Sistem pendukung keputusan pemberian kre

 13

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014

Sistem pendukung keputusan pemberian kredit rumah
menggunakan analytical hierarchy process berbasis
web

Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan
Jurusan Teknik Informatika, Fak Sains dan Teknologi
Universitas Ma Chung, Jl. Villa Puncak Tidar N-01, Malang 65651
Telp. (0341) 550171; Fax. (0341) 550175
e-mail: 1isaboutsoul@yahoo.com, 2kestrilia.rega@machung.ac.id,
3
hendry.setiawan@machung.ac.id
Abstrak

Manusia pada umumnya mempunyai kebutuhan primer yang tak lain adalah tempat tinggal yaitu
rumah. Kebutuhan primer ini tidak semua orang dapat membelinya secara tunai. Maka dari itu
diperlukannya suatu bada atau lembaga keuangan yang biasa disebut sebagai bank agar dapat
memberikan bantuan dana dalam bentuk penyaluran kredit, dalam hal ini tentunya dalam Kredit

Pemilikan Rumah (KPR). Demi mempermudah dan mempercepat proses kerja maka
pengambilan keputusan yang tepat diperlukan. Terdapat beberapa syarat atau kriteria dalam
penilaian terhadap calon nasabah, penilaian ini berdasarkan analisis kualitatif yakni dengan
melihat karakter dari nasabah (Character), kapasitas melunasi kredit (Capacity), kemampuan
modal yang dimiliki (Capital), asset yang dimiliki untung menanggung resiko kredit
(Collateral), dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi usaha (Condition of economy). Melalui
penelitian ini telah dikembangkan aplikasi untuk melakukan proses penyeleksian terhadap calon
nasabah agar dapat menggunakan cara yang lebih mudah. Dalam hal ini metode yang digunakan
oleh penulis adalah metode Analytical Hierarchy Process. Dari hasil uji coba program dengan
manual didapat nilai prosentase tingkat validasi sistem ini adalah 85% yang dapat digunakan
dalam menentukan layak atau tidaknya pemberian kredit nasabah. Berdasarkan hasil uji coba
tersebut menunjukan bahwa aplikasi melalui metode AHP ini dapat digunakan untuk
menentukan kelayakan kredit dengan baik.
Kata kunci: Metode Analytical Hierarchy Process, kredit, sistem pendukung keputusan
Abstract

Basically, human has their primary need, that is, to own their houses. Not all of them can buy
this primary need by cash. Therefore, they need an organization named Banks who can help
lending them the fund they need in the form of Home Loan. Precise and measured decision is
needed to make the credit process easier. There are several requirements of criteria to measure

the customers. Those requirements are done qualitatively by analyzing the Character, Capacity,
Capital, Collateral, and Condition of Economy of the customer. The researcher make this
project to develop an application to help the Banks analyze the customers easier. The method
used by the researcher in this project is called Analytical Hierarchy Process. Judging from the
test, the validation percentage of this system reaches 85% high. Therefore, this AHP-based
application can be done to measure the customer’s credit rating.

Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy
Process Berbasis Web
(Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan)

14 

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN

Keywords: Analytical Hierarchy Process method, credit, Decision Support System
1. PENDAHULUAN

M


anusia pada umumnya mempunyai
kebutuhan akan tempat tinggal yakni
rumah. Disamping sebagai tempat untuk
berlindung, rumah tangga juga sebagai
tempat berkumpul dan berkomunikasinya
anggota keluarga. Sebagai salah satu bank
yang
memperhatikan
kebutuhan
masyarakat, bank ini menyediakan layanan
kredit pemilikan rumah yang ditawarkan
kepada para nasabahnya. Kredit tersebut
juga bisa digunakan sebagai alat
membangun
bisnis
dan
memenuhi
kebutuhan hidup lainnya. Pemberian kredit
tidak dapat dilakukan secara sembarangan,
demikian juga dengan pemberian kredit di

