Pentingnya soft skill bagi profesi guru

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mungkin pernah kita dapati seorang dokter yang pandai, tetapi emosional,
seorang perawat yang terampil, tetapi judes, seorang arsitek yang lihai, tetapi culas,
seorang pejabat yang hebat, tetapi koruptor, dan seorang akuntan yang piawai, tetapi
ceroboh ? Mungkin juga anda pernah menjumpai yang sebaliknya , seorang dokter yang
kurang pandai, tetapi mau belajar, seorang arsitek

yang kurang cerdas, tetapi

komunikatif, seorang pejabat yang biasa saja tetapi jujur, dan seorang akuntan yang
kurang andal tetapi jujur ? Dari dua perbandingan tersebut, mana yang layak dipilih ?
Dalam dunia pendidikan, pernahkah kita menjumpai seseorang guru yang cerdas
tetapi tidak menyenangkan, seseorang pustakawan yang terampil, tetapi menakutkan,
seorang karyawan administrasi yang pintar tapi sombong ? Mudah – mudahan kita tidak
termasuk dalam kategori ini. Mungkin anda bertanya – Tanya, mengapa hal semacam
ini ditanyakan ? Apa urgensinya bagi profesi guru ? Berbagai pertanyaan tersebut akan
dilihat apa urgensinya bagi profesi guru yang akan dibahas dalam makalah ini.
Sebagai seorang guru tentu kita menghadapi berbagai persoalan pembelajaran,

baik ketika dikelas, luar kelas, bahkan luar sekolah. Kok bisas diluar sekolah juga ? ya,
tugas seorang guru yang paling pokok adalah mendidik, BUKAN mengajar. Kita tentu
tahu perbedaan kedua istilah tersebut, mendidik adalah proses transfer nilai sedangkan
mengajar merupakan proses transfer pengetahuan . Proses mendidik tidak hanya

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 1

berlangsung dikelas, sedangkan mengajar hanya berlangsung di kelas. Kita tentu lebih
sepakat bahwa tugas guru adalah mendidik, bukan mengajar. Mengajar merupakan
bagian dari mendidik saja . Dengan dua istilah yang berbeda orientasi tersebut, apa
implikasi kompetensi yang harus kita miliki sebagai seorang guru ? Dalam makalah ini
akan dibahas lebih rinci.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari apa yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini maka, ada
beberapa hal yang akan saya tarik menjadi rumusan masalah sebagai berikut :
a. Siapa guru itu ?
b. Kompetensi apa yang harus dimiliki oleh seorang guru ?
c. Seperti apa itu softskill ?
d. Apa pentingnya softskill bagi profesi guru ?


C. TUJUAN PENULISAN
Setiap penulisan makalah pasti memiliki tujuan memecahkan point – point yang
ada pada rumusan masalah sebagai berikut :
a. Mengetahui siapa sebenarnya yang disebut dengan guru
b. Mengetahui kompetensi yang harus dimiliki seorang guru
c. Mengetahui seperti apa itu softskill
d. Mengetahui pentingnya softskill bagi profesi guru

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Siapa Itu Guru ?
Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan

formal. Tugas


utama

itu

akan

efektif

jika

guru

memiliki

derajat

profesionalitas tertentu yang tercermin dan kompetensi, kemahiran, kecakapan atau
keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003, kata guru dimasukkan ke dalam genus
pendidik. Sesungguhnya guru dan pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata

pendidik ( bahasa Indonesia ) merupakan padanan dan kata educator ( bahasa Inggris ).
Dalam kamus Webster kata educator berarti educationist atau educationalist yang
padanannya dalam bahasa atau ahli pendidikan. Kata guru ( bahasa Indonesia )
merupakan padanan dan kata teacher bermakna sebagai “ The person who teach,
especially in school “ atau guru adalah seorang yang mengajar khususnya di sekolah.
Dalam peraturan pemerintah ( PP ) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan
guru mencakup :
1. Guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan
konseling atau guru bimbingan karier.
2. Guru denegan tugas tambahan sebagai kepala sekolah
3. Guru dalam jabatan pengawas.

