Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  

PERKEMBANGAN SENI KARAWITAN DI GAYO LUT DESA DAMAR MULYO

KECAMATAN ATULINTANG KABUPATEN ACEH TENGAH DARI

  1

  2

  3 Nuriyanti Sarah , Teuku Abdullah , Anwar Yoesoef

  Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

  Email: nuriyantisarah@gmail.com ,

  t.abdullahsakti@gmail.com anwar@unsyiah.ac.id ABTRASCT

  The research entitled "The development of Karawitan art in Gayo Lut village Damar Mulyo Atulintang District Central Aceh Regency tahun1984-2017" The purpose of this study is (1) to know how the development of Karawitan art presentation in the village Damar Mulyo Atulintang District Central Aceh District (2) To know the development of Karawitan art function in gayo lut village Damar Mulyo Atulintang District Central Aceh District (3) to find out how to put the existence of Karawitan art towards Gayo Lut society in Damar Mulyo Village, Atulintang Sub-district, Central Aceh Regency. In this study researchers used a qualitative approach and this type of research using historical method (history). To obtain the data required by researcher using data collecting technique with observation and interview get data obtained from traditional figure (elder), artist of Karawitan, gayo society included in list of informant. The development of Karawitan art in the village of Damar mulyo was brought by the Javanese ethnic community who transmigrated to Aceh in 1984, the beginning of Karawitan art performance was done three months after the delivery of tools from Java by the government, which until 2017 developing. Karawitan art in the village of Damar Mulyo rely on 13 tools that are played by the players (singers) art Karawitan with two singers (sinden) with Pelog and Selendro notation. Karawitan artists costume in Damar Mulyo village there from 1984 new wearing costumes in 2014. The costumes used are Blangkon placed on the head of male Karawitan players and wearing ladies dress, women wearing clothes dressing kebaya, awkward and conde in his head after the Shari'a Islam of sinden only use ordinary clothes and menggunkan hijab not using bun and conde.

  Keywords: Development of Karawitan Art

  1 2 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah. 3 Dosen Pembimbing Pertama.

  Dosen Pembimbing Kedua.

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  ABSTRAK

  Penelitian yang berjudul “Perkembangan seni Karawitan di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang Kabupaten Aceh Tengah tahun1984-2017” tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana perkembangan penyajian seni Karawitan yang berada di desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang Kabupaten Aceh Tengah (2) Untuk mengetahui perkembangan fungsi seni Karawitan di gayo lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang Kabupaten Aceh Tengah (3) untuk mengetahui bagaimana penagaruh keberadaan seni Karawitan terhadap masyarakat Gayo Lut di desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang Kabupaten Aceh Tengah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini menggunakan metode sejarah (sejarah).

  Untuk memperoleh data diperlukan peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara mendapatkan data diperoleh dari tokoh adat (sesepuh), pemain seni Karawitan, masyarakat gayo yang termasuk didalam daftar Informan. Perkembangan seni Karawitan di desa Damar mulyo di bawa oleh para masyarakat Etnis Jawa yang bertransmigran ke Aceh pada tahun 1984, awal mula pementasan seni Karawitan dilakukan tiga bulan setelah dikirimnya alat-alat dari Jawa oleh pemerintah, yang hingga pada tahun 2017 masi berkembang. Seni Karawitan di desa Damar Mulyo menggandalkan 13 alat yang di mainkan oleh para pemain (penabuh) seni Karawitan dengan dua penyanyi (sinden) dengan notasi Pelog dan Selendro. Kostum para pemain seni Karawitan di desa Damar Mulyo ada dari tahun 1984 baru mengenakan kostum pada tahun 2014. Kostum yang digunakan adalah Blangkon diletakkan dikepala pemain Karawitan pria dan menggunakan pakaian beskap, pakaian wanita pesinden menggunakan baju kebaya, sanggung dan konde di kepalanya setelah peraturan syariat islam para sinden hanya menggunakan baju biasa dan menggunkan hijab tidak menggunakan sanggul dan konde.

  Kata Kunci: Perkembangan Seni Karawitan.

  PENDAHULUAN dimungkinkan oleh adanya kebudayaan-

  Masyarakat adalah kumpulan manusia kebudayaan yang masyarakat kembangkan yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga telah cukup lama dan mempunyai aturan- warisan nenek moyang dan juga mengasah aturan yang mengatur mereka, untuk menuju sekaligus menunjukan keahlian jati diri kepada tujuan yang sama. Dalam masyarakat masyarakat tersebut (Joko Tri Prasetya. tersebut manusia selalu memperoleh 2013:36). kecakapan, pengetahuan-pengetahuan baru, Masyarakat Gayo Lut mayoritas sehingga penimbunan itu dalam keadaan yang berkehidupan Agama Islam dan berprofesi sehat dan selalu bertambah isinya, dengan kata sebagai petani, seperti menanam padi di lain kebudayaan tak mungkin timbul tanpa sawah, berladang sayuran, mereka juga adanya masyarakat, dan eksistensi menanam tanaman keras seperti tanaman kopi (keberadaan) masyarakat itu hanya dapat Arabica. Selain itu juga ada nelayan

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  penangkap ikan di danau Laut Tawar. Kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat tidak ada perbedaan dengan suku Gayo lainnya.

  Masyarakat Gayo Lut tidak menutup diri dengan budaya luar mereka menerima dengan rasa senang hati dan menghormatinya, Masyarakat Gayo Lut adalah suatu suku yang mendiami daerah tengah Provinsi Aceh yang wilayah tempat tinggal Suku Gayo sering dikenal dengan julukan Dataran Tinggi Gayo, kediaman Suku Gayo ini dibedakan lima wilayah yaitu Gayo Lut.

