: Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana J01878

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Kelas 4 SD dalam Pembelajaran Menggunakan Model Discovery Learning dan Problem Based Learning

Fitria Intan Pramudi Wardani 1 , Mawardi 2 , Suhandi Astuti 3

1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Kristen Satya Wacana,

292014187@student.uksw.edu

3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Kristen Satya Wacana, mawardi@staff.uksw.edu Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Kristen Satya Wacana, suhandi.astuti70@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengukur apakah model pembelajaran

Riwayat Artikel:

discovery learning lebih tinggi secara signifikan dibandingkan model problem based Diterima: 25-02-2018

learning dilihat dari hasil belajar kelas 4 SD Gugus Slamet Riyadi Ampel-Boyolali. Disetujui: 22-03-2018

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental) dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 SD Gugus Slamet Riyadi Ampel-Boyolali. Sampel penelitian yang diambil yaitu siswa kelas 4 SDN 1 Kaligentong (SD inti), siswa kelas 4 SDN 2 Urutsewu

Kata Kunci:

dan siswa kelas 4 SDN 3 Urutsewu. Instrumen pengumpulan data menggunakan Discovery Learning

lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan Uji-T. Berdasarkan Problem Based Learning

hasil penelitian serta analisis data, disimpulkan bahwa hasil belajar menggunakan Hasil Belajar

model discovery learning lebih tinggi secara signifikan dibanding model pembelajaran Matematika

problem based learning. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji t hitung sebesar -2,282 dengan diperoleh signifikasi sebesar 0,026 lebi

h kecil dari α = 0,05 (0,026 < 0,05), karena nilai signifikasi (2-tailed) pada independent sample t test lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Oleh karena model discovery learning lebih efektif maka guru disarankan mengunakan model tersebut guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Abstract: This study aims to examine whether discovery learning model give more significant impact than problem based learning based on learning result of 4 th grade students in Gugus Slamet Riyadi Ampel-Boyolali. This study is quasi experimental with Nonequivalent Control Group Design. The data collection of this study is allt 4 th grade elementary school students in Gugus Slamet Riyadi Ampel-Boyolali, but the sample used is 4 th grade students at SDN 2 Urutsewu and SDN 3 Urutsewu. The method of collecting data used is observation and questionnaires. The technique of analyzing data uses T-test method. Based on the result of the study, it is concluded that learning result using discovery learning method has significant result than problem based learning method. The result can be seen that the result of T hitung has 2,282 with 0,026 singnification which means it is less than α =0,05 (0,026<0,05). The value of Sig.2-tailed

at independent sample t-test is less than 0,05, so that H 0 is rejected and H a is accepted. The conclusion of this study is that discovery learning more effective and teachers are suggested to use that method in teaching- learning activity so that the students’ learning result increase.

mengalami penyempurnaan, dan untuk saat ini kurikulum

A. LATAR BELAKANG yang digunakan Indonesia adalah kurikulum tingkat Pendidikan menduduki posisi yang sangat penting satuan pendidikan (KTSP) dan kurikulum 2013 (K13).

bagi keberlangsungan hidup manusia, pendidikan juga Hery Widyastono (2015: 90) mengemukakan bahwa memiliki fungsi yang telah ditetapkan sebagai acuhan Kurikulum Tingkat Satuan Dasar adalah kurikulum yang untuk tercapaianya tujuan pendidikan yang bermutu. disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan Fungsi pendidikan tersebut telah tercantum dalam pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem satuan pendidikan struktur dan muatan kurikulum tingkat Pendidikan Nasional yang menyebutkan, bahwa

satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan Lebih lanjut menurut Hery Widyastono (2015: 119) kemampuan dan membentuk watak serta peradaban mengenai Kurikulum 2013, bahwa kurikulum 2013 bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, kehidupan bangsa. Seiring perkembangan zaman, keterampilan dan sikap peserta didik yang ketiganya pengimplementasian kurikulum di Indonesia terus dilakukan secara seimbang.

56 | JTAM | Vol. 2, No. 1, April 2018, hal. 55-66

Implementasi kurikulum 2013 di SD/MI menggunakan siswa secara aktif untuk mengoorganisasikan sendiri pendekatan tematik integratif. Seperti yang ditegaskan materi pelajaran dengan menekankan pada penemuan oleh Mawardi (2014: 109) bahwa pembelajaran tematik suatu konsep atau prinsip yang sebelumnya belum integratife adalah pembelajaran yang memadukan diketahui siswa. Dalam hal ini siswa dilatih untuk beberapa muatan pelajaran dalam satu kali tatap muka membangun

sendiri berdasarkan dan dikemas dalam sebuah tema sebagai pemersatu pengalaman yang didapatkan, oleh karena itu diharapkan kegiatan pembelajaran.

pengetahuannya

Sedangkan dalam proses siswa mendapatkan sesuatu yang bermakna. Sedangkan pembelajarannya Mawardi (2014: 114) juga menegaskan Menurut Barrow seperti dikutip oleh Huda (2014: 271) bahwa pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiahlah mendefinisikan

based learning sebagai yang digunakan dalam Kurikulum 2013 SD/MI. Dalam pembelajaran yang diperoleh melalui proses yang Kurikulum 2013 revisi menegaskan matematika menjadi menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. salah satu mata pembelajaran yang berdiri sendiri.

problem

Beberapa penelitian terdahulu berhasil membuktikan Terdapat berbagai alasan yang menyebabkan matematika bahwa terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan tidak tergabung dalam pembelajaran tematik, salah model pembelajaran discovery learning dan problem based satunya tidak semua pembahasan dalam matematik dapat learning (PBL). Penelitian yang dilakukan oleh Hanif dikaitkan dengan pembelajaran lain. Selain itu cakupan Maaarif dan Wahyudi (2015: 97) mengenai eksperimentasi materi muatan pelajaran matematika tidak seluas ketika Problem Based learning dan CIRC dalam penyelesaian soal muatan pelajaran matematika disendirikan, hal tersebut cerita matematika siswa kelas 5 SD menemukan bahwa mengakibatkan peserta didik tidak mendapatkan konsep penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning matematika secara lebih matang dan mendalam.

