: Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana M02391

Abstrak
Tense dan Aspect dalam Penerjemahan Sastra:

Analisis Terjemahan Mahasiswa dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris
By
Esriaty S. Kendenan, M.Hum
(esriaty.kendenan@staff.uksw.edu)
UKSW Salatiga
Menerjemahkan dari bahasa ibu (Mother Tongue) ke bahasa asing (Foreign Language) masih merupakan tantangan
yang tak berkesudahan terutama bagi mahasiswa penerjemahan. Beberapa ilmuwan bahkan berpendapat bahwa
mengajarkan penerjemahan dari bahasa ibu ke bahasa asing tidak disarankan karena beberapa alasan (Hidayat,
2000). Meskipun demikian, Newmark (1988:184) menganggap bahwa tugas penerjemahan dari bahasa ibu ke
bahasa asing berguna [bagi peserta didik] untuk meningkatkan serta mengukur kemampuan menulis dan berbicara
dalam bahasa asing. Sementara itu, di era global saat ini secara umum diyakini bahwa dialog antar budaya dan
bahasa harus digalakkan. Dengan memperkenalkan karya-karya sastra lokal dan nasional ke dalam khazanah sastra
dunia melalui bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, orang dari berbagai bangsa dan benua akan memiliki
akses terhadap cara berpikir dan cara hidup setiap bangsa yang pada gilirannya akan menciptakan saling pengertian
satu dengan yang lain. Salah satu masalah klasik yang dihadapi oleh mahasiswa penerjemahan di Indonesia dalam
menerjemahkan karya sastra ke dalam bahasa Inggris adalah bagaimana penggunaan tense dan aspect yang tepat.
Berbeda dengan bahasa Inggris, bahasa Indonesia tidak memiliki kategori formal tense dan aspect. Oleh karena itu,
paper ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana mahasiswa menggunakan tense dan aspect dalam menerjemahkan

cerita pendek Suami Bunuh Istri yang Cantik karya Mochtar Lubis ke dalam bahasa Inggris. Penelitian ini
menggunakan metode product-oriented Quality Assessment (Saldanha & O‟Brien, 2014) dimana semua versi
terjemahan mahasiswa dianalisis dalam perbandingannya dengan Teks Sumber. Hasil dari penelitian ini diharapkan
akan memberikan pemahaman baru bagi mahasiswa penerjemahan, khususnya para pengajar untuk mengidentifikasi
masalah dan menemukan solusi terbaik bagi mahasiswa demi peningkatan kualitas terjemahan mereka.
Kata kunci: penerjemahan sastra, tense, aspect

A. Introduction
Ketidakselarasan sistem bahasa terutama antar bahasa yang tidak serumpun seringkali
menimbulkan masalah tersendiri dalam penerjemahan. Sebagai contoh, ketidaksesuaian gramatika bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia seringkali menjadi alasan utama kesulitan proses penerjemahan teks baik
dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia maupun sebaliknya. Dengan adanya tense dan aspect dalam
bahasa Inggris, penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, yang tidak mengenal adanya tense
dan aspect, sedikit banyak tidak sesulit menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.
Paper ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis proyek terjemahan yang
dilakukan mahasiswa di kelas Literary Translation, khususnya bagaimana mereka menggunakan tense
dan aspect dalam terjemahan mereka. Bagian awal dari cerita Pendek karya Mochtar Lubis yang berjudul
Suami Bunuh Istri yang Cantik merupakan subyek dari penelitian ini. Dipilihnya teks Indonesia untuk
diterjemahkan ke bahasa Inggris dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang nyata bagaimana
mahasiswa menerapkan pengetahuan gramatika bahasa Inggris mereka dalam memformulasikan kalimat

dan dengan demikian pesan teks ke dalam bahasa Inggris dengan baik.
Alur cerita dari cerita pendek ini adalah maju mundur, oleh karena itu diperlukan pemahaman alur
cerita secara menyeluruh untuk dapat menerjemahkan teks ini dengan baik. Pemahaman itu akan sangat
membantu untuk memilih tense dan aspect yang tepat agar pembaca teks sasaran (bahasa Inggris) dapat
memperoleh pemahaman yang benar tentang alur cerita tersebut sebagaimana yang dimaksudkan oleh
penulis dan yang diterima oleh pembaca teks sumber dalam bahasa sumber (bahasa Indonesia).
B.

