Abdul Ghofur Konsep Musibah dlm Alquran Tafsir Tematik

SUATU KAJIAN TAFSIR TEMATIK

Tesis

Untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pada Jurusan Tafsir Hadits

Oleh

Abdul Ghofur

NIM: TH.00.2.00.1.05.01.0179

Pembimbing Prof. Dr. H. Salman Harun

SEKOLAH PASCA SARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008

CONCEPT OF MUSIBAH ACCORDING TO THE HOLY QUR'AN:

A Thematic Tafser Study

This thesis is written base on the disaster happened all over the world, included Indonesia. Those come out many problems due to the misinterpretation of the concept of the disaster. Many people interpret from their various perspectives.

The frame of this thesis covered some areas. Firstly; about the explanation of disaster especially the verses in the Holy Qur’an that depicted with the word “mushibah” that overall repeated for ten times within the deviation from the word “shawaba”. The other word also indicate the similarity in meaning, namely the word “bala” that repeated for six times and the word “fitnah” that repeated for

thirty four times. Secondly, the opinion of mufassirs in interpreting the Holy Qur’an verses that related to the concept of disaster. And thirdly, today’s opinion related to disaster happened lately.

The main stream is how the concept of disaster in described in the Holy Qur’an. And then divided into to part of problem namely (1) what is the definition of disaster according to some verses in the different Surah in the Holy Qur’an, and (2) what is the blessing in disguise of the disaster and how the Holy Qur’an give us the solution for the prevention.

The research methodology of this thesis is bibliographical within the books, that closely related to the topic, as the main source. The primary data source is the Holy Qur’an, in the forms of Mushhaf and CD program. The secondary sources are for Holy Qur’an Tafser, namely; Jâmi' al-Bayân min Ta'wîl Âyi Al-Qur'an by Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khâlid al-Thabarî Abu Ja'far, Tafsîr al-Qurán al-'Azhîm, by Ismaîl bin 'Umar bin Katsîr al-Dimasyqî Abu al-Fida', Fî Zhilal al-Qurán, by Syyid Quthb dan Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, by M. Quraish Shihab. The third sourses, many books that directly or indirectly related to the topic.

Then the collected data is analyzed with Tafser Maudhu’I. Tafser Maudhu’I is a kind of interpretation by collecting some Qur’an verses that discuss certain problems from various verses in the Holy Qur’an that totally emphazise on the related aspects to find out the answer in the Holy Qur’an of discussed problem theme.

After serial underwent researches, come to the conclusion that the disaster according to the Holy Qur’an in whatsoever happened to the human being within many various kinds, that can be in the form of nature disaster or unpleasant matters come over the human being, and those can be as a trial, warning or the punishment for the misconducts.

Disasters has many forms, typically they can be the natural disasters like volcano eruptions, earthquake or disasters due to the human’s misconducts as fitnah or social conflicts. On the other term, the form of disaster can be in the form of trial, warning and punishment.

We have to be patient, and sincerely receive. And the human must try and choose the best things in their life in order to overcome the disaster come to us. Thus, they finally can conclude the blessing behind the disasters, namely, the guidance of Allah SWT. and the easy way to get His Mercies, Blessing, and His Forgiveness of our sins.

ABSTRAKSI

Tesis ini ditulis dengan latar belakang maraknya berita tentang musibah yang menimpa hampir seluruh belahan bumi kita ini, termasuk dalam belahan bumi Indonesia. Sehingga muncul masalah-masalah bagi semua elemen masyarakat manusia khususnya umat Islam yaitu pentingnya mereka memahami konsep musibah dengan benar, yakni suatu pemahaman musibah yang memiliki dasar yang kuat dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Adapun ruang lingkup pembahasan masalah tesis ini meliputi; pertama petunjuk- petunjuk dan keterangan-keterangan tentang musibah, yang terdapat dalam ayat-ayat yang di dalamnya ada kata musibah yang secara keseluruhan diulang sebanyak sepuluh kali, ditambah dengan redaksi lain yang mengindikasikan makna yang mirip, yakni kata balā', yang terulang sebanyak enam kali dan kata fitnah yang terulang sebanyak tiga puluh empat kali. kedua pendapat-pendapat para mufassir dalam menjelaskan ayat-ayat

yang berkaitan dengan konsep musibah dalam al-Qur'an, dan ketiga pendapat-pendapat yang berkembang berkenaan dengan sangat banyaknya bencana akhir-akhir ini. Rumusan masalah pokoknya adalah Bagaimana konsep musibah menurut al- Qur’an? Kemudian dikembangkan dalam dua masalah lagi yakni; (1) Apa pengertian musibah dalam berbagai ayat yang terpencar dalam berbagai surah? Dan (2) Bagaimana petunjuk al-Qur’an dalam menghadapi musibah tersebut?

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian kepustakaan di mana sumber datanya berupa buku-buku yang ada hubungannya dengan pokok pembahasan. Adapun sumber pokoknya (primer) adalah: pertama Al-Qur'an, baik berupa mushhaf maupun CD program, kedua Empat buku Tafsir Al-Qur'an, yakni; Jāmi' al-Bayān 'an ta'wīl āyi al-Qur'ān, karya Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khālid al-Thabarī Abū Ja'far, Tafsīr al-Qurán al-'Azhīm, karya Ismaīl bin 'Umar bin Katsīr al-Dimasyqīy Abu al-Fida', Fi Zhilal al-Qurán, karya Syyid Quthub dan Tafsir Al- Mishbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, karya M. Quraish Shihab. Kemudian ditambah dengan buku-buku pendukung (sekunder) baik yang ada hubungan langsung maupun tidak langsung.

Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunkan metode Tafsir Maudhu’i (Tematik), yakni suatu penafsiran dengan cara menghimpun ayat-ayat al-Quran yang membahas masalah tertentu dari berbagai ayat yang terdapat dalam surah-surah al-Qur’an dengan memperhatikan semua aspek yang terkait pada penafsiran ayat-ayat tematik tersebut secara menyeluruh sehingga didapatkan jawaban-jawaban al- Qur’an yang menyangkut tema persoalan yang dibahas.