bank. Sebelum memberikan dana melalui
pembiayaan pada nasabah, pihak bank
terlebih dahulu melakukan penilaian
nasabah untuk mengetahui layak atau tidak
nasabah tersebut menerima pembiayaan.
Untuk itu nasabah harus memenuhi syarat
5C, bagaimana karakter dari nasabah
(character ), kapasitas melunasi kredit
tersebut (capacity), kemampuan modal
yang dimiliki oleh nasabah (capital),
jaminan atau asset yang dimiliki nasabah
untuk
menanggung
resiko
kredit
(collateral), dan kondisi ekonomi saat ini
yang mempengaruhi usaha nasabah
(condition
of
economic).

Dalam
menentukan keputusan layak atau tidaknya
kepada calon debitur di bank masih
menggunakan proses manual dan database
yang digunakan masih dalam bentuk kertas,
sehingga menyulitkan dalam penyimpanan
atau mencari data. Dalam penelitian ini
dikembangkan sebuah sistem informasi
berbasis computer yang dikenaldengan
Decision Support System atau Sistem
Pendukung Keputusan sehingga dapat
mempermudah dan mempercepat proses
penentuan kredit. Penulis membuat aplikasi
ini berbasis web agar aplikasi ini
memudahkan seorang kredit analis dalam
menentukan layak atau tidaknya kepada
calon nasabah bisa lebih efisien. AHP
adalah prosedur yang erbasis matematis
yang bagus dan sesuai untuk kondisi
evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-


atribut tersebut kemudian secara matematik
dikuantitatifkan ke dalam satu set matrik
perbandingan berpasangan.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Kredit
Dalam bahasa Latin, kredit disebut
“credere” yang artinya percaya, yaitu
kepercayaan dari kreditur bahwa debiturnya
akan mengembalikan pinjaman beserta
bunganya sesuai dengan perjanjian kedua
belah pihak. Pengertian kredit menurut
undang-undang perbankan No. 10 Tahun
1998, adalah sebagai berikut: Pengertian
kredit, menurut Veithzal Rivai dan Andria
Permata Veithzal (2007) adalah penyerahan
barang, jasa atau uang dari satu pihak
(kreditor atau pemberi pinjaman) atas dasar
kepercayaan kepada pihak lain (nasabah
atau pengutang/borrower) dengan janji

membayar dari penerima kredit kepada
pemberi kredit pada tanggal yang telah
disepakati kedua belah pihak. Menurut Sigit
Triandaru dan Totok Budisantoso (2008)
kredit adalah pemberian fasilitas pinjaman
(bukan berdasarkan prinsip syariah) kepada
nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman
tunai (cash loan ) maupun pinjaman
nontunai (non cash loan ). Fungsi kredit
bagi masyarakat menurut Veithzal Rivai
dan Andria Permata Veithzal (2007), antara
lain:
1. Menjadi motivator dan dinamisator
peningkatan kegiatan perdagangan dan
perekonomian
2. Memperluas lapangan kerja bagi
masyarakat.
3. Memperlancar arus barang dan arus
uang.
4. Meningkatkan hubungan internasional.

5. Meningkatkan produktivitas dana yang
ada.
6. Meningkatkan daya guna (utility)
barang.
7. Meningkatkan kegairahan berusaha
masyarakat.
8. Memperbesar modal kerja perusahaan.

ISSN: 9772356441035

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014

9. Meningkatkan income per capita (IPC)
masyarakat.
10. Mengubah cara berpikir/bertindak
masyarakat untuk lebih ekonomis.
Tujuan Penyaluran kredit antara lain untuk:
a. Memperoleh pendapatan bank dari
bunga kredit.
b. Memanfaatkan dan memproduktifkan

dana-dana yang ada.
c. Melaksanakan kegiatan operasional
bank.
d. Memenuhi permintaan kredit dari
masyarakat.
e. Memperlancar lalu lintas pembayaran.
f. Menambah modal kerja perusahaan
g. Meningkatkan
pendapatan
dan
kesejahteraan masyarakat.
2.2 Prosedur Pemberian Kredit
Untuk memperoleh kredit calon
nasabah atau debitur harus melalui
tahapan-tahapan penilaian mulai dari
pengajuan proposal dan dokumendokumen yang dibutuhkan, analisis kredit
sampai pembiayaan diberikan. Tujuan
prosedur pemberian kredit adalah untuk
memastikan kelayakan suatu kredit yaitu
diterima atau ditolaknya debitur tersebut.

