebuah proses.
Tujuannya bukan membuat bangunan yang sempurna, melainkan menciptakan bangunan
yang lebih baik.
Untuk itu dapat ditinjau aspek – aspek yang harus diperhatikan :

a) Pemilik Proyek (Pengguna Jasa)
Bagaimana memahami keinginan Pengguna Jasa, memastikan kebutuhan Pengguna
Jasa, kebutuhan pengguna bangunan dan mengelola proyek yang berfokus pada
Pengguna Jasa.
Arsitek harus mampu berargumen bahwa penerapan green building adalah: keunggulan
kompetitif bagi suatu proyek bangunan, mengurangi biaya energi, dan meningkatkan

edukasi kepada pemilik proyek tentang bangunan ramah lingkungan/green building.
b) Manajemen
Bagaimana terlibat sebagai tim perancang dalam organisasi perancangan, memahami
tugas individu dan organisasi dalam perancangan, bagaimana mengembangkan
kemampuan komunikasi, kreatifitas dan pemikiran kritis. Manajemen Perancangan
Berkelanjutan itu tidak hanya dilihat dari fisik bangunannya semata. Tetapi, seluruh
komponen harus terintegrasi menjadi satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendirisendiri. Mulai dari proses perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasiannya,
semuanya harus mengacu pada konteks bangunan yang ramah lingkungan.
c) Teknologi Bahan / Material
Makalah strata III – IAI – heru sutono - 5/10

Bagaimana mengembangkan pengetahuan mengenai teknologi bangunan dan terutama
berfokus pada bangunan sebagai sebuah produk dan untuk membuat spesifikasi yang
tepat sesuai detail-detail bangunan yang dirancang. Pendekatan ini pada dasarnya
adalah untuk mengurangi dampak negatif dan menambah umur hidup material
bangunan. Sebuah material bangunan yang habis masa pakainya akan dapat berubah
bentuk sebagai material baru, dan dengan demikian akan selalu dapat dipakai ulang,
untuk itu arsitek dituntut mempelajari alternatif metode membangun dan menggunakan
material yang tepat guna.
d) Multidisiplin

Bagaimana memahami pentingnya perancangan dalam lingkup ruang arsitektural,
struktural, lingkungan, serta kebutuhan bangunan untuk mendapatkan rancangan yang
baik dan benar dengan pemahaman antar disiplin, memahami berbagai latar belakang
profesional yang terlibat dalam perancangan bangunan seperti interior, lansekap,sipil /
struktur, mekanikal / elektrikal, quantity surveyor dan spesialis lainnya.
Perancangan Berkelanjutan dan Hijau merupakan suatu konsep untuk meningkatkan
efisiensi sumber daya yang dibutuhkan untuk sebuah gedung, rumah atau fasilitas
lainnya. Produknya Green Building didefinisikan sebagai sebuah perencanaan dan
perancangan bangunan melalui sebuah proses yang memeperhatikan lingkungan dan
menggunakan sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan dari
menggunakan sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan dari
mulai pengolahan tapak, perancangan, pembangunan, penghunian, pemeliharaan yang
semuanya melibatkan disiplin ilmu yang lengkap dan komprehensif
e) Ekonomi dan Bisnis
Bagaimana memberikan perhatian pada pasar konstruksi dan memahami nilai ekonomi
bangunan sebagai sebuah industri, nilai ruang yang dapat dijual, efisiensi bangunan, tren
atau style arsitektur yang disukai pasar dan memberikan kesepadanan antara
perancangan dan bisnis.

Makalah strata III – IAI – heru sutono - 6/10


Secara ekonomi, Green Design keuntungannya nyata dan terukur, terutama dari sisi
penghematan energi. Penghematan tersebut bersumber dari berkurangnya volume
penggunaan AC, penerangan gedung dan tak ketinggalan penghematan penggunaan air.
f) Peraturan Bangunan
Bagaimana memahami proses perijinan dan peraturan bangunan terutama pada lokasi
perancangan, menerapkan peraturan bangunan dalam perancangan.
Sebagai contoh Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta akan memberlakukan
Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Green Building pada April 2012. Peraturan ini
bersifat wajib atau mandatori, serta memiliki sanksi bagi konsultan atau pengembang
yang tidak mengindahkan aturan tersebut. Konsultan maupun developer yang tidak
mengikuti peraturan ini akan dikenai sanksi. Adapun sanksinya, bagi bangunan baru
(new building) tidak akan mendapat Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Sementara untuk
bangunan lama (existing building) tidak akan mendapat Sertifikat Layak Fungsi (SLF)
Bangunan.