Setelah dilakukan penelitian yang mendalam diperoleh sebuah kesimpulan bahwa musibah mempunyai lima kriteria, yakni: (1). Bentuk sesuatu tidak menyenangkan tetapi kadarnya masih dalam batas kemampuan manusia, (2). Hakekat sumbernya berasal dari Allah, (3). Sasarannya orang-oarang yang beriman, (4). Tujuannya menjadi ujian atau peringatan bagi yang ditimpanya, (5). Kejadiannya hanya di dunia. Dengan demikian musibah dapat disimpulkan sebagai suatu kejadian yang tidak menyenangkan tetapi kadarnya ada dalam batas kemampuan manusia, yang Allah timpakan kepada orang-orang yang beriman dengan tujuan untuk menguji keimanan atau mengingatkan mereka supaya kembali ke jalan yang benar dan terjadi hanya di dunia. Yang berarti juga bahwa balā' dan fitnah termasuk musibah jika memenuhi kriteria tersebut. Balā' Setelah dilakukan penelitian yang mendalam diperoleh sebuah kesimpulan bahwa musibah mempunyai lima kriteria, yakni: (1). Bentuk sesuatu tidak menyenangkan tetapi kadarnya masih dalam batas kemampuan manusia, (2). Hakekat sumbernya berasal dari Allah, (3). Sasarannya orang-oarang yang beriman, (4). Tujuannya menjadi ujian atau peringatan bagi yang ditimpanya, (5). Kejadiannya hanya di dunia. Dengan demikian musibah dapat disimpulkan sebagai suatu kejadian yang tidak menyenangkan tetapi kadarnya ada dalam batas kemampuan manusia, yang Allah timpakan kepada orang-orang yang beriman dengan tujuan untuk menguji keimanan atau mengingatkan mereka supaya kembali ke jalan yang benar dan terjadi hanya di dunia. Yang berarti juga bahwa balā' dan fitnah termasuk musibah jika memenuhi kriteria tersebut. Balā'

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepada umat manusia potensi-potensi dasar agar mereka mampu untuk mensyukurinya, yakni dengan senantiasa mengasah dan mengembangkannya sehingga mampu memahami ayat-ayat Allah demi kemaslahatan umat. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, para sahabat, dan semua umatnya yang senantiasa setia dengan mengamalkan ajarannya sampai hari akhir nanti.

Tesis dengan judul KONSEP MUSIBAH DALAM AL-QUR’AN; Suatu Kajian Tafsir Tematik ini, adalah dimaksudkan untuk mengungkapkan pemahaman tentang konsep musibah yang benar yang dikehendaki oleh al-Qur'an. Sehingga dengan pemahaman yang benar tersebut umat Islam dapat mensikapinya dengan benar pula.

Dalam proses penulisan tesis ini, penulis merasa berhutang budi kepada semua pihak yang telah mengulurkan bantuan, baik berupa moril maupun materiil, sehingga penyususnan tesis ini dapat selesai dengan baik. Oleh sebab itu penulis bermaksud menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya, secara khusus kepada:

1. Bapak Direktur Program Sekolah Pascasarjana dan Program Studi Tafsir Hadits, yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis melakukan studi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun, sebagai pembimbing dan penguji penulis, yang telah memberikan arahan, bimbingan dan koreksian terhadap penulis dalam menyelesaikan tesis ini sehingga dapat berjalan dengan baik sampai selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA, Dr. Syairozi Dimyati dan Dr. H. Udjang Tholib, MA, sebagai penguji yang telah memberikan koreksi dan bimbingan dalam perbaikan sehingga tesis ini dapat diterima sebagai syarat penulisan mendapatkan gelar MA.

4. Bapak Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang 4. Bapak Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

5. Para dosen, khususnya yang ada di lingkungan Program Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengarahkan, membimbing dan memberikan informasi-informasi ilmiah yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Bapak pimpinan perpustakaan, baik perpustakaan Pusat, Progaram Sekolah Pascasarjana maupun perpustakaan FITK di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah melayani penulis untuk mendapatkan data- data ilmiah yang dibutuhkan dalam penulisan tesis ini.

7. Kepada semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, yang

telah memberikan bantuan baik berupa moril maupun materiil dalam penyelesaian tesis ini.

8. Dan tentu saja, tidak mungkin penulis lupakan peran aktif istri tercinta, Neneng Salbiyah, S.Ag., yang telah mendampingi penulis selama melaksanakan studi dan penulisan tesis ini. Juga kedua anak penulis yang selalu menghibur tatkala sedang penat yaitu ananda Andayati Nabila (8 th) dan Salsabila Barakatu Lana (2th).

Akhiranya, sebagai kajian ilmiah, penulis sangat menyadari keterbatasandan kemampuan penulis, oleh sebab itu penulis sangat berharap adanya kritik yang konstruktif supaya kajian ini tidak kehilangan nilai-nilai kebenarannya. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis tidak ada yang dapat penulis berikan kecuali do'a semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik. Amin.

Jakarta, Juni 2008 Penulis,

Abdul Ghofur

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul KONSEP MUSIBAH DALAM AL-QUR’AN; Suatu Kajian Tafsir Tematik ini, yang ditulis oleh Abdul Ghofur dengan NIM: TH. 00.2.00.1.05.01.0179 telah diperbaiki sesuai dengan permintaan penguji tesis yang berlangsung pada tanggal 24 Maret 2008

Jakarta, Juni 2008 Pembimbing, Merangkap Penguji

(Prof. Dr. H. Salman Harun)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul KONSEP MUSIBAH DALAM AL-QUR’AN; Suatu Kajian Tafsir Tematik ini, yang ditulis oleh Abdul Ghofur dengan NIM: TH. 00.2.00.1.05.01.0179 telah diperbaiki sesuai dengan permintaan penguji tesis yang berlangsung pada tanggal 24 Maret 2008

Jakarta, Juni 2008 Anggota Team Penguji

(Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul KONSEP MUSIBAH DALAM AL-QUR’AN; Suatu Kajian Tafsir Tematik ini, yang ditulis oleh Abdul Ghofur dengan NIM: TH. 00.2.00.1.05.01.0179 telah diperbaiki sesuai dengan permintaan penguji tesis yang berlangsung pada tanggal 24 Maret 2008

Jakarta, Juni 2008 Anggota Team Penguji

(Dr. Syairozi Dimyati)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul KONSEP MUSIBAH DALAM AL-QUR’AN; Suatu Kajian Tafsir Tematik ini, yang ditulis oleh Abdul Ghofur dengan NIM: TH. 00.2.00.1.05.01.0179 telah diperbaiki sesuai dengan permintaan penguji tesis yang berlangsung pada tanggal 24 Maret 2008

Jakarta, Juni 2008 Ketua Sidang, Merangkap Penguji

(Dr. H. Udjang Tholib, MA)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an adalah kitab petunjuk 1 , pedoman hidup bagi semua

umat manusia, ia mempunyai keistimewaan dibanding dengan kitab- kitab yang lain. Jalaluddin Rahmat menulis dalam bukunya yang berjudul Konsep Perbuatan Manusia Menurut al-Qur’an dengan mengutip pendapat Al-Zarqâni bahwa ada tiga keistimewan petunjuk (hidayah) yang dimiliki al-Qur'an, yaitu: Pertama ia berlaku

sepanjang zaman. Kedua ia bersifat sempurna karena mengandung rupa terbaik dan terlengkap diantara petunjuk yang dikenal dan pernah dicatat dalam sejarah manusia. Ketiga ia memuat semua apa yang dibutuhkan makhluk yang mengatur kehidupan secara

menyeluruh dan sempurna 2 . Hidup manusia di dunia ini hanyalah permainan belaka,

sandiwara 3 yang langsung disutradarai oleh Allah swt., Dzat yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa atas makhluk-Nya. Sedang petunjuk

permainannya adalah al-Qur'an. Sebab itu kesuksesan manusia dalam memainkan perannya di dunia ini bergantung pada bagaimana ia dapat memahami dan menerapkan makna dan tuntunan petunjuk al- Qur'an secara maksimal. Sebaliknya kegagalan dalam bentuk apapun yang dialami manusia di dunia ini adalah disebabkan oleh