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 3

Sebagai perbandingan atas “ cakupan” sebutan guru ini, kata guru dalam makna
luas

adalah

semua


tenaga

kependidikan

yang

menyelenggarakan

tugas – tugas

pembelajaran di kelas untuk beberapa mata pelajaran termasuk praktik atau seni
vokasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Istilah guru juga mencakup
individu – individu

yang

melakukan

tugas


bimbingan

dan

konseling, supervise

pembelajaran di institusi pendidikan atau sekolah – sekolah dan tenaga layanan bantu
sekolah untuk urusan - urusan administrative. Guru juga bermakna lulusan pendidikan
yang telah lulus ujian Negara untuk menjadi guru , meskipun belum secara actual
bekerja sebagai guru.
Secara

formal,

untuk menjadi

professional

guru


disyaratkan

memenuhi

kualifikasi akademik minimum dan bersertifikat pendidik. Guru – guru yang memenuhi
kriteria professional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utama secara efektif
dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional , yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
berilmu, cakap, kreatif , mandiri serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara metodologi pembelajaran
dan keilmuan. Tautan antara keduanya tercermin dalam kinerja selama pembelajaran .
Pada konteks pembelajaran inilah guru harus memiliki kompetensi dalam mengelola
semua sumber daya kelas, seperti ruang kelas, fasilitas pembelajaran, suasana kelas,
siswa dan interaksi sinergisnya. Disinilah esensi bahwa guru harus kompeten di bidang
manajemun kelas atau lebih luas lagi disebut sebagai manajemen pembelajaran.

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 4


B. Kompetensi yang Harus Di Miliki Guru
Sebagai seorang guru, kita harus memperkuat kompetensi yang relevan dengan
tugas mendidik. Adapun kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru yaitu ada empat
kompetensi, kompetensi

pedagogic, kompetensi

kepribadian, kompetensi

sosial, dan

kompetensi professional. Keempat kompetensi tersebut saling berhubungan satu sama
lain. Hanya saja kompetensi tersebut dapat kita kelompokkan menjadi dua, yaitu hard
competence dan soft competence. Yang termasuk hard competence adalah kompetensi
pedagogic dan kompetensi professional, sementara yang termamsuk soft competence
adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Menurut penelitian, berdasarkan
pengalaman

dilapangan, soft


competence

jauh

lebih

penting

dari

pada

hard

competence. Bahkan, perbandingan keduanya bisa mencapai 80 % berbanding 20 %.
Dalam hal ini hard competence dikenal juga dengan istilah hard skills dan soft
competence biasa juga disebut dengan soft skills.
Dengan hasil persentase diatas, kita menyadari arti penting soft skill bagi guru.
Berkaitan dengan hal tersebut, kita dapat meminjam pandangan tokoh kecerdasan
emosi, yaitu Daniel Goleman dengan karyanya Emotional Intelligence, dan seorang

guru manajemen sekaligus pencetus budaya unggul, yaitu Stephen R. Covey dengan
karyanya The Seven Habits of Highly Effective People. Keduanya agak punya
pandangan yang sama

tentang arti penting pengembangan intrapersonal dalam arti

penguatan

secara

kepribadian

ke dalam, dan

pengembangan

interpersonal

dalam


pengertian membangun relasi keluar.
Dalam pandangannya tentang kecerdasan emosi ( Emotional Intelligence ) Daniel
Goleman untuk mempunyai kecerdasan emosional, secara garis besar ada lima tahapan

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 5

yaitu

kesadaran

diri (self-awareness), pengaturan

diri

(sef-regulation), motivasi

(motivation), empati (empathy) dan keterampilan sosial (sosial skills). Tiga yang pertama,
yakni kesadaran diri, pengaturan diri dan motivasi lebih terkait dengan kecerdasan
intrapersonal dalam pandangan Howard Garner, sang pencetus kecerdasan majemuk
(Multiple

Intelligences). Sementara

itu, dua

yang

terakhir, yakni

empati

dan

keterampilan sosial lebih terkait dengan kecerdasan interpersonal dalam pandangan
Gardner.
Sementara itu, dalam karya inspiratif Sthepen Covey, yaitu 7 Habits of Highly
Effective People, dia menyarankan perlunya melakukan tujuh langkah pembiasaan untuk
menjadi manusia unggul, yaitu proaktif, menentukan tujuan akhir, memulai dari yang
utama, berfikir menang – menang ( win – win ) , berusaha untuk memahami terlebih
dahulu bukan untuk dipahami, melakukan sinergi, dan mengasah diri secara terus
menerus.
Kebiasaan bersikap proaktif mempunyai makna kemampuan seseorang dalam
mengontrol

lingkungan, bukan

lingkungan

yang

mengontrol

dirinya. Kebiasaan

menentukan tujuan akhir berarti bahwa sebaiknya setiap orang menetukan tujuan akhir
yang akan diraih sehingga dia dapat mengembangkan kebiasaan berkonsentrasi dengan
berbagai aktivitas yang relevan. Hal ini diperlukan untuk menghindari penyimpangan
dan menjadikan seseorang lebih produktif dan berhasil. Kebiasaan mulai dari yang
utama oleh Covey disebut dengan kebiasaan manajemen personal/ Hal ini terkait
dengan pengorganisasian dan pelaksanaan berbagai aktivitas yang sejalan dengan
tujuan yang ditetapkan pada kebiasaan yang kedua. Kalau kebiasaan yang kedua lebih
bersifat mental, maka kebiasaan ketiga bersifat tindakan fisik.