Prosedur pemberian kredit di dunia
perbankan secara umum antar bank yang
satu dengan bank yang lain tidaklah jauh
berbeda.
Prosedur pemberian kredit meliputi:
1. Pengajuan Proposal
Untuk mendapat fasilitas kredit
maka calon nasabah harus membuat
permohonan kredit secara tertulis dalam
bentuk proposal. Proposal kredit harus
meliputi
dokumen-dokumen yang
menjadi syarat dari bank tersebut.
Dalam pengajuan proposal harus berisi
keterangan tentang:
a. Latar belakang pendidikan, jenis usaha,
riwayat usaha tersebut.
b. Besarnya kredit dan jangka waktu, di
dalam proposal calon nasabah harus
menentukan besarnya jumlah kredit

yang diinginkan dan jangka waktu
kreditnya.

 15

c. Jaminan, biasanya jaminan yang
diberikan dalam bentuk sertifikat atau
surat.
d. Tujuan pengambilan kredit yaitu
maksutnya apakah untuk meningkatkan
omset penjualan atau mendirikan jenis
usaha baru atau modal kerja atau
investasi serta tujuan lainnya.
2. Penyelidikan Berkas
Tujuan dalam penyelidikan ini adalah
untuk mengetahui apakah berkas yang
diajukan oleh pemohon sudah lengkap
sesuai dengan persyaratan yang ada.
Jika menurut pihak perbankan atau
analis belum lengkap atau masih
kurang maka nasabah diminta untuk
segera melengkapinya, jika sampai
batas yang telah ditetapkan belum juga
melengkapi kekurangan tersebut, maka
permohonan kredit tersebut dibatalkan.
Untuk membuktikan kebenaran dan
keaslian dari dokumen-dokumen yang
telah ada, yaitu analis harus mengerti
kebenaran dan keaslian dari dokumendokumen seperti Akte Notaris, TDP
(Tanda Daftar Perusahaan). KTP,
sertifikat tanah, dan BPKB. Kemudian
setelah proses tersebut analis akan
mengkalkulasi apakah jumlah kredit
yang diminta oleh pemohon memang
relevan dan mampu untuk membayar.
3. Penilaian Kelayakan Kredit
Dalam penilaian layak atau
tidaknya suatu kredit disalurkan maka
perlu dilakukan suatu penilaian kredit.
Penilaian kelayakan suatu kredit dapat
dilakukan dengan menggunakan 5C
(Character ,
Capital,
Capacity,
Collateral, dan Condition of economic).
4. Wawancara pertama
Tujuan dari wawancara dengan
pihak
pemohon
adalah
untuk
mengetahui
apakah berkas-berkas
tersebut sesuai dan lengkap seperti
yang sudah ditetapkan. Wawancara ini
juga untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan nasabah yang sebenarnya.
Dalam
proses
wawancara
ini
hendaknya dibuat serileks mungkin
agar hasilnya sesuai dengan tujuan

Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy
Process Berbasis Web
(Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan)