  Masyarakat Gayo Lut kebanyakan memperdulikan budaya-budayanya yang sekarang berkembang di Gayo Lut terutama di bidang kesenian tari dan musik yang sekarang juga sering dilakonkan oleh masyarakat Gayo tersebut dan digunakan sebagai acara-acara khusus seperti pesta penikahan, pesta khitanan, memperingati hari kemerdekaan Indonesia, sampai digunakan untuk memeriahkan kampanye dan acara-acara lainnya.

  Seni Karawitan adalah pemain alat musik gamelan secara instrumental maupun campuran dengan seni vokal Jawa yang disebut tembang. Seni Karawitan memiliki keunikan tersendiri karna dalam pementasannya banyak menggunakan alat-alat yang terbuat dari besi kuningan yang kuat dan berbagai macam bentuknya sesuai dengan pembuatan alat Karawitan yang bisa menghasilkan suara-suara yang diinginkan dalam seni Vokalnya melibatkan pria dan wanita yang memiliki suara yang indah (Sumaryono : 2012:103).

  Seni Karawitan ini tidak berkembang di wilayah Jawa saja, tetapi juga berkembang di wilayah lainnya seperti di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang

  Kabupaten Aceh Tengah. Seni Karawitan memiliki dua Vokalis didalamnya pertama

  Sindhen (wanita) kedua wiraswara (laki-laki)

  jumlah pemain alat musik 19 orang di mainkan oleh pria. Berkembangnya seni Karawitan ini dibawa oleh masyarakat Jawa yang ikut serta dalam transmigran Pelita

  IV yang dilaksanakan pada tahun 1984 titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri (Levang, 2003:13).

  Masyarakat Jawa yang mengikuti program transmigran sampai sekarang tinggal dan hidup memenuhi kebutuhannya di Gayo

  Lut dengan mengandalkan pertaniannya

  dengan menanam jagung, umbi-umbian, minyak nilam, dan sekarang beralih ke tanaman kopi dan juga tanaman sayur-sayuran sekaligus mengembangkan budayanya untuk hiburan semata sekalipun masyarakat Jawa yang sudah meninggalkan kampung halamannya. Masyarakat Jawa tidak meninggalkan warisan nenek moyangnya mereka terus melestarikan kebudayaan mereka yang mereka bawa dari jawa seperti Ludruk, Ketoprak, Janger, dan Kuda Lumping/Reog, dari beberapa kebudayaan yang berkembang tersebut saat ini hanya tersisa Tarian Kuda Lumping dan Karawitan yang masih bertahan.

  Perbedaan juga dari kedua budaya yang tersisa ini yaitu tarian Kuda Lumping yang selalu digunakan dalam acara-acara umum lainnya seperti acara khitanan, pesta perkawinan, dan sebagai kemeriahan pemilu,

  17 Agustus. Tarian Kuda Lumping dikembangkan dengan membuat sanggar untuk menampung anak-anak didik selanjutnya untuk dilatih dalam tarian Kuda Lumping ini

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  agar kebudayaan ini tetap di pahami oleh penerus mereka selanjutnya. Berbeda halnya dengan Seni Karawitan di desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah. Seni Karawitan tidak berkembang pesat seperti Tarian Kuda Lumping, Karawitan tidak banyak digunakan dalam acara- acara dan juga memeriahkan pesta, tidak adanya pelatihan untuk penerus kedepannya bagi anak muda. Seni Karawitan digunakan terutama dalam acara 1 Suro (1 Muharam). Walaupun ada juga dalam pesta perkawinan hanya saja jarang digunakan seperti Tarian Kuda Lumping yang sama-sama berada di desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang Kabupaten Aceh Tengah.

  Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perkembangan Seni Karawitan di

  Gayo Lut Desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang Kabupaten Aceh Tengah dari Tahun 1984-2017”. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks kasus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Meleong, 2005:06). Pendekatan ini dipakai dikarenakan data yang diperoleh akan dijelaskan dalam bentuk kata-kata kronologis berdasarkan perkembangan seni Karawitan di

  Gayo Lut Desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah, 1984-2017.

  Jenis penelitian ini menggunakan metode sejarah (historis). Sejarah merupakan sutu peroses mengkaji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninngalan masa lampau. Mengenai hal tersebut Hugiono dan P.K. Porwantana (1992:25), mengemukakan metode sejarah yaitu proses untuk mengkaji dan menguji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau dan menganalisa secara kritis. Pengambilan metode ini karena kajian dari skripsi ini ialah kajian historis yaitu kajian yang akan menjelaskan keadaan objek yang diteliti secara kronologis berdasarkan urutan waktu. Menurut Kuntowijoyo (1995:89) dalam melaksanakan penelitian sejarah dibagi dalam lima tahap, yaitu: (1) Pemilihan topik, (2) Heoristik atau pengumpulan sumber, (3) Verifikasi atau Kritik Sumber (kritik eksternal, kritik internal), (4) Interpretasi atau penafsiran, dan (5) Histografi atau penulisan sejarah. Penelitian ini mendeskripsikan data yang ada di lapangan tentang perkembangan seni Karawitan di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah Tahun 1984-2017.

  Tempat Penelitian

  Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian bertempat di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang, Kabupaten Aceh Tengah.