lebih baik dari pada model CIRL dalam kemampuan Walaupun matematika menjadi salah satu muatan menyelesaikan soal cerita matematika kelas 5 SD Negeri 1 pembelajaran yang berdiri sendiri dalam Kurikulum 2013, Sedayu. hal ini tidak menjadi penghambat bagi guru untuk

Namun hasil penelitian yang dilakukan Hanif Maaarif membuat pembelajaran matematika menjadi lebih dan Wahyudi, berbeda dengan temuan Mawardi & Mariati menyenangkan, menantang dan bermakna. Dalam hal ini (2016: 127) yang melakukan penelitian tentang komparasi guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang model pembelajaran Discovery Learning dan Problem bervariasi dan efektif sehingga dengan penggunaan model Solving ditinjau dari hasil belajar IPA pada siswa kelas 3 SD pembelajaran

dapat di Gugus Diponegoro. Hasil penelitian dari Mawardi & meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan model Mariati menunjukkan bahwa model Discovery Learning pembelajaran menjadi sesuatu hal yang tidak mudah bagi lebih tinggi dibanding model Problem Solving dilihat dari guru, karena jika guru salah menerapkan model hasil belajar IPA kelas 3 Gugus Diponegoro Tengaran. pembelajaran maka hal tersebut dapat menjadi suatu

Hasil penelitian relevan terdahulu menunjukkan penghambat bagi keberhasilan proses belajar mengajar. bahwa penggunaan model pembelajaran discovery Oleh sebab itu sebelum memutuskan menggunakan suatu learning dan problem based learning (PBL) dapat model pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan mempengaruhi hasil belajar. Namun disisi lain muncul materi ajar serta karakteristik siswa. Mulyasa (2014: 143) keragu-raguan terhadap model pembelajaran yang lebih menyampaikan model pembelajaran yang diutamakan unggul yang dapat digunakan dalam pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 model pembelajaran matematika. Maka dari itu perlu dikaji lebih lanjut inkuiri (inquiry based learning), diskovery (discovery mengenai model pembelajaran discovery learning dan learning), model pembelajaran berbasis proyek (project problem based learning (PBL). Berdasarkan uraian latar based

berbasis belakang di atas, maka timbul ketertarikan peneliti untuk permasalahan (problem based learning). Mengingat bahwa melakukan penelitian yang berjudul Perbedaan (asil dalam Kurikulum 2013 langkah-langkah pembelajaran Belajar Matematika Kelas 4 SD dalam Pembelajaran yang digunakan menggunakan pendekatan saintifik atau Menggunakan Model Discovery Learning dan Problem ilmiah yang sering disebut dengan 6 M (mengamati, Based Learning . menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi). Sehingga model pembelajaran dengan

learning), model

pembelajaran

B. KAJIAN PUSTAKA

pendekatan ilmiah atau saintifik sangat disarankan.

1. Hakikat Matematika di SD

Dalam pembelajaran matematika model pembelajaran Menurut Hamzah (2008: 129), menyatakan bahwa yang cocok digunakan agar selama pembelajaran siswa matematika adalah suatu bidang ilmu yang dapat dapat membangun pengetahuan yang baru berdasarkan digunakan dalam memecahkan berbagai persoalan, penemuan atau penyelidika yang didapatkan adalah sebagai alat pikir, berkomunikasi, dimana didalam dengan menggunakan model discovery learning. Selain itu matematika terdapat berbagai unsur seperti, logika dan agar pembelajaran matematika tidak membosankan juga intusis, analisis

dan kontruksi, generalitas dan diperlukan terobosan

yang individualitas, dan memiliki berbagai cabang diantaranya menantang rasa keingintahuan siswa untuk memecahkan aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Sedangkan suatu persoalan, yaitu dengan mengunakan model problem menurut Hanifah Kusumawati & Mawardi (2016: 215) based learning. Oleh karena itu salah satu altenatif solusi matematika merupakan ilmu yang memiliki peran penting model pembelajaran yang dapat digunakan dalam dalam kehidupan manusia, karena matematika menjadi pembelajaran matematika agar dapat meningkatkan suatu acuan bagi perkembangan teknologi modern dimasa kualitas pembelajaran diantaranya melalui model yang akan datang. Selanjutnya pengertian matematika discovery learning dan problem based learning.

model pembelajaran

secara praktis disampaikan oleh Sri Giarti (2014: 15) yang Menurut. Kemendikbud (2016: 59), discovery learning menyatakan bahwa matematika merupakan suatu adalah suatu proses pembelajaran dimana melibatkan

Fitria Intan Pramudi, Perbedaan Hasil Belajar ...

pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang pembelajaran pemahaman konsep yang dilakukan pada dari yang paling mudah hingga ke yang paling rumit.

pertemuan yang berbeda, namun masih berupa lanjutan Berdasarkan pendapat ahli di atas mengenai dari penanaman konsep. 3) Pembinaan Keterampilan . pengertian matematika, maka dapat disimpulkan bahwa Pembinaan keterampilan merupakan pembelajaran yang matematika merupakan suatu bidang ilmu memiliki unsur, ditempuh setelah guru menyampaikan penanaman konsep cabang, serta memiliki jenjang kerumitan yang berperan dan pemahaman konsep. Tujuan dari pembinaan penting dalam kehidupan manusia, baik untuk keterampilan ini yaitu agar peseta didik dapat perkembangan teknologi modern maupun membantu menerapkan konsep-konsep matematika dalam kehidupan dalam pemecahan suatu permasalahan. Sehingga dengan sehari –hari. Sehingga pembelajaran matematika yang peserta didik belajar matematika maka persoalan atau dipelajari siswa dapat diaplikasikan dalam dunia nyata. permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika diharapkan dapat

Kompetensi Dasar

terselesaikan, dengan demikian hal tersebut menjadi bukti

Matematika Kelas VI SD

Matematika merupakan salah satu muatan pelajaran keberlangsungan hidup manusia.

bahwa matematika

yang diajarkan di sekolah dasar (SD). Pelajaran matematika yang diajarkan pada tingkat SD memiliki suatu

2. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.