16 

yang diharapkan. Di dalam wawancara
ini ada beberapa tipe wawancara yaitu
wawancara secara terstruktur dan tidak
terstruktur.
5. Peninjauan ke lokasi
Setelah
melakukan
proses
pengencekan dokumendan berkasberka serta melakukan test wawancara
maka langkah selanjutnya adalah
melakukan peninjauan ke lokasi yang
menjadi obyek kredit. Kemudian
hasilnya akan di crosscheck kan
dengan hasil wawancara pertama.
Tujuan peninajuan ini adalah untuk
memastikan obyek yang akan dibiayai
benar-benar ada dan sesuai dengan apa
yang ditulis dalam proposal oleh
pemohon.
6. Wawancara Kedua
Proses wawancara kedua ini hanya
memperbaiki berkas atau dokumen
yang
mempunyai
kekurangankekurangan
pada
saat
setelah
dilakukan peninjauan ke lokasi.
7. Keputsuan Kredit
Keputusan kredit adalah untuk
menentukan kelayakan pemberian
kredit kepada pemohon diberikan atau
ditolak, jika layak maka keputusan
kredit akan mencakup:
a. Akad
kredit
yang
akan
ditandatangani.
b. Jumlah uang yang diterima.
c. Jangka waktu kredit.
Kredit yang ditolak maka akan
diberi surat penolakan kepada
pemohon sesuai dengan alasan
yang ada.
2.3 Prinsip-prinsip pemberian kredit
Sebelum fasilitas kredit diberikan maka
bank harus yakin bahwa kredit yang
diberikan benar-benar akan kembali melalui
hasil penilaian kredit sebelum kredit
disalurkan dengan prosedur penilaian yang
benar dan sungguh-sungguh. Penilaian
kredit oleh bank dapat dilakukan dengan
berbagai prinsip untuk mendapatkan

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN

keyakinan tentang nasabahnya. Prinsipprinsip penilaian kredit yang sering
dilakukan yaitu dengan analisis 5C
(Character, Capital, Capacity, Collateral
dan Condition of economic). Prinsip
pemberian kredit dengan analisis 5C dapat
dijelaskan sebagai berikut Dendawijaya
(2005)
1. C-1 (Character)
Pengertian
character
adalah
kepribadian, moral, kejujuran seseorang
dalam hal ini yaitu calon debitur yang harus
diteliti dengan seksama. Tujuannya adalah
untuk memberikan keyakinan kepada bank
bahwa, sifat atau watak dari orang-orang
yang akan diberikan kredit benar-benar
dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin
dari latar belakang nasabah baik yang
bersifat latar belakang pekerjaan maupun
yang bersifat pribadi seperti cara hidup
yang
dianutnya,
keadaan
keluarga,
hobi,riwayat dan nama baik calon debitur di
masyarakat. Character ini juga merupakan
dasar ukuran untuk menilai “kemauan”
nasabah membayar kreditnya. Orang yang
memiliki karakter baik pasti akan berusaha
untuk membayar tanggungan atau kreditnya
dengan berbagai macam cara.
2. C-2 (Capital)
Capital merupakan analisis terhadap
permodalan sangat erat hubungannya
dengan nilai modal yang dimiliki calon
nasabah pada waktu permohonan kredit
diajukan. Besarnya kemampuan modal
calon nasabah dapat diketahui dari laporan
keuangan perusahaan yang dimilikinya
harus dinilai dengan cermat sebelum
permohonan dikabulkan seluruhnya atau
ditolak sama sekali.
3. C-3 (Capacity)
Capacity adalah analisis terhadap calon
nasabah
kredit
dalam
kemampuan
memenuhi kewajiban yang telah disepakati
dalam perjanjian kredit. Dari penilaian
tersebut terlihat kemampuan nasabah dalam
mengelola dan mengembangkan bisnis
yang dihubungkan dengan latar belakang
pendidikan, kemampuan mengelola bisnis
dan kemampuan mencari laba. Semakin
banyak sumber pendapatan seseorang maka
ISSN: 9772356441035

 17

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014

semakin besar pula kemampuannya untuk
membayar kredit.