1 Lihat al-Qur'an surah al-Baqarah (2):185, Âli Imran (3): 4, 138, al-'Arâf (7): 103, al-Taubah (9): 33, Yusuf (12): 111, al-Nahl (16); 64, 89, al-Naml (27):1-2, 77, Luqmân

(31): 2-3, al-Zumâr (39): 23, al-Mukmin (40): 54, Fush Shilat (41): 44, al-Jâtsiyah (45): 11, 20 2 Jalaluddin Rahmat, Konsep Perbuatan Manusia Menurut Qur’an Suatu Kajian

Tafsir Tematik , Jakarta: Bulan Bintang, cet. Ke-1, 1992, h. 8. 3        ada beberapa ayat lagi

yang senada dengan ayat ini dengan redaksi yang sedikit berbeda seperti dalam surah al- An’âam (6): 70, al-'Arâf (7): 51, al-Ankabût(29): 64, Muhammad(47): 36, Al- Hadîd(57):20.

kejahilan nya terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga ia tidak dapat memainkan perannya dengan baik seperti yang dikehendaki oleh pemilik skenario dan sutradaranya. Singkatnya ia mendapat murka - Allah swt. Si Pemilik dunia seisinya ini – sebaliknya tidak mendapatkan rahmat dan ridha-Nya yang dapat

membawa manusia sukses dunia akhirat. 4 Selanjutnya al-Qur'an menegaskan bahwa Allah swt. akan

menguji manusia dengan musibah. Yakni - seperti yang telah dijelaskan oleh Imam al-Qurthubi 5 dalam tafsirnya - segala sesuatu

yang dapat melukai dan menyakitkan orang yang beriman. Pemahaman ini Beliau dasarkan pada sebuah hadis yang

diriwayatkan oleh Ikrimah sebagai berikut:

(Pada suatu malam, lentera Rasulullah saw. padam, lalu beliau mengucapkan, "Inna lillahi wainna ilaihi raji'un" lalu Beliau ditanya, "Apakah itu suatau musibah Ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ya, setiap sesuatu yang menyakitkan seorang mukmin itu adalah musibah".) .

7 Sementara 8 Al-Syaukâniy dan Musthafa al-Marâghi menjelaskan bahwa musibah adalah semua peristiwa yang

4       di antara ayat-ayat lain yang dapat menambah keyakinan bahwa kebahagiaan hidup manusia itu sangat tergantung dengan

rahmat dan ridha Allah swt. Dapat dilihat dalam surah ah-Baqarah(2): 56, al-Nisa(4): 83, 113, al-'Arâf(7): 72, Yunus(10): 21, 58, Hud(11): 9, 58, 66, 94, al-Nur(24): 10, 14, 20, dan 21

5 Lengkapnya adalah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh al-Qurthubiy Abu Abdillah (w. 671 H). beliau adalah seorang mufassir pada abad ke 7 Hingga yang

menulis tafsir Al-Jami li Ahkam al-Qur'an. 6 Al-Qurthubi, Al-Jami li Ahkam al-Qur'an Juz II, (Kairo: Dar al-Nasyr, 1372H) cet.

Ke 2 hlm 175.

menyedihkan, seperti meninggalnya seseorang yang dikasihi, kehilangan harta benda atau penyakit yang menimpa baik penyakit

yang ringan maupun penyakit yang berat yang sulit diobati. 9 Disisi lain, dilihat dari tujuannya musibah adalah bagian dari

materi ujian yang dalam al-Qur'an sering diungkapkan dengan kata balâ' ( ﺀﻼﺑ ). Balâ' (ujian) dapat berupa kebaikan dan juga keburukan.

Sebagaimana firman Allah swt.:

(Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (ni`mat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran ).

Balâ' (ujian) berupa kebaikan adalah nikmat sedang yang berupa keburukan disebut musibah. Dua-duanya diberikan kepada manusia supaya mereka kembali ke jalan yang benar. Dan ujian itu akan terus-menerus diberikan oleh Allah supaya Dia mengetahui

7 Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Âli bin Muhammad al-Syaukaniy. Dilahirkan tahun 1172H/1759M dan wafat pada tahun 1250H/1834M. beliau adalah

seorang mufassir dengan karyanya Fath al-Qadir al-Jami' baina Fanniyyi al-Riwayah wa al-Dirayah min Ilmi al-Tafsir.

8 Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Mushthafa al-Marâghi, dilahirkan pada tahun 1300H/1883, wafat pada tahun 1371H/1952M. madzhab yang dianutnya dalah al-

Syafi'I al-Asy'ariy. Beliau adalah salah seorang mufassir dengan karyanya Tafsir al- Qur'an al-Azdim yang kemudian dikenal dengan tafsir Al-Marâghi.

9 Al-Syaukaniy, Fath al-Qadir al-Jami' baina Fanniyyi al-Riwayah wa al-Dirayah min Ilmi al-Tafsir Juz II, (Bairut:Dar al-Fikr, tt) hlm. 159 dan Al-Marâghi, Tafsir al-

Qur'an al-Azdim Juz I, (Bairut:Dar al-Fikr, 1365H), hlm. 21 Qur'an al-Azdim Juz I, (Bairut:Dar al-Fikr, 1365H), hlm. 21

Ujian dalam bentuk hal yang tidak menyenangkan berupa musibah juga sering dihubungkan dengan terminologi fitnah. Iman

al-Baghawi 11 misalnya ketika menafsirkan ungkapan ﻦ ﻣ ءﻼ ﺑ ﻢ ﻜﻟذ ﻲﻓو " " ﻢﯿ ﻈﻋ ﻢ ﻜﺑر dalam surah al-Baqarah ayat 49, beliau memaknai kata

balâ' sebagai fitnah dan nikmat. Dimaknai fitnah jika isyarahnya menunjuk pada kekejaman dan kesewenang-wenangan Firáun yang membunuh setiap bayi laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup

bagi setiap bayi perempuannya. Sedang dimaknai nikmat jika isyarahnya menunjuk pada penyelamatan oleh Allah swt. kepada

Nabi Musa as. dan pengikutnya dari kesewenang-wenangan Fir'aun 12 . Dan bahkan jika fitnah dimaknai sesuatu yang menimpa orang-orang

yang beriman, maka hampir semua ayat-ayat yang di dalamnya terkandung kata fitnah bermakna musiabah karena semua kata fitnah

menunjuk pada makna sesuatu yang tidak menyenangkan 13 .

10 Liahat surah surah Hud (11):7, al-Kahfi (18): 7, Muhammad (47): 31 al-Mulk (57):2

11 Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud bin MuhammadAl-Farra’ Al-Baghawiy. Beliau dilahirkan pada tahun 438 H / 1046M di

Khurasan dan wafat pada tahun 510 H / 12 M Marwaruz kemudian dimakamkan disamping makam gurunya Al-Qadhi Husain pada pemakaman al-Thaliqani. Beliau adalah seorang mufassir dengan karyanya Ma’alim al-Tanzil.