Kerangka Teori
Tantangan klasik kegiatan penerjemahan adalah bagaimana memediasi dua bahasa dan budaya
yang berbeda agar pesan yang ingin disampaikan penulis teks sumber (TSu) dapat dipahami dengan baik
dan benar oleh pembaca teks sasaran (TSa). Singkatnya, keberhasilan seorang penerjemah dapat diukur
dari seberapa berterima teks terjemahannya baik secara linguistis maupun kultural dalam bahasa sasaran
(BSa). Penguasaan unsur linguistis teks dalam bahasa sumber (BSu) membantu penerjemah untuk

memahami pesan teks dengan benar. Di sisi lain penguasaan unsur linguistis BSa membantu penerjemah
untuk mengungkapkan kembali pemahaman terhadap pesan TSu ke dalam TSa sesuai kaidah bahasa TSa.
Perbedaan sistem linguistis kedua bahasa adalah hal pertama yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh penerjemah.
Menurut Baker (1992:98) bentuk kata kerja bahasa yang memiliki kategori gramatikal tense dan

aspect biasanya menunjukkan dua jenis informasi utama yaitu time relations dan aspectual differences.
Mona Baker (1992:98) lebih lanjut menjelaskan bahwa “Time relations have to do with locating an event
in time. The usual distinction is between past, present, and future. Aspectual differences have to do with
the temporal distribution of an event, for instance its completion or non-completion, continuation, or
momentariness.”
Penelitian ini berfokus pada tense dan aspect dalam sistem bahasa Inggris serta bagaimana
aplikasinya dalam kegiatan penerjemahan. Masalah penerjemahan tense dan aspect dalam penerjemahan
dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris memiliki tantangan yang lebih serius dibandingkan dari bahasa
Inggris ke bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa Indonesia tidak mengenal tense dan aspect dalam
struktur gramatikal bahasanya seperti halnya bahasa China, Melayu, dan Yurok (Baker, 1992:99). Hal
senada juga disampaikan oleh Djajasudarma (2013:27) bahwa “Bahasa Indonesia tidak memiliki tense
„kala‟ (kategori gramatikal perubahan verba) sebagai salah satu alat untuk menyatakan temporal deiktis
secara gramatikal; bahasa Indonesia menyatakan temporal deiktis secara leksikal, yakni dengan nomina
temporal.” Kala atau tense menurut Chaer (2012:260) merupakan penanda kapan suatu perbuatan
kejadian, tindakan, atau pengalaman yang disebutkan dalam predikat terjadi, apakah pada waktu sekarang
(present), sudah lampau (past), atau akan datang (future). Penanda tersebut dapat berupa unsur morfemis
dalam verba seperti penambahan sufiks –ed dalam bahasa Inggris. Contohnya, perubahan verba speak
sesuai tense dan aspect dalam tabel berikut:

Aspect

Simple

Perfect

Perfect Progressive

I speak English

(S + are/ am/ is +
(S + have/has + been +
(S + have/has + V3)
Ving)
Ving)
I am speaking English. I have spoken English. I have been speaking novel.

(S + V2)

(S + was/were + Ving) (S + had + V3)

Present (S + V1)

Past

Progressive

(S + had + been + Ving)
I had been speaking
Tenses
I spoke English I was speaking English. I had spoken English.
English.
(S + will + have + been +
Future (S + will + v1) (S + will + be + Ving) (S + will + have + V3) Ving)
I will speak
I will be speaking
I will have spoken
I will have been speaking
English
English.
English.
novel.


Menurut Chaer (2012 : 259), aspek dalam bahasa Indonesia tidak dinyatakan secara morfemis
melainkan dengan berbagai cara dan alat leksikal. Dalam bahasa Indonesia, Alwi (1998:159)
mengidentifikasi kata „sudah‟ dan „sedang‟ atau varian stilistisnya seperti „telah‟, „tengah‟, dan „lagi‟
sebagai aspek yang dianggap dapat bertindak sebagai pewatas di depan verba dan dapat bergabung
dengan verba bantu „akan‟, „harus‟, dan „dapat‟. Frasa ini juga sering disebut sebagai frasa endosentrik
atributif.
Untuk memahami pesan dari teks diperlukan chunking atau pemilahan pada semua tataran,
setidaknya mulai dari kata, frasa, klausa, hingga kalimat. Kalimat didefinisikan oleh Alwi, et.al
(1998:314) sebagai “konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih ... Di antara kalimat
dan kata biasanya ada satuan-antara yang berupa kelompok kata ... Satuan-satuan yang membentuk suatu
konstruksi disebut konstituen konstruksi tersebut.”
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode komparatif, yaitu dengan membandingkan teks sumber (TSu)
dengan teks sasaran (TSa). Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menulis ulang alur cerita, kronologi peristiwa yang ada dalam cerita
2. Mengumpulkan terjemahan Inggris semua verba yang ada di empat paragraf pertama cerita pendek.
3. Menganalisis pilihan tense dan aspect (verba) yang digunakan mahasiswa dalam terjemahannya
dengan membandingkannya dengan teks sumbernya.