Intensitas
Kepentingan
1

4. C-4 (Collateral)
Collateral merupakan agunan atau
jaminan atas kredit yang diserahkan
peminjam kepada bank baik bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan tersebut harus
diteliti keabsahan dan kesempurnaannya
dan hendaknya melebihi jumlah kredit yang
diberikan, sehingga jika terjadi suatu
masalah atau macet, maka jaminan yang
telah diberikan dapat dipergunakan secepat
mungkin. Fungsi daripada jaminan adalah
sebagai pelindung bank dari resiko
kerugian.

3

5. C-5 (Condition of Economy)
Penilaian
terhadap
kondisi
dimaksudkan untuk mengetahui sampai
sejauh mana kondisi ekonomi itu
berpengaruh terhadap usaha calon nasabah
dan bagaimana nasabah tersebut mengatasi
sehingga usahanya berkembang.
2.4 Prinsip Dasar AHP
AHP memiliki beberapa prinsip dasar yang
harus dipahami untuk menyelesaikan
masalah, antara lain (Paska, 2010):
1. Menyusun hierarki dari permasalahan
yang dihadapi.
Persoalan
yang
rumit
bisa
dimengerti dengan diuraikan menjadi
elemen-elemen pendukung, menyusun
elemen
secara
hierarki,
dan
menggabungkannya.
2. Penilaian kriteria dan alternative
Kriteria dan alternatif dapat
dilakukan dengan cara membuat
matriks perbandingan berpasangan.
Menurut Saaty, nilai dan definisi
pendapat
kualitatif
dari
skala
perbandingan bisa diukur dengan
menggunakan tabel analisis seperti
berikut:

5
7
9
2,4,6,8

Keterangan
Kedua elemen sama pentingnya
Elemen yang satu sedikit lebih
penting daripada elemen lainnya
Elemen yang satu lebih penting
daripada elemen yang lainnya
Satu elemen jelas mutlak penting
daripada elemen lainnya
Satu elemen mutlak penting dari
pada elemen lainnya
Nilai-nilai antara dua nilai
pertimbangan yang berdekatan

3. Menentukan Prioritas
Setiap kriteria dan alternatif perlu
dilakukan perbandingan berpasangan.
Nilai perbandingan dari kriteria dan
alternatif dilakukan dengan cara
judgement yang ditentukan sendiri
untuk menghasilkan bobot dan
prioritas. Bobot dan prioritas dihitung
dengan cara memanipulasi matriks.
Perbandingan dilakukan berdasarkan
kebijakan pembuat keputusan dengan
menilai tiap intensitas kepentingan antara
satu elemen terhadap elemen lainnya.
Proses perbandingan berpasangan, dimulai
dari level hierarki paling atas yang
ditujukan
untuk
memilih
kriteria,
permisalan A, kemudian diambil elemen
yang akan dibandingkan, missal A1, A2,
A3, A4, dan A5. Maka susunan untuk
elemen yang akan dibandingkan akan
tampak seperti pada gambar matriks
dibawah ini:
Tabel
2.2
Matriks
Perbandingan
Berpasangan
A1 A2 A3 A4 A5
A1 A11
A2
A22
A3
A33
A4
A44
A5
A55
Pada umumnya, prosedur AHP meliputi:
1. Mendifiniskan
masalah
dan
menentukan solusi yang diinginkan.

Tabel 2.1 Analisis Skala Perbandingan
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy
Process Berbasis Web
(Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan)