12 Al-Baghawi, Ma’alim al-Tanzil Juz I, (Bairut: Dar al-Ma'rifah, 1987) cet. Ke 2 hlm 69.

13 Kata fitnah (diluar jamaknya) dalam al-Qur'an disebutkan 34 kali. Lihat surah al- Baqarah(2):102, 191, 193, 217, Âli Imran(3):7, al-Nisa'(4):91, al-Maidah(5):41, 71, al-

An'am(6):23, al-'Arâf7:155, al-Anfal(8):25, 28, 39, 73, al-Taubah(9):47, 48, 49, Yuus(10):85, al-Isra'(17):60, Thaha(20):40, 40, al-Anbiya(21):111, al-Hajj(22):11, 53, al- Nur(24):63, al-Furqan(25):20, al-Ankabût(29):10, al-Ahzab(33):14, al-Shaffat(37):63, al- Zumâr(39):49, al-Dzariyat(51):14, al-Qamar(54):27, al-Mumtahanah(60):5, al- Taghabun(64):15, al-Mudatstsir(74):31. Di antara ayat-ayat yang disebutkan itu hanya terdapat beberapa kata fitnah yang bukan menunjuk pada makna musibah sebab terjadinnya di akhirat dimana disana sudah tidak ada lagi musibah dalam pengertian yang sebenarnya. Karena di akhirat kelak orang-orang mukmin semuanya tidak akan sedih dan khawatir lagi yang ada di sana adalah kebahagiaan. Sementara orang-orang yang kafir

Mengkaitkan kata balâ' dan fitnah dengan terminologi musibah menjadi penting artinya dalam memahami konsep musibah secara utuh dari sumber aslinya yakni al-Qur'an. Sehingga seminimal mungkin dapat dihindari kesalahan dalam memahami konsep musibah tersebut.

Melihat pentingnya pengetahuan yang benar tentang konsep musibah itu, penulis berketetapan untuk mengkajinya melalui kajian tafsir maudhu’iy ini menjadi sebuah tesis. Dengan harapan dapat memahami petunjuk al-Qur’an yang sebenarnya mengenai hal

tersebut, sekaligus sebagai persyaratan memperoleh gelar magister pada Jurusan Tafsir Hadis di Program Sekolah Pasca Sarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapaun judul tesisnya adalah KONSEP MUSIBAH DALAM AL-QUR’AN; Suatu Kajian Tafsir Tematik

B. Pembatasan Masalah Pembahasan tulisam ini akan dibatasi pada tinjauan secara cermat terhadap konsep musibah dalam al-Qur’an yang meliputi; pertama bagaimana petunjuk dan keterangan tentang musibah, khususnya ayat-ayat yang diungkapkan dengan kata musibah ( ﺔﺒﻴﺼـﻣ)

yang secara keseluruhan diulang sebanyak sepuluh kali 14 dan kata- kata yang merupakan deviasi dari bentukan akar kata shawaba/ ﺏﻮـﺻ, ditambah dengan redaksi lain yang mengindikasikan makna yang

mirip, yakni kata balâ' ( ءﻼ ﺑ) , yang terulang sebanyak enam kali 15

akan mendapatkan fitnah dalam arti siksa. Lihat surah al-An'am (6): 23, al-Shaffat(37): 63 dan al-Dzariyat(51): 14. 14 Lihat Surah al-Baqarah (2):156, Âli Imran (3):165, al-Nisa (4):62, 72, al-Maidah

(5):106, al-Taubah (9):50, al-Qashash (28):47, al-Syura (42):30, al-Hadîd (57):22, dan al- Taghabun (64):11

15 Lihat surah al-Baqarah (2):49, al-'Ara(7):141, al-Anfal(8):17, Ibrahim(14):6, al- Shaffat(37):106, al-Dukhkhan(44):33.

dan kata fitnah ( ﺔ ﻨﺘﻓ ) yang terulang sebanyak tiga puluh empat kali 16 . kedua pendapat-pendapat para mufassir dalam menjelaskan ayat-ayat

yang berkaitan dengan konsep musibah dalam al-Qur'an, dan ketiga pendapat-pendapat yang berkembang berkenaan dengan sangat banyaknya bencana akhir-akhir ini.

C. Perumusan Masalah Sehubungan dengan uraian terdahulu, pembicaraan akan

difokuskan pada penelitian ayat-ayat Qur’an yang membicarakan musibah. Untuk itu masalah pokoknya adalah Bagaimana konsep

musibah menurut al-Qur’an? Dari masalah pokok itu kemudian dapat dikembangkan dalam dua masalah penting yakni; (1) Apa pengertian musibah dalam berbagai ayat yang terpencar dalam berbagai surah? Dan (2) Bagaimana petunjuk al-Qur’an dalam menghadapi dan menanggulangi musibah?

D. Tinjauan Pustaka Penelitian ini berusaha memahami firman Allah swt. Yang

diturunkan dalam kondisi dan kultur abad ke 6 M. Karenanya untuk memperoleh informasi dan data yang lengkap menyangkut pembahasan musibah, maka penulis mengutip berbagai pustaka, baik itu pustaka primer, yakni ayat-ayat al-Qur'an dan atau hadis-hadis Nabi Muhammad saw. Yang menginformasikan berbagai istilah musibah maupun pustaka sekunder yang berupa kitab-kitab tafsir

16 Lihat surah al-Baqarah(2):102, 191, 193, 217, Âli Imran(3):7, al-Nisa'(4):91, al- Maidah(5):41, 71, al-An'am(6):23, al-'Arâf7:155, al-Anfal(8):25, 28, 39, 73, al-

Taubah(9):47, 48, 49, Yuus(10):85, al-Isra'(17):60, Thaha(20):40, 40, al-Anbiya(21):111, al-Hajj(22):11, 53, al-Nur(24):63, al-Furqan(25):20, al-Ankabût(29):10, al-Ahzab(33):14, al-Shaffat(37):63, al-Zumâr(39):49, al-Dzariyat(51):14, al-Qamar(54):27, al- Mumtahanah(60):5, al-Taghabun(64):15, al-Mudatstsir(74):31.

juga berbagai buku yang ada hubungannya dengan pembahasan musibah.

Sepanjang pengetahuan kami, penelitian tentang musibah dalam al-Qur’an belum ditemukan. Sementara dalam pengetahuan penulis kajian musibah bannyak dilakukan oleh para ahli ilmu akhlak atau para sufi. Mereka membicarakan musibah dalam kaitannya dengan konsep keimanan yang berimplikasi pada sikap sabar, syukur, ikhlas dan ridha. Penulis belum menemukan yang khusus membicarakan masalah musibah kecuali Buku Karya Imam Ibn

Muhammad al-Manbanji dengan judul "Tasliyah Ahl al-Masha'ib" dengan edisi terjemahan berjudul "Bahagia dalam Bencana" oleh

Saifuddin Zuhri. Buku ini secara umum menjelaskan tentang hakikat musibah dan bagaimana seorang yang beriman mampu menerima musibah dengan sabar, ikhlash dan ridha artinya ia harus tetap tabah dan tegar menghadapinya untuk selalu tetap menjalankan syari’at dengan benar dan merelakannya dengan hati yang tulus bahwa itu merupakan kehendak Zat yang dicintainya. Dengan kata lain ia harus mampu menerima musibah dengan senang hati dan menjalaninnya seperti yang dikehendaki oleh Zat yang Maha Memberi.

E. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kepustakaan karena sumber datanya

adalah terdiri dari buku-buku yang ada hubungannya dengan pokok pembahasan. Dimana sumber pokoknya (primer) adalah:

1. Al-Qur'an, baik berupa mushhaf maupun CD program

2. Empat buku Tafsir Al-Qur'an; pertama, J ā mi' al-Bay ā n 'an ta'w ī l ā yi al-Qur' ā n, karya Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khālid

al-Thabarī Abū Ja'far. Kedua, Tafs ī r al-Qur á n al-'Azh ī m, karya Ismaīl bin 'Umar bin Katsīr al-Dimasyqīy Abu al-Fida'. Ketiga, Fi

Zhilal al-Qur á n, karya Syyid Quthub dan keempat, Tafsir Al- Mishbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, karya M. Qurais Shihab.

3. Hadis-hadis Nabi saw., baik berupa kitab maupun CD program Dan buku-buku pendukung (sekunder) baik yang ada hubungan langsung maupun tidak langsung. Sumber-sumber pendukung ini antara lain adalah:

1. Buku-buku Tafsir yag dianggap memadai dan mewakili.

2. Buku-buku yang berisikan pengetahuan tentang al-Qur’an, atau

yang dikenal dengan ‘Ulum al-Qur’an.

3. Kamus-kamus yang memuat daftar kata-kata al-Qur’an, yang mana isinya merupakan petunjuk praktis untuk menemukan ayat- ayat. Dan dipakai pula kamus-kamus lain yang relevan dengan pembahasan.

4. Buku-buku Etika Islam dan Tasawuf, yang akan dibatasi pada buku-buku yang dianggap memadai.

5. Sumber-sember lain yang relevan dengan pembahasan.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Metode Tafsir Maudhu’i (Tematik) Ada dua bentuk metode penafsiran tematik, yaitu: 17

1). Penafsiran satu surah dalam al-Qur’an dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan khusus atau tema sentral surah tersebut, kemudian menghubungkannya dengan ayat-ayat yang beraneka ragam itu satu dengan lain sesuai dengan tema sentral tersebut.

17 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung, 1993) cet. Ke-3, h., 156

2). Penafsiran dengan cara menghimpun ayat-ayat al-Quran yang membahas masalah tertentu dari berbagai surah al-Qur’an sambil memperhatikan asbab nuzul-nya, munasabah masing-masih ayat, kemudian menjelaskan masing-masing ayat-ayat tersebut yang mempunyai kaitan atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penafsiran dalam satu kesatuan pembahasan sampai ditemukan jawaban-jawaban al-Qur’an yang menyangkut tema persoalan yang dibahas.

Tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam penelitian konsep musibah menurut al-Qur’an dalam penulisan tesis ini adalah sebagai

berikut:

1. 18 Setelah terkumpul ayat-ayat yang akan dijadikan obyek bahasan, maka dipisahkanlah ayat-ayat yang turun di Makkah

(Makkiyah) dengan ayat-ayat yang turun di Madinah (Madaniyah). Pengelompokan ini biasanya dilakukan oleh para fuqaha. Namun disini diperlukan kalau ternyata hal itu dapat membantu untuk memperoleh pengertian ayat.

2. Diperlukan pengetahuan sebab, latar belakang diturunkannya ayat, yang dimaksudkan untuk mempermudah memahami pengertian-pengertian ayat.

3. Diteliti juga munasabah bagian-bagian ayat dengan ayat atau dengan ayat-ayat lain dan berbagai bentuk hubungan lain. Tampaknya hal ini dapat disejajarkan dengan memperhatikan kontek pembicaraan yang mengitari ayat.

4. Jika diperlukan maka akan diperkaya dengan berbagai hadis Nabi s.a.w. yang ada hubungannya dengan pembahasan.

18 Untuk mengelompokkan ayat-ayat (musibah), digunakan kamus ayat-ayat al- Qur’an,. Lihat Muhammad Fuad ‘Abd al-Bâqiy, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazd al-

Qur’an al-Kariim (Bairut Dar al-Fikr, 1981) Khusus untuk ayat-ayat musibah dan kata jadiannya dapat dilihat pada halaman

Karena hadis dapat menjelaskan dan membantu mendapatkan pengertian al-Qur’an dengan menggunakan kata-kata yang dipakai di zaman Nabi s.a.w.

5. Memperhatikan

para mufassir khususnya dalam kitab-kitab tafsir yang menjadi rujukan utama dengan tidak mengesampingkan refrensi lain yang dapat membantu dalam memahami konsep musibah yang benar.

penafsiran-penafsiran

6. Langkah

pemeriksaan maudu’i. Ditempuhlah usaha mengelompokkan ayat-ayat yang sejenis,

berikutnya

adalah

memadukan antara yang ‘amm dan yang khash, antara yang muthlaq dan yang muqayyad, menselaraskan antara yang kelihatannya terdapat ta’arudh.. Selanjutnya menyusun sitematika penyajian, dan menyajikannya dengan sitematik sehingga memudahkan bagi penulis maupun pembaca untuk dapat memahami konsepsi musibah secara utuh dari berbagai sudut pandang yang ada.

F. Tujuan Penulisan Studi ini secara umum bertujuan untuk mengetahui konsep

musibah dalam al-Qur’an, sehingga dapat diketahui baik macam, bentuk, sebab, kemudian cara menghadapi dan menanggulanginya sampai akhirnya dapat diketahui hikmah yang ada di balik musibah yang kesemuanya menurut petujuk al-Qur'an.

Adapun secara khusus penulisan tesis ini bertujuan;

1. Bagi penulis, studi ini disamping untuk memenuhi syarat penyelesaian studi S2 di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah juga dalam rangka menjawab teka-teki masalah musibah yang selalu menjadi pertanyaan setiap kali penulis 1. Bagi penulis, studi ini disamping untuk memenuhi syarat penyelesaian studi S2 di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah juga dalam rangka menjawab teka-teki masalah musibah yang selalu menjadi pertanyaan setiap kali penulis

2. Bagi khazanah ilmu, supaya menjadi salah satu refensi yang dapat dijadikan acuan selanjutnya bagi saudara-saudara kita yang ingin mendalami dan mengembangkan konsep musibah yang lebih luas lagi dalam al-Qur'an. Karena al-Qur’an sendiri tampaknya membuka lebar supaya terus dikaji dan diperiksa secara terus menerus. Al-Qur’an mestinya terus menjadi obyek pembahasan yang berkesinambungan

3. Bagi pembaca, mudah-mudahan dapat menjadi terbuka pemahamannya tentang musibah sehingga ketika melihat atau

bahkan tertimpa musibah dalam bentuk apapun dapat segera mensikapi dengan benar sesuai dengan petunjuk al-Qur'an dan juga dapat mempelajari fenomena musibah dengan benar sehingga dapat berikhtiar menanggulangi kemungkinan-kemungkinan musibah yang akan terjadi kalupun dalam batas memprediksi dan melakukan hal-hal pencegahan dalam batas kemampuannya.