  Teknik Pengumpulan Data

  Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber, baik itu

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  sumber tulisan maupun sumber lisan menyangkut objek yang diteliti. Disamping perlu menggunakan metode yang dapat juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian sebagai cara yang dapat ditempuh untuk menggumpulakan data yaitu:

  a. Dokumentasi

  Dokumentasi merupakan suatu pengumpulan data yang diperoleh dari catatan- catatan atau sumber tertulis dari objek penelitian yang dapat dipercaya kebenarannya. Data dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang berkenaan dengan seni Karawitan.

  b. Wawancara

  Pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara terbuka dan bebas. Dalam hal ini penulis akan mewawancarai infroman- infroman yang memiliki pengetahuan tentang seni Karawitan di Gayo Lut Desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang Kabupaten Aceh Tengah, agar wawancara terekam dengan sempurna, maka penulis akan menggunakan alat wawancara seperti buku catatan dan alat perekam. Sebelum wawancara terkait dengan masalah yang akan diteliti. Adapun Informan yang akan diwawancarai ialah: 1) Dalang dan pendiri seni Karawitan di Gayo

  Lut Desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah. 2) Para peserta pemain seni Karawitan beserta masyarakat yang berada di Gayo

  Lut Desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah.

  Alasan peneliti memilih mereka sebagai infroman karena merupakan pelaku terlibat dalam aspek penelitian ini. Penelitian tentang “seni Karawitan di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah Tahun 1984- 2017”.

  Teknik Analisis Data

  Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution (dalam Sugiono, 2014:89) mengatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsug terus sampai penulisan hasil penelitian”. Mizaska (2016:26) “data yang telah terkumpul (apapun sumber, metode dan alat pengumpulannya) selanjutnya perlu diolah dan dianalisa untuk menjawab masalah penelitian. Data dan informasi yang diperoleh dalam peelitian ini dianalisis dengan menggunakan analis model Miles dan Huberman dalam Sugiono (2014:91) yaitu data

  reduction, data display , dan conlusion drawing/verification sebagai berikut:

  a. Data Reducation (reduksi data) adalah bentuk analisis data yang diproleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  selanjutnya dengan mencarinya bila Mulyo (Sumber:Kantor desa Damar Mulyo diperlukan. tahun 2017).

  b. Data Display (penyajian data) adalah Secara Geografis desa Damar Mulyo penyajian data yang telah direduksi dengan terletak diantara 4’33’50-4’54’50 LU. dilakukan dalam bentuk uraian singkat, 96’40’75-97’17’50 BT, sedangkan batas bagian, hubungan antar kategori dan wilayah desa Damar Mulyo sebelah utara jenisnya. Hal ini dilakukan untuk berbatasan dengan desa Pantan Damar, sebelah mempermudah penelti memahami apa yang timur berbatasan dengan desa Bintang akan terjadi, merencanakan selanjutnya Kekelip, sebelah barat dengan desa Kepala yakni verifikasi data berdasarkan apa yang Akal dan sebelah selatan berbatasan dengan telah dipahami. desa Gayo Murni, luas wilayah desa Damar

  2

  2

  c. Cluction Drawing/Verification adalah Mulyo 1800 Ha (5,39 m ) km dengan jumlah penarikan kesimpulan yang bersifat penduduk sekitar 289 jiwa (Sumber: Kantor sementara, dan akan berubah bila tidak desa Damar Mulyo tahun 2017). ditemukan bukti-bukti yang kuat yangmendukung pada tahap pengumpulan Sejarah Singkat desa Damar Mulyo data berikutnya, kesimpulan akan bersifat Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh kuat atau kredibel apabila kesimpulan Tengah sementara didukung oleh bukti-bukti yang Suku Jawa adalah salah satu suku yang kuat dan dapat menjawab rumusan masalah keberadaannya di salah satu pulau di Indonesia yang telah dirumuskan. yang terdiri dari berbagai keanekaragaman etnisnya yang tersebar diberbagai daerah di

  PEMBAHASAN Indonesia seperti contohnya daerah Jawa

  Timur menggunakan bahasa Jawa Ngoko,

  Letak Geografis Desa Damar Mulyo Jawa Tengah menggunakan bahasa Jawa Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Halus , berbeda lagi daerah Tegal yang Tengah

  menggunakan Jawa Ngapak , Jawa Barat Lokasi penelitian dilakukan di Gayo menggunakan bahasa Sunda. Dari berbagai desa Damar Mulyo Kecamatan Atu daerah suku Jawa melakukan Transmigrasi ke

  Lut

  Lintang Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh dari beberapa tujuan Transmigrasi salah Aceh. kecamatan Atu Lintang sebelumnya satunya daerah Aceh tepatnya di Kabupaten merupakan gabungan dari Kecamatan Linge. Aceh Tengah, Aceh Barat, dan Aceh Timur.

  Namun pada tahun 2005 Atulintang terpisah (Wawancara: Pujowarsono, 21 April 2017). dan menjadi kecamatan sendiri. Kecamatan Penduduk etnis dari Jawa Tengah yang Atu Lintang terdiri dari 11 desa, yaitu desa didatangkan oleh Pemerintah Transmigran di Meurah Mege, Meurah Pupuk, Pantan Damar, tempatkan di Provinsi Aceh salah satunya di Atu Lintang, Gayo Murni, Tanah Abu, desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang Bintang Kekelip, Meurah Jernang, Meurah Kabupaten Aceh Tengah karena adanya Muyang, Kepala Akal, serta desa Damar Program Pelita bagi masyarakat Jawa. Aceh

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  merupakan salah satu daerah wilayah Indonesia yang termasuk dalam Program transmigrasi. Oleh sebab itu, pemerintah pusat melakukan pemerataan penduduk dan pengelolaan lahan yang kosong. Wilayah Aceh menjadi salah satu wilayah transmigran dari Jawa. Lahan yang dikelola yaitu desa Damar Mulyo antara tahun 1983-1984. (Wawancara: Pujowarsono, 21 April 2017).