18 

2. Dekomposisi masalah atau menyusun
struktur hierarki dari permasalahan
yang ada, dengan kriteria-kriteria dan
alternatif-alternatif pilihan yang ingin
di rangking.
3. Membuat
matriks
perbandingan
berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh dari
setiap elemen terhadap masing-masing
tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya. Perbandingan dilakukan
berdasarkan judgment dari pembuat
keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan
suatu
elemen
dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan
membagi nilai dari setiap elemen di
dalam
matriks
perbandingan
berpasangan dengan nilai total dari
setiap kolom.
5. Mengukur konsistensi
Dalam
mengukur
konsistensi
diperlukan beberapa langkah yaitu:
a. Kalikan setiap nilai pada kolom
pertama dengan prioritas elemen
pertama, kemudian nilai pada
kolom kedua dengan prioritas
elemen kedua, kemudian nilai pada
kolom ketiga dengan prioritas
elemen ketiga, begitu seterusnya.
b. Jumlahkan setiap baris.
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi
dengan elemen prioritas relative
yang bersangkutan.
d. Jumlahkan hasil bagi diatas dengan
banyaknya elemen yang ada, maka
hasil tersebut disebut dengan lamda
maks.
6. Menghitung Consistency Index (CI)
dengan rumus:
a. CI = (λ maks-n)/n
b. n = banyaknya elemen atau kriteria
7. menghitung Consistency Ratio (CR)
dengan rumus:
a. CR = CI/IR
b. CR = Consistency Ratio

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN

c. CI = Consistency Index
d. IR = Indeks Random Consistency
8. Menguji konsistensi hierarki.
Jika nilai < 0,1 maka penilaian data
judgement harus diperbaiki. Tapi
apabila CI/IR kurang atau sama dengan
0,1 maka hasil perhitungan dalam
menguji konsistensi bisa dinyatakan
benar.
Berikut ini adalah daftar tabel dari nilai
Indeks Random Konsistensi:
Tabel 2.3 Daftar Indeks Random
Konsistensi
Ukuran
matriks
1,2

Nilai IR
0,00

3

0,58

4

0,90

5

1,12

6

1,24

7

1,32

8

1,41

9

1,45

10

1,49

11

1,51

12

1,48

13

1,56

14

1,57

15

1,59

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tampilan Login
Pada tampilan login ini tersedia dua
macam prioritas untuk login yaitu untuk
manager adalah login sebagai admin dan
untuk kredit analis login sebagai customer
service yang nantinya akan membedakan di
form utama ketika sudah melakukan login.

ISSN: 9772356441035

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014

 19

Gambar 3 Tampilan Matrik Nilai Kriteria

Gambar 1 Tampilan Login
3.2 Tampilan Menu Utama
Pada menu utama ini dimana admin
melakukan penilaian terhadap matrik
perbandingan
berpasangan,
economy,
character, capital, capacity dan collateral
untuk membandingkan antara satu kriteria
dengan kriteria yang lain.

3.4 Tampilan
Matrik
Penjumlahan
Setiap Baris
Pada tampilan matrik penjumlahan
setiap baris ini, angka-angka yang ada pada
matrik penjumlahan setiap baris ini
diperoleh dari hasil kali nilai prioritas pada
matrik nilai kriteria dengan matrik
perbandingan berpasangan dan kolom
jumlah yaitu dari penjumlahan setiap baris.
Berikut tampilan dari matrik penjumlahan
setiap baris:

Gambar 4 Matrik Penjumlahan Setiap Baris

Gambar 2 Tampilan Matrik Perbandingan
Berpasangan
3.3 Tampilan Matriks Nilai Kriteria
Pada tampilan matrik nilai kriteria ini,
angka-angka yang ada matrik ini diperoleh
dari matrik perbandingan berpasangan,
dengan cara nilai baris kolom di matrik
perbandingan berpasangan dibagi dengan
jumlah atau total dari masing-masing
kolom
pada
matrik
perbandingan
berpasangan. Berikut tampilan model dari
matrik nilai kriteria:

3.5 Tampilan
Matriks
Perhitungan
Rasio Konsistensi
Pembuatan matrik perhitungan rasio
konsistensi ini untuk memastika bahwa
nilai inputan awal pada matrik set
perbandingan berpasangan bernilai benar,
yaitu nilai CR harus < 0,1. Apabila nilai CR
> 0,1 pada saat dihitung rasio
konsistensinya maka inputan awal pada
matrik set perbandingan berpasangan harus
dilakukan
ulang.
Berikut
tampilan
perhitungan rasio konsistensi:

Gambar 5 Matrik Rasio Konsistensi
3.6 Tampilan Admin
Halaman ini disediakan agar supaya
admin dapat menambahkan anggota untuk
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy
Process Berbasis Web
(Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan)

20 

dijadikan prioritas admin atau prioritas
user.