Pencapaian kompetensi yang harus dicapai peserta didik Sri Giarti & Suhandi Astuti (2016: 86), menyatakan dalam kurikulum 2013 disebut dengan KI dan KD. bahwa kunci dari peningkatan mutu pendidikan adalah Kompetensi inti kelas IV yang terdapat pada buku guru guru. Hal tersebut dikarenakan interaksi yang terjalin tematik terpadu diantaranya: KI1 Menerima, menjalankan, antara guru dengan siswa selama proses pembelajaran dan menghargai ajaran agama yang dianutnya; KI2 berlangsung secara intensif. Sehingga dalam hal ini menunjukkan perilaku jujur, didiplin, tanggung jawab, Suhandi Astuti (2017: 49), menegaskan bahwa guru santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. keluarga, teman, guru dan tetangga; KI3 Memahami Output berupa siswa yang unggul bukanlah sesuatu yang pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, mustahil jika guru bekerja secara professional. Apalagi melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin dalam pembelajaran matematika tingkat SD langkah- tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan langkah pembelajaran yang ditempuh guru harus benar- kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya dirumah, benar jelas, dengan demikian siswa tidak merasa bingung sekolah dan tempat bermain; KI4 Menyajikan pengetahuan dengan apa yang disampaikan guru. Terlebih dalam faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, penyampaian pembelajaran tingkat SD akan lebih baik jika dalam karya yang estetis dalam gerakan yang saat pengajarannya mengunakan benda konkrit, sehingga mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang konsep yang diterima siswa dapat tertanam.

Dasar

mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak Heruman (2010: 2), menyatakan bahwa konsep – mulia. konsep pada kurikulum matematika SD dibagi ke dalam 3

Selanjutnya kompetensi dasar yang akan dipakai kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan. Untuk

TABEL 1

mencapai tahap keterampilan, guru harus mencapai KOMPETENSI DASAR 3.8 DAN 4.8 MATEMATIKA langkah-langkah secara benar, yang disesuaikan dengan

KELAS 4 SEMESTER II kemampuan dan lingkungan peserta didik, mengingat

Kompetensi Dasar (KD) Matematika Kelas 4 Semester II karakter setiap peserta didik berbeda. Penyajian

3.8 Menganalisis segi banyak beraturan dan segibanyak pembelajaran yang ditekankan pada konsep

–konsep tidak beraturan.

matematika menurut Heruman (2010: 2) antara lain: 1) 3.9 Mengidentifikasi segi banyak beraturan dan segi

banyak tidak beraturan.

Penanaman Konsep Dasar. Tahap penanaman konsep Sumber: lampiran Permendikbud No. 24 tahun 2016 dasar merupakan pembelajaran suatu konsep baru

Materi yang diambil untuk dijadikan bahan matematika yang diajarkan kepada peserta didik untuk pembelajaran dalam penelitian ini yaitu materi pada

pertama kalinya. Pembelajaran penanaman konsep dasar kurikulum 2013 matematika kelas 4 pada bab bangun segi juga

untuk banyak. Materi tersebut akan diajarkan kepada peserta menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret didik secara mendalam dengan menggunakan model dengan konsep baru yang abstrak. Pendukung dalam pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran yang pembelajaran penanaman konsep dasar matematika ini akan digunakan dalam pembelajaran matematika kelas 4 salah satunya dengan penggunaan media atau alat peraga, materi bangusn segi banyak yaitu model problem based karena dengan guru mengunakan media atau alat peraga, learning dan discovery learning. pola pikir siswa dapat terbentuk secara perlahan dan

merupakan jembatan

bagi

guru

sehingga memudahkan siswa untuk mengingat konsep 4 Model Pembelajaran

baru yang diajarkan oleh guru. 2) Pemahaman Konsep. Menurut Trianto (2010: 52), menjelaskan bahwa Pemahaman konsep merupakan lanjutan dari penanaman model pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan

konsep dasar matematika. Tujuan dari pemahaman konsep yang telah didesain guru untuk menyajikan materi yaitu agar peserta didik lebih memahami konsep mengajar yang dilakukan secara langsung dan digunakan matematika. Pemahaman konsep ini memiliki dua untuk menentukan perangkat pembelajaran yang akan pengertian. Pertama, pemahaman konsep merupakan digunakan.

pengertian model lanjutan dari penanaman konsep matematika dalam satu pembelajaran diatas, Mulyasa (2014: 142) mengemukakan

Senada

dengan

pertemuan. Kedua, pemahaman konsep merupakan

58 | JTAM | Vol. 2, No. 1, April 2018, hal. 55-66

secara singkat bahwa, model pembelajaran adalah untuk belajar; 3) Membimbing peserta didik untuk rangkaian kegiatan yang telah disusun secara sistematis melakukan penyeliikan individu maupun kelompok; 4) dari awal kegiatan hingga akhir yang dibawakan sesuai Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; 5) dengan karakteristik guru masing-masing. Kemudian Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan diperkuat dengan pendapat Mawardi (2018: 29) yang masalah. Kemudian Mawardi & Mariati (2016: 132) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan menegaskan bahwa penerapan model problem based pedoman pembelajaran yang berisi sintaks pembelajaran learning dalam pembelajaran menuntut siswa untuk secara sistematis dan suatu kerangka konseptual guna menyelesaikan pemecahan masalah yang disajikan oleh merancang

pembelajaran, guru dengan cara menggali informasi, kemudian dari mengorganisir pembelajaran untuk mencapai tujuan yang informasi

dan

melaksanakan

dianalisis dan dicari solusi diinginkan.

tersebut

daripermasalahan yang ada.