  Masyarakat desa Damar Mulyo merupakan transmigran gelombang ke dua. Kecamatan Jagong Jeged termasuk gelombang pertama yang berasal dari daerah Jawa Tengah. Desa Damar Mulyo dengan Jagong Jeged, sedangkan untuk gelombang ketiga dari Jawa Timur dan Madura ketiga kelompok Transmigran letaknya tidak berjauhan. (Wawancara: Pujowarsono, 21 April 2017).

  Keadaan Penduduk dan Mata Pencarian Masyarakat desa Damar Mulyo

  Masyarakat yang menetap di Desa Damar Mulyo adalah penduduk yang multi etnis. Artinya penduduk yang mendiami kawan ini terdiri dari berbagai suku bangsa seperti etnis Gayo sebagai etnis asli, etnis Jawa, Aceh, Batak dan Padang sebagai etnis pendatang. Jumlah masing-masing etnis yang menetap di Desa Damar Mulyo ini beragam jumlahnya.

  Pada tahun 1983 masyarakat desa Damar Mulyo memilih tanaman jagung sebagai tanaman utama dan tanaman jagung yang paling mengaris besar hasil panen diantara tanaman lainnya jagung dikembangkan sebagai makanan pokok karena keadaan lingkungan atau lokasi ladang yang disediakan pemerintah saat itu dirasa cocok untuk mengembangkan tanaman jagung terlebih masyarakat menunggu pemulihan lahan untuk tanaman lainnya, masyarakat desa Damar Mulyo mengkonsumsi jagung dan juga menjualnya ke pasar untuk digantikan dengan barang lainnya seperti garam, minyak, dan penyedapa kebutuhan sehari-hari lainnya.

  Selain adanya bantuan dari pemerintah saat itu berupa bibit Jagung sehingga mendorong masyarakat desa Damar Mulyo untuk mengembangkan tanaman Jagung secara luas serta untuk dijual kepasar. Penanaman jagung sebagai komoditi utama tidak hanya dilakukan oleh masyarakat desa Damar Mulyo saja melainkan juga desa-desa lainya yang berada di Kecamatan Atu Lintang dalam hal penanaman Nilam yang mereka mengusahakan mencari bibit tanaman Nilam.(Wawancara: Pujowarsono, 21 April 2017).

  Mata pencarian masyarakat desa Damar Mulyo sekarang tahun 20017 masih dengan mengandalkan Kopi. Tanaman lainnya seperti ladang cabai, kentang dan tomat, hanya sebagai sampingan untuk menunggu panen kopi tiba. Dapat dikategorikan bahwa seluruh masyarakat di daerah Damar Mulyo hampir semuanya petani yang sudah makmur. Mata pencarian melalui pertanian, sehingga tidak heran bahwa seluruh masyarakat di desa ini sudah memiliki lahan/ladang sendiri untuk mereka melakukan aktivitas sehari-hari, yaitu berkebun dan bercocok tanam. Melalui mata pencaharian sebagai petani yang sudah baik masyarakat di desa Damar Mulyo sudah dapat membangun rumah yang layak, sudah dapat menyekolahkan anak-anak mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi (Wawancara: Pujowarsono, 21 April 2017).

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  Jika diperhatikan kehidupan bidang pendidikan pada tahun 1983 sebelum seperti adanya sekolah yang dibangun di Desa Damar Mulyo anak-anak bersekolah menuju ke desa tetagga yang berjarak 1 Km Jauh dari desa Damar Mulyo, setelah tahun 2006 maka dapat digambarkan bahwa di Desa Damar Mulyo terdapat satu Taman Kanak-kanak dan juga satu Sekolah Dasar (SD) yang di bangun pada tahun 2012. Pembangunan di Desa Damar Mulyo untuk bidang pendidikan tidak cukup memadai akan tetapi pemikiran masyarakat Desa Damar Mulyo tentang pendidikan sangat maju. Mereka beranggapan bahwa pendidikan adalah hal yang utama. Hal ini terbukti dari banyak masyarakat Damar Mulyo yang mengirim anak mereka untuk bersekolah di luar Kabupaten. Mereka berharap anak-anak mereka mendapat pengetahuan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari kebanyakan penduduk Desa Damar Mulyo sudah banyak yang menjadi Bidan, Guru, dan PNS. Dalam bidang kepercayaan, mayoritas penduduk Desa Damar Mulyo adalah beragama Islam dan tidak ada penduduk di desa ini yang merupakan Non Muslim. (Wawancara: Lahuri, 20 April 2017).

  Faktor-faktor Perkembangan Seni Karawitan di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang

  Pada mulanya Seni Karawitan di di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang tidak pernah ada akan tetapi, faktor pertama,keberadaanseni Karawitan tersebut diakibatkan sejak adanya kedudukan masyarakat Transmigran yang ikut serta dalam Program Pelita IVtahun 1983 didatangkan dari Pulau Jawa(Levang, 2003:13). Setelah masyarakat jawa yang ditempatkan di desa

  Damar Mulyo dan menetap di wilayah ini selama tiga bulan mereka kemudian mengembangkan seni Karawitan, apalagi dengan adanya pemerintah yang mendukung perkembangan seni Karawitan di desa Damar Mulyo.

