Candi Borobudur sebagai warisan Budaya

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Candi Borobudur merupakan Candi Budha, yang didirikan pada abad IX
oleh seorang Raja Syailendra, yaitu Raja Samaratungga beserta puterinya bernama
Pramodha Warddhani. Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur juga merupakan hasil dari kebudayaan
yang masuk kedalam 7 keajaiban dunia yang terdapat di Magelang, Jawa Tengah.
Selain Candi Borobudur, terdapat banyak pula hasil dari kebudayaan- kebudayaan
yang ada di Jawa Tengah. Di antaranya adalah Candi Prambanan, batik tulis dan
lain sebagainya.
Dewasa ini Kota Magelang mengalami perkembangan yang cukup
signifikan, karena Kota Magelang sebagai objek wisata yang banyak dikunjungi
wisatawan domestik dan mancanegara. Tetapi, di sisi lain Kota Magelang sudah
mengalami kerusakan terutama di sekitar Candi Borobudur seperti kurangnya
perawatan terhadap sarana dan prasarana yang ada sehingga kurang layak pakai,
tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan, tetapi kebudayaan
Kota Magelang sendiri mulai terpengaruh oleh budaya-budaya luar yang dibawa
oleh wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kota Magelang. Pada
umumnya, wisatawan asing yang berkunjung ke daerah tersebut menggunakan

pakaian yang minim dan tidak sesuai dengan norma agama dan tradisi yang ada di
Magelang. Oleh karena itu, masyarakat yang ada di Kota Magelang menjadi
1

2
terpengaruh dan mengikuti budaya barat yang dibawa wisatawan tersebut.
Untuk terus melestarikan dan menjaga Kota Magelang terutama Candi
Borobudur dari pengaruh-pengaruh luar yang semakin marak, kita harus lebih bisa
untuk menjaga dan mensosialisasikan hasil-hasil budaya bangsa kita kepada
masyarakat, salah satunya yaitu Candi Borobudur yang merupakan warisan
budaya yang ada di kota tersebut. Oleh sebab itu, dalam pembuatan karya tulis ini,
penulis mengambil judul “Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya”.

B. Pembatasan Masalah
Mengingat terbatasnya biaya, pengetahuan dan waktu penulis, maka dalam
pembuatan karya ilmiah ini penulis akan membatasi masalah mengenai Candi
Borobudur sebagai warisan budaya.

C. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan karya ilmiah ini, penulis menentukan

beberapa hal yang menjadi pokok pembahasan. Adapun rumusan masalah dalam
pembuatan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana sejarah Candi Borobudur?
2) Bagaimana Candi Borobudur sebagai warisan budaya?

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui sejarah Candi Borobudur.

3
2) Untuk mengetahui keberadaan Candi Borobudur sebagai warisan budaya.

E. Sistematika Penulisan
Sistemtika yang digunakan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini
adalah sebagai berikut.
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PERSEMBAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Budaya
1.

Definisi Budaya

2.

Pengertian Kebudayaan

3.

Unsur- unsur Kebudayaan

4.


Wujud dan Komponen Kebudayaan
4.1 Wujud Kebudayaan
4.2 Komponen Kebudayaan

4
B. Candi
1.

Pengertian Candi

2.

Ciri- ciri Gaya/Langgam Candi-candi di Jawa Tengah

C. Candi Borobudur
1.

Sejarah Candi Borobudur


2.

Bangunan-bangunan Candi Borobudur

BAB III PEMBAHASAN
A. Sejarah Candi Borobudur
B. Keberadaan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB II
KAJIAN TEORETIS

A. Budaya
1.

Definisi Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk sistem agama, politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.
Sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaanya, membuktikan bahwa
budaya itu di pelajari. “Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh , budaya
bersifat kompleks, abstrak dan luas” (http://google-co.id)
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheran untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinnya
meramalkan perilaku orang lain.

2. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Menurut
beberapa pendapat tentang kebudayaan yang lain dapat kita ketahui dari beberapa
sumber, yaitu sebagai berikut. “Kebudayaan sebagai sebuah sistem berupa
5


6
konsepsi- konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik sehingga dengan cara
inilah manusia mampu berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan
pengetahuan serta sikapnya terhadap kehidupan” (Abdullah, 2006 : 1).
“Kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan dan kebiasaan yang
didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat” (Soekanto, 2000 : 172).
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedang perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya polapola prilaku, bahasa, peralatan hidup, organissasi sosial, religi, seni, dan lain- lain,
yang kesemuanya ditunjukkan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.

3. Unsur- unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen
atau unsur kebudayaan, di antaranya sebagi berikut.

a. Kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem
ekonomi, keluarga, kekuasaan politik (Melville J. Herskovits dalam
http://google.co.id).
b. Ada 4 unsur pokok yang meliputi: sistem norma sosial yang
memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya. Organisasi ekonomi alatalat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan

7
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan
(politik) (Bronislaw Malinowski dalam http://google.co.id).
Dengan

demikian

dapat

disimpulkan

bahwa


dalam

unsur-unsur

kebudayaan terdapat alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, politik, dan sistem
norma sosial antaranggota masyarakat.