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN

memberikan kredit kepada calon nasabah.
Berikut hasil uji coba yang telah dilakukan:

Gambar 8 Tampilan Laporan Nasabah

Gambar 6 Tampilan Admin
3.7 Tampilan Matriks Hasil
Nilai pada matrik hasil inilah yang
nantinya digunakan sebagai acuan atau
dasar saat perhitungan kredit untuk
customer yang nantinya juga menggunakan
form pertanyaan untuk membantu proses
penyeleksian kredit.

Gambar 9 Tampilan Laporan Nasabah
3.9 Tampilan Input Pertanyaan
Pada halaman ini adalah untuk
melakukan penambahan untuk pertanyaan
pada setiap masing-masing kriteria yaitu
collateral, capacity, capital, condition of
economy dan character. Untuk berapa
jumlah pertanyaan yang mau diinputkan
oleh si admin tidak diberi batasan. Berikut
tampilan untuk Input Pertanyaan:

Gambar 7 Tampilan Matrik Hasil
3.8 Tampilan Laporan Nasabah
Pada halaman ini untuk menampilkan
perhitungan nasabah yang telah dilakukan
oleh si admin atau kredit analis. Dalam
pembahasan hasil, program ini akan
melakukan uji coba kepada 13 orang
dengan data yang berbeda antara nasabah
satu dengan yang lain. Pada tabel 3.1 dapat
dilihat ada dua kolom manual dan yang satu
kolom program. Hasil pada kolom manual
didapat dari perhitungan kredit analis yang
memiliki standar nilai sendiri yaitu ketika
CR (Credit Rating ) < 67 maka ditolak, 67 <
CR 74 dipertimbangkan dan ketika CR > 74
maka calon nasabah tersebut dapat
diterima. Uji coba ini dilakukan dengan
tujuan
apakah
progam
ini
dapat
menentukan layak atau tidaknya dalam hal

Gambar 10 Tampilan Input Pertanyaan
3.10 Analisis Uji Coba
Uji coba kepada 13 calon nasabah ini
adalah untuk mengetahui seberapa akurat
sistem pendukung keputusan ini dalam
menentukan kelayakan kredit bagi nasabah
yang
nantinya
akan
ditolak,
dipertimbangkan atau diterima.
Disini diambil 5 contoh saja untuk
perhitungan uji coba nya.

ISSN: 9772356441035

 21

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014

Keputusan

lebih efektif dan efisien kepada pihak kredit
analis atau atas dalam melakukan
pengambilan keputusan.

Ditolak

5

Tabel 3.1 Perhitungan Uji Coba
Manual

Program

N
o

Na
ma

Ha
sil

Keputusan

Na
ma

1

A

50

Ditolak

A

Dipertimba
ngkan
Dipertimba
ngkan

2

B

72

3

C

67

4

D

80

Diterima

D

5

E

69

Dipertimba
ngkan

E

Ha
sil
0,2
66
0,5
36
0,4
95
0,7
06
0,4
48

B
C

Dipertimba
ngkan
Dipertimba
ngkan
Diterima
Dipertimba
ngkan

Dari nilai total tersebut setelah dilakukan
proses perhitungan maka dapat dilihat
bahwa nasabah A tersebut tidak dapat
diterima karena nilai total dari kelima
kriteria hanya 0,266.
Pada tabel 3.2 dapat dilihat bahwa tingkat
validasi sistem ini adalah 85% yang dapat
digunakan dalam menentukan layak atau
tidaknya member kredit pada calon
nasabah.
Untuk hasil
pada yang
dipertimbangkan calon nasabah tersebut
masih bisa untuk layak mendapatkan kredit
hanya saja itu semua tergantung dari
keputusan pihak bank.
Tabel 3.2 Nilai Prosentase hasil Uji Coba