D. Analisis Data

Urutan kejadian setiap peristiwa dalam cerita Suami Bunuh Istri yang Cantik dilihat dari waktu
terjadinya adalah sebagai berikut:
a)Anita bertemu dengan Carmelita di Salon; b) John Harvey ke tempat judi bersama teman-temannya; c)
Anita menulis surat; d) John Harvey diantar teman-temannya pulang ke rumah; e) John Harvey masuk ke
rumah setelah teman-temannya meninggalkannya; f) John Harvey melihat Anita yang masih sedang
menulis surat; g) John Harvey merampas surat dari tangan Anita; h) John membaca surat yang belum
tuntas; i) Anita dan John Harvey beradu mulut; j) John Harvey menghempaskan Anita hingga tewas; k)
John Harvey memanggil polisi dan mengakui perbuatannya; l) Narator sedang membaca dan mengamati
laporan/berita pembunuhan di koran; m) Benigno menemui narator yang sedang asyik membaca laporan
pembunuhan itu; n) Narator dan Benigno melanjutkan perjalanan ke tempat kerja Carmelita; o) Narator,
Benigno, dan Carmelita membahas masalah pembunuhan itu; p) Narator berniat menyampaikan cerita
Carmelita kepada polisi.
Meskipun kronologi peristiwa dalam cerita itu seperti di atas, Mochtar Lubis menulis alur
ceritanya secara maju mundur dalam urutan paragraf cerita pendek tersebut berikut ini:
1. Gambaran narator tentang laporan pembunuhan yang memuat foto korban dan pelaku pembunuhan
yang merupakan suami istri.
2. Gambaran narator tentang asal mula pembunuhan yang terjadi (tadi malam)
3. Pengakuan John Harvey (pelaku) pada polisi mengapa dia membunuh istrinya
4. Isi surat yang belum selesai ditulis oleh Anita (korban) kepada seseorang yang tidak disebutkan
namanya

5. Gambaran apa yang dilakukan John Harvey dan apa yang terjadi setelah dia membaca surat itu
hingga tewasnya Anita
6. Gambaran keterkejutan narator yang sedang asyik membaca laporan pembunuhan itu karena
datangnya Benigno untuk menjemput narator menemui Carmelita yang bekerja di kantor surat kabar
7. Gambaran diskusi narator, Benigno, dan Carmelita mengenai peristiwa itu serta cerita Carmelita
tentang pertemuannya dengan Anita sebelum terjadinya peristiwa pembunuhan itu.
Menurut penggolongan Luxemburg (1991:117), narator (pencerita) dapat dibedakan atas
pencerita intern dan pencerita ekstern. Pencerita intern yaitu pencerita yang turut mengambil bagian
sebagai tokoh dalam cerita. Sedangkan pencerita ekstern adalah pencerita yang dapat muncul dalam cerita
tetapi tidak merupakan bagian dari kisah. Dalam hal ini penggunaan tense dan aspect bergantung pada
bagaimana pembicara, dalam hal ini narator, memandang pembentukan waktu dalam cerita ini sesuai
kronologi terjadinya.
Analisis penggunaan tense dan aspect berikut ini didasarkan pada alur penulisan cerita sesuai
urutan paragraf di atas, bukan menurut kronologi peristiwa yang dikisahkan dalam cerita. Dengan
demikian cerita dimulai dari l b, d  e, c, f, g  h  i, j, k  m, n  o, a p
Kalimat 1.1
Kalimat “Gambar perempuan yang terbunuh itu ialah Anita yang cantik” terdiri dari tiga
konstituen berupa frasa: “gambar perempuan yang terbunuh itu”, “ialah”, dan “Anita yang cantik”.
Dilihat dari kronologi peristiwanya, bagian ini terletak di tengah cerita yakni setelah peristiwa
pembunuhan itu dan sebelum sang narator berniat menghubungi polisi, seperti yang disampaikan di

bagian akhir cerita ini. Dari perspektif narator, bagian ini terjadi di waktu lampau (past) sehingga dalam
terjemahannya ke bahasa Inggris to be yang digunakan adalah was. Dengan demikian, kala (tense) dari
kalimat ini adalah past sedangkan aspeknya adalah simple. Empat dari enam versi terjemahan mahasiswa
menggunakan bentuk simple past, satu menggunakan simple present dan present perfect, dan satu dengan
simple present.
Kalimat 1.2
Kalimat “Dan di sebelahnya gambar suaminya, seorang muda yang gagah tampangnya, memakai
jaket kulit yang dipakai oleh juru terbang, tersenyum sedikit” merupakan kalimat majemuk yang terdiri
dari dua klausa utama dan dua klausa subordinatif yang diawali dengan frasa preposisional “Dan di
sebelahnya”. Klausa utama yang pertama “Dan di sebelahnya gambar suaminya, seorang muda yang
gagah tampangnya memakai jaket kulit yang dipakai oleh juru terbang” terdiri dari klausa utama “Dan di
sebelahnya gambar suaminya memakai jaket kulit” dan dua klausa subordinasi yakni “seorang muda yang

gagah tampangnya” dan “jaket kulit yang dipakai oleh juru terbang”. Klausa subordinasi “seorang muda
yang gagah tampangnya” memiliki hubungan atributif takrestriktif dengan klausa utama yang pertama
yang memperluas fungsi sintaktis S (subjek). Klausa subordinasi “jaket kulit yang dipakai oleh juru
terbang” memiliki hubungan atributif restriktif dengan klausa utama yang memperluas fungsi sintaktis O
(objek). Klausa utama yang kedua adalah “gambar suaminya tersenyum sedikit.” Subjek dari kedua
klausa itu adalah “gambar suaminya”, tetapi mengalami pelesapan pada klausa utama yang kedua.
Dengan melihat hubungan koordinasi dan subordinasi antar konstituen dalam kalimat majemuk

