Syuhada Subir Metodologi Tafsir Al Qur

TESIS

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister dalam Bidang Pengkajian Islam

Oleh:

Muh. Syuhada Subir

NIM: 06.2.00.1.14.08.0087 Pembimbing:

Dr. Mukhlis M. Hanafi, MA

KONSENTRASI ULÛM AL-QUR’ÂN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Muh. Syuhada Subir

Nomor Induk Mahasiswa :

Tempat/Tanggal Lahir :

Rantebaru, 10 Mei 1980

Pekerjaan : Kepala Sekolah SMP al-Istiqamah, Yayasan Pendidikan Faqih Sudja'

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul ”Metodologi Tafsir Al- Qur`ân Muhammad Izzah Darwazah; Kajian tentang Penafsiran al-Qur`ân Berdasarkan Tartîb Nuzûli (Kronologi Pewahyuan)” adalah benar karya asli saya, kecuali yang saya sebutkan sumbernya. Apabila dikemudian hari terdapat di dalamnya kesalahan dan kekeliruan, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 05 Maret 2009 Yang Menyatakan

Muh. Syuhada Subir

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan Judul: ”Metodologi Tafsir Al-Qur`ân Muhammad Izzah Darwazah; Kajian tentang Penafsiran al-Qur`ân Berdasarkan Tartîb Nuzûli (Kronologi Pewahyuan)”, yang ditulis oleh Muh. Syuhada Subir, dengan NIM: 06.2.00.1.14.08.0087, Mahasiswa konsentrasi Ulûm al-Qur`ân telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang Ujian Tesis

Jakarta, 05 Maret 2009 Pembimbing

Dr. Muchlis M. Hanafi, MA.

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis yang berjudul ”Metodologi Tafsir Al-Qur`ân Muhammad Izzah Darwazah;

Kajian tentang Penafsiran al-Qur`ân Berdasarkan Tartîb Nuzûli (Kronologi

Pewahyuan)”, yang ditulis oleh Muh. Syuhada Subir, Nomor Induk Mahasiswa 06.2.00.1.14.08.0087, konsentrasi Ulum al-Qur'an telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Magister Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 18 Maret 2009, dan telah diperbaiki sesuai dengan saran dan rekomendasi Tim Penguji.

TIM PENGUJI

1. Dr. Fuad Jabali, M.A

1. .............................. Ketua Sidang/Penguji

2. Dr. Muchlis M. Hanafi, M.A

2. .............................. Pembimbing/Penguji

3. Prof. Dr. Rif'at Syauqi Nawawi, M.A

3. ............................... Penguji I

4. Dr. Abdul Chair, MA

4. .............................. Penguji II

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

ت = t ظ = zh ث = ts

غ = g ح = h ف = f خ = kh

و = w ش = sy

ـھ = h ص = s

B. Vokal

Vokal Tunggal : ــَـــ = a ــِـــ = i

ــُـــ = u

Vokal Panjang

ْﻮـُــ = û Vokal Rangkap : ْﻲـَــ = ai

ْﻮـ َــ = au

C. Lain-lain

- Transliterasi syaddah atau tasydîd ( ّ ) dilakukan dengan menggandakan huruf yang sama.

- Transliterasi ta` marbûthah ( ة ) adalah “h”, termasuk ketika ia diikuti oleh kata sandang “al” ( لا ).

- Kata sandang “ لا“ ditransliterasikan dengan “al” diikuti dengan kata penghubung “-“, baik ketika bertemu dengan huruf qamariyyah maupun huruf syamsiyyah.

- Transliterasi kata “ ﷲا ” yang tersambung dengan kata lain sebelumnya ditulis secara terpisah. Contoh:

ا Kiâb Allâh, bukan kitâbullâh ُب ِَ

- Nama-nama dan kata-kata yang telah ada versi populernya dalam tulisan latin, pada umumnya, akan ditulis berdasarkan versi populer tersebut.

ABSTRAK

Muh. Syuhada Subir: ” Metodologi Tafsir Al-Qur`ân Muhammad Izzah Darwazah; Kajian tentang Penafsiran al-Qur`ân Berdasarkan Tartîb Nuzûli (Kronologi Pewahyuan)”

Berdasarkan hasil penulusuran penelitian ini, tesis ini membuktiakn bahwa "model penafsiran berdasarkan kronologi pewahyuan al-Qur`ân (tartîb al-suwar hasba al-nuzûl)", memerlukan pertimbangan pada segi konteks historis (riwayat), gaya bahasa, tema, serta karakter ayat dalam surat al-Qur`ân, dan akan menghasilkan pemahaman terhadap pesan-pesan al-Qur`ân secara historis yang dapat membawa para pembaca dapat mengikuti kiprah berdakwah Nabi dalam sejumlah periode dan tenggelam dalam suasana pewahyuan.

Kesimpulan tesis ini pada dasarnya memaperkuat gagasan yang mengklasifikasikan periodisasi dan kronologi turunnya surat al-Qur`ân yang di dasarkan pada bukti tertulis berupa riwayat, gaya bahasa al-qur`ân dan kandungannya secara umum (al-Sa'îdi, al-Nazhm al-Fannî fî al- Qur`ân), disisi lain penelitian ini juga mendukung gagasan Fazlur Rahman yang menyatakan bahwa untuk memahami bentangan ajaran al-Qur`an dan tujuan pewahyuannya penting kiranya memperhatikan karir dan perjuangan Nabi serta lingkungan dimana Nabi berkiprah dan berdakwah (Islamic Modernism 1970). Juga pandangan yang mengatakan bahwa konteks historis merupakan faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam memahami makna ayat al-Qur`ân, (Nasr Hâmid Abu Zaid dan Muhammad ‘Imârah).

Selain menguatkan pandangan di atas, tesis ini melemahkan pendapat yang mengklasifikasikan periodisasi dan kronologi turunnya surat al-Qur`ân yang lebih menekankan pada gaya bahasa al-Qur`ân disamping pendekatan sejarah (kondisi makro bangsa Arab) pada saat wahyu turun. Dan disisi yang sama kurang memperhatikan riwayat pewahyuan al-Qur`ân. Pendapat ini di dukung oleh Theodor Noldeke dalam bukunya Târîkh al-Qur`ân (2004) dan Schwally dalam Taufik Adnan Amal Rekontruksi Sejarah al-Qur`ân (2005). dan gagasan Hubert Grimme yang lebih menekankan tema-tema doktrinal dalam mengklasifikasikan periodisasi turunnya surat al-Qur`ân, (dikemukakan oleh W. Montgomery Watt, Bell’s Introduction to The Qur`an, 1970).

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab al-Tafsîr al-Hadîts, dan buku-buku lainnya yang berkaitan dengan pembahasan ini merupakan sumber data sekunder. Dalam pengumpulan data, penulis menempuh teknik survey kepustakaan dan studi literature. Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitis, yaitu suatu penelitian yang berupaya memberikan gambaran secara deskriptif sekaligus mengeksplorasi secara mendalam terhadap aspek yang berhubungan dengan metode tafsir yang ditawarkan Izzat Darwaza untuk kemudian dianalisis agar memberikan pemahaman yang jelas tentang eksistensi dan pandangan Izzat Darwaza terhadapnya serta aplikasinya dalam penafsiran. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interpretasi (interpretative approach), yakni menyelami pemikiran seorang tokoh yang tertuang dalam karya- karyanya guna menangkap nuansa makna dan pengertian yang dimaksud secara khas hingga tercapai satu pemahaman yang benar, dengan menggunakan metode kualitatif sebagai metode analisis data. Penulis juga menempuh langkah komparatif, dengan membandingkan pandangan Izzat Darwaza dengan para tokoh lain seputar objek pembahasan guna menangkap sisi persamaan dan perbedaannya.