F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan tesis ini, sistematikanya akan dibagi menjadi lima bab. Masing-masing bab akan dibagi-bagi lagi menjadi sub bab- sub bab. Dan secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

Bab satu, berisi pendahuluan yang memuat: Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Kajian Kepustakaan, Metodologi Penelitian, Tujuan Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Pada bab dua, berisi tentang Gambaran Umum tentang Musibah yang menjelaskan secara rinci tentang: Makna Musibah, Macam-macam Musibah, Bentuk-bentuk Musibah dan Asal Musibah

Pada bab tiga, berisi tentang Identifikasi Ayat-ayat Musibah menjelaskan secara rinci tentang: Term Langsung Musibah, Term- term Lain yang Bermakna Musibah dan Hubungan antara Musibah, Balâ' dan Fitnah..

Pada bab empat, berisi tentang Analisis Musibah dalam Al- Qur'an yang menjelaskan secara rinci tentang: Sikap menghadapi Musibah, Menanggulangi Musibah dan Hikmah Musibah..

Akhirnya, pada bab lima, yakni bab penutup, penulis mengemukakan kesimpulan secara menyeluruh mengenai konsep

musibah. Hal ini – terutama – dimaksudkan sebagai penegasan jawabab atas permasalahan yang telah dikemukakan. Setelah itu,

penulis melengkapi tesis ini dengan daftar pustaka sebagai rujukan.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIBAH

A. Pengertian Musibah Musibah dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai bencana,

atau malapetaka yaitu sesuatu yang menimpa manusia yang menimbulkan rasa sedih, seperti kematian, tertabrak, banjir, gempa,

kebakaran dan lain-lainnya. 19 Dalam bahasa Arab kata mushîbah/ ﺔﺒﯿﺼ ﻣ terambil dari akar

kata yang terdiri dari huruf shâd, wau, dan ba' (shawaba/ َبَﻮ َﺻ ). Menurut Râghib Al-Asfahani asal makna kata tersebut adalah " ﺔﻴﻤﺭﻟﺍ" (lemparan). 20 Adapun derivasi bentuk beserta maknanya, antara lain

sebagai berikut:

1. Shaub, inshâb, shayyib dan shuyûb dari perubahan kata shâba – yashûbu / بﻮﺼ ﯾ - بﺎ ﺻ , maka berarti turun hujan, seperti dijelaskan sebagai berikut:

(kata al-shaub berarti turun hujan, keduanya berarti turun hujan, begitu juga shayyib dan shuyûb. Sebagaimana firman Allah swt. " atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat

dari langit" 22

2. Shawâb / باﻮ ﺻ dari kata ashâb – yushîbu , maka berarti benar atau kebenaran, seperti dijelaskan sebagai berikut:

19 Prof. Dr. J.S. Badudu dan Prof. Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001) cet. Ke 4 hlm. 923. juga lihat Kamus

Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta BP, 1988) cet. Pertama hlm. 602.

20 Al-Râghib Al-Asfah â ni, Mu'jam Mufradât f ī Alfâzd Al-Qurán, (Bairut:Dar al- Fikr, tt), hlm. 297

21 Ibn Manzhûr, Lisân al-Arabi, Fashl ﺏ bab ﺹ, Juz I, hlm, 534 22 Lihat surah Al-Baqarah [2]:19

Kata Shawâb/ باﻮ ﺻ adalah lawan dari kata khatha'/ ﺈ ﻄﺧ … dalam sebuah hadis Abi Wai'l, beliau pernah ditanya tentang

penjelasan (kata Shawâb/ باﻮ ﺻ ), lalu beliau menjawab ﷲا بﺎ ﺻأ دارأ يﺬ ﻟا yakni Allah swt. menghendaki yang Dia kehendaki. Pada dasarnya yang dikehendaki oleh Allah swt. adalah kebenaran. Kebenaran itu adalah lawan dari kesalahan.

3. Mushîbah/ ﺔﺒﯿﺼ ﻣ dari kata ashâb – yushîbu , maka berarti bencana besar atau sesuatu yang tidak disukai kedatangannya oleh

manusia, seperti dijelaskan sebagai berikut:

ﺎ ﮭﯿﻠﻋ ﮫ ﺒﯿﺜﯿﻟ ﺐﺋﺎﺼ ﻤﻟﺎﺑ هﻼﺘ ﺑا يأ ﮫ ﻨﻣ ﺐﺼ ﯾ اﺮ ﯿﺧ ﮫ ﺑ ﷲا دﺮ ﯾ ﻦﻣ v

(Siapa yang dikehendaki oleh Allah swt. untuk mendapat kebaikan, maka dia akan ditimpa musibah yakni diuji dengan berbagai bencana supaya Allah swt. memberikan pahala padanya. Musibah adalah perihal yang turunnya atau kehadirannya pada manusia tidak disukai.)

و ﺔﺑﺎﺼ ﻟا و بﺎﺼ ﻣ ﻮ ﮭﻓ ﺔﺒﯿﺼ ﻣ ﮫﺘﺑﺎ ﺻأ و ﻲ ﺑاﺮﻋﻷا ﻦ ﺑا هﺎ ﻜﺣ v ﻢﻀ ﺑ ﺔﺑﻮﺼ ﻤﻟا و ﺔﺑﺎﺼ ﻤﻟا ﻚﻟﺬ ﻛو ﺮھﺪ ﻟا ﻦ ﻣ ﻚﺑﺎ ﺻأ ﺎﻣ ﺔﺒﯿﺼﻤﻟا

(Diceritakan oleh Ibn Al-Aá r âbyyi, kata ﺔﺒﯿﺼ ﻣ/mushîbah adalah diambil dari ﺔﺒﯿﺼ ﻣ ﮫﺘﺑﺎ ﺻأ /ashâbathu mushîbah, mashdarnya bisa بﺎﺼﻣ /mashâbun, ﺔﺑﺎﺼﻟا /al-shâbah atau ﺔﺒﯿﺼﻤﻟا / mushîbah. ﻚﺑﺎﺻأ ﺎﻣ ﺮھﺪ ﻟا ﻦﻣ (Engkau telah ditimpa oleh bencana). Demikian juga kata ﺔﺑﺎﺼ ﻤﻟا /al-mashâbah, dan ﺔﺑﻮﺼ ﻤﻟا /al-mashûbah. Sedangkan ta marbuthah ( ﺓ ) yang ada di akhir kata tersebut berfaidah untuk

23 Ibn Manzûr, ibid. hlm 536. sementara Raghib Al-Asfahani, menegaskan dengan redaksi sebagai berikut. ﺔـﺒﺋﺎﻨﻟﺎﺑ ﺖﺼـﺘﺧﺍ ﰒ ﺔـﻴﻣﺮﻟﺍ ﰲ ﺎﻬﻠـﺻﺃ ﺔﺒﻴﺼﳌﺍﻭ (musibah pada salnya

mempunyai makna lemparan kemudian mengalami pengkhususan makna bahaya atau bencana op. cit. hlm 296

24 Ibn Manzûr, ibid 24 Ibn Manzûr, ibid

Sementara jamaknya adalah و بوﺎﺼ ﻣ ﺐﺋﺎﺼﻣ /mashâwib atau mashâ'ib.