tersebut, tense yang digunakan pada kedua klausa utama itu adalah past dengan aspect simple. Kalimat ini
merupakan kelanjutan dari kalimat “Gambar perempuan yang terbunuh itu ialah Anita yang cantik” yang
menempatkan kisah ini sebagai bagian dari penggambaran yang diberikan oleh narator pada paragraf
pertama untuk menceritakan rangkaian tindakan yang dilakukannya dalam mencari tahu kebenaran dari
fakta diceritakan dalam kisah cerpen ini. Kedua klausa subordinasi sewajarnya menggunakan tense yang
sama dengan klausa utamanya.
Empat dari enam versi terjemahan mahasiswa telah menggunakan tense dan aspect yang tepat
secara konsisten yaitu simple past. Dua versi terjemahan kurang tepat karena satu terjemahan
menggunakan simple present, sementara lainnya sebagian menggunakan simple past sebagian
menggunakan simple present. Hanya dua dari enam yang dapat mengindentifikasi subjek dengan tepat,
sementara empat lainnya memposisikan frasa preposisional sebagai subjek dari kalimat tersebut.
Kalimat 2.1
Kalimat “Pembunuhan itu terjadi kemarin malam, pukul dua malam” merupakan kalimat tunggal.
Penggunaan adverba “kemarin malam, pukul dua malam” dalam kalimat itu memperjelas tense dan
aspect yang digunakan dalam bahasa sasaran yakni simple past. Keenam versi terjemahan mahasiswa
berhasil mengidentifikasi dan menggunakan aspect dan tense tersebut dengan baik.
Kalimat 2.2
Kalimat “John Harvey, suami Anita yang memanggil polisi” merupakan kalimat tunggal
bersubjek frasa nominal dengan aposisi “John Harvey, suami Anita”. Orang yang dirujuk oleh aposisi
“suami Anita” adalah John Harvey. Penerjemahan “memanggil” menjadi called sebagai bentuk past dari

call dalam semua versi terjemahan mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa dapat mengindentifikasi
dan memilih dengan baik tense dan aspect yang sesuai dengan kaidah gramatikal BSa.
Kalimat 2.3
Frasa verbal “telah mengaku” dalam kalimat “Dia telah mengaku sepenuh-penuhnya”
menggunakan aspek “telah” yang bertindak sebagai pewatas depan verba “mengaku”. Penggunaan kata
bantu had+ V3 (verba bentuk ketiga) dalam bahasa sasaran menyiratkan dua hal, yaitu bahwa keadaan
yang dilukiskan oleh verba itu telah berlangsung di waktu lampau. Empat dari enam versi terjemahan
yang ada telah berhasil mengidentifikasi dan menggunakan past perfect sebagai tense dan aspect dari
kalimat tersebut dengan baik. Dua terjemahan lainnya menggunakan simple past. Dengan demikian
seluruh terjemahan sudah dapat memilih tense yang sesuai, namun tidak dengan aspect.
Kalimat 2.4
Kalimat “Alasannya ialah karena dia cemburu, karena Anita hendak meninggalkannya dan hendak hidup
bersama-sama dengan Jose Ortega” merupakan kalimat majemuk bertingkat yang terdiri dari satu klausa
utama dan tiga klausa subordinasi. Klausa utama “alasannya adalah” berfungsi sebagai subjek dan
predikat, sedangkan klausa subordinasi berfungsi sebagai keterangan berupa klausa adverbial dari kalimat
majemuk bertingkat tersebut. Klausa subordinasi yang pertama dan kedua secara eksplisit menggunakan
konjungtur sebab atau alasan “karena”, sementara klausa subordinasi yang ketiga memiliki hubungan
yang menyatakan penjumlahan dengan klausa subordinasi yang kedua. Hal itu ditandai oleh penggunaan
koordinator „dan‟ di antara klausa subordinasi kedua dan ketiga sebagai penanda bahwa kedua klausa
subordinasi tersebut memiliki kedudukan yang setara. Keenam versi terjemahan sudah dapat
menggunakan simple past dengan pola because-clause sebagai pelengkap setelah kata reason menjadi
“The reason was he got jealous ...”. Meskipun demikian, pola tersebut oleh beberapa orang dianggap
kurang tepat dalam bahasa Inggris dan menganggap pola Reason + why/that ... lebih tepat/natural (Swan,
1996: 485). Mungkin karena alasan tersebut, satu versi terjemahan menggunakan simple present pada
klausa utama menjadi “It is because ...”