  Seni Karawitan bisa berdiri sendiri dalam arti mandiri, karena seni Karawitan tanpa ada peran. Kebanyakan masyarakat Jawa saat itu memang cenderung lebih memilih menjadi anggota musik Karawitan karena, apabila mahir memainkan musik Karawitan akan mudah memasuki kraton karena menurut pendapat mereka dapat menjadi anggota keraton (abdi dalem) adalah hal yang terhormat dan Istimewa ( kartomi, 2005:23).

  Perkembangan seni karawitan mengikuti perkembangan zaman modern, yang mana pada awalnya kesenian karawitan itu sendiri di jawa digunakan sebagai ajang perlombaan, namun secara keseluruhan ciri khas dari seni Karawitan yang ada di Desa Damar Mulyo itu sendiri tidak banyak yang berubah terutama dalam hal notasi yaitu tetap masih menggunakan notasi pelog dan slendro, perbedaan setiap pementasan seni karawitan disetiap daerah memiliki ciri khas tertentu yang berbeda satu sama lain, namun dibalik perbedaan tersebut tidak mengurangi unsur keindahan dari karawitan itu sendiri. Faktor kedua, untuk memperingat hari-hari besar islam, terutama peningatan menyambut satu Suro ( satu Muharam) Etnis Jawa menganggap bahwa satu suro merupakan malam turunnya penyakit, yang mana pada bulan suro ini banyak hal-hal yang tidak baik akan terjadi,

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  karena itulah masyarakat akan terjaga sepanjang malam pada datangnya malam satu suro, oleh karena itulah etnis jawa menganut kepercayaan dengan mereka mengadakan pementasan karawitan pada malam satu suro sebagai tolak balak, atau penagkal. (Wawancara: Sumadi, 22 April 2017).

  Faktor ketiga, adanya keinginan masyarakat etnis Jawa maupun masyarakat luar yang menggunakan jasa para pangrawit untuk pementasan Seni Karawitan sebagai pengisi acara dalam upacara pernikahan, khitanan, turun tanah dalam hal ini pementasan seni Karawitan sesuai dengan keinginan para tuan rumah yang mengundang para pangrawit untuk memainkan alat musik dan menyanyikan tembangnya. (Wawancara: Padi, 22 April 2017).

  Perkembangan Alat-alat Seni Karawitan

  Alat musik yang digunakan tradisional yang digunakan sebagai pelengkap berbagai kegiatan ritual, kesenian dan hiburan oleh masyarakat etnis bangsa Jawa, yang sekarang dikenal sebagai gamelan, pada dasarnya merupakan kumpulan dari sejumlah ricikan( instrumen musik). Seni memainkan alat musik tadisional masyarakat etnis Jawa ini, kemudian dikenal dengan istilah Karawitan, atau lebih secara umumnya di kenal dengan Karawitan Jawa. Sedangkan pada pengetahuan atau ilmu tentang seni memainkan alat-alat gamelan ini disebut kagunan (kemapuan) Karawitan.Istilah Karawitan juga sering digunakan untuk menyebut kegiatan memainkan alat-alat musik tadisional, terciptanya alunan lagu yang indah Seni Karawitan di ciptakan oleh banyaknya alat-alat tradisional Jawa yang memiliki bentuk dan menghasilkan bunyian yang berbeda, alat musik Karawitan mayoritasnya dimainkan oleh para pangrawit pria.( Bram Palgunadi, 2002: 1).

  Keberadaan seni Karawitan yang berada di desa Damar Mulyo mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat hal tersebut dapat di lihat dari pengiriman alat-alat musik tahun 1983. Setelah masyarakat jawa yang ditempatkan di desa Damar Mulyo dan menetap di wilayah Aceh Tengah desa Damar Mulyo selama tiga bulan mereka kemudian mengembangkan seni Karawitan. Alasan pemerintah mendukung hal ini ialah dengan alasan yang pertama agar masyarakat damar mulyo dapat mengembangkan aspirasi mereka melalui seni ini serta dapat menjadi hiburan bagi masyarakat Damar Mulyo dan tidak meninggalkan kebudayaan mereka yang sudah ada terlatih sejak sebelum dikirimnya mereka ke daerah Aceh. Sejak saat itu, masyarakat Damar Mulyo mengembangkan tradisi kesenian Karawitan hingga saat ini. (Wawancara: Pujowarsono, 21 April 2017).

  Dalam perkembangan seni Karawitan di desa Damar Mulyo mengalami pasang surut, kesenian ini sempat berhenti disebabkan alat karawitan hilang karena lemahnya penjagaan serta penggunaan alat yang terlalu kasar menyebabkan sebagian alat karawitan megalami kerusakan,jika alat mengalami kerusakan yang berakibat pada bunyi suara yang tidak merdu lagi. Hal ini menyebabkan masyarakat enggan untuk mempergunaka-nya. Pada tahun 2014 akhirnya musik kerawitan dapat berkembang lagi setelah adanya pemikiran dari salah satu warga desa damar mulyo yang mempunyai ide untuk membuat sebuah proposal yang ditujukan kepada salah

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  satu anggota DPR RI yang bernama H. Raihan Iskandar LC., MM guna meminta dana untuk mengganti alat musik yang rusak, dan ternyata usaha ini berhasil sehingga anggota DPR RI ini mengabulkan proposal tersebut dengan cara memberikan uang tunai sebesar RP 130.000.000 guna membeli alat musik kerawitan yang dibeli langsung dari Jawa oleh salah seorang masyarakat desa Damar Mulyo (Wawancara: Pujowarsono, 21 April 2017).