واﻮ ﻟا ﻦ ﻣ ﻻﺪ ﺑ ﺎ ﮭﯿﻓ ةﺰ ﻤﮭﻟا ﺖ ﻌﻗو ﺎ ﻤﻧإ ﺐﺋﺎﺼ ﻣ نأ ﺶ ﻔﺧﻷا ﻢﻋزو v ٢٥ ﺔﺒﯿﺼﻣ ﻲﻓ ﺖﻠﻋأ ﺎﮭﻧﻷ

(Al-Akhfasy

ﺐﺋﺎﺼ ﻣ /mashâwib sesungguhnya hamzah terdapat dalam kata tersebut adalah ganti dari wawu karena wawu itu penyakit (tidak enak diucapkannya) dalam kata ﺔﺒﯿﺼﻣ /mushîbah.

ﮫ ﻠﺜﻣو ﺔﺑﻮﺼ ﻣ ﻞ ﺻﻷا ﻲ ﻓ ﺖ ﻧﺎﻛ ﺔﺒﯿﺼ ﻣ ﻰ ﯿﺤ ﯾ ﻦ ﺑ ﺪ ﻤﺣأ لﺎ ﻗو v فﺎ ﻘﻟا ﻰ ﻠﻋ واﻮ ﻟا ﺔ ﻛﺮﺣ اﻮﻘﻟﺄ ﻓ اﻮ ﻣﻮﻗأ ﮫﻠ ﺻأ ةﻼﺼ ﻟا اﻮ ﻤﯿﻗأ

(Ahmad bin Yahya berkata, "Kata ﺔﺒﯿﺼ ﻣ / mushîbah asalnya adalah kata ﺔﺑﻮﺼ ﻣ /mash ū bah, seperti halnya kata اﻮ ﻤﯿﻗأ ةﻼﺼ ﻟا /aqîmû al-shalâta asalnya adalah اﻮ ﻣﻮﻗأ /aqûmû dirubah dengan harkat wawu dimasukkan ke huruf qâf lalu dikasrahkan dan wawunya dirubah jadi ya' karena kasrahnya qâf )

Dalam Ensiklopedi Al-Qur'an dijelaskan bahwa kata ﺔﺒﯿﺼ ﻤﻟا/mushîbah digunakan untuk pengertian bahaya, celaka,

bencana atau bala. 27 Sementara menurut sebagian mufassir, musibah diartikan sebagai ujian yang berat 28 atau segala sesuatu yang dapat

melukai atau menyakitkan orang yang beriman . Dengan demikian maka musibah dapat didefinisikan sebagai suatu yang menimpa manusia, yang bermacam-macam ragamnya baik

25 Ibn Manzûr, ibid

26 Ibn Manz û r, ibid 27 Team Redaksi, Ensiklopedi Al-Qur'an ;Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya,

(Jakarta: Yayasan Bimantara, 1997, cet. 1, hlm. 28 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2000).

Cet. 1 hlm. 343. Bedakan dengan penjelasan musibah oleh Wahbah al-Zuhailiy dalam Al- Tafsir Al-Munir Juz I hlm. 34. ( ﻞ ھا وا ل ﺎﻣ وا ﺲﻔﻧ ﻲﻓ نﺎﺴﻧﻹا يذﺆﯾﺎﻣ ﻞﻛ : ﺔﺒﯿﺼﻤﻟا /segala sesuatu yang menyakitkan hati manusia dalam hal jiwa, harta atau keluarga )

29 Al-Qurthubi, Al-Jâmi li Ahkâm al-Qur'an Juz II, (Kairo: Dar al-Nasyr, 1372H) cet. Ke 2 hlm 175.

berupa bencana alam atau hal yang menimpa diri yang sifatnya tidak menyenangkan, yang fungsinya bisa berbentuk ujian, peringatan atau hukuman atas kesalahan perbuatan manusia yang bersangkutan.

B. Macam-macam Musibah Berbicara mengenai macam-macam musibah, dilihat dari sebabnya dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, musibah akibat bencana alam seperti bencana gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, angin ribut, wabah penyakit, badai, kekeringan dan

lain-lain. Kedua, musibah yang terjadi akibat kesalahan dan kecerobohan perbutan manusia separti, konflik sosial, terorisme, polusi, kecelakaan industri, kecelakaan transportasi dan lain-lain.

Bermacam-macam musibah di dunia ini, baik bencana alam murni maupun akibat kesalahan manusia, ditimpakan supaya manusia mendapat petunjuk. Sebagaimana firman Allah dalam surah al- Taghabun [64]: 11 sebagai berikut:

Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Musibah dalam apapun yang menimpa manusia di dunia ini pada hakekatnya adalah urusan Allah yang menjadi ketentuan-ketentuan

dan kehendak-Nya semua terjadi atas izin-Nya. 30 Menurut Ibn Abbas ra. makna

" ﮫ ﺒﻠﻗ ﺪ ﮭﯾ ﷲﺎ ﺑ ﻦﻣﺆ ﯾ ﻦ ﻣو " adalah seorang yang beriman kepada Allah swt. maka hatinya menjadi yakin lalu mengetahi bahwa

30 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur'an .... Juz IV, hlm. 376 30 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur'an .... Juz IV, hlm. 376

yang menimpanya. 31 Musibah apapun yang menimpa dirinya adalah atas pengetahuan dan kehendak Allah swt. yang sudah ditetapkan

oleh-Nya. Ditegaskan juga bahwa musibah itu sudah ditulis dan direncanakan kejadiannya oleh Allah swt. seperti yang terdapat dalam surah al-Hadîd [57]: 22 sebagai berikut:

(Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah).

Menurut Asy-Syaukâni ayat tersebut di atas menegaskan bahwa musibah yang menimpa hamba-hamba Allah, adalah sudah tercatat lebih dahulu dan sudah tetap dalam Umm al-Kitab (Lauh al- Mahfûzd ). Kemudian beliau menjelaskan lebih lanjut bahwa musibah ada dua kategori; pertama musibah yang terjadi di bumi seperti kemarau panjang, banjir, gempa dan agin ribut dan lain-lain, kedua musibah yang ada dalam diri manusia itu sendiri seperti penyakit,

pelaksanaan hukum pidana, kehidupan yang lemah dan lain-lain 32 .

Adapun musibah yang terjadinya disebabkan atas andil perbuatan dosa manusia. Bagi orang-orang yang beriman musibah tersebut mengingatkan dan untuk menghapuskan dosa-dosanya.

31 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur'an .... Juz IV, hlm. 376 32 Al-Syaukâni, Fath al-Qadîr al-Jâmi' baina Fanniyyi al-Riwâyah wa al-Dirâyah

min Ilmi al-Tafs î r Juz V, (Bairut:Dar al-Fikr, tt). hlm 176.