Kalimat 2.5
Kalimat “Menurut cerita John Harvey malam itu pergi main judi ke Jai Jalai, dengan kawankawannya laki-laki dan perempuan” secara jelas menunjukkan tense dari pernyataan tersebut yaitu
“malam itu”. Dengan demikian verba “pergi” dalam BSa menjadi went. Menurut Azar (2002: 303) verba
go dalam bahasa Inggris biasanya diikuti dengan bentuk gerund untuk merujuk pada kegiatan olahraga
atau rekreasi seperti go shopping atau go dancing. Meskipun semua versi terjemahan sudah menggunakan
past tense dengan baik, verba gamble pada frasa “pergi main judi” yang mengikuti verba go hanya
berhasil diterjemahkan menjadi went gambling oleh satu versi terjemahan.
Kalimat 2.6
Kalimat “Katanya dia kalah banyak, dan minum banyak juga” merupakan kalimat majemuk yang
terdiri dari dua klausa utama. Subjek dari klausa yang kedua mengalami pelesapan. Kedua klausa
dihubungkan oleh konjungtur “dan” untuk menunjukkan hubungan yang setara. Rangkaian kejadian
tersebut juga terjadi pada waktu lampau sesuai dengan alur cerita sehingga tense dan aspect yang
digunakan adalah simple past. Untuk kata “kalah”, semua telah menerjemahkan dengan menggunakan
bentuk past dari lose menjadi lost, namun untuk kata “minum” tiga dari enam versi terjemahan telah
menggunakan kata drank, dua menggunakan drunk, dan satu dengan drink.
Kalimat 2.7
Kalimat “Waktu pulang dia diantarkan oleh kawan-kawannya hingga ke pintu” merupakan
kalimat pasif dengan verba “diantarkan”. Sesuai kaidah bahasa Inggris, kalimat pasif simple past dibentuk
dengan pola was/were + past participle. Semua versi terjemahan sudah menggunakan bentuk past dari
verba yang digunakan, yakni accompanied, took, dan brought meskipun penggunaan kata brought sebagai
bentuk past dari bring kurang tepat. Hanya dua terjemahan yang mempertahankan bentuk pasif dari
kalimat tersebut, sedangkan tiga lainnya mengubahnya menjadi kalimat aktif dengan memindahkan
nomina “kawan-kawannya” ke posisi awal kalimat sebagai subjek dari kalimat tersebut. Satu terjemahan
sepertinya ingin mempertahankan bentuk pasif kalimat tersebut tetapi tidak menambahkan was sebagai
bentuk past dari is sebelum V3 (past participle).
Kalimat 2.8
Frasa verbal “terus berangkat” pada kalimat tunggal “Mereka terus berangkat” berhasil
diterjemahkan oleh semua mahasiswa ke dalam bentuk simple past dari verba leave menjadi left.
Kalimat 3.1
Kalimat majemuk “Menurut pengakuan John Harvey pada polisi, dia masih berdiri di tangga
melihat mobil yang membawa kawan-kawannya menghilang, dan kemudian baru dia masuk” terdiri dari
satu reporting clause “menurut pengakuan John Harvey pada polisi” sebagai klausa subordinasi dan tiga
klausa utama yakni “dia masih berdiri di tangga”, “dia melihat mobil yang membawa kawan-kawannya
menghilang” dan “dan kemudian baru dia masuk”. Hewings (1999:102) mengatakan bahwa “When we
report something that was said in the past, the verb in the reporting clause is often in the past tense”.
Klausa berita tersebut diterjemahkan secara literal sehingga menjadi tidak natural dengan tetap
mempertahankan struktur gramatikal BSu sehingga klausa itu dalam BSa tidak tampak sebagai reporting
clause.
Tense dan aspect yang digunakan pada verba taktransitif “berdiri” dan “masuk” serta verba
transitif “melihat” dalam ketiga klausa utama adalah simple past. Ketiga klausa setara tersebut
dihubungkan oleh koordinator “dan” dan “dan kemudian” yang mempengaruhi arti semantis kalimat
majemuk ini. Hanya tiga dari enam terjemahan ini yang menggunakan dengan baik bentuk simple past
dari kata “berdiri”, “melihat”, dan “masuk” menjadi stood, saw, dan entered. Tiga terjemahan lain tidak
konsisten dalam penggunaan tense dan aspect, yakni past simple dan past progresif. Ketidakkonsistenan
ini kemungkinan disebabkan oleh kekurangcermatan dalam menganalisis konstituen kalimat majemuk
tersebut.
Kalimat 3.2
Kalimat “Dia melihat istrinya di kamar tengah sedang menulis dan melihat dia masuk
kelihatannya Anita terkejut, dan mencoba menyembunyikan surat yang sedang ditulisnya” terdiri dari tiga
klausa utama yaitu “dia melihat istrinya di kamar tengah”, “Anita terkejut”, dan “Anita mencoba
menyembunyikan surat yang sedang ditulisnya”. Klausa utama dihubungkan dengan konjungtur “dan”