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 6

Kalau kebiasaan pertama samapai ketiga lebih terkait dengan pengembangan
intrepersonal, maka

kebiasaan

keempat

sampai

keenam

tentang

pengembangan

interpersonal. Kebiasaan keempat, yakni win-win thingking, yang oleh Covey disebut
dengan kebiasaan kepemimpinan interpersonal. Kebiasaan ini penting dilakukan karena
prestasi setiap orang pada dasarnya sangat ditentukan oleh atau bergantung pada usaha
kooperatife dengan orang lain. Paradigma menang – menang didasarkan pada asumsi
bahwa ada banyak orang yang terlibat dalam keberhasilan seseorang, sehingga
keberhasilan lebih mengacu pada pendekatan kooperatife yang lebih alami ketimbang
konfrontasi menang – kalah.
Kebiasaan kelima adalah mengedepankan memahami orang lain terlebih dahulu
daripada minta untuk dipahami oleh orang lain. Oleh Covey, kebiasaan ini disebut
dengan kebiasaan membangun komunikasi. Kebiasaan tersebut sangat penting untuk
membangun komunikasi yang efektif dan posited dengan orang lain. Kebiasaan keenam
terkait dengan kebiasaan membangun sinergi dengan pihak lain atau yang disebut
Covey dengan istilah kerja sama kreatif. Artinya, kerja sama ini dilakukan atas dasar
prinsip bahwa kesatuan adalah lebih hebat dari pada sekedar penjumlahan antarbagian.
Sebagai ilustrasi, satu kelebihan di tambah satu kelebihan bukan berarti dua kelebihan,
namun bisa berarti sepuluh kelebihan. Inilah yang disebut sinergi, bukan kompromi.
Akhirnya kebiasaan yang ketujuh adalah mengasah diri secara terus menerus atau
disebut pembaharuan diri sendiri secara berkelanjutan agar berbagai kebiasaan positif
terus tumbuh dan berkembang . Dalam hal ini, Covey menyebut empat hal yang perlu
diasah secara terus – menerus , yaitu dimensi

spiritual, mental, fisik dan

sosial /

emosional.

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 7

Dari uraian diatas, ada dua aspek soft skills yang perlu dikembangkan dalam
diri kita, sebagai seorang guru, yaitu intapersonal dan interpersonal. Bagian soft skills
yang dimiliki seorang guru tampak pada bagan berikut :

SOFT SKILLS GURU
Intrapersonal Skills

Interpersonal Skills

Awarennes

Communication

Goal Setting

Motivation Skill

Belife

Team Building

Love

Mediation

Positive Energy
Consentration
Decision Making

Berkaitan dengan urgensi soft skills bagi profesi guru, dengan makalah ini kita
akan mempelajari tentang pentingnya soft skills yang dikaitkan dengan profesi guru
disekolah.

C. Seperti Apa Itu Softskill ?
Tahu kah kita apa yang dimaksud softskill itu ? kita perhatikan defenisi Berthal
tentang soft skills, yaitu perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan
memaksimalkan kinerja manusia seperti membangun tim, pembuatan keputusan, inisiatif
dan

komunikasi. Dengan

kata

lain

softskill

mencakup

pengertian non-teknis,

keterampilan yang didapat melengkapi kemampuan akademik, dan kemampuan yang
harus dimiliki oleh setiap orang, apa pun profesi yang ditekuni. Profesi seperti guru,