  Perkembangan Kostum Seni Karawitan

  Seni Karawitan di desa Damar Mulyodalam hal kostum pada tahun 1983 mereka tidak memiliki kostum khususnya untuk kostum pria saat penampilan, namun hal ini tidak mengurangi rasa semangat para pemain dalam pementasan kesenian Karawitan. karena mereka rasa dalam hal kostume tidak begitu mempengaruhi hasil pementasan nantinya. Walaupun kita ketahui bersama bahwasanya pemakaian baju atau kostum akan menambah keindahan pementasan dan memberikan kesan kompak atau seragam dalam setiap pemainnya. Saat pementasan seni Karawitan tahun 1983 awalnya mereka hanya menggunakan pakaian sehari-hari dan dengan seiringnya perkembangan zaman mereka menabung berupa uang untuk keperluan membeli kostum pada tahun 2014 hasil dari jerih payah mereka yang terkmpul para anggota penabuh seni Karawitan desa Damar Mulyo akhirnya bisa membeli kostum dengan menyewa jasa penjahit baju yang ahli dalam menjait kostum seni Karawitan. dan juga seperti Blangkon /

  Mit topi yang digunakan biasanya oleh para

  pria Jawa dengan bermotifkan batik berwarna coklat . Blangkon adalah salah satu ciri khas Jawa yang biasa digunakan oleh para pria Jawa pada masa Kerajaan tetapi untuk pada saat ini tidak melihat siapa saja yang menggunkan Blangkon tersebut, tua muda, kaya miskin, bahkan tidak melihat status sosialnya, dan juga tidak semua Blangkon ini hanya digunakan oleh para pria beretnis Jawa saja, namun juga digunkan oleh masyarakat umum dan khalayakdari berbagai penjuru dunia yang beretnis non jawa. Balangkon Jawa Tengah berbeda dengan Blangkon lainnya perbedaannya terletak pada pola belakang Blangkon yang tidak mengunakan kain yang panjang dibagian belakangnya.Kostume pria tidak hanya topi yang tetapi ada baju khusus yang dipakai untuk para pangrawit yang biasa masyarakat desa Damar Mulyo menyebutnya “beskap” yaitu pakaian yang diJahit dengan warna sesuai persetujuan yang menggunakan kerah sanghai dan juga kancing baju yang berfariasi dengan menggunakan lengan panjang pola baju berbentuk jas. (Wawancara: Padi, 22 April 2017).

  Perkembangan Tembang (Lirik) seni Karawitan

  Pagelaran adalah cara umum, adalah kegiatan tertentu yang dilaksanakan untuk suatu tujuan tertentu dala hal ini, pengertiannya dibatasi berupa kegiatan yang menggunakan gamelan sebagai sarana, baik secara lengkap maupun hanya sebagian. Gamelan ada yang digunakan sebagai pengiring, ada pula yang berdiri sendiri (tidak mengiringi sesuatu).Sebagian pagelaran merupakan pagelaran adat tradisional, tetapi pada masa sekarang, tidak tertutup kemungkinan adanya suatu bentuk pagelaran yang bukan termasuk golongan pagelaran adat

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  tradisional. Pagelaran Seni karawitan di desa Damar Mulyo termasuk dalam seni pagelaran ekperimental yang dibarengi oleh pagelaran Campur Sari, yang menggunakan ricikan gamelan sebagai sarana utamanya memiliki sifat yang berdiri sendiri tidak membutuhkan kesenian yang lainnya untuk melengkapi pagelarannya dalam hal ini bahkan kesenian luarlah yang sangat membutuhkan pagelaran seni Karawitan dalam pagelaran seni mereka hal ini terbukti jika suatu pagelaran tidak menggunakan para penabuh alat musik dan juga tembang-tembang yang dinyanyikan oleh sinden seni Karawitan tidak akanbisa mengadakan pagelaran karna kunci dalam setiap pagelaran kesenian tradisonal Jawa ialah musik Gamelan yang akan membangkitkan pagelaran kesenian Jawa tersebut.(Bram Palgunadi, 2002: 87-91).

  Seni Karawitan di desa Damar Mulyo pada tahun 1983 mementaskan seni Karawitan dengan menggunakan laras Pleog dan Selendro dalam hal ini masing-masing memiliki susunan nada tertentu. Laras Pleog menghasilkan suasana yang bersifat sereng , memberikan kesan gagah, keramat, dan sakral sedangkan laras Selendro memiliki sifat ringan, riang, gembira dan terasa ramaiPementasan Dalam hal sesuai keindahan para pendengar dan penikmat ,diawali terbentuknya organisasi PKK di Jawa para sinden sudah memiliki buku-buku yang berisikan lirik-lirik lagu seni Karawitan yang menggunakan bahasa Jawa (Bram Palgunadi, 2002: 87-91).

  Perkembangan Pemain seni Karawitan

  Berbagai kelompok pecinta Karawitan Jawa sering menyebut nama kelompoknya dengan awalan Pagayuban istilah Jawa yang artinya “rukun atau damai”dan bisa juga diartikan sebagai keluarga, organisasi, atau kelompok dan kadang-kadang di belakang istilah paguyuban ditambah dengan istilah Karawitan agar tujuan lebih menampilkan kegiatan utama kelompk tersebut. Masyarakat pada umumya mengenal organisasi hanya terdapat pada bidang politik yang membentuk sekelompok orang untuk menjalankan tujuan yang ingin dicapai. Pandanganlah yang menjadikan pandangan masyarakat bahwa kesenianjuga memiliki organisasi yang ingin mereka capai bukan hanya pencapaian dalam ekonomi, dan ketenaran akan tetapi pencapain dalam mempertahankan kebudaan mereka agar tidak musnah.(Bram Palgunadi, 2002: 3).