ABSTRACT

Muh. Syuhada Subir: "Muhammad Izzah Darwazah’s Methodology of Qur’anic exegesis; A study on the Interpretation of al-Qur`an Based on the chronology of Qur’anic revelation"

This thesis proves that interpretation based on chronology of Qur’anic revelation (tartîb suwar hasba al-nuzûl) needs consideration into historical context (riwayah), Ianguage style, theme, and also verse character in surah of al-Qur`ân, and will yield the understanding to messages of al- Qur`ân historically able to bring readers to follow action missionized by the Prophet in a number of periods and to immerse in apocalipse atmosphere.

Basically, the conclusion of this thesis strengthens the view which classifies division of historical periods and chronology of Qur’anic revelation which is based on written evidences namely tales, Qur’anic language style, and its meaning generally (al-Sa'îdi, al-Nazhm al-Fannî fi al- Qur`ân). On other hand, this research also supports the view of Fazlur Rahman who stated that to widely understand Qur’anic teachings and purposes of revelation, interpreter needs to pay attention to the history of the Prophet’s career and struggle and also his sociological setting, namely environment in which he developed his teachings (Islamic Modernism 1970). It also supports the view that the historical context is the external factor that can be considered in understanding the meaning of Qur’anic verses (Nasr Hamid Abu Zaid and Muhammad 'Imârah).

In addition to proves the opinion that has been mentioned, this research also weakens opinion classifying division of historical periods and chronology of Qur’anic revelation emphasizing more at Qur’anic language style beside approach of history (macro condition of Arab nation) when the apocalipse was revealed. While at the same time it pays attention less to historical context of Qur'anic revelation. This opinion is supported by Theodor Noldeke in his book Târîkh al- Qur`ân ( 2004), and Schwally in Taufik Adnan Amal, Rekontruksi Sejarah al-Qur`ân (2005), and Hubert Grimme's idea which emphasizes more at doctrinal themes in classifying division of Qur’anic surah revelation, (told by W. Montgomery Watt, Bell'S Introduction to The Qur`ân, 1970).

The primary data of this research is al-Tafsîr al-Hadîts, whereas the secondary sources are other books that still have correlation with this research. In gathering some data, the writer uses library survey and literature study. The characteristic of this research is analitical-descriptive that the writer makes effort to give description descriptively, and explores some aspects that have correlation with Izzah darwaza’s method of interpretation with interpretative approach in order to be analized to get good understanding about Izzat Darwaza 's existance and theory in its aplication in Qur'anic interpretation. The approach used in this research is interpretative approach that the writer immerses someone's ideas written in his books in order to get meaning atmosphere and comprehension that he intent uniquely so a right understanding can be achieved, with qualitative method as data analytical method. The writer also uses comparative aproach, that compares between Izzat Darwaza’s theory with some others around discussion object to get their sameness and difference.

ﻲ ﺘﻟا ﺔ ﺌﯿﺒﻟاو لﻮ ﺳﺮﻟا ﺔﯿﺼ ﺨﺷ نإ لﻮ ﻘﯾ يﺬ ﻟا ﻦﻤﺣﺮ ﻟا لﺰﻓو ،ﺔﯾﻮﻐﻠﻟا ﺎﮭﺼﺋﺎﺼﺧو تﺎﯾﻵا ﺪ ﻣﺎﺣ ﺮﺼ ﻧ ) و ( Islamic Modernism 1970 ) ﻢﯾﺮ ﻜﻟا نآﺮ ﻘﻠﻟ ﻢﮭﻔﻟا ءﺎﻨﺑ ﻲﻓ مﺎھ رود ﺎﮭﻟ ﺎﮭﺷﺎﻋ ﺔ ﻤﮭﻤﻟا ﺔ ﯿﺟرﺎﺨﻟا ﻞ ﻣاﻮﻌﻟا ﻦﻣ ﻲھ ن آﺮﻘﻟا تﺎﯾﻵ ﺔﯿﺨﯾرﺎﺘﻟا ﻢﯿﻘﻟا نأ ( ةرﺎﻤﻋ ﺪﻤﺤﻣ و ﺪﯾز ﻮﺑأ . نآﺮﻘﻟا ﻢﮭﻓ ﻲﻓ

ﺔ ﯿﺑﺮﻌﻟا ﺔ ﺌﯿﺒﻟاو ﺦﯾرﺎ ﺘﻟا دﺮ ﺠﻣ ﻰ ﻠﻋ اﺪ ﻤﺘﻌﻣ نآﺮ ﻘﻟا رﻮ ﺳ ﺐﺗر يﺬﻟا يأﺮﻟا ﺾﻓﺮﯾ ﮫﻧأ ﺎﻤﻛ Theodor Noldeke )

لوﺰ ﻨﻟا بﺎﺒ ﺳأ ﻲ ﻓ تﺎ ﯾاوﺮﻟا ﻰ ﻟإ ﺮ ﻈﻨﻟا فﺮﺼ ﺑ نآﺮ ﻘﻟا ﺎﮭﯿﻓ لﺰﻧ ﻲﺘﻟا ﮫ ﺑﺎﺘﻛ ﻲ ﻓ Taufik Adnan Amal ﮫ ﻠﻘﻧ ﺎ ﻤﻛ Schwally و ( 2004 نآﺮ ﻘﻟا ﺦﯾرﺎ ﺗ ﮫ ﺑﺎﺘﻛ ﻲ ﻓ

Rekontruksi Sejarah al-Qur`ân (2005) ﻰﻤﺴ ﻤﻟا ةزورد ةﺰ ﻋ ﺪ ﻤﺤﻣ ﻒﻨﺼ ﻣ ﻮھ , ﺚﺤﺒﻟا اﺬھ ﺔﺑﺎﺘﻛ ﻲﻓ ﻲﺴﯿﺋﺮﻟا تﺎﻣﻮﻠﻌﻤﻟا رﺪﺼﻣو ﺚ ﺤﺒﻟا اﺬ ﮭﻟ ﻞ ﻤﻜﺗ , ﺔﯿﻓﺎﺿإ ردﺎﺼﻣ ﺪﻌﺗ , عﻮﺿﻮﻤﻟﺎﺑ ﻖﻠﻌﺘﺗ ﻲﺘﻟا ﺐﺘﻜﻟا ﺎﻣأ . ﺚﯾﺪﺤﻟا ﺮﯿﺴﻔﺘﻟﺎﺑ عﻮ ﺿﻮﻤﻟا مﺪ ﻘﯾ ﻢ ﺛ ،ﻲ ﻠﯿﻠﺤﺗ ﺞﮭﻨ ﻣ ﻰ ﻠﻋ ﺎ ھء ﺮﻘﯾو ﻲ ﺒﺘﻜﻣ ﺚ ﺤﺑ ﻰ ﻠﻋ ﺮﯿﺴ ﯿﻓ . ﮫﻌﺟاﺮﻣ ﺮﻓاﻮﺗ ﺔ ﻧرﺎﻘﻤﻟا ﻊ ﻣ نآﺮ ﻘﻠﻟ هﺮﯿﺴ ﻔﺗ لﻼ ﺧ ﻦ ﻣ ةزورد ةﺰ ﻋ يأر ﺎ ﻨﯿﺒﻣ ، ﺔﯾﺮﯿﺴ ﻔﺗ ﺔ ﯿﻧﺎﯿﺑ ةرﻮﺼ ﺑ . عﻮﺿﻮﻤﻟا ﻦﻋ ثﺪﺤﺘﺗ ﻲﺘﻟا ءﺎﻤﻠﻌﻟا ءارآ ﺾﻌﺒﺑ

UNGKAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur tersanjungkan keharibaan Ilahi Rabbi, karena tatkala aku berada dalam kondisi sulit selalu saja ada kemudahan yang Dia berikan melalui orang-orang terpilih-Nya, sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Demikian juga shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan untuk Rasulullah Saw.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan tesis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, arahan, dan masukan lainnya guna melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam kajian tesis ini. Oleh karena itu penulis merasa wajib mengucapkan rasa terima kasih kepada Departemen Agama RI, khususnya Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam; selaku pihak pemberi beasiswa program Tafsir/Ulum al-Qur`ân, Bapak Dr. Mukhlis M. Hanafi, MA; selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan tesis ini, kepada Dr. Fuad Djabali, MA yang telah memberikan araha pada penulis melalui work in progres, Dr. Yusuf Rahman, MA terima kasih telah banyak memberikan arahan dan perhatian selama menyelesaikan penulisan tesis ini, dan telah memberikan kami waktu tenggang dari batas waktu yang telah di tentukan. Terima kasih terhadap Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Direktur SPs UIN Jakarta Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, serta Deputi Direktur Pengembangan Kelembagaan Prof. Dr. Suwito, MA, Prof. Dr. H. Udjang Thalib, MA, selaku Deputi Bidang Administrasi dan Kemahasiswaan, dan seluruh jajaran staff Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga kepada pengelola Perpustakaan SPs UIN Jakarta, Bapak Drs. Suali Fusd dan M. Syukron.

Tak terlupakan pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA., yang telah memberikan saya kesempatan untuk bergabung dalam Progran Pendidikan Kader Mufassir (PKM), dan seluruh staff Yayasan Lentera Hati dan Pusat Studi al-Qur`ân (PSQ) Jakarta.

Sujud ta'zimku untuk Bapak dan Ibundaku, M. Subir dan Siti Hudayah. Bagiku mereka berdua adalah guru pertamaku yang dengan sangat sabar mengajari aku untuk mencintai ilmu pengetahuan dan tidak bosan menjadi pribadi yang baik, juga kepada Bapak dan Ibu mertuaku Drs. H. Imam Faqih Sudja', MSI dan Amin Suharmini yang dengan ikhlas memberikan semangat, perhatian dan dorongan baik moral maupun moril kepadaku. Untuk mereka semua, semoga Allah memberi karunia kesehatan dan umur panjang yang barakah. Kepada kakak-kakak kandungku, kak Sulhadanah Subir beserta suami dan kak Syahrul, terima kasih telah memberikan perhatian lebih kepada adik bungsumu.

Terima kasihku pula kepada kawan-kawan Program Khusus Tafsir/Ulum al- Qur`ân, dan teman-teman para peserta Program Pendidikan Kader Mufassir (PKM) di Pusat Studi al-Qur`ân (PSQ) dan seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin disebutkan satu per satu dalam lembaran singkat ini.

Akhirnya, penghargaan yang istimewa aku sampaikan kepada istri tersayang, Fetty Fiqihana (Vicky) dan putra-putri kami Rosyad Syauqillah al- Fattakhi (Rosyad) dan Carisa Fida Amalia (Carisa). Atas pengertian, kesabaran dan pengorbanan mereka yang selalu ku tinggal selama studi dan penulisan tesis ini telah memungkinkan kuliahku dapat selesai. Kepada mereka, karya ilmiah ini aku dedikasikan.

Jazâkum Allah Ahsana al-Jazâ`.

Jakarta, 05 Maret 2009

Muh. Syuahada Subir

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki abad modern, tepatnya akhir abad 19 dan awal abad 20 M, studi terhadap al-Qur`ân mengalami perkembangan yang cukup signifikan, seiring

dengan akselerasi perkembangan kondisi sosial budaya dan peradaban manusia. 1 Fenomena tersebut merupakan konsekuensi logis dari adanya keinginan umat

Islam untuk selalu mendialogkan antara al-Qur`ân sebagai teks (nas) yang terbatas dengan perkembangan problem sosial kemanusiaan yang dihadapi oleh manusia sebagai konteks (waqâ’i’) yang terbatas. Muhammad Syahrur dalam bukunya al-Kitâb wa al-Qur`ân: Qirâ`ah Mu’âsirah, mengatakan bahwa “al- Qur`ân harus selalu ditafsirkan sesuai dengan tuntutan era kontemporer yang

dihadapi umat manusia”. 2 Sebagai akibat dari semakin intensnya kontak Islam dengan kebudayaan-

kebudayaan asing diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ini, muncullah dua madrasah terkenal yang bergerak dibidang penafsiran serta sosial keagamaan dengan tujuan untuk memberikan bimbingan keagamaan melalui penafsiran kembali al-Qur`ân yang sesuai dengan zaman yang mereka hadapi. dua madrasah tersebut adalah Madrasah Syaikh Muhammad Abduh dan madrasah Ikhwân al-

Muslimîn yang didirikan oleh Hasan al-Banna. 3 Kedua madrasah ini merupakan

1 Hal ini terjadi karena interaksi atau persentuhan umat Islam yang semakin intens dengan peradaban bangsa eropa yang telah maju baik dalam bidang keilmuan maupun dalam bidang

teknologi, sehingga berakibat pada penjungkirbalikkan peta politik dimana kekuasaan Muslim telah diganti dengan sistem penjajahan, dari sisi agama, orang-orang tidak lagi bergaul dengan keimanan yang seragam akan tetapi justru menghadapi kecenderungan yang merusak dan menghantam inti agama itu sendiri. Dalam bidang sosial, struktur masyarakat Muslim yang tidak praktis dan kaku bertolak belakang dengan gaya hidup masyarakat barat yang aktif dan dinamis, sehingga problem ini menjadi sebuah gambaran yang kurang mengenakkan. Lihat J.M.S Baljon, Modern Muslim Interpretation, (Leiden: E.J. Brill, 1968), h. 2

2 Muhammad Syahrur, al-Kitâb wa al-Qur`ân: Qirâ`âh Mu’âsirah, (Damaskus: Ahâli Li al- Nasyr wa al-Tauzi’, 1992), h. 33

3 Shalah Abdul Fattah al-Khalidi, Ta’rîf al-Dârisîn bi Manâhij al-Mufassirîn, (Damaskus: Dâr al-Qalam, t.th), h. 562-563 3 Shalah Abdul Fattah al-Khalidi, Ta’rîf al-Dârisîn bi Manâhij al-Mufassirîn, (Damaskus: Dâr al-Qalam, t.th), h. 562-563

Salah satu wujud respon kreatif terhadap tantangan modern yang dihadapi, para perintis dan pembaharuan pemikiran Islam yang berinteraksi secara intens dengan diskursus al-Qur`ân berusaha untuk mengembangkan metode tafsir dengan paradigma baru yang di pandang bisa kompatibel dengan tuntutan zaman. Atas usaha kreatif dan sungguh-sungguh itu, maka lahirlah teori-teori atau metode-metode baru dalam ladang penafsiran al-Qur`ân dengan mengelaborasi dan mereaktualisasi ajaran-ajaran al-Qur`ân dengan tuntutan zaman, seperti: isu- isu ekonomi, sosial, moral, politik dan sebagainya.