Seperti dijelaskan dalam firman Allah swt. dalam surah al-Syûrâ [42]:30 sebagai berikut;

(Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Surah al-Syûrâ [42]: 30 tersebut di atas ketika diturunkan, Rasulullah saw. bersabda, "Demi Dzat yang Menggenggam Jiwa Muhammad, tidak ada yang dapat mengkoyak kayu, menggelincirnya

kaki dan mencucurkan keringat kecuali sebab dosa yang mereka perbuat dan Allah swt. memaafkan sebagaian besar dosa-sosa itu" 33

'Ali bin Abu Thalib berkata, "Perhatikan akan aku kabarkan kepadamu ayat yang paling utama dalam kitab Allah swt. bahwa Rasulullah saw. telah mengatakan kepada kami tentang ayat tersebut

yaitu 34 : ﺮﯿﺜﻛ ﻦﻋ اﻮﻔﻌﯾو ﻢﻜﯾﺪﯾأ ﺖﺒﺴﻛ ﺎﻤﺒﻓ ﺔﺒﯿﺼﻣ ﻦﻣ ﻢﻜﺑﺎﺻأ ﺎﻣو. Kemudian beliau melanjutkan sabdanya dan akan aku tafsirkan

untukmu hai Ali: ٍﺮ ﯿِﺜَﻛ ْﻦ َﻋ ﻮ ُﻔْﻌَﯾَو ْﻢُﻜﯾِﺪ ْﯾَأ ْﺖَﺒَﺴ َﻛ ﺎ َﻤِﺒَﻓ ٍﺔَﺒﯿِﺼ ُﻣ ْﻦ ِﻣ ْﻢُﻜَﺑﺎ َﺻَأ ﺎ َﻣَو /Dan apa musibah yang menimpa kamu berupa penyakit, hukuman, atau ujian di dunia ini maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri yakni perbuatan dosa dan aniaya yang telah kamu lakukan, dan Allah swt. memaafkan sebagian besar dari kesalahan-

kesalahanmu di dunia setelah kamu ditimpa musibah itu. 35 Ikrimah ra. Berkata, "Bencana apapun yang menimpa seorang

hamba itu disebabkan oleh perbuatan dosanya. Dan Allah swt. hendak menganpuninya melalui musibah itu, atau Dia hendak

33 Al-Baghâwi, Ma’âlim al-Tanzil Juz IV, (Bairut: Dar al-Ma'rifah, 1987) cet. Ke 2, hlm. 128

34 Al-Baghâwi, Ma’âlim .... hlm. 128 35 Al-Baghâwi, Ma’âlim .... hlm. 128 34 Al-Baghâwi, Ma’âlim .... hlm. 128 35 Al-Baghâwi, Ma’âlim .... hlm. 128

dosanya" 36 Selanjutnya musibah apabila dilihat dari kadarnya, yakni

ukuran berat ringannya macam-macam musibah dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yakni berat, sedang dan ringan. Berikut adalah macam-macam musibah yang disusun berdasarkan ukuran tersebut:

1. Musibah Agama Musibah ini menduduki tempat yang paling berat dan

paling besar bagi umat manusia di dunia dan di akhirat. 37 Artinya seseorang yang tidak dapat bersabar dalam

mempertahankan agama Allah swt. yakni agama Islam yang dirisalahkan melalui Nabi Muhammad saw. sehingga ia sampai mendustakannya, maka ia akan mengalami kerugian yang sangat besar yang tidak dapat dibandingkan dengan yang lainnya. Karena amalnya akan sia-sia. Sebagaimana firman Allah swt. dalam surah al-'Araf [7]: 147 berikut

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.

Berkenaan dengan musibah agama ini, Ibn Majah meriwayatkan dari hadis Ummu Salamah, istri Nabi saw. bahwa ia mengatakan, "Di Zaman Nabi saw., bila seorang

36 Al-Baghâwi, Ma’âlim .... hlm. 128 37 Imam Ibn Muhammad al-Manbanji, Tasliyah Ahl al-Musha'ib, Edisi Terjemah:

Saifudin Zuhri, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2005) cet. Ke 1, hlm. 32 Saifudin Zuhri, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2005) cet. Ke 1, hlm. 32

menoleh ke kiri dan ke kanan dalam menunaikan shalat." 38 Oleh sebab jauh sebelumnya Rasulullah saw. mengingatkan bahwa yang disebut orang yang terampas adalah orang yang

dirampas agamanya dan orang yang dicekal adalah orang yang dicekal pahalanya. 39

Fitnah dalam arti pemurtadan, yakni usaha yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu baik dengan jalan kekerasan maupun yang lainnya untuk mengeluarkan manusia dari aqidah tauhid memang sudah terjadi sejak zaman dahulu, bahkan telah terjadi sejak umat-umat terdahulu. Nabi Musa as. dan kaumnya Bani Isra'il dipaksa, dianiaya dan disiksa supaya mau mengakui Firáun sebagai, sehingga akhirnya Allah swt. menyelamatkan-nya. Sebagaimana Allah swt. berfirman dalam surah al-Baqarah [2]: 49 sebagai berikut;

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu

38 Imam Ibn Muhammad al-Manbanji, Tasliyah Ahl … hlm. 35 39 Imam Ibn Muhammad al-Manbanji, Tasliyah Ahl … hlm. 35 38 Imam Ibn Muhammad al-Manbanji, Tasliyah Ahl … hlm. 35 39 Imam Ibn Muhammad al-Manbanji, Tasliyah Ahl … hlm. 35

Nabi Ibrahim as., difitnah dan dibakar api hidup-hidup oleh penguasa raja Namrud, karena beliau memperjuangkan agama tauhid. Akhirnya Allah swt. menyelamatkan beliau dari sifat api yang membakar menjadi dingin. Allah swt. berfirman dalam surah al-Anbiya' [21]: 69 sebagai berikut

Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".

Musibah agama ini, juga menimpa generasi Sahabat Nabi Muhammad saw. Dalam musibah ini al-Qur'an banyak mengungkapnya dengan istilah fitnah. Antara lain disebutkan dalam surah al-Nisâ''[4]: 91

Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman daripada kamu dan aman (pula) dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun ke dalamnya.

Fitnah dalam surah Al-Nisā'[4]:91 tersebut di atas adalah fitnah dalam arti pemurtadan yang menimpa orang-orang yang

tidak mempunyai akidah yang kokoh. Mereka setiap diajak

kembali kepada fitnah yakni menyembah kepada selain Allah (syirik), dengan mudah akan kembali dan menjadi musyrik seperti semula. Mereka bertujuan agar aman ketika ada dalam kembali kepada fitnah yakni menyembah kepada selain Allah (syirik), dengan mudah akan kembali dan menjadi musyrik seperti semula. Mereka bertujuan agar aman ketika ada dalam

yang lain 40 Sebab utama mudahnya mereka terfitnah yakni

kembali pada keyakinan semula berupa kekafiran dan kemusyrikan adalah karena mereka lebih mementingkan pribadi ketimbang kepentingan agamanya .

Fitnah dalam arti memurtadkan umat dari aqidah tauhid seperti di atas adalah musibah terberat dan terbesar bagi umat Islam. Sebab itu siapa yang memfitnah dan terfitnah dalam hal tersebut dikatakan oleh al-Qur'an dosanya lebih besar dari