Berdasarkan uraian pendapat ahli mengenai modell Terdapat kelebihan dan kekurangan model problem pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa model based learning. Kelebihan model problem based learning pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran yang menurut Hamruni Hamruni (2009: 157) diantaranya; 1) didesain guru berisi mengenai rangkaian kegiatan Meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik; 2) pembelajaran dari awal hingga akhir yang telah disusun Menantang kemampuan peserta didik serta memberikan secara sistematis guna mencapai tujuan pembelajaran kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi yang diinginkan.

peserta didik; 3) Membantu peserta didik mengenai bagaimana cara mentransfer pengetahuan yang dimiliki

5 Model Discovery Learning dan Problem Based peserta didik untuk memahami masalah dalam kehidupan learning nyata; 4) Menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan. Menurut Kemendikbud (2016: 59), discovery learning Selain kelebihan tersebut, model problem based learning adalah suatu proses pembelajaran dimana melibatkan juga memiliki kelemahan seperti yang dikemukakan oleh siswa secara aktif untuk mengoorganisasikan sendiri Hamruni (2009: 157) beberapa kelemahan pada model materi pelajaran dengan menekankan pada penemuan pembelajran berbasis masalah diataranya: 1) Bagi peserta suatu konsep atau prinsip yang sebelumnya belum didik yang tidak memiliki minat atau tidak memiliki rasa diketahui siswa. Sehingga dalam hal ini siswa belajar percaya diri bahwa sesulit apapun masalah yang dipelajari berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan melalui itu dapat dipecahkan, maka peserta didik akan merasa percobaan. Mulyasa (2014: 144) menyampaikan beberapa enggan untuk mencoba; 2) Keberhasilan penerapan langkah yang harus ditempuh guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran model discovery learning diantaranya: 1) stimulus; 2) berbasis masalah ini membutuhkan cukup waktu untuk identifikasi masalah; 3) pengumpulan data; 4) pengolahan persiapan; 3) Tanpa pemahaman mengapa peserta didik data; 5) verifikasi dan 6) Generalisasi.

berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang Kelebihan model discovery learning menurut dipelajari, maka peserta didik tidak akan belajar apa yang Kemendikbud (2016: 62) diantaranya; 1) Membantu mereka ingin pelajari. peserta didik dalam memperbaiki dan meningkatkan

Model pembelajaran yang dipilih oleh guru tentunya keterampilan dan proses-proses kognitif pada peserta memiliki unsur-unsur yang membangun. Hal tersebut didik; 2) Karena model ini peserta didik melakukan sebuah sejalan dengan Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily penyelidikan untuk mencapai suatu keberhasilan, maka Calhoun (2011: 104), bahwa setiap model-model selama proses pembelajaran peserta didik akan merasa pembelajaran memiliki unsur-unsur begitu juga dengan senang; 3) Selama proses kegiatan belajar mengajar situasi model discovery learning dan problem based learning. belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Selain Unsur-unsur yang dimaksud berupa (1) sintagmatik; (2) kelebihan discovery learning diatas, Kemendikbud (2016: prinsip reaksi; (3) sistem sosial; (4) daya dukung; (5)

63) menyatakan beberapa kelemahan model ini jika dampak intruksional dan dampak pengiring. Penjelasan diterapkan dalam pembelajaran diantaranya: 1) Tujuan kelima unsur tersebut diantaranya sebagai berikut: 1) pembelajaan mengunakan model ini sulit untuk tercapai, Sintagmatik adalah langkah-langkah atau tahapan yang ketika guru dan siswa sudah terbiasa mengajar dengan harus ditempuh oleh guru ketika menggunakan model menggunakan cara – cara belajar lama; 2) Pembelajaran pembelajaran yang telah dipilih; 2) Prinsip reaksi ini menggunakan model discovery learning tidak efisien untuk berkaitan dengan bagaimana peran guru dalam mengajar siswa dalam jumlah banyak; 3) Tidak pelaksanaan pembelajaran; 3) Sistem sosial adalah memberikan kesempatan untuk berfikir tentang sesuatu hubungan guru dengan peserta didik yang terlihat pada yang akan ditemukan oleh siswa.

saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan Model selanjutnya yang akan dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran implementasikan pada model discovery learning adalah model problem based saat itu; 4) daya dukung adalah pendukung yang learning. Menurut Hamruni (2009: 148), pembelajaran dibutuhkan atau diperlukan dalam pembelajaran; 5) berbasis masalah adalah model pembelajaran yang Dampak intruksional adalah pencapaian hasil belajar menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks peserta didik yang berkaitan langsung dengan materi bagi peserta didik untuk belajar mengenai cara berfikir

pembelajaran, sedangkan dampak pengiring adalah hasil kritis, mengembangkan keterampilan dalam pemecahan belajar lain yang diperoleh peserta didik sebagai akibat masalah, serta memperoleh pengetahua dan konsep baru dari penggunaan model pembelajaran tertentu. yang didapatkan oleh peserta didik dalam pembelajaran. Adapun sintaks pembelajaran menurut Suyanto dan Asep

6. Hasil Belajar

Jihad (2013: 155) diantaranya: 1) mengarahkan peserta Menurut Ahmad Susanto (2013: 5) hasil belajar adalah didik pada masalah; 2) mengorganisasikan peserta didik suatu perubahan yang dapat terjadi pada diri peserta didik.

Fitria Intan Pramudi, Perbedaan Hasil Belajar ...