Metode-metode tersebut seperti metode fungsional dengan paradigma petunjuk al-Qur`ân (hidâ`i) yang diprakarsai oleh trio reformis Islam, Jamâluddin al-Afghâni, Muhammad Abduh, dan Rasyîd Ridho yang dikembangkan dalam tafsir al-Manar, metode literasi yang dibangun atas paradigma kesusastraan al- Qur`ân (al-Minhaj al-adabi al-ijtimâ`iy) yang diprakarsai oleh Amîn al-Khûli dan diterapkan oleh Bint al-Syâti’ dalam Al-Tafsîr al-Bayâni li al-Qur`ân al-Karîm, dan Ahmad Muhammad Khalafullah lewat Al-Fann al-Qashashi fî al-Qur`ân al-

Karîm, 4 teori kesatuan tema al-Qur`ân (nazariyyât al-wahdat al-maudû`iyyah li al-Qur`ân al-Karîm) yang ditawarkan oleh Sa’id Hawwa melalui Al-Asâs fî Al-

Tafsîr dan teori hermeneutika yang diusung dan digunakan oleh Fazlurrahman dengan double movement-nya, 5 dan Darwazah dengan tartîb al-suwar hasba al-

nuzûl-nya, 6 yang merupakan objek kajian penelitian ini. Usaha-usaha tersebut dilakukan untuk menggali dan mengkaji ulang ajaran Islam, membela agama

Islam dari penjajahan orang-orang barat,-baik dari sisi pemikiran maupun

4 Lihat Hamim Ilyas dalam kata pengantar, Studi Kitab Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2004), h. xii-xiii.

5 Lihat: A. Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur’an Kontemporer Dalam Pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 83

6 Ismail K. Poonawala, “Muhammad ‘Izzat Darwaza’s Principles of modern exegesis: A contribution toward quranic hermeneutics”, in Approaches To The Qur`ân, ed. G.R. Hawting and

Abdul-Kader A. Shareef, (London-New York: Routledge, 1993), h. 225 Abdul-Kader A. Shareef, (London-New York: Routledge, 1993), h. 225

giat melakukan pembaharuan serta membebaskan mereka dari penjajahan. 7 Izzah Darwazah (1305 H/1888 M – 1321 H/1984 M)-yang selanjutnya

disebut Darwazah-,adalah salah seorang pemikir dan tokoh intelektual muslim modern berkebangsaan Arab-Palestina. Lahir di Nablus-Palestina pada akhir abad ke-19. Sekalipun ketokohannya tidak sepopuler dengan pemikir dan tokoh intelektual sezamannya, akan tetapi terlahir sebagai anak zamannya, Darwazah memiliki kepedulian besar terhadap perubahan dan perkembangan sosial politik yang dialami oleh umat Islam. Kepeduliannya tersebut tercermin dari gagasan-

gagasan yang diartikulasikannya dalam sejumlah buku 8 dan artikel, mulai dari persoalan sosial politik, pendidikan, dan sejarah 9 yang membutuhkan penafsiran

baru terhadap kandungan al-Qur`ân. Dan jika ditelisik lebih jauh, Darwazah merupakan salah satu dari tokoh dan intelektual Muslim yang berafiliasi dengan

7 Ahmad Syurbasyi, Studi Tentang Sejarah Perkembangan Tafsir al-Qur’an al-Karim, terj. Zufran Rahman, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h. 243

8 Semisal ‘Asr al-Nabi wa Bî`atuhu Qabl al-Bi’tsah; Suwar al-Muqtabasah Min al-Qur`ân al- Karîm wa Dirâsât wa Tahlîlât Qur`âniyah, (Beirut, 1384/1964), ed. 2; Kemudian diikuti dengan karya

selanjutnya Sîrah al-Rasûl Sallallahu ‘Alaihi Wasallam; Suwar al-Muqtabasah Min al-Qur`ân al- Karîm, (Beirut, Mansyûrât al-Maktabah al-‘Asriyyah, 1384/1965), ed. 2; karya ketiganya adalah al- Dustûr al-Qur`âniyah wa al-Sunnah al-Nabawiyah fî Syu`ûn al-Hayât, (Kairo, 1386/1966), ed.2, karya ketiga ini diterbitkan pertama kali dengan judul al-Dustûr al-Qur`âniyah Li Syu`ûn al-Hayât; al- Sunnah al-Nabawiyah pada tahun 1956. al-Tafsîr al-Hadîts (Beirut, Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, dan dicetak pertama kali pada tahun 1961-1964; Al-Qur`ân al-Majîd, yang ditulisnya setelah merampungkan penulisan tafsirnya dan sekaligus kitab ini dijadikan sebagai muqaddimah tafsirnya yang memuat prinsip-prinsip dan metodologi tafsirnya, dll. Izzat Darwaza, Al-Qur`ân al-Majîd, fî Muqaddimah al-Tafsîr al-Hadîts, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 141; lihat juga Ismail K. Poonawala, “Muhammad ‘Izzat Darwaza’s Principles of modern exegesis: A contribution toward quranic hermeneutics”, in Approaches To The Qur`ân, (London-New York: Routledge, 1993), p. 225-245

9 Tentang jumlah karya-karya Izzat Darwaza yang berkaitan dengan al-qur`ân, Islam, Politik, sejarah Arab, maupun gerakan perlawanan Arab, juga dapat dilihat dalam Tarjamah al-Mu`allif, dalam

al-Tafsîr al-Hadîts, (Kairo: Isa al-Bâbi al-Halabi wa Syurakâ`uh, 1964), cet. ke-2, Jilid VI, Juz XII, h. 282-286. Juga dalam Mûjaz Tarjamah al-Mu`allif Muhammad Izzat Darwaza wa Âtsâruhu al-‘Ilmy dalam karyanya Sirah al-Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam; Suwar al-Muqtabasah Min al-Qur`ân al-Karîm, Juz 1, (Beirut: Mansyûrât al-Maktabah al-‘Asriyah, 1965), cet. ke-2, h. ج ي -

Madrasah Muhammad Abduh. 10 Kebutuhan dan tantangan kehidupan modern yang semakin kompleks, mendorong dan mengharuskan Darwazah untuk

menemukan sebuah metode penafsiran yang dapat relevan dengan spirit zaman. Upaya untuk melakukan penafsiran ulang terhadap al-Qur`ân sebenarnya tidak hanya terjadi pada era modern-kontemporer, akan tetapi telah pula berlangsung sejak wafatnya Rasulullah saw. Disamping itu penafsiran ulang terhadap al-Qur`ân sangat diperlukan, sebagaimana yang dilansir oleh W. Mongomery Watt dan Richard Bell bahwa, “al-Qur`ân penuh dengan kiasan yang diperkirakan telah jelas pada saat diwahyukannya, tetapi tidak sangat jelas bagi

generasi kemudian”. 11 Lebih lanjut J.M.S. Baljon mengungkapkan tentang konteks penafsiran modern-kontemporer sebagai berikut: “Yang disebut sebagai

tafsir al-Qur`ân modern adalah usaha untuk menyesuaikan ayat-ayat dengan tuntutan zaman, dan hal itu benar-benar telah menjadi suatu keharusan sejak wafatnya Nabi Muhammad, Ketika kekuasaan beralih dibawah kepemimpinan al- khulafâu al-râsyidîn yang situasinya berkembang kedalam kondisi yang berbeda dari zaman Nabi. Karena itu, berbagai dimensi pemikiran yang terkandung dalam

al-Qur`ân, dirasakan membutuhkan penafsiran ulang”. 12 Seperti halnya dengan para sahabat dan al-khulafâu al-râsyidîn, yang

harus mengatasi persoalan yang muncul sebagai akibat dari persentuhan dengan peradaban wilayah yang ditaklukkan, Darwazah yang ditakdirkan hidup di era modern dimana umat Islam kala itu mengalami stagnasi dan kebodohan dalam waktu yang panjang, tergugah untuk melakukan penafsiran ulang terhadap pesan al-Qur`ân demi membangkitkan kembali spirit umat Islam dan dalam menghadapi tantangan kehidupan dan persoalan yang mengemuka sebagai implikasi dari