untuk menunjukkan hubungan koordinasi. Klausa utama yang pertama memiliki hubungan subordinatif
dengan klausa “sedang menulis” yang subjeknya yaitu “istrinya” dilesapkan. Perbuatan “melihat” dan
“menulis” terjadi pada waktu yang bersamaan, namun perbuatan “menulis” terjadi lebih awal dan masih
sedang berlangsung ketika perbuatan “melihat” terjadi dalam kalimat tersebut. Dalam penerjemahannya
ke bahasa Inggris write untuk kata “menulis” yang masih sedang berlangsung menggunakan aspect
progresif menjadi writing. Sementara itu, see untuk kata “melihat” merupakan perbuatan yang baru
dimulai di waktu lampau sehingga diterjemahkan menjadi saw dalam BSa. Semua mahasiswa dapat
melihat unsur simple past dan past progresif dalam kalimat tersebut dan dapat menerjemahkannya dengan
cukup baik ke dalam BSa.
Klausa utama yang kedua memiliki klausa subordinasi “melihat dia masuk”. Perbuatan “melihat”
dan “terkejut” terjadi pada waktu yang bersamaan. Meskipun demikian, perbuatan “terkejut” merupakan
akibat dari perbuatan “melihat”. Klausa adverbial “melihat dia masuk” menyatakan kondisi, alasan,
sekaligus waktu terjadinya perbuatan “terkejut”. Oleh karena itu, “melihat” diterjemahkan ke dalam
bentuk participle see menjadi seeing dan “terkejut” ke dalam bentuk past pasif menjadi was shocked atau
was surprised. Hanya ada dua versi terjemahan yang menganggap peristiwa “melihat dia masuk” sebagai
klausa adverbial yang merujuk pada penyebab tindakan “terkejut” dengan menggunakan bentuk past
participial.
Klausa utama “dan mencoba menyembunyikan surat yang sedang ditulisnya” adalah rangkaian
tindakan yang dilakukan oleh subjek Anita. Frasa verbal “mencoba menyembunyikan” digunakan untuk
menggambarkan upaya subjek melakukan suatu tindakan yang sulit. Dengan demikian tried sebagai
bentuk past dari try dapat diikuti oleh bentuk infinitive atau bentuk –ing dari verba hide sebagai
terjemahan dari “menyembunyikan” menjadi tried to hide atau tried hiding. Semua versi terjemahan yang
ada menggunakan tried to hide sebagai terjemahan dari “mencoba menyembunyikan”.
Klausa utama “dan mencoba menyembunyikan surat yang sedang ditulisnya” memiliki klausa
subordinasi atau klausa relatif restriktif “yang sedang ditulisnya” yang mewatasi makna dari nomina
“surat” tersebut. Selain unsur past tense, aspek progresif dari klausa relatif itu merupakan hal penting
yang perlu diperhatikan dalam penerjemahannya untuk memperjelas bahwa tindakan “menulis surat”
tersebut masih sedang berlangsung atau belum selesai. Hanya dua terjemahan yang secara eksplisit
mempertahankan unsur past progresif dari klausa relatif itu. Empat yang lain cenderung menghilangkan
tindakan menulis surat yang masih sedang berlangsung tersebut.
Kalimat 3.3
Kalimat “Hal ini menimbulkan kecurigaannya” merupakan kalimat tunggal yang juga mengacu
pada simple past. Dengan berbagai variasi formulasi kalimat, semua versi terjemahan mahasiswa yang
ada telah berhasil menggunakan simple past untuk menerjemahkan verba “menimbulkan”. Meskipun
demikian, satu versi terjemahan menggunakan dua verba yang tampaknya tidak efektif dan natural dalam
BSa.
Kalimat 3.4
Kata “biasanya” dalam kalimat “Biasanya tidak akan dipedulikannya sama sekali, tetapi malam
itu di bawah pengaruh minuman, dia sedang dalam semangat berkelahi” menunjukkan adanya perubahan
dari hal yang biasa terjadi di waktu lampau. Dalam penerjemahan ke bahasa Inggris penggunaan frasa
used to menjadi pilihan yang tepat. “Biasanya” dalam kalimat tersebut diterjemahkan secara literal oleh
mahasiswa dengan kata normally, basically, dan usually. Kelihatannya unsur kebiasaan di masa lampau
yang sudah berubah yang dapat diungkapkan dalam BSa dengan menggunakan used to kurang dicermati
sehingga mahasiswa cenderung memakai adverba frekuensi diikuti dengan simple past.
Penggunaan kata “tetapi” di awal klausa “tetapi malam itu di bawah pengaruh minuman, dia
sedang dalam semangat berkelahi” menunjukkan bahwa klausa tersebut merupakan informasi tambahan
untuk melengkapi pernyataan klausa pertama mengenai perubahan apa yang terjadi dalam peristiwa yang
dikisahkan. Frasa verbal “sedang dalam semangat berkelahi” secara jelas menunjukkan adanya unsur past
progressive pada klausa tersebut, terutama dengan adanya kata “sedang”. Mungkin untuk alasan
penyederhanaan dan kelugasan, keenam versi terjemahan yang ada hanya menunjukkan past tense tanpa
aspek progresif.
Kalimat 3.5
Kalimat “Dia ingin berkelahi dengan Anita, karena itu surat itu dirampasnya, dan dibacanya:”
terdiri dari tiga klausa yang menyatakan urutan waktu. Klausa kedua yaitu “karena itu surat itu