Perubahan ini dapat terjadi pada aspek kognitif Sri Sukaptiyah (2015: 114) melakukan penelitian (pengetahuan), afektif

(sikap), dan psikomotorik tindakan kelas (PTK) tentang penerapan model Problem (keteranpilan) sebagai hasil belajar dari kegiatan selama Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar PKn proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan menurut siswa kelas VI SDN 1 Mongkrong. Hasil penelitian Rusman (2012:123) hasil belajar adalah pengalaman – menunjukkan bahwa melalui penerapan model Problem pengalaman yang didapat siswa selama proses belajar, Based Learning dapat mempengaruhi prestasi siswa kelas yang dapat mencakup ranah kognitif, afektif, dan

VI. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar psikomotor. Lebih lanjut menurut Kunandar (2014: 62) PKn siswa setelah penerapan model pembelajaran hasil belajar adalah kemampuan kemampuan tertantu baik Problem Based Learning. Maka peneliti menyimpulkan kognitif, afektif maupun psikomotor yang dicapai siswa bahwa hasil belajar siswa dapat meningakat setelah setelah mengikuti mengikuti proses belajar mengajar.

penerapan model Problem Based Learning. Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan para

Septiani Wahyu Tumurun, Diah Gusrayani dan Asep ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah Kurnia Jayadinata (2016: 101) yang meneliti tentang perolehan hasil akhir yang didapatkan siswa setelah pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap menempuh proses pembelajaran, yang dapat berupa keterampilan berfikir kreatif siswa pada materi sifat-sifat kognitif, afektif maupun psikomotor.

cahaya. Berdasarkan hasil penelitian implementasi model discovery learning dan konvensional sama-sama dapat

meningkatkan keterampilan berfikir kreatif. Namun Penelitian yang dilakukan Rismaerista Rini & Mawardi didapatkan hasil bahwa pembelajaran dengan model (2015: 103) meneliti tentang penggunaan model Problem discovery learning lebih dapat meningkatkan keterampilan Based Learning sebagai upaya peningkatan keterampilan berfikir kreatif secara signifikan. Hal tersebut dibuktikan proses saintifik dan hasil belajar siswa kelas 4 Tema Peduli dari hasil hasil perhitungan uji beda rata-rata data gain Terhadap Lingkungan SDN Slungkep 02. Hasil analisis data pada kedua kelompok sampel memiliki nilai sig (1-tailed) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil dari siklus I sebesar 0,001. dan siklus II. Hal ini dapat dibuktikan bahwa terdapat

7. Kajian Penelitian yang Relevan

Rumini & Naniek Sulistya Wardani (2016: 19), peningkatan keterampilan proses saitifik dan hasil belajar melakukan penelitian tentang peningkatan hasil belajar siswa kelas 4 pada Tema 4 Peduli Terhadap Lingkungan. Tema Berbagai Pekerjaan dengan menggunakan model Peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model Problem Discovery Learning pada siswa kelas 4 SDN Kutoharjo 01. Based Learning dapat meningkatkan keterampilan proses Hasil penelitian tindakan yang dilakukan tersebut saintifik dan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Slungkep 02.

menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar dari Wahyudi & Mia Christy Siswanti (2015: 23) siklus 1 ke siklus 2 Tema Berbagai Pekerjaan pada siswa melakukan penelitian tentang pengaruh model Discovery kelas IV dengan menggunakan model Discovery Learning. Learning dengan permainan ditinjau dari hasil belajar Hasil

menunjukkan bahwa terdapat matematika siswa kelas 5. Berdasarkan olah data yang peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model dilakukan menunjukkan rata-rata kelas eksperimen 80,84 Discovery Learning pada Tema Berbagai Pekerjaan. Maka sedangkan kelas control 71,75. Hal tersebut juga didukung dapat disimpulkan bahwa penerapan model Discovery oleh nilai signifikan yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa Tema Ho ditilak dan Ha diterima. Simpulan yang diberikan Berbagai Pekerjaan kelas 4 SDN Kutoharjo 01 dan peneliti adalah penerapan model Discovery Learning penelitian ini dikatakan berhasil. melalui permainan memiliki pengaruh terhadap hasil

penelitian

Mawardi & Mariati (2016: 127), melakukan penelitian belajar siswa kelas 5 SD SD Kristen 03 Eben Haezer.

tentang komparasi model pembelajaran Discovery Hanif Maaarif dan Wahyudi (2015: 97) melakukan Learning dan Problem Solving ditinjau dari hasil belajar penelitian tentang eksperimentasi Problem Based learning IPA pada siswa kelas 3 SD di Gugus Diponegoro. Hasil dan CIRC dalam penyelesaian soal cerita matematika siswa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil uji t kelas 5 SD. Berdasarkan hasil olah data yang telah skor postest menunjukkan t hitung 3,417 dan t tabel 2,201 dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan dengan signifikasi 0,039. Karena nilai signifikasi < 0,05 dan

model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik t hitung < t tabel maka H 0 ditolak, H a diterima. Maka dapat dari pada model CIRL dalam kemampuan menyelesaikan disimpulkan bahwa hasil belajar IPA kelas 3 di Gugus soal cerita matematika kelas 5 SD Negeri 1 Sedayu.

Diponegoro Tengaran dengan menggunakan model M. Taufik & Dasniati (2018: 49) meneliti tentang Discovery Learning lebih tinggi dibanding model Problem upaya meningkatan keterampilan proses siswa dengan Solving. menggunakan model pembelajaran discovery learning

Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Firosalia pada materi cahaya dan sifat-sifatnya. Hasil penelitian Kristin & Dwi Rahayu (2016: 84) mengenai pengaruh yang diperoleh menunjukkan bahwa melalui model penerapan model pembelajaran Discovery Learning discovery learning dalam pembelajaran terjadi peningkatan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD. Tujuan dari persentase rerata keterampilan proses siswa yaitu siklus I penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh 60% di siklus II menjadi 88,6%. Selanjutnya rata-rata penggunaan penerapan model Discovery Learning aktifitas belajar guru pada siklus I sebesar 80% dan pada terhadap hasil belajar IPS kelas 4 SD Koripan 01. Hasil siklus II mengalami peningkatan menjadi 92%, sedangkan penelitian menunjukkan bahwa penerapan model kegiatan siswa pada siklus I sebesar 60% dan mengalami Discovery

pengaruh terhadap peningkatan pada siklus II menjadi 88,5%. Maka dapat pembelajaran IPS. Hal ini dibuktikan dengan adanya disimpulkan bahwa pembelajaran materi sifat-sifat cahaya peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Koripan menggunakan

Learning

memiliki

04 dengan menerapkan model Discovery Learning. Maka meningkatkan keterampilan proses siswa.