10 Selain Izzat Darwaza yang berafiliasi dengan Madrasah Abduh, terdapat pula tokoh dan cendekiawan lainnya seperti Jamaluddin al-Qasimi, Abdul Karim al-Khatib, dll, lihat Shalah Abdul

Fattah al-Khalidi, Ta’rîf al-Dârisîn bi Manâhij al-Mufassirîn, h. 563 11 W. Montgomery Watt, Bell’s Introduction to The Qur`an, (Leiden: Edinburgh University

Press, 1970), h. 167 12 J.M.S Baljon, Modern Muslim Interpretation, h. 1-2 Press, 1970), h. 167 12 J.M.S Baljon, Modern Muslim Interpretation, h. 1-2

pemikiran politik, dan al-Qur`ân merupakan satu-satunya sumber bagi reinterpretasi pemikiran Islam. 14

Selain itu, ia juga mengamati bahwa selama ini hampir semua mufassir mengikuti pola konvensional dengan menafsirkan ayat demi ayat atau memahami kosa kata atau ayat diluar konteks dan penggunaannya dalam al-Qur`ân, sehingga karya-karya tafsir tersebut dikenal karena penjelasan linguistik dan

gramatikalnya, atau eksplorasi yuridis dan teologisnya, atau tafsir naratifnya. 15 Hal ini sejalan dengan pendapat beberapa cendekiawan Muslim yang

intens mengkaji al-Qur`ân, semisal Fazlur Rahman. Ia memandang bahwa pendekatan tafsir selama ini cenderung menginterpretasikan pesan al-Qur`ân secara terpisah-pisah dan sepotong-sepotong, sehingga mengakibatkan persoalan yang dihadapi bukannya terselesaikan, akan tetapi menimbulkan permasalahan yang baru. Sebenarnya para mufassir klasik dan abad pertengahan telah menerapkan ayat per ayat sesuai dengan susunannya dalam mushaf (mushaf Utsmani), dan terkadang merujuk pada ayat yang lain, namun sayangnya tidak

dilakukan secara sistematis. 16 Issa J. Boullata juga mengatakan bahwa tafsir-tafsir al-Qur`ân, mulai dari karya-karya paling awal yang ditulis pada abad ke-9 M

hingga sebagian besar karya tafsir yang ditulis belakangan pada abad ke-20 M, kebanyakan mengikuti pola penafsiran al-Qur`ân secara tartil. Ayat diuraikan secara berurutan ayat demi ayat, dengan terlebih dahulu menyajikan ayat atau sebagian ayat, lalu diiringi penafsirannya. Metode yang memperlakukan al- Qur`ân secara atomistik dan penggunaan kata-katanya secara individual telah menyebabkan pesan al-Qur`ân terlepas dari konteks umumnya sebagai

13 Ismail K. Poonawala, “Muhammad ‘Izzat Darwaza’s Principles of modern exegesis: A contribution toward quranic hermeneutics”, in Approaches To The Qur’an, h. 236

14 Ismail K. Poonawala, “Muhammad ‘Izzat Darwaza’s Principles of modern exegesis: A contribution toward quranic hermeneutics”, in Approaches To The Qur’an, h. 245

15 Izzat Darwaza, Al-Qur’an al-Majid, fî Muqaddimah al-Tafsîr al-Hadîts, cet. ke-2, h. 203. 16 lebih lanjut lihat Fazlur Rahman, “Interpreting the Qur`ân”, Inquiry, Mey 1986, h. 45-49 15 Izzat Darwaza, Al-Qur’an al-Majid, fî Muqaddimah al-Tafsîr al-Hadîts, cet. ke-2, h. 203. 16 lebih lanjut lihat Fazlur Rahman, “Interpreting the Qur`ân”, Inquiry, Mey 1986, h. 45-49

mereka. 17 Sebagai respon kepeduliannya terhadap persoalan tersebut, ia mencoba

mewujudkan idenya yang belum terealisasi untuk menulis sebuah tafsir modern yang diproyeksikannya sebagai tafsir yang relevan dengan spirit zaman yang ditulis dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami umat dari segala lapisan,

yang kemudian dikenal dengan “al-Tafsîr al-Hadîts”. 18 Hal senada juga diungkapkan oleh Taufiq Adnan Amal dan Syamsu Rizal

Panggabean, bahwa selama (lebih) empat belas abad ini, warisan intelektual Islam telah diperkaya dengan berbagai bentuk perspektif dan pendekatan dalam menafsirkan al-Qur`an. Namun demikian, terdapat kecenderungan umum untuk memahami al-Qur`ân secara ayat per ayat bahkan kata per kata. Selain itu, pemahaman terhadap al-Qur`ân tidak jarang didasarkan pada pendekatan filologis-gramatikal. Pendekatan ayat per ayat atau kata per kata tak diragukan lagi akan menghasilkan pemahaman yang parsial tentang pesan al-Qur`ân. Bahkan tidak jarang terjadi, penafsiran seperti ini secara semena-mena mengeliminasi ayat dari konteks dan sisi kesejarahannya demi mempertahankan perspektif tertentu. Dalam kasus-kasus tertentu, seperti dalam penafsiran filosofis, untuk menyebut satu contoh, sering terjadi internalisasi gagasan-gagasan asing

17 Issa J. Boullat, “Modern Qur’an exegesis: A Study of Bint al-Syati’s Method”in The Muslim Word, Vol. 64, 1974, h. 107.

18 Oleh J.J.G. Jansen, tafsir ini merupakan salah satu tafsir al-Qur`an modern baru yang terpenting di dunia Arab di luar Mesir. Diantara tafsir baru yang terpenting-selain tafsir karya Izzat

Darwaza- di Arab di luar Mesir adalah: Tafsîr Juz Tabâraka karya ‘Abd al-Qadir al-Maghribi; Syria, tafsir ini mengikuti gaya Tafsîr Juz ‘Ammâ Abduh; dan Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr, karya Muhammad at-Tahir ibn ‘Asyur. Lihat J.J.G. Jansen, The Interpretation of The Koran in Modern Egypt, (Leiden: E.J.Brill, 1974), h. 17; Pembahasan tentang penafsiran modernis atau tafsir modern dapat juga dilihat pada: J.M.S. Baljon, Modern Muslim Interpretation; S.A. Kamali, “Abul Kalam Azad’s commentary on The Qur’an”, in The Muslim World, Vol. 49, 1959, h. 5-18; I.J. Boullata, “Modern Qur’an exegesis: A Study of Bint al-Syati’s Method”, in The Muslim Word, Vol. 64, 1974, h. 103-113; Andrew Rippin, “The Present Status of Tafsir Studies”, in The Muslim Word, Vol. 72, 1982,

h. 224-238.

terhadap al-Qur`ân tanpa mempedulikan konteks historis dan sastra- linguistiknya. 19