dirampasnya” merupakan urutan dari peristiwa pada klausa pertama “dia ingin berkelahi dengan Anita”
dan juga kemudian diikuti dengan peristiwa pada klausa ketiga “dibacanya [surat itu]”. Tense dan aspect
yang digunakan pada ketiga verba tersebut adalah simple past. Berbeda dengan klausa pertama yang
berbentuk kalimat aktif, klausa kedua dan ketiga menggunakan bentuk kalimat pasif dengan pola was +
V3. Semua versi terjemahan berterima dalam bahasa Inggris meskipun bentuk pasif pada klausa kedua
dan ketiga diubah menjadi kalimat aktif di BSa.
Kalimat 4.1
Kalimat “Jika surat ini engkau terima, maka ini berarti putuslah hubungan kita selama ini”
merupakan bagian pembuka dari surat yang ditulis Anita. Keseluruhan isi surat pada umumnya ditulis
dalam present dan future tense karena merupakan suatu ungkapan perasaan si penulis surat pada saat surat
itu ditulisnya. Penggunaan subordinator “jika” pada klausa subordinasi menunjukkan hubungan
pengandaian dalam kalimat majemuk tersebut. Sementara itu penggunaan partikel –lah pada kata
“putuslah” dipakai untuk memberi penegasan akan kebenaran pernyataan itu. Kaidah penggunaan klausa
dengan if sebagai terjemahan dari “jika” dalam kalimat pengandaian bahasa Inggris untuk menyatakan
kabenaran faktual sekarang atau akan datang adalah dengan menggunakan simple present. Sedangkan
klausa hasil dari pengandaian tersebut dapat menggunakan simple present atau simple future untuk
menyatakan kebenaran atau fakta yang dapat diperkirakan hasilnya. Lima dari enam terjemahan yang ada
menggunakan simple present untuk klausa dengan if dan hanya satu yang menggunakan simple past.
Sedangkan untuk klausa hasil, empat terjemahan sudah berhasil menggunakan simple present, meskipun
dua lainnya menggunakan present perfect.
Kalimat 4.2
Kalimat “Engkau akan tertawa dan tidak percaya, tetapi sungguh-sungguh aku telah jatuh cinta
padanya” terdiri dari dua klausa utama dan satu klausa subordinasi. Klausa utama “Engkau akan tertawa”
dan “[engkau akan] tidak percaya” menggunakan simple future dengan will atau be going to. Empat dari
enam terjemahan sudah menggunakan bentuk will + V1 dengan baik, sementara dua lainnya
menggunakan bentuk past dari will dan may menjadi would dan might.
Sementara itu, frasa verbal “telah jatuh cinta” dalam klausa “tetapi sungguh-sungguh aku telah
jatuh cinta padanya” mengisyaratkan bahwa pengalaman “jatuh cinta” itu belum pernah ada sebelumnya
sehingga penggunaan present perfect dengan pola has/have + V3 tepat dalam konteks kalimat ini. Tiga
dari enam terjemahan sudah menggunakan kata bantu have namun hanya dua di antaranya yang
menggunakan V3 setelah kata bantu tersebut. Dua terjemahan menggunakan simple present, sedangkan
satu lainnya menggunakan present progressive.
Kalimat 4.3
Dalam kalimat “Percayalah bahwa dalam hidup perempuan, bagaimana juga jahatnya dia kata
orang, ada waktu-waktu dia bisa jatuh cinta sungguh-sungguh dan dengan suci”, terdapat verba “kata”
dan “ada” serta frasa verbal “bisa jatuh cinta”. Salah satu ciri dari simple present adalah dapat digunakan
untuk mengungkapkan suatu situasi yang memiliki kebenaran umum dulu, sekarang, dan di waktu
mendatang. Pernyataan si penulis surat pada kalimat tersebut merupakan sebuah pandangan dan
keyakinan akan situasi yang secara umum dianggap benar. Oleh karena itu, penggunaan simple present
pada kalimat tersebut tepat. Hanya satu dari enam terjemahan yang secara konsisten menggunakan simple
present, sedangkan lima lainnya menggunakan past dan aspect secara bervariasi sehingga makna
semantis dari terjemahannya menjadi tidak jelas.
Kalimat 4.4
Kalimat “Demikian cintaku padanya yang aku rasakan ini” merupakan kalimat tunggal dengan
satu verba yakni “rasakan”. Kalimat ini diungkapkan juga dalam konteks si penulis surat mengungkapkan
apa yang dirasakannya saat itu. Semua versi terjemahan berhasil mengidentifikasi unsur simple present
dalam kalimat tersebut, walaupun itu diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda.
Kalimat 4.5
Kalimat “Aku hanya dapat berdoa agar Tuhan memanjangkan umur cintaku padanya” merupakan
kalimat majemuk yang terdiri dari satu klausa utama dan satu klausa subordinasi berupa hubungan tujuan
yang menyatakan suatu harapan dengan subordinator “agar”. Frasa verbal “hanya dapat berdoa” dapat
diterjemahkan ke dalam bentuk present dengan modal can diikuti V1. Sementara itu verba