dapat disimpulkan bahwa penerapan model Discovery

60 | JTAM | Vol. 2, No. 1, April 2018, hal. 55-66

Learning dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan dampak peningkatan hasil belajar adalah 89,38. Hal hasil belajar siswa kelas 4 SDN Koripan 04. Perbedaan terssebut berarti indikator keberhasilan lebih dari sama penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan dengan 4,0 dan hasi belajar lebih dari sama dengan 75. terletak pada jenis penelitian dan muatan pelajaran yang Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini akan diterapkan model.

dikatakan berhasil dikarenakan indikator keberhasilan Adhini Virginia & Wasitohadi (2016: 100) meneliti telah terbukti. tentang efektivitas model Problem Based Learning

Penelitian selanjutnaya dilakukan Rani Nopia, Julia berbantu media audio visual ditinjau dari hasil belajar ipa dan Atep Sujana (2016: 641) yang meneliti tentang siswa kelas 5 SDN 1 Gadu. Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh model Problem Based Learning terhadap mengetahui perbedaan hasil belajar antara model Problem keterampilan berfikir kritis siswa kelas V sekolah dasar. Based Learning berbantu media audio visual dengan model Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbantu media visual pada Problem Based Learning dan model konvensional sama- pembelajaran IPA siswa kelas 5 SDN 1 Gadu Sambong. sama dapat meningkatkan keterampilan berfikir kritis, Dalam penelitian ini kelompok eksperimen diterapkan namun secara signifikan penerapan model Problem Based model Problem Based Learning sedangkan kelompok Learning lebih baik untuk meningkatkan keterampilan control diterapkan model Think Pair Share. Hal ini berfikir kritis, hasil penelitian juga diperkuat dengan dibuktikan bahwa perbedaan rata-rata kelas eksperimen > adanya respon positif siswa terhadap pembelajaran kelas control yaitu 87,0588>80,2000. Berdasarkan hasil dengan model Problem Based Learning. analisis data maka peneliti menyimpulkan terdapat

Rizal Abdurrizak, Asep Kurnia jayadinata & Iisrok perbedaan tingkat evektivitas antara model Problem Based Atun (2016: 817) melakukan penelitian tentang pengaruh Learning berbentu media audio visual dengan model model Problem Based Learning terhadap kemampuan pembelajaran Think Pair Share berbantu media visual berfikir kreatif siswa kelas IV SDN Paseh2 dan SDN Ledok. terhadap hasil belajar siswa kelas 5 SDN 1 Gadu Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa Kecamatan Sambong.

penerapan Model Problem Based Learning memberikan

I Dewa Gede Wianjana Putra, A.A. Gede Agung dan pengaruh. Hal ini dibuktikan dengan: 1) meningkatnya Desak Putu Parmiti (2017: 1) melakukan penelitian kemampuan berfikir kreatif siswa, 2) meningkatnya hasil tentang pengarun model pembelajaran Discovery Learning belajar siswa, 3) kemampuan berfikir kreatif siswa dengan berbasis lingkungan terhadap hasil belajar IPA pada siswa menggunakan

model PBL lebih baik dibanding kelas V Gugus II Kecamatan Tampaksiring. Hasil penelitian menggunakan

konvensional, 4) dalam menunjukkan bahwa penerapan model Discovery Learning meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa terdapat memiliki pengaruh terhadap pembelajaran IPA. Hal ini factor pendukung dan penghambat. Dari hasil diatas diperkuat dari hasil olah data yang menunjukkan bahwa peneliti menyimpulkan secara singkat bahwa penggunaan nilai t hitung sebesar 9,86 dan t tab sebesar 2,00, artinya t hitung > model Problem Based Learning dapat meningkatkan t tab. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kemapuan berfikir kreatif siswa walaupun terdapat faktor peneliti menyimpulkan bahwa penerapan

model

dan pendukung dalam peningkatan pembelajaran Discovery Learning berbasis lingkungan kemampuan berfikir kreatif tersebut. memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2016/2017

model penghambat

C. METODE PENELITIAN

di SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring.

menggunakan jenis penelitian Maria Patrisia Wau (2017: 239) melakukan penelitian eksperimen. Sugiyono (2014: 72), metode penelitian

Penelitian

ini

tentang pengaruh model Problem Based Learning terhadap eksperimen dapat diartikan sebagai metode peelitian yang hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDI Bajawa. Hasil digunakan untuk mencari pengaruh dari perlakuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat penerapan model tertentu dibawah kondisi buatan. Desain penelitian Problem Based Learning berpengaruh tehadap hasil belajar eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen

IPS. Hal ini dibuktikan bahwa H o ditolak dan H 1 diterima. semu atau Quasi Experimental Design dengan bentuk Kemudian diperoleh rata-rata kelompok eskperimen lebih

Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini tinggi dibanding kelompok kontrol yaitu 66,40 > 56,9. terdapat 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan

Berdasarkan analisis data yeng telah dilakukan, penulis kontrol. Sebelum kelompok eksperimen dan kontrol diberi menyimpulkan bahwa penerapan model Problem Based perlakuan/treatment, kedua kelompok diberi pretest Learning memiliki dampak yang signifikan dibandingkan terlebih dahulu setelah itu baru kemudian kedua model konvensional terhadap hasil belajar IPS siswa kelas kelompok

diberi

perlakuan/treatment. Kelompok

IV SD. eksperimen dalam penelitian ini diberi perlakuan dengan Aries Setiarini (2016: 203) melakukan penelitian model problem based learning, sedangkan kelompok

tentang cara meningkatkan motivasi dan hasil belajar kontrol diberi perlakuan dengan model discovery learning. peserta didik dengan mengoptimalkan penerapan

Sampel penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN 1 pendekatan saintifik strategi discovery learning dan Kaligentong (SD inti), siswa kelas 4 SDN 2 Urutsewu dan

metode diskusi. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan siswa kelas 4 SDN 3 Urutsewu di Gugus Slamet Riyadi untuk mengetahui efektifitas penerapan pendekatan Ampel-Boyolali dengan jumlah sampel secara keseluruhan saintifik strategi discovery learning dan metode diskusi

68 anak. Instrument pengumpulan data dalam penelitian dalam peningkatan motivasi serta hasil belajar. Hasil ini menggunakan soal tes dan lembar observasi. Soal tes

penelitian ini menunjukkan bahwa hasil akhir tindakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil siklus II mengenai hasil observasi guru sebear 4,64 belajar siswa baik sebelum (pretest) ataupun sesudah sedangkan hasil observasi peserta didik mencapai skor (posttest) dikenakan treatmen. rata-rata 4,21. Sedangkan rata-rata hasil belajar sebagai

Fitria Intan Pramudi, Perbedaan Hasil Belajar ...