Tafsir Darwazah ini ditulis di Turki dalam penahanan tentara Inggris dan setelah ia merampungkan tiga karya pertamanya yaitu: ‘Asr al-Nabi wa Bî’atuhu Qabl al-Bi’tsah; Suwar al-Muqtabasah Min al-Qur`ân al-Karîm wa Dirâsât wa Tahlîlât Qur`âniyah, Sîrah al-Rasûl Sallallâhu ‘Alaihi Wasallam; Suwar al- Muqtabasah Min al-Qur`ân al-Karîm dan al-Dustûr al-Qur`âniyah wa al-Sunnah al-Nabawiyah fî Syu`ûn al-Hayât, Darwazah menamai ketiga bukunya ini dengan nama “Silsilah Qur`âniyah”. dinamakan demikian karena ketiga karya tersebut

secara umum didasarkan pada al-Qur`ân. 20 Salah satu faktor yang memotivasi Darwazah menulis tafsirnya tersebut

dengan sebuah metode penafsiran yang baru adalah adanya kebutuhan generasi muda pada era modern yang semakin mendesak untuk memahami al-Qur`ân. Mereka mengeluhkan gaya penafsiran tradisional, dan yang telah meninggalkan tafsir-tafsir tradisional. Untuk objek pembaca yang dituju dari karya-karyanya tersebut, ia berkata:

“Dalam tafsir ini, kami ingin mengungkap rahasia wahyu, konsep fundamental al-Qur`ân, dan semua materinya dengan gaya dan susunan baru. Selain itu tafsir ini juga merespon kebutuhan mendesak generasi muda kita yang mengeluhkan model tafsir tradisional dan yang telah meninggalkan tafsir-tafsir tradisional, yang pada gilirannya menggiring mereka pada memutuskan hubungan dengan kitab suci agama mereka yang

seharusnya diperhatikan dan dijaga.” 21

Dalam penafsirannya, Darwazah menggunakan sebuah metode dimana ia menafsirkan atau mengomentari ayat atau surat yang disusun dalam unit-unit yang lebih kecil dan logis berdasarkan pertimbangan isi, konteks dan ritme, tanpa mengikuti susunan ayat demi ayat berdasarkan susunan tradisional atau susunan

19 Taufik Adnan Amal dan Syamsu Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual al-Qur`ân: Sebuah Kerangka Konseptual, (Bandung: Mizan, 1994), cet. ke-6, h. 16 dan 19.

20 al-Tafsîr al-Hadîts, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 277 21 al-Tafsîr al-Hadîts, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 5 20 al-Tafsîr al-Hadîts, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 277 21 al-Tafsîr al-Hadîts, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 5

kronologis ini merupakan metodologi terbaik dalam memahami al-Qur`an. Selanjutnya Darwaza mengatakan: dengan kronologi ini, kita dapat-tidak hanya mengikuti Rasulullah dalam sejumlah periode-,tetapi juga dapat mengamati tahap-tahap pewahyuan secara lebih tepat dan jelas. Dengan hal tersebut juga lebih memungkinkan pembaca tenggelam dalam suasana seputar pewahyuan al- Qur`an, serta dalam makna dan cakupannya, yang pada gilirannya

mengungkapkan kearifan wahyu pada pembaca. 23 Dalam membangun penafsirannya ini, Darwaza berpegang pada sebelas

prinsip atau dasar, 24 yakni: (1) Relasi al-Qur`ân dan sejarah kenabian (sîrah al- Nabawiyah); (2) Relasi al-Qur`ân dan lingkungan Nabi (al-bî`ah al-Nabawiyah);

(3) Bahasa al-Qur`ân; (4) al-Qur`ân; antara prinsip fundamental (usus) dan media atau instrumen (wasâ`il); (5) Kisah-kisah al-Qur`ân (al-qasas al-Qur`âniyah); (6) Malaikat dan Jin dalam al-Qur`ân; (7) Penomena dan hukum alam dalam al- Qur`ân; (8) Kehidupan akhirat dalam al-Qur`ân; (9) Esensi dan sifat Tuhan dalam

22 Susunan kronologis yang digunakan Darwaza didasarkan pada susunan surat cetakan al- Qur`an yang ditulis oleh kaligrafer Baqdar Oglî, dengan beberapa perubahan kecil, atas izin

Kementrian Dalam Negeri Mesir dan Kantor Syaikh al-Azhar. Selanjutnya Darwaza menjastifikasi usahanya ini dengan meminta fatwa dari Mufti Aleppo Syaikh Abdul Fattah Abu Guddah dan Mufti Syria Syaikh Abu al-Yasar ‘Abidin. Sebelum Darwaza, Lihat: al-Tafsîr al-Hadîts, (Beirut: Dar al- Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 10-13. Terdapat pula yang menulis mushaf yang susunan suratnya sesuai dengan kronologi turunnya wahyu, diantaranya: Ali Bin Abi Thalib. Lihat: Jalâluddîn ‘Abdurrahmân al-Suyûti, Al-Itqân fî ‘Ulûm al-Qur`ân, Juz I, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 2006), h. 65

Secara bervariasi, kronologis ayat dan surah seperti yang digunakan Darwaza dalam tafsirnya ini, juga ditawarkan oleh beberapa peneliti Barat seperti Theodore Noldeke, Ricard Bell, Gustaf Weil, Friedrich Scwally, dan Roger Blachere, dengan menggunakan kriteria berbeda. Lebih lanjut lihat W. Montgomery Watt, Bell’s Introduction to The Qur`an, h. 109-113 & lihat juga h. 175-177

23 al-Tafsîr al-Hadîts, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 9

24 Prinsip-prinsip yang menjadi landasan metodologinya dalam menafsirkan al-Qur`an ini diperoleh dari pengamatan dan telaahnya terhadap tafsir-tafsir klasik maupun modern, seperti: Tafsir

Ibn ‘Abbas, Riwayat Abu Sâlih, Muhammad b. Ismail al-Bukhari, bab tentang tafsîr dalam Sahih-nya, Tafsir al-Tabari, Tafsir al-Nasafi, Tafsir Abu al-Sa’ud, Tafsir al-Tusi, Tafsir al-Khazin, Tafsir al-Razi, Tafsir al-Zamakhsyari, Tafsir al-Tabarsi, Tafsir al-Baidawi, Tafsir al-Jauhari, Tafsir Farid Wajdi, Tafsir Rasyid Rida, Tafsir al-Alusi, Tafsir Abu Hayyan, Tafsir ibn Katsir, Tafsir al-Bagwi, Tafsir al- Qurtubi, Tafsir al-Maragi, dan Tafsir al-‘adily. Lihat Al-Qur’an al-Majid, (Beirut: Dar al-Gharb al- Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 203 Ibn ‘Abbas, Riwayat Abu Sâlih, Muhammad b. Ismail al-Bukhari, bab tentang tafsîr dalam Sahih-nya, Tafsir al-Tabari, Tafsir al-Nasafi, Tafsir Abu al-Sa’ud, Tafsir al-Tusi, Tafsir al-Khazin, Tafsir al-Razi, Tafsir al-Zamakhsyari, Tafsir al-Tabarsi, Tafsir al-Baidawi, Tafsir al-Jauhari, Tafsir Farid Wajdi, Tafsir Rasyid Rida, Tafsir al-Alusi, Tafsir Abu Hayyan, Tafsir ibn Katsir, Tafsir al-Bagwi, Tafsir al- Qurtubi, Tafsir al-Maragi, dan Tafsir al-‘adily. Lihat Al-Qur’an al-Majid, (Beirut: Dar al-Gharb al- Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 203