“memanjangkan” sebagai sebuah harapan yang ingin dituju oleh si penulis surat juga dapat diterjemahkan
ke dalam bentuk simple present atau dengan bentuk would untuk menunjukkan sesuatu yang diharapkan
oleh si pembicara/penulis terjadi di masa mendatang. Secara umum, keenam terjemahan sudah berhasil
mempertahankan bentuk simple present pada kalimat tersebut. Untuk menyatakan harapan atau tujuan,
terjemahan yang ada pada umumnya menggunakan to infinitive dan hanya satu yang menggunakan would
+ V1.
Kalimat 4.6
Kalimat “Janganlah engkau marah padaku, karena akupun merasa berdosa padamu, jika karena
putusanku ini engkau merasa terluka dan berduka ....” merupakan kalimat majemuk yang terdiri dari dua
klausa utama dan satu klausa subordinasi. Klausa utama yang pertama “janganlah engkau marah padaku”
merupakan kalimat imperatif dengan partikel –lah yang melekat pada verba “jangan”, sedangkan klausa
utama yang kedua mengandung frasa verbal “merasa berdosa”. Sementara itu, klausa subordinasi “jika
karena putusanku ini engkau merasa terluka dan berduka” menyatakan hubungan pengandaian dengan
klausa utama yang kedua. Kedua klausa utama mengungkapkan kondisi umum yang dirasakan dan
diharapkan oleh si penulis surat, sehingga penggunaan simple present adalah pilihan yang tepat. If-clause
pada klausa subordinasi memungkinkan penggunaan simple present atau simple future. Secara umum
semua terjemahan telah menggunakan simple present baik untuk kedua klausa utama maupun klausa
subordinasi.

E.

Kesimpulan
Dari analisis mengenai bagaimana mahasiswa menerjemahkan cerita pendek “Suami Bunuh Istri
yang Cantik karya Mochtar Lubis ke dalam bahasa Inggris, ada beberapa kesimpulan yang dapat
diperoleh. Pertama, dalam menerjemahkan cerita Indonesia ke bahasa Inggris, alur cerita perlu
diperhatikan untuk membantu dalam penentuan tense dan aspect yang tepat sesuai dengan sistem
gramatika bahasa Inggris. Kedua, banyaknya kalimat majemuk bertingkat dalam teks sumber kadangkadang menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam mengidentifikasi verba dari klausa utama yang pada
akhirnya berpengaruh pada penggunaan tense dan aspect. Masalah tersebut pada gilirannya juga
menimbulkan kesulitan dalam menentukan fungsi dari setiap klausa serta jenis hubungan koordinasi atau
subordinasi antar klausa. Ketiga, pada umumnya mahasiswa dapat lebih mudah mengidentifikasi
penempatan aspect simple dibanding penggunaan aspect progressive dan perfect dalam penerjemahan.

References
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, & Anton M. Moeliono. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia . Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Azar, Betty Schrampfer. 2002. Understanding and Using English Grammar . Third Edition. New York: Pearson
Education.
Baker, Mona. 2011. In Other Words. A Coursebook on translation. Second edition. New York: Routledge.
Binnick, Robert I. 1991. Time and the Verb: A Guide to Tense and Aspect. Oxford: Oxford Univ. Press.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2013. Semantik 2: Relasi Makna Paradigmatik, Sintagmatik, dan Derivasional . Edisi
Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.
Hidayat, Rahayu S. (Ed.) 2000. Pengantar Penerjemahan. Depok: Pusat Penelitian dan Budaya Lembaga Penelitian
Universitas Indonesia.
Hewings, Martin. 1999. Advanced Grammar in Use . Cambridge: Cambridge University Press.
Kamp, Hans (Ed.). 1990. Tense and Aspect in English . Edinburgh: DYANA
Lonsdale, Allison Beeby. 1996. Teaching Translation from Spanish to English: Worlds beyond Words. Ottawa:
University of Ottawa Press.
Luxemburg, dkk. 1991. Tentang Sastra . Terjemahan Akhadiati Ikram. Jakarta: Intermassa.
Newmark, Peter. 1988. Approaches to Translation . New York: Prentice Hall.
Saldanha, Gabriela & O‟Brien, Sharon. 2014. Research Methodologies in Translation Studies . New York:
Routledge
Swan, Michael. 1996. Practical English Usage . New Edition. Oxford: Oxford University Press.
William, Jenny & Chesterman, Andrew. 2002. The MAP: A Beginner’s Guide to Doing Research in Translation
Studies. Manchester: St. Jerome Publishing.

Dokumen yang terkait

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Khutbah Washil bin Atho' wa ma fiha minal asalib al-insyaiyah al-thalabiyah : dirasah tahliliyah

3 67 62

Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Peningkatan Produktivitas sekolah : penelitian di SMK al-Amanah Serpong

20 218 83

Analysis On Students'Structure Competence In Complex Sentences : A Case Study at 2nd Year class of SMU TRIGUNA

8 98 53