(Pandita, 2012)
g) Anggaran Biaya Bangunan

Makalah strata III – IAI – heru sutono - 7/10


Bagaimana memahami proses estimasi bangunan mulai dari awal perancangan,
membuat rancangan berdasarkan budget, dan membuat rancangan maksimal meski
harus dilakukan optimasi biaya.
Dalam faktor ini tugas arsitek memaksimalkan dampak positif dari perancangan
berkelanjutan adalah: mengurangi biaya energi; kehidupan dan kesehatan yang lebih
baik; melindungi lingkungan; dengan meminimalkan dampak pada anggaran biaya
proyek sehingga ; titik balik investasi produk banguan akan sama dengan bangunan
konvensional.
h) Jadwal Proyek
Bagaimana melakukan proses perancangan kreatif yang dibatasi oleh jadwal / target
proyek dan tetap menghasilkan rancangan maksimal sesuai standar tertentu meski
dibatasi waktu. Untuk itu pemahaman proses setiap gedung atau suatu konstruksi yang
berbeda-beda haruslah meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya pelaksanaan
dan penerapan produk konstruksi yang berkonsepkan ramah lingkungan. Tentunya hal
itu menjadi tantangan utama arsitek untuk membuat perancangan berkelanjutan yang
cocok pada kondisi eksternal internal lingkungan sekitarnya.

C. Kesimpulan
Dalam pelayanan jasa arsitek diperlukan keunggulan kompetitif sebagai modal berpraktek,

Perancangan Berkelanjutan dapat ditempatkan sebagai diferensiasi produk dengan kegiatan
memodifikasi rancangan agar menjadi lebih menarik. Diferensiasi ini memerlukan penelitian
pasar yang cukup serius karena agar bisa benar-benar berbeda, diferensiasi produk ini
biasanya hanya mengubah sedikit karakter rancangan, antara lain tema rancangan atau
spesifikasi fisik bangunan rancangan
Tantangan besar yang harus dihadapi setiap tim Perancangan Berkelanjutan adalah
bagaimana membuat keputusan yang tepat pada tahap rancangan. Untuk menghasilkan
diferensiasi produk Perancangan Berkelanjutan berikut spesifikasinya yang tepat, arsitek
harus memperhatikan sedikitnya tiga hal:

Makalah strata III – IAI – heru sutono - 8/10

1) Apakah spesifikasi produk atau jasa Perancangan Berkelanjutan yang dihasilkan
memang menjawab kebutuhan pengguna jasa
2) Kalau memang konsep Perancangan Berkelanjutan dapat memenuhi kebutuhan
pengguna jasa, bagaimana konsep tersebut direalisasi menjadi wujud bangunan
3) Apakah Perancangan Berkelanjutan yang diterapkan pada proyek ini menguntungkan
pengguna jasa secara finansial.
Perancangan Berkelanjutan merupakan konsep yang sedang tren bagi kalangan perancang
(bangunan) di Indonesia. Meski demikian pemahaman / definisi baku yang juga masih
diperdebatkan, kriteria perancangan berkelanjutan dari berbagai referensi masih cukup
"berat" untuk dipenuhi oleh para praktisi arsitek dalam iklim persaingan industri jasa
konstruksi yang cukup ketat saat ini. Bukan hal yang mudah untuk mempertemukan
kepentingan pemilik bangunan dengan lingkungan.

Makalah strata III – IAI – heru sutono - 9/10

DAFTAR PUSTAKA
Chomistriana, Dewi., (2012), Konstruksi Berkelanjutan di Indonesia, disampaikan pada
Seminar Green Building Inkindo – 20 Maret 2012

Danes, Popo., (2012), Kearifan Lokal untuk Bangunan Hijau di Indonesia, disampaikan pada
Seminar Green Building Inkindo – 20 Maret 2012

Kuncoro, Mudrajad., (2006), Strategi : Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jakarta,
Penerbit Erlangga

Maheswaran, Uma., (2012) Total Sustainable Solution to Green Building Design – framework
and case studies disampaikan pada Seminar Green Building Inkindo – 20 Maret
2012.

Pandita., (2012), Pergub DKI untuk Bangunan Hijau, disampaikan pada Seminar Green
Building Inkindo – 20 Maret 2012

Sutono, Heru, (2005), Mengelola Proses Perancangan - Sebuah Pengalaman Berkarya,
disampaikan pada Lokakarya Sistem Pembelajaran Studio Perancangan Arsitektur
Jurusan Teknik Arsitektur FTSP UII - 10 Juni 2005

Makalah strata III – IAI – heru sutono - 10/10