modern, Darwaza belum menemukan satu tafsir pun yang mengikuti prinsip- prinsip-yang sekaligus mendasari metode yang diterapkan dalam tafsirnya- tersebut secara utuh atau metode tersebut belum diterapkan secara serius dan

sistematis dalam karya tafsir sebelumnya. 26 Berpijak pada kesebelas prinsip tafsirnya itu juga, Darwaza memberikan

kritikan terhadap beberapa karya tafsir klasik dan modern, yang penekanannya terhadap beberapa tema, seperti kisah-kisah dalam al-Qur’an, fenomena alam, jin dan malaikat, pemanfaatan sebagian kaum sektarian dan mazhab teolog atas tafsirnya sebagai pegangan yang menguntungkan bagi doktrin mereka, pengeksplorasian terhadap misteri (al-asrâr), dan simbol (al-rumûz) yang ada dalam al-Qur’an secara berlebihan, beberapa riwayat asbâb al-nuzûl dan riwayat tafsir yang lemah dan palsu yang disandarkan dan diidentikkan pada beberapa tafsir sahabat dan tabi’in, pengandalan beberapa mufassir atas riwayat-riwayat lemah, seperti riwayat yang menyatakan bahwa al-Qur’an turun sekaligus dari lauh al-mahfûdz ke lapisan langit terendah kemudian diturunkan kepada Nabi secara bertahap, serta doktrin para teolog madzhab tentang apakah al-qur’an

diciptakan (makhlûq) atau tidak (qadîm). 27 Kajian ini semakin menarik karena metodologi penafsiran al-Qur`ân yang

ditawarkan Darwazah dalam penafsirannya berbeda dengan metodologi yang dikenal dan diaplikasikan selama ini, atau paling tidak ada nuansa baru yang diperkenalkannya. Hal ini akan jelas, tatkala dilakukan penelusuran sejarah perkembangan metodologi tafsir al-Qur`ân semenjak awal al-Qur`ân diturunkan hingga dewasa ini. Dimana secara umum terdapat empat metode yang berkembang selama ini, yaitu: pertama, Metode tahlîli (analitis), kedua, metode

25 al-Qur`ân al-Majîd, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 142-198 26 al-Qur`ân al-Majîd, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 203

27 Lebih lanjut lihat al-Qur`ân al-Majîd, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 205-275 27 Lebih lanjut lihat al-Qur`ân al-Majîd, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2, h. 205-275

Hal inilah yang menarik penulis untuk mengkaji lebih mendalam tentang metode tafsir Darwazah yang disusun sesuai dengan kronologis pewahyuan pada masa Rasulullah dan didasarkan pada sebelas poin yang telah disebutkan, yang sekaligus mendasari konstruksi penafsiran Darwazah serta membuktikan penerapannya dalam kitab al-Tafsîr al-Hadîts. Diantara alasan penulis memilih Darwazah dan tafsirnya sebagai objek kajian ini, yaitu:

Pertama; keberadaan metode yang disusun sesuai dengan kronologi pewahyuan al-Qur`ân yang dibangun atas kesebelas prinsip yang dikemukakan Darwazah di pandang baru dalam ranah tafsir. Penulis melihat Darwazah telah mampu menemukan sebuah metode yang baru dan praktis dengan argument yang rasional, logis dan meyakinkan. Hadirnya pemikiran Darwazah, merupakan reaksi kritis terhadap pemikiran ulama-ulama tafsir sebelumnya, tetapi di balik itu sesungguhnya Darwazah menawarkan pola pemikiran logis yang diramunya sedemikian rupa, sehingga dapat rasional untuk tuntutan zaman modern.

28 Abdul Hayy al-Farmawi, al-Bidâya fî al-Tafsîr al-Maudû`i: Dirâsah Manhajiyyah Maudû`iyyah, (Kairo: Maktabah al-Hadharah al-‘Arabiyah, 1977), cet. ke-2, h. 23. Untuk metode

bentuk pertama (tahlili) baik yang berbentuk ma`tsûr (riwayat) maupun ra’yi (nalar), masing-masing dapat ditemukan penerapannya dalam tafsir Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta`wîl Âyi al-Qur`ân karya Ibn Jarir al-Thabari (w. 310 H), Ma’âlim al-Tanzîl karya al-Baghwi (w. 516 H), Tafsîr al-Qur`ân al-‘Azîm yang dikenal dengan Tafsîr Ibn Katsîr karya Ibn Katsir (w. 774 H), al-Dur al-Mantsûr fi al-Tafsîr bi al- Ma`tsûr karya al-Suyuthi (w. 911), Tafsîr al-Khâzin karya al-Khazin (w. 741 H), al-Kasysyâf karya al- Zamakhsyari (w. 538), Anwâr al-Tanzîr wa Asrâr al-Ta`wîl karya al-Baydhâwi (w. 691 H), Arâis al- Bayân fi Haqâiq al-Qur`ân karya al-Syîrâzi (w. 606 H), al-Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Râzi (w. 606 H), al-Jawâhir fi Tafsîr al-Qur`ân karya Tanthawi Jauhari, Tafsir al- Manâr karya Muhammad Rasyîd Ridha (w. 1935 H), dan lain-lain. Metode yang kedua (ijmâli), dapat dilihat antara lain dalam Tafsîr Jalâlain karya bersama Jalâluddin al-Mahalli (w. 864/1459) dan Jalâluddin al-Suyûti (w. 911/1505), Tâj al-Tafâsîr karya Muhammad ‘Utsmân al-Mirghani, Kitab

Tafsîr al-Qur`ân al-Karîm karya Muhammad Farid Wajdi (w. 1373/1940). 28 Metode komparasi dapat ditemukan dalam dapat dilihat dalam Durrat al-Tanzîl wa Ghurrat al-Ta`wîl karya al-Iskâfi (w. 240 H), dan al-Burhân fî Taujîh Mutasyâbih al-Qur`ân karya al-Karmâni (w. 505/1111). Terakhir metode tematik yang aplikasinya dapat ditemukan dalam al-Insân fî al-Qur`ân al-Karîm dan al-Mar`ah fî al- Qur`ân al-Karîm karya ‘Abbâs Mahmud al-‘Aqqâd, al-‘Aqîdah min al-Qur`ân al-Karîm karya Muhammad Abu Zahra, al-Wasâya al-‘Asr karya Mahmûd Syaltût, dan al-Ribâ fî al-Qur`ân karya Abu al-A’lâ al-Maudûdi (w. 1979 M). Lebih lanjut lihat Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al- Qur`ân, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), cet. ke-2, h. 32, 74 dan 151

Kedua; perbincangan tentang reinterpretation terhadap wacana al-Qur’an saat ini mendapat proporsi yang demikian penting sebagai upaya untuk mencari solusi cerdas dalam menjawab pelbagai persoalan kontemporer umat. Penulis melihat bahwa Darwazah telah menawarkan sebuah konsep rethinking of al- Qur’an, dengan berupaya menelaah kembali metode-metode tafsir yang selama ini sebenarnya sudah ada-akan tetapi belum diterapkan secara serius dan sistematis dalam tafsir-tafsir sebelumnya-untuk disesuaikan dengan esensi dari pesan al-Qur’an itu sendiri yang pada gilirannya diharapkan dapat menjadi sumber reinterpretation bagi pemikiran Islam yang didasarkan pada al-Qur`an.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Mengingat terdapatnya beberapa komponen dalam sebuah metodologi penafsiran, dan komponen-komponen yang dimaksudkan tersebut adalah metode atau cara mufassir dalam menyajikan tafsirnya, prinsip-prinsip yang dijadikan pijakan penafsiran, langkah-langkah yang ditempuh, serta sumber dan kaidah penafsiran yang digunakannya. dimana kesemua komponen ini menjadi satukesaruan yang ditemukan dalam sebuah karya tafsir. Maka penulis lebih memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini pada metodologi penafsiran yang berdasarkan kronologi pewahyuan al-Qur`ân (tartîb suwar hasba al-nuzûl) yang ditawarkan oleh Darwaza dalm kitab tafsirnya yang dikenal al-Tafsîr al-Hadîts. Dalam hal ini peneliti akan berupaya menelusuri dan membuktikan bentuk aplikasi penafsiran Darwazah dengan metode yang diusung dalam karyanya. Kemudian sebagai bentuk aplikasi dari metode ini, penulis mengambil delapan surat yaitu al-Fâtihah, al-‘Alaq, al-Ra'd, al-Hajj, al-Rahmân, al-Insân, al- Zalzalah, dan al-Nasr.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimanakah rumusan metode penafsiran yang ditawarkan oleh Darwazah ?