  Perkembangan Fungsi Seni Karawitan di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang

  Menurut kepercayaan masyarakat Desa Damar Mulyo, tahun 1983 seni Karawitan memiliki fungsi sebagai berikut: a. Penghibur dengan menggunakan musik tarian dan permainan. Artinya orang dapat menikmati seni karawitan secara individual, agar para pendengar merasakan ketenangan jiwa setelah mendengarkan musik Karawitan.

  b. Media pendidikan. Artinya Seni karawitan sebagai media pendidikan dapat dilihat dari sudut pandang cara membunyikannya, di mana karawitan menjadi sajian seni musik yang enak didengar bila dimainkan secara bersama- sama. Ini mencerminkan bahwa kebersamaan menjadi satu hal yang sangat penting untuk mencapai hasil musik yang

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  berkualitas (garapan musikal). Berarti pula ini merupakan pendidikan budi pekerti agar kita hidup dalam kebersamaan saling bergotong royong, tenggang rasa, tepa selira, menghindari sifat egois dan individualis. Tidak heran apabila pendidikan seni karawitan Jawa lebih baik diberikan sedini mungkin kepada anak-anak didik kita sebagai modal pemahaman kebersamaan. Pendidikan musik penting diberikan karena dari itu kita bisa memperoleh pengetahuan teoritis dan kemungkinan lebih luas tentang teknik eksplorasi dalam berbagai eksperimen musikal yang mungkin akan muncul kemudian.

  c. Terapi; dalam arti terapi musik memiliki kekuatan yang sangat baik untuk mengusir penyakit, salah satu contoh kecilnya ketika seseorang sedang sakit kepala akibat beban kehidupan yang dirasa maka dengan mendengarkan alunan musik tentunya dapat mengurangi rasa sakit tersebut, sama halnya untuk ibu hamil dengan mendengarkan musik salah satunya Karawitan dapat merangsang atau mempercepat otot reaksi bayi yang ada di kandungannya.

  d. Mengorganisir kerja dan perang; pada mulanya alat musik yang digunakan dalam seni Karawitan digunakan sebagai media menyampaikan pesan, pengumuman (woro-woro) pada zaman Kerajaan, sehingga masyarakat akan lebih cepat menerima informasi dalam masa darurat perang.

  e. Upacara dan ritual; penanda kelahiran, perkawinan dan kematian; peringatan ritual di masyarakat yang berkembang biasanya menggunakan pementasan seni

  Karawitan hal ini dikarenakan masyarakat berharap kesenian yang ada di wilayah tersebut tidak hilang seiring perkembangan zaman.

  f. Merayakan panen dan penobatan; pelaksanaan hasil panen pertanian masyarakat biasanya diiringi dengan adanya pementasn seni Karawitan yang bertujuan sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah.

  g. Meneguhkan kepercayaan dan kegiatan tradisi; tradisi peringatan malam satu suro dianggap kebudayaan yang tidak bisa dipisahkan dengan kesenian karawitan, karena masyarakat percaya apabila memainkan seni karawitan ini di sepanjang malam satu suro dapat menolak balak yang datangnya pada malam tersebut. (Wawancara: Karti Rahayu, 23 April 2017).

  Pandangan Masyarakat Gayo terhadap perkembangan seni Karawitan di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang Kabupaten Aceh Tengah.

  Dalam kehidupan kita dimasa sekarang, berbagai bentuk kesenian memegang peranan yang semakin lama semakin penting. Misalnya, seseorang yang sudah terbiasa mendengarkan lagu, jika pada saat tertentu tidak mendengarkannya maka dia akan meraakan sesautu yang tidak lemgkap dalam kehidupannya. Dalam sejumlah kasus bentuk stip rupa tertentu bahkan serius sebagai salah satu alternatif sarana. Misalnya, musik digunakan sebagai sarana terapi untuk mempercepat proses penyembuhan atau untuk

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  membuat atau mengubah suasana hati menjadi tenag, dan menyenangkan.

  Berdasarkan analisis yang telah diuraikan diatas bahwa perkembaangan Seni Karawitan di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah menunjukan bahwa perkembangan seni Karawitan sudah ada sejak tahun 1983 yang dibawah oleh oleh Etnis Jawa yang kemudian diperkenalkan oleh masyarakat sekitar dan berkembang sebagaimana mestinya di masyarakat. Antusias masyarakat terhadap seni Karawitan masih kurang. Hal ini terbukti dari kurangnya minat masyarakat terutama kaum muda dalam berpartisipasi mengembangkan seni Karawitan. terlebih untuk fasilitas yang menjadi bagian dari seni Karawitan itu sendiri masih sangat minim dan juga kurangnya pengetahuannya masyarakat akan bagaimana mendaur ulang atau memperbaharui sarana yang ada berdasarkan pengamatan yang telah saya lakukan kaum muda tidak tertarik untuk menyaksikan pementasan seni Karawitan di karenakan mereka tidak mengerti akan maksut dan tujuan dari pementasan seni Karawitan yang mengakibatkan masyarakat lebih antusias untuk mengenal kesenian yang bersifat lebih modern.