Selanjutnya untuk mengetahui aktifitas guru dan perlakuan skor tertinggi yang berhasil dicapai adalah siswa apakah pembelajaran yang laksanakan sesuai

92 dan skor terendahnya 44. Adapun jumlah peserta sintaks maka digunakan instrument observasi yang berupa

didik yang mengikuti pretest dan posttest sebanyak 34 lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Teknik analisis

anak.

yang digunakan berupa uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas serta uji t atau uji beda

2. Deskripsi Data Kelompok Kontrol

dengan independent sample t test. Menurut Priyatno (2010:

Treatmet/perlakuan

yang diberikan pada

71) Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok kontrol berupa penerapan model discovery data yang diuji terdistribusi normal atau tidak. Setelah uji

learning. Berikut disajikan hasil statistik deskriptif normalitas terpenuhi maka pengujian selanjutnya yaitu uji

kelompok kontrol dalam bentuk tabel hasil pretest dan homogenitas.

posttes yang didalamnya memuat rata-rata nilai mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang

Uji homogenitas

digunakan

untuk

(mean), skor tertinggi (max), skor terendah (min), memiliki varian sama atau homogen. Tahap terakhir yang

standar deviasi. Pengolahan data analisis statistik akan dilakukan yaitu analisis uji t atau uji beda dengan

deskriptif ini menggunakan program SPSS for windows independent sample t test. Analisis uji t atau uji beda ini

version 22.

dilakukan untuk mengetahui untuk mengetahui ada tidak

TABEL 3

adanya perbedaan hasil belajar posttest kelompok STATISTIK DESKRIPTIF NILAI PRETEST DAN POSTTEST eksperimen yang diberi perlakuan dengan model problem

KELOMPOK KONTROL based leraning dan kelompok kontrol yang diberi

Std. perlakuan dengan model discovery learning.

Min

Max

Mean Devia- tion

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Pre_DL

34 52 96 80.12 11.031 Penelitian ini dilakukan di 3 SD Gugus Slamet Riyadi

Pos_DL

34 Urutsewu pada siswa kelas 4 materi bangun segi banyak

Valid N

diantaranya Kaligentong (SD inti), SDN 2 Urutsewu, SDN 3

(listwise)

semester II tahun pelajaran 2017/2018. Pertemuan pada Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen dan kontrol masing-masing sebanyak 3

sebelum proses pembelajaran mendapatkan perlakuan kali dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 35 menit

menggunakan model discovery learning nilai rata-rata (70 menit). Peran guru kelas selama pelaksanaan

pretest kelompok kontrol sebesar 50,12 dengan standar penelitian adalah sebagai pengamat, sedangkan pemberian

deviasi 12,848. Sedangkan setelah kelompok kontrol perlakuan dilakukan oleh peneliti sendiri. Berikut akan

diberi perlakuan menggunakan model discovery diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

learning nilai rata-rata posttest kelompok kontrol dilakukan oleh peneliti.

meningkat menjadi 80.12 dengan standar deviasi

1. Deskripsi Data Kelompok Eksperimen

11.031. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa skor Treatmet/perlakuan

tertinggi sebelum diberi perlakuan adalah 72 dan skor kelompok eksperimen berupa penerapan model

terendah 24. Namun setelah kelompok kontrol diberi problem based learning. Berikut disajikan hasil

perlakuan berupa penerapan model discovery learning statistik deskriptif kelompok eksperimen dalam

skor tertinggi yang berhasil diperoleh sebesar 96 dan bentuk tabel hasil pretest dan posttes yang didalamnya

skor terendah 52. Jumlah siswa yang mengikuti pretest memuat rata-rata nilai (mean), skor tertinggi (max),

dan posttest kelompok kontrol ini adalah 34 anak. skor terendah (min), standar deviasi. Pengolahan data

analisis statistik deskriptif ini menggunakan program

3. Deskripsi Kompaasi Hasil Pengukuran Hasil

SPSS for windows version 22.

Belajar Kelompok Eksperimen dan kelompok

TABEL 2

Kontrol

STATISTIK DESKRIPTIF SKOR PRETEST DAN POSTTEST Berdasarkan uraian hasil analisis statistik KELOMPOK EKSPERIMEN

deskriptif di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa N

kelompok kontrol dengan perlakuan model discovery Pre_PBL

Std. Devia-

learning lebih tinggi dibanding dengan kelompok Pos_PBL

eksperimen dengan perlakuan problem based learning. Valid N

Hasil pengukuran dari kelompok eksperimen dan

(listwise) kontrol berdasarkan nilai pretest dan posttest pelajaran matematika kelas 4 Gugus Slamet Riyadi

Berdasarkan tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa selanjutnya dipaparkan dalam bentuk deskripsi sebelum mendapatkan perlakuan menggunakan model

komparasi. Rincian deskripsi komparatif ini disajikan problem based learning nilai rata-rata pretest kelompok

dalam bentuk tabel dan gambar. Berikut merupakan eksperimen sebesar 49,18 dengan standar deviasi

hasil perbedaan pada kelompok eksperimen dan 12,241. Sedangkan setelah kelompok ekperimen diberi

kontrol yang dapat dilihat pada tablel 4. perlakuan dengan menerapkan model problem based