2. Bagaimana bentuk aplikasi metodologi tafsir Darwazah dalam penafsiran ?

3. Sejauh mana kontribusi metode penafsiran yang di tawarkan Darwazah terhadap perkembangan penafsiran al-Qur`an ?

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dari review penulis terhadap beberapa studi terdahulu yang dianggap relefan dengan kajian antara lain adalah penelitian yang dilakukan Thameem Ushama “ Methodologies of The Qur’anic Exegesis”, telah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh Hasan Basri dengan judul “Metodologi Tafsir al Qur’an, Kajian Kritis, Obyektif Dan Komprehensif” (Jakarta, Riora Cipta 2000 M). Dalam buku ini dijelaskan beberapa kekeliruan madzhab-madzhab penafsiran di abad-abad awal Islam, dan keganjilan-keganjilan yang terdapat dalam penafsiran al Qur’an serta syarat-syarat menafsirkan al Qur’an. disisi lain juga dibahas beberapa prinsip, ciri, dan metode tafsir. Meskipun buku ini membahas tentang prinsip, ciri, dan metode tafsir, tetapi penulis buku ini hanya menjelaskan secara umum, tanpa mengklasifikasikan prinsip-prinsip dan metode penafsiran secara terpisah dari setiap karya tafsir.

Selanjutnya ‘Abdullah Mahmûd Syahâta, menulis sebuah penelitian dengan judul Manhaj al-Imâm Muhammad ‘Abduh fî Tafsîr al-Qur`ân al-Karîm, diterbitkan oleh Nasyr al-Rasâ`il al-Jâm’iyah, al-Majlis al-A’lâ Li Ri’âyah al- Funûn wa al-Adâb wa al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyah, dalam bukunya ini Mahmûd Syahâta membahas tentang prinsip-prinsip penafsiran Muhammad Abduh yang melandasi metode tafsirnya dan kekhususan kekhususan yang di miliki oleh tafsir Abduh. Muhammad Ibrâhîm ‘Abdurrahmân menulis penelitian dengan judul

Manhaj al-Fakhr al-Râzî fî al-Tafsîr Baina Manâhij Ma’ashirîhi, dalam penelitiannya ini Ibrâhîm ‘Abdurrahmân membahas tentang persamaan dan perbedaan metode tafsir al-Râzî dengan mufassir-mufassir yang sezamannya, dengan memotret sumber penafsiran masing-masing mufassir, serta kedudukan mereka dalam beberapa disiplin ilmu seperti Qirâ`ât dan ‘Ulûm al-Qur`ân, Isrâ`iliyyât serta firaq al-Islâmiyah.

Adapun kajian tentang metodologi tafsir yang bersifat ilmiah seperti tesis dan disertasi antara lain adalah:

1. Ahmad Syukri menulis Disertasi dengan judul Metodologi Tafsir al-Qur`ân Kontemporer dalam Pemikiran Fazlur Rahman, dan sudah diterbitkan dalam bentuk buku oleh penerbit Sultan Taha Press bekerja sama dengan Gaung Persada Press Jakarta Disertasi ini sebagai syarat untuk meraih gelar Doktor dalam Ilmu Agama Islam dari Program Pascasarjana UIN Syarif hidayatullah Jakarta, tahun 2003. dalam disertasi tersebut penulis mengkaji tentang metode gerakan ganda yang ditawarkan oleh Fazlur Rahman dan mekanisme penerapannya dalam menafsirkan al-Qur`ân.

2. Sahiron Samsuddin yang menulis tesis dengan judul An Examination of Bint al-Syâti’’s Method of Interpreting the Qur`ân, tesis tersebut merupakan syarat untuk meraih gelar Master dari the Faculty of Graduate Studies and Research in Partial fulfillment of the requirements pada Institute of Islamic Studies McGill University, tahun 1998. Dalam tesis tersebut penulis mencoba mengkaji kritikan Bint al-Syâti’ terhadap penafsiran tradisional serta teory penafsirannya, yang kemudian disusul dengan bentuk pengaplikasiannya dalam menafsirkan surat al-‘Asr.

3. Baharuddin Husin dengan judul Studi Perbandingan antara Metode Tafsir Maudu’iy Prof. DR. Muhammad al-Bahy dengan Metode Tafsir Maudu’iy Prof. DR. Rauf Syalaby, merupakan tesis Magister dalam bidang Ilmu Agama Islam dari Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah bekerjasama dengan Fakultas Pascasarjana UI Jakarta, tahun 1992. dalam tesis tersebut 3. Baharuddin Husin dengan judul Studi Perbandingan antara Metode Tafsir Maudu’iy Prof. DR. Muhammad al-Bahy dengan Metode Tafsir Maudu’iy Prof. DR. Rauf Syalaby, merupakan tesis Magister dalam bidang Ilmu Agama Islam dari Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah bekerjasama dengan Fakultas Pascasarjana UI Jakarta, tahun 1992. dalam tesis tersebut

4. Adang Kuswaya dengan judul Pemikiran Hermeneutika al-Qur`ân Hassan Hanafi; Studi Analisis atas Pemikiran Hassan Hanafi tentang Metodologi Penafsiran al-Qur`ân, merupakan tesis Magister dalam bidang Ilmu Agama Islam dari Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 1999. dalam tesisi ini penulis mengkaji tentang hermeneutika sebagai penafsiran kitab suci, metodologi filologi, sebagai ilmu pemahaman linguistic, sebagai dasar metodologi ilmu-ilmu sosial kemanusiaan dan hermeneutika sebagai suatu sisitem interpretasi. Dan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai perkembangan hermeneutika al-Qur`ân sejak awal kelahirannya (al- Qur`ân diwahyukan) sampai pada era kontemporer. kemudian aplikasi metodologi penafsiran Hassan Hanafi dalam beberapa karyanya tentang status wanita menurut Islam dan Yahudi, pandangan Agama tentang tanah, dan harta dalam al-Qur`ân.

Sedangkan penelitian yang berkaitan dengan karya Darwazah adalah yang dilakukan oleh Devy Aisyah Aziz dengan judul “Metodologi Tafsir al-Qur`ân Karya Muhammad Darwazah; Kajian Penafsiran Kisah al-Qur`ân dalam Kitab

al-Tafsîr al-Hadîts”. 29 Tulisan ini berupa artikel yang dimuat dalam Jurnal pemikiran Islam kontekstual Jauhar, Dalam tulisan tersebut, Devy Aisyah Aziz