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 8

polisi,, dokter,

akuntan,

petani,

pedagang,

perawat,

arsitek

dan

nelayan

harus

mempunyai softskill.
Perhatikan beberapa contoh softskill berikut ini, yaitu kejujuran, tanggung jawab,
berlaku adil, kemampuan berkomunikasi, toleran, hormat, terhadap sesama, kemampuan
mengambil keputusan dan kemampuan memecahkan masalah. Soft skill pada dasarnya
merupakan

keterampilan

seseorang

dalam

berhubungan

dengan

orang

lain (

interpersonal skill ) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri yang mampu
mengembangkan unjuk kerja secara maksimal.
Dari pengertian tersebut, soft skill merupakan kualitas diri yang bersifat
kedalam dan keluar. Jika berbagai kualitas ini kita miliki maka kita akan menjadi
manusia hebat, sukses dan maju.
Sebagai guru, interpersonal skill sangat penting untuk dimiliki. Keterampilan ini,
sebagaimana telah disebutkan sebagian diatas, antara lain mencakup kemampuan dalam
menghatamkan hubungan, membuat pendekatan yang mudah membangun hubungan
secara kontruktif, menggunakan diplomasi dan teknik untuk mencairkan situasi yang
sedang tegang, dan menggunakan gaya yang dapat menghentikan permusuhan.
Thomas

F. Mader

dan

Diane C. Mader

membedakan

antara

komunikasi

impersonal dan komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi impersonal, masing –
masing orang saling memahani, namun tidak ada keterlibatan emosi. Komunikasi
impersonal

mempunyai

kualitas

kedekatan

yang

lebih

tinggi

dari

impersonal.

Intrapersonal adalah komunikasi antara dua orang atau lebih di mana masing – masing
orang mempunyai keterlibatan emosi dan komitmen dalam menjalin hubungan.
Interpersonal Skill adalah kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain .

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 9

Dalam teori kompetensi, keahlian interpersonal diartikan sebagai keinginan untuk
memahami orang lain.
Dengan pengertian diatas, kita bisa membedakan perbedaan antara soft skill dan
hard skill. Hard skill menggambarkan perilaku dan keterampilan seseorang yang dapat
dilihat dengan mata ( eksplisit ). Hard skill adalah skill yang dapat menghasilkan
sesuatu yang sifatnya visible dan immediate. Hard skill dapat kita lihat dari
intelligence quotion thinking yang mempunyai indikator kemampuan menghitung,
menganalisis, mendesain, wawasan dan pengetahuan yang luas, membuat model dan
kritis. Sementara itu, Soft skill merujuk kepada indikator seperti kreativitas, sensitivits
dan intuisi yang lebih mengarah pada kualitas personal yang berada di balik perilaku
seseorang.
Kita sudah tau tentang perbedaan soft skills daaan hard skills, sekarang
perhatikan kehebatan orang yang mempunyai soft skill tinggi. Menurut studi yang
pernah dilakukan Philip Humbret ( 1996 ), hamper semua pemimpin di dunia punya
keahlian interpersonal yang bagus. Salah satu buktinya adalah kemampuan mereka
dalam menjaga hubungan yang cukup lama dengan kenalan, sahabat, dan mitranya.
Orang – orang yang prestasinya bagus dibidangnya juga rata – rata punya keahlian
interpersonal yang bagus. Mereka mampu menjaga kesepakatan, menjaga perasaan,
menghormati orang lain dan mampu menempatkan orang lain. Menurut hasil telaah
Abraham Maslow, sebagian ciri orang – orang yang telah atau sedang mengaktualkan
diri, memiliki potensi : Deep loving relationship ( hubungan yang mendalam ),
mempunyai privasi, tetapi tidak angkuh,

dan mempunyai rasa humor tinggi yang

mengandung pelajaran.

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 10

D. Pentingnya Soft Skill Bagi Profesi Guru
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang arti penting soft skills bagi
profesi guru.
Sebagaimana disebutkan di atas , jika hard skills dipersentasekan sebesar 20%,
maka soft skills di persentasekan sebesar 80%. Kompetensi guru yang termasuk soft
skills adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi kepribadian
lebih

mengacu

mencakup

pada

kematangan

kematangan
moral,

pribadi guru

etika

secara

intrapersonal

antara

lain

komitmen, tanggung jawab, kearifan, wibawa,

inklusif, toleransi, dan disiplin. Sementara itu, kompetensi sosial lebih mengacu pada
kematangan

guru

dalam

membangun

relasi

dengan

pihak

lain

dalam

konteks

pendidikan seperti peserta didik, kolega, orang tua murid, asosialsi profesi lain, dan
komunitas lain pada umumnya.
Ada beberapa alas an tentang peran kompetensi kepribadian dan sosial sebagai
soft skill bagi guru.
Pertama, kepribadian dan sosial lebih substantive ketimbang prodesional dan
pedagogic. Jika kedua kompetensi soft skills tersebut dimiliki guru, maka secara
otomatis kompetensi professional dan pedagogic akan teratasi. Sebab, di lapangan
banyak dijumpai guru yang sebenarnya bukan berlatar belakang lulusan pendidikan
keguruan , namun cukup berhasil karena mempunyai semangat belajar tinggi dan
mampu menjalin komunikasi efektif dengan stakeholder pendidikan lain. Ini bukan
berarti menjadi alasan untuk tidak memerlukan perguruan tinggi keguruan sebagai
penghasil calon guru. Logikanya harus diubah, kalau alumni non – keguruan saja bisa