TABEL 4

learning dalam pembelajaran nilai rata-rata posttest TABEL KOMPARASI HASIL PENGUKURAN KELOMPOK meningkat menjadi 73,76 dengan standar deviasu

EKSPERIMEN DAN KONTROL 11,906. Hal lain yang tampak adalah skor tertinggi yang

SD GUGUS SLAMET RIYADI dicapai sebelum pemberian perlakuan adalah 72 dan

Rerata skor (mean) Keterangan skor terendah adalah 24. Namun setelah diberi

Kontrol selisih

Awal (pretetst)

62 | JTAM | Vol. 2, No. 1, April 2018, hal. 55-66

Akhir (posttets)

73.76 80.12 6.36 based learning Gugus Slamet Riyadi semester II tahun Berdasarkan tabel 4 di atas maka dapat dilihat

pelajaran 2017/2018. Pemberian treatment model nilai rata-rata kelas eksperimen pada tahap awal

problem based learning diimplementasikan pada (pretest) adalah 49,18 dan pada tahap akhir (posttest)

kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok nilai rata-rata kelompok eksperimen mengalami

kontrol diberikan treatmen berupa model discovery kenaikan 73.76. Sedangkan pada kelompok kontrol

learning.

diperoleh nilai rata-rata 50,12 pada tahap awal Berdasakan analisis statistik deskriptif hasil (pretest) dan pada tahap akhir (posttest) nilai rata-rata

belajar matematika kelas 4 materi bangun segi banyak, kelompok kontrol menjadi 80.12 pada tahap akhir.

diperoleh nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen Selanjutnya untuk selisih nilai rata-rata tahap awal

dan kontrol adalah 49,18 dan 50,12. Sedangkan nilai kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 0,94

rata-rata posttest kelompok eksperimen dan kelompok sedangkan pada tahap akhir sebesar 6.36. Secara

kontrol adalah 73.76 dan 80.12. Dari data tersebut ringkas deskripsi komparasi hasil pengukuran

menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan tersebut dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut.

berupa penerapan model problem based learning dan discovery learning, baik nilai rata-rata posttest kedua kelompok sama-sama memberikan peningkatan.

Komparasi Hasil Pretest dan Posttest

Berdasarkan analisis uji t atau beda rata-rata nilai

eksperimen dan kontrol 100

Kelompok Eksperimen dan Kontrol

posttest

kelompok

menunjukkan hasil signifikasi (2-tailed) sebesar 0,026. 80 73,76

Dikarenakan nilai signifikan (2-tailed) sebesar 0,026 60

lebih kecil dari α = 0,0 0,02 < α = 0,0 , maka dapat 40 49,18

Prettest

diartikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

20 Posttest

pada kelompok eksperimen dan kontrol. Sehingga

0 didapatkan hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha Eksperimen

Kontrol

diterima, yang dapat diartikan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran discovery

learning lebih tinggi secara signifikan dibandingkan DESKRIPSI KOMPARASI SKOR PRETEST DAN POSTTEST

GAMBAR 1

model pembelajaran problem based learning pada KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL SD GUGUS SLAMET

pelajaran matematika kelas IV SD Gugus Slamet Riyadi.

RIYADI

(2014: 144) model pembelajaran discovery learning merupakan model

Menurut

Mulyasa

4. Analisis Uji t atau Uji Beda Rata-rata Hasil Belajar

pembelajaran dimana peserta didik dapat menemukan Setelah uji prasyarat telah terpenuhi, maka

sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran. Sintaks pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji t atau

harus ditempuh dalam uji beda rata-rata hasil belajar. Uji t dilakukan pada

pembelajaran

yang

menggunakan model discovery learning menurut nilai posttest kelompok eksperimen yang diberi

pemberian stimulus, 2) perlakuan dengan menggunakan model problem based

diantaranya:

mengidentifikasi masalah, 3) pengumpulan data, 4) learning dan nilai posttses kelompok kontrol yang

pengolahan data, 5) pembuktian, dan 6) penarikan diberi perlakuan dengan menggunakan model

kesimpulan. Penggunaan model discovery learning discovery learning. analisis uji t atau uji beda ini

yang dilakukan pada kelas kontrol membawa dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows

pengaruh positif bagi siswa dalam pembelajaran. Hal versi 22. Berikut dipaparkan hasil uji t atau uji beda

ini ditunjukkan dari aktifitas siswa selama proses menggunakan uji t Independent T Test yang dapat

pembelajaran dengan menggunakan model discovery dilihat pada tabel 5. (Terlampir).

learning diantaranya; 1) siswa yang diterapkan model Berdasarkan tabel 5 terlampir tampak bahwa

discovery learning mengikuti pembelajaran dengan t hitung sebesar – 2,282. Hasil analisis uji t atau uji beda

antusias serta aktif, apalagi pada waktu siswa menggunakan asusmi t-test for equality of means

melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang dengan Sig (2-tailed) sebesar 0,026 sehinga didapat

telah guru siapkan, semua siswa berlomba-lomba (1-tailed) sebesar 0,013. Dikarenakan nilai signifikan

untuk menyelesaikan percobaan pada lembar kerja (2-tailed) 0,026 < 0,05 (0,026 lebih kecil dari 0,05),

kelompok yang guru berikan, 2) penangkapan materi maka dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha

dalam penggunaan mode discovery learnig lebih diterima.

mudah diterima oleh siswa, hal tersebut dikarenakan siswa belajar dari pengalaman sendiri serta

5. Pembahasan

melakukan percobaan yang membuat hal ini Penelitian eksperimen ini dilakukan di SD Gugus

Dokumen yang terkait

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Khutbah Washil bin Atho' wa ma fiha minal asalib al-insyaiyah al-thalabiyah : dirasah tahliliyah

3 67 62

Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Peningkatan Produktivitas sekolah : penelitian di SMK al-Amanah Serpong

20 218 83

Analysis On Students'Structure Competence In Complex Sentences : A Case Study at 2nd Year class of SMU TRIGUNA

8 98 53