  Seni Karawitan yang berkembang di di Gayo Lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah tergolng kesenian yang monoton hal ini terbukti dari para penabuh( yang memainkan alat musik) yang tidak mengahsilkan generasi baru sehingga tidak memberikan peluang untuk masyarakat lain dalam berpartisipasi menjadi bagian dalam seni Karawitan ini. Dalam konteks ini mengakibatkan tertutupnya pemikiran masyarakat etnis lain bahwasanya seni Karawitan itu hanya di konsumsi oleh etnis Jawa itu sendiri walaupun pada kenyataanya pembawa seni Karawitan itu sangat ingin kesenian yang dikenalkannya dapat berkembang dan berdampingan dengan kesenian dari etnis lain di mayarakat. Seni Karawitan pada dasanya merupakan sebuah kisah atau cerita sejarah yang di sampaikan lewat musik dan pemetasan. Hal ini dikemukakan sebagaimana diketahui, bahwa seni karawitan oleh dunia sudah diakui keberadaannya, dan merupakan salah satu dari jenis-jenis musik yang ada di muka bumi. Seni karawitan (Gamelan Jawa) adalah salah satu pernyataan musikal yang mempunyai bentuk kompleks dan perkembangan yang tinggi.

  Kedudukan musik Jawa tadi mempunyai arti yang penting dan dalam bagi kehidupan orang- orang yang memupuk tari Jawa, teater Jawa (seperti wayang wong , wayang kulit,

  kethoprak ), kesusasteraan, adat-istiadat, kepercayaan, dan naluri (Kartiman, 2012:5).

  PENUTUP Kesimpulan

  1. Perkembangan penyajian seni Karawitan di Gayo lut desa Damar Mulyo Kecamatan Atulintang Kabupaten Aceh Tengah, mengalami pasang surut pada tahun 1984alat-alat musik seni Karawitan masih dalam keadaan terawat dan bisa digunakan seiring berkembangannya alat-alat musik tersebut mengalami kerusakan dan lemahnya penjagaan menyebabkan hilangnya alat-alat musik seni Karawitan di desa Damar Mulyo, pada tahun 2014 alat- alat musik ini bisa dibeli kembali dengan mendapatkan bantuan berupa uang tunai

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  130.000.000 dari anggota DPR RI yang semakin maju seni Karawitan di desa bernama H. Raihan Iskandar LC., MM lalu Damar Mulyo. pada tahun 20117 alat-alat musik seni Karawitan mendapat alat musik tambahan Saran dari alat musik Barat seperti kyboard, gitar,

  1. Bagi penabuh(pemain) untuk menjaga alat-

  

drum band , dari anggota Campur Sari yang alat musik dan fasilitas lain dan dapat

ikut bergabung dalam seni Karawitan di menggunakan sebagaimana mestinya.

  desa Damar Mulyo. Pada tahun 2015 desa

  2. Bagi kaum muda untuk menanamkan rasa Damar Mulyo di terapkan Sariat Islam para memiliki suatu kebudayaan yang sudah ada sinden tidak bisa menggunakan kostum dari leluhur kita dan ikut berpartisipasi mereka lagi karna kostum para sinden menjaga kelestariannya. melanggar aturan Syariat Islam tersebut.

  3. Bagi masyarakat pada umumnya untuk Seni Karawitan di desa Damar Mulyo membuka paradikma pemikiran kesenian penabuh dan tembangnya pada tahun 1983 Karawitan yang dianggap kuno. sampai 2017 inilah berubah dikarenakan Bagi pemerintah sekitar untuk lebih adanya kesenian Campur Sari yang ikut mendukung dan memfasilitasi akan bergabung dalam seni Karawitan. kesenian Karawitan agar terjaga

  2. Perkembangan funsi dari seni Karawitan di kelestariannya desa Damar Mulyo tahun 1983 masyarakat masih berfikir seni Karawitan sebagai DAFTAR PUSTAKA penghibur, acara kekeluargaan, media

  Sumber Buku:

  pendidikan, terapi, upacara ritual adat, Hugiono dan P.K. Poerwantan (1992). suatu penobatan, kegiatan tradisi, memupuk Pengantar Ilmu Sejarah . Jakarta: PT. kerja sama dan hal lainnya tetapi pada Rineka Cipta. tahun 2014 seni Karawitan mulai mendapatkan hal baru dengan penambahan

  Kuntowijoyo. 1995. Metodologi Sejarah . pendapatan mereka dalam digunakannya

  Yogyakarta:Yayasan Bentang seni Karawitan didalam acara-acara pesa Budaya. perkawinan, khitanan, turun tanah dan acara

  Levang Partice, 2003. Ayo Ke Tanah Sabrang: lainnya.

  . Jakarta;

  Transmigrasi di Indonesia

  perkembangan seni Karawitan di desa Damar Mulyo masyarakat etnis Gayo bisa

  Lexy,Maleong J. 2005.Metodologi Penelitian mendengarkan dan melihat langsung apa

  Kualitatif. Bandung: Remaja yang dinamakan oleh seni Karawitan.

  Rosdakarya. Masyarakat Gayo tidak pernah menentang Prasetya, Try, Joko.2013. Ilmu Budaya Dasar. keberadaan dan merasa terganggu akan Jakarta: Rineka Cipta. keberadaan seni Karawitan hal ini terbukti bahwa masih kokohnya seni Karawitan dan

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 59 - 73 .

  Sumaryono dan Kuswarsantyo, dkk. 2012. Kartiman. 2012. Fungsi Seni Karawitan Ragam Seni Pertunjukan Tradisional Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa.

  di Daerah Istimewa Yogyakarta . Yogyakarta: Widyaiswara

  Yogyakarta: UPTD Taman Budaya. Yogyakarta. http://p4tksbjogja.com/ar

  sip/index.php?option=com_content& view=article&id=561 ( online: 7 April

  2017)