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 11

berhasil

dengan

menguasai

kompetensi

kepribadian

dan

sosial, terlebih

alumni

keguruan, maka pasti akan lebih berhasil jika kedua kompetensi tersebut dikuasai.
Sebab, pengondisian alumni keguruan jauh lebih lama dibangingkan dengan guru dari
alumni non- keguruan. Yang menjadi masalah adalah bagaimana proses mematangkan
kedua kompetensi tersebut menjadi bahan evaluasi bagi para pengelola perguruan
tinggi pencetak sarjana keguruan.
Secara umum soft skill dimaknai sebagai keterampilan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain ( intrapersonal skills ) dan keterampilan dalam mengatur
dirinya sendiri ( intrapersonal skills ) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara
maksimal. Dikaitkan

dengan

kompetensi

guru, kompetensi

kepribadian

merupakan

bentuk dari intrapersonal skills, sementara kompetensi sosial merupakan wujud dari
interpersonal skills. Diantara contoh intrapersonal skills adalah jujur, tanggung jawab,
toleransi, menghargai orang lain, kemampuan bekerja sama, bersikap adil, kemampuan
mengambil

keputusan, kemampuan

memecahkan masalah, mengelolah

perubahan,

mengelola stress, mengatur waktu, melakukan transformasi diri dan toleransi. Sementara
itu diantara wujud interpersonal skills adalah, kepemimpinan, berkomunikasi dengan
pihak lain dan berempati dengan pihak lain.
Kedua jenis soft skills tersebut sangat diperlukan oleh setiap orang, sebab setiap
orang harus memiliki komitmen, tanggung jawab, jujur, disiplin dan mampu mengambil
keputusan dan memecahkan masalah, apapun profesinya. Yang membedakan antara
profesi satu dan profesi lainnya justru hard skills . Sebab hard skills terkait dengan
penguasaan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan keterampilan teknis yang berhubungan
dengan bidang ilmunya.

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 12

Jika

kompetensi

kepribadian

guru

diurai, terutama

yang

relevan

dengan

intrapersonal skills, maka indikator kompetensi tersebut adalah :
1. Bertindak sesuai dengan norma agama , hukum , sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia dengan indikator mampu menghargai peserta didik tanpa membedakan
keyakinan yang dianut, suku, adat – istiadat, daerah asal, dan gender, dan mampu
bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku
dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta

didik

dan

masyarakat

dengan

indikator

berprilaku

jujur, tegas, dan

manusiawi, berprilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia dan
berprilaku

yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarkat

disekitarnya.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan beriwaba
dengan indikator mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil
dan menampilkan diri sebgai pribadi dewasa , arid, dan beriwaba.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi rasa bangga menjadi guru,
dan rasa percaya diri dengan indikator mampu menunjukkan etos kerja dan
tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri
dan bekerja secara professional.
5. Mampu menjunjung tinggi kode etik profesi guru dengan indikator memahami
kode etik profesi guru, mampu menerapkan kode etik profesi guru, dan berprilaku
sesuai dengan kode etik profesi guru.

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 13

Jika

kita

cermati

dari

indikator

kompetensi

kepribadian

tersebut,

maka

munculnya kegelisahan problem pendidikan karakter Indonesia sebenarnya tidak perlu
terjadi

jika

setiap

guru

mampu

menghayati

kompetensi

kepribadian

ini. Guru

merupakan sosok panutan yang akan ditiru dan melakukan transformasi diri dan sosial
melalui proses pendidikan. Guru yang berhasil tidak didasarkan pada ukuran material
semata seperti ijazah formal, nilai IPK, jumlah jam mengajar atau bahkan besarnya gaji
yang diterima. Guru dianggap berhasil justru ketika ia mampu menjadi teladan bagi
setiap peserta didik. Jika dikaitkan dengan indikator kompetensi kepribadian maka guru
yang berhasil adalah ketika dia bertanggung jawab, bermoral, jujur, menghargai orang
lain, punya komitmen tinggi , mau terus belajar, beribawa arif dan bijaksana.
Sementara itu, kompetensi sosial guru, yang relevan dengan interpersonal skills
adalah :
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial
ekonomi dengan indikator menunjukkan sikap inklusif dan objektif terhadap peserta
didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran dan
tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawaat, orang tua
peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama , suku, jenis
kelamin, latar belakang keluarga dan status sosial – ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masayarakat dengan indikator mampu berkomunikasi
dengan teman sejawat dengan komunitas ilmiah lainnya secara santu, empatik dan
efektif , berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 14

santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta
didik, dan mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajara peserta didik.
3. Mampu beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya dengan indicator kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik
dan

dapat

melaksanakan

mengembangkan

dan

berbagai

meningkatkan

program
kualitas

dalam

lingkungan

pendidikan

kerja

untuk

di daerah

yang

bersangkutan.
4. Mampu berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lau secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain dengan indicator dapat berkomunikasi dengan
teman sejawat, profesi ilmiah dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan mampu mengkomunikasikan
hasil – hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan
tulisan maupun bentuk lain.

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bagian ini penulis akan menyimpulkan beberapa point yang diangap
penting dari apa yang telah diuraikan pada pembahasan.
Terlepas dari semua pengertian tentang siapa yang pantas disebut dengan guru
yang berperan sebagai agen pembelajaran, guru pada makalah ini terkhusus pada
mereka yang berfungsi sebagai pembentuk karakter peserta didik dan penanam nilai –
nilai karakter ( character building ), maka pengembangan dan pembinaan guru harus
merengkuh semua fungsi guru yaitu mengembangkan kecerdasan akal (IQ), kecerdasan
emosionalitas (EQ), moral dan spiritual (SQ) guru itu sendiri sebelum mereka membina
para siswanya.
Soft skills adalah kemampuan mengelola diri secara tepat dan kemampuan
membangun relasi dengan orang lain secara efektif. Kemampuan mengelola diri disebut
dengan Intrapersonal skills, sedangkan kemampuan membangun relasi dengan orang
lain disebut dengan interpersonal skills.
Soft skills berbeda dengan hard skills. Hard skills lebih terkait dengan
kemampuan seseorang secara teknis dalam menyelesaikan tugas – tugas tertentu menurut
profesi masing – masing. Soft skills tiap profesi sama misalnya kejujuran, komitmen,
tanggung jawab, semangat, kepercayaan, kesederhanaan, kerja sama, menghargai orang
lain, dan integritas. Berbagai karakter tersebut harus dimiliki setiap orang. Yang
membedakan adalah hard skills nya.

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 16

Kompetensi guru termasuk Soft skills adalah kepribadian dan sosial. Kompetensi
kepribadian disebut dengan intrapersonal skills , sedangkan kompetensi sosial disebut
interpersonal skills. Keberhasilan seorang guru 80% ditentukan oleh Soft skills (
kompetensi kepribadian dan sosial ), sementara 20% hard skills (kompetensi pedagogic
dan professional. Sejauh ini perguruan tinggi yang mencetak sarjana keguruan lebih
banyak

menekankan

hard

skills

ketimbang

soft

skills. Akibatnya,

kita

banyak

menjumpai guru yang lebih menekankan aspek formal administrasi ketimbang ruh
pendidikan.

B. Saran
Dari keseluruhan pentingnya soft skills yang telah dibahas dalam makalah ini,
penulis hanya menyarankan sebagai guru, kita harus mempunyai kesadaran tentang
profesi kita. Kesadaran ini penting agar profesi tersebut bermakna bagi kita, keluarga,
anak – anak, orang tua dan masyarakat, bahkan bangsa. Kekuatan kesadaran inilah yang
menjadikan kita selalu menggali apa yang kurang dari kita, sehingga menjadikan
kegiatan kita selaku guru dimasa depan terus bermanfaat, bernilai, dan membawa
kemajuan. Kesadaran dapat dilakukan secara internal dan juga secara eksternal.
Kesadaran eksternal menjadikan guru menjadi kuat secara personal, sementara kesadaran
eksternal menjadikan guru kuat secara sosial.

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 17

DAFTAR PUSTAKA

Mudlofir, Ali . 2012 . Pendidik Profesional . Surabaya : Rajawali Pers.
Udin syaefuddin, saud . 2012 . Pengembangan Profesi Guru . Bandung : Alfabeta

Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 18