4

Keputusan
Ditolak
Dipertimbangkan
Diterima

Program

Manual

Prosentase

3
5
5

4
4
5

Total

13

13

75%
80%
100%
255/3 =
85%

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang dilakukan
pada 13 calon nasabah yang kemudian
dibandingkan antara perhitungan manual
dengan perhitungan program bahwa ada 5
calon nasabah diterima, 5 calon nasabah
dipertimbangkan dan 4 calon nasabah
ditolak. Dari hasil uji coba program dengan
manual didapat nilai prosentase tingkat
validasi sistem ini adalah 85% yang dapat
digunakan dalam menentukan layak atau
tidaknya pemberian kredit nasabah.
Berdasarkan hasil uji coba tersebut
menunjukan bahwa aplikasi melalui metode
AHP
ini
dapat
digunakan untuk
menentukan kelayakan kredit dengan baik.
Dengan adanya aplikasi ini akan membantu

SARAN

Setelah
mengembangkan
sistem
pendukung keputusan ini, masih terdapat
banyak kekurangan dan kelemahan
sehingga perlu dikembangkan lagi agar
sistem dapat berkinerja lebih baik lagi, oleh
karena itu disarankan:
Menambahkan kriteria yang lebih
komplek pada sistem pendukung keputusan
pemberian kredit nasabah sehingga dapat
menentukan kelayakan pemberian kredit
kepada calon nasabah agar lebih tepat dan
akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal 2010 Penerapan Metode
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Untuk Menentukan Sisa Hasil Usaha
Pada Koperasi Pegawai Negeri, Tugas
Akhir,
Jurnal
Informatika
Mulawarman Vol 5 No. 2, dilihat 3
Mei 2013
Efraim Turban, Jay E. Aronson, Ting-Peng
Liang. 2005. Decision Support
Systems and Intelligent Systems Edisi
7. Yogyakarta : Andi
Kumar, Sanjay, Parashar, Neeraj and
Haleem, Abid 2009, Analytical
Hierarchy Process Applied to Vendor
Selection Problem: Small Scale,
Medium Scale and Large Scale
Industries,
Business
Intelligence
Journal Vol. 2 No. 2, dilihat 20 Juni
2013
Materi 1 (PHP), 2011, gambar, 16 februari
2011,
dilihat
28
Juli
2013
http://ndadezz.blogdetik.com/2011/02/
materi-1-php/
Rahmadana, M. Fitri dan Lumbanraja,
Hafniah 2002, Analisis Pemakaian
Jasa Kredit Pada Perum Pegadaian
Kantor Wilayah Medan, Jurnal Ilmiah

Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy
Process Berbasis Web
(Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan)

22 

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN

“ Manajemen & Bisnis” Vol. 02 No.
01, dilihat 18 Juni 2013
Rivai, Veithzal, Veithzal, Andria, Permata
dan Idroes, Ferry, N. 2007, Bank and
Financial Institution Management:
Conventional and Sharia System,
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Rochmasari, Lia, Suprapedi dan Subagyo,
Hendro 2010, Penentuan Prioritas
Usulan Sertifikasi Guru Dengan
Metode AHP (Analitic Hirarky
Process), Pascasarjana, Universitas
Dian Nuswantoro, dilihat 3 Mei 2013
Saaty, Thomas L, (1990), “Decision
Making for Leader”, The Analitical
Hierarchy Process for Decision in
Complex World, RWS Publication,
Pittsburgh
Saragih, Paska, Erianto 2010 Identifikasi
Faktor Penentu Konsumen Dalam
Memilih Jasa Perbankan Dengan
Menggunakan Analytical Hierarchy
Process
(AHP),
Tugas
Akhir,
Universitas Sumatera Utara, dilihat 3
Mei 2013
Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok,
Bank dan Lembaga Keuangan Lain,
Edisi ke 2, Jakarta: Salemba Empat

ISSN: 9772356441035