4. Wujud dan Komponen Kebudayaan
4.1 Wujud Kebudayaan
Dalam kebudayaan terdapat wujud dan komponen-komponen lainnya.
Menurut J. J. Hoenigman, (http://google.co.id) menjelaskan bahwa wujud
kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu: gagasan, aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebaginya
yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran
warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan
mereka itu dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis
warga masyarakat tersebut.

b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan
dapat diamati, dan didokumentasikan.
c. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa bendabenda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Dalam
kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang
satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai

8
contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
4.2 Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya tersebut, budaya memiliki beberapa elemen atau

komponen, menurut ahli antropologi Cateora, (http://google.co.id) menjelaskan
bahwa kebudayaan material, kebudayaan non-material, lembaga sosial, sistem
kepercayaan, estetika, dan bahasa.
a) Kebudayaan Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata, konkret.
b) Kebudayaan Non-material
Kebudayaan non-material adalah ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu
atau tarian tradisional.
c) Lembaga Sosial
Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam
konteks hubungan dan berkomunikasi di dalam masyarakat.
d) Sistem Kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun sistem
kepercayaan atau kenyakinan terhadap sesuatu. Hal ini akan
mempengaruhi sistem penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem
kepercayaan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai
dengan cara bagaimana berkomunikasi.
e) Estetika
Berhubungan dengan seni, dan kesenian, musik, cerita, dongeng,
hikayat, drama, dan tari-tarian, yang berlaku dan berkembang dalam
masyarakat.
f) Bahasa
Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi, bahasa untuk
setiap wilayah, bagian dan negara memiliki perbedaan yang sangat
kompleks.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam budaya terdapat
wujud yang terdiri atas gagasan, aktivitas, dan artefak. Sedangkan dalam

9
komponen seperti kebudayaan material, non-material, lembaga sosial, sistem
kepercayaan, estetika, dan bahasa.

B. Candi
1.

Pengertian
Candi adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah

bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari
peradaban Hindu-Budha yang digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa
ataupun memuliakan budha dan untuk mengetahui pengertian candi yang lain,
dapat kita ketahui dari beberapa sumber, yaitu sebagai berikut.
1) Candi adalah dari kata candika yang berarti nama salah satu
perwujudan Dewi Durga sebagai dewi kematian (Koentjaraningrat,
2002 : 5).
2) Candi adalah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau
yang berasal dari agama Hindhu-Budha (http://google.co.id).
Pada umumnya candi selalu dihubungkan dengan monumen

tempat

pedharma untuk memuliakan Raja Anumerta (yang sudah mati). Akan tetapi,
istilah ‘candi’ tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat
ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Budha
baik sebagai istana, pemandian dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa candi merupakan
sebuah bangunan tempat ibadah peninggalan masa lampau yang berasal dari
peradaban Hindu-Budha.

10
2.

Ciri- ciri Gaya/Lagam Candi-candi di Jawa Tengah
Adapun ciri-ciri gaya/lagam Candi di Jawa Tengah dikemukakan oleh Kus

Irsanto (2006: 28) adalah sebagai berikut.
1) Bentuk bangunannya cenderung tambun.
2) Atapnya jelas menunjuk undakan, umumnya terdiri atas 3 tingkatan.
3) Puncaknya berbentuk stupa (Candi Budha), Ratna atau Varja (Candi
Hindu).
4) Gawang pintu dan relung berhiaskan kara makara yaitu kepala kala
dengan mulut menganga tanpa rahang bawah terletak di atas pintu,
terhubung dengan makara ganda di masing-masing sisi pintu.
5) Relief timbul lebih tinggi dan menonjol dengan gambar bergaya
naturalis.
6) Letak candi utama tepat di tengah halaman kompleks candi yang
dikelilingi jajaran candi-candi perwara yang lebih kecil dalam barisan
yang rapi.
7) Arah bangunan kebanyakan menghadap ke timur.
8) Bahan bangunan pada umumnya dari batu andesit.
Dalam kelompok lagam Jawa Tengahan terdapat perbedaan tersendiri dan
terbagi lebih lanjut antara lagam Jawa Tengah Utara dengan Jawa Tengah Selatan.
Candi Jawa Tengah Utara ukirannya lebih sederhana, bangunannya lebih kecil,
dan kelompok Candi Jawa Tengah Selatan ukirannya lebih mewah, bangunannya
lebih megah dan candi-candi dalam kompleksnya lebih banyak dengan tata letak
yang teratur.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri gaya/
lagam candi-candi di Jawa Tengah yaitu bentuk-bentuk bangunannya cenderung
tambun, atapnya menunjukkan undakan, puncaknya berbentuk stupa, gawang
pintu dan relung berhiaskan kala makara, reliefnya timbul lebih tinggi dan
menonjol, letak candi utamanya di tengah halaman kompleks, arah bangunan
menghadap ke timur dan bahan candi dari batu andesit.

11
C. Candi Borobudur
1.

Sejarah Candi Borobudur
Sampai saat ini, secara pasti belum diketahui kapan Candi Borobudur

didirikan, demikian juga pendirinya. Menurut Prof. Dr. Soekmono dalam bukunya
“Candi Borobudur a Monument of Mainkind (UNESCO 1976)”, menyebutkan
bahwa tulisan singkat yang dipahatkan di atas pigura-pigura relief kaki candi
(Karmawibungga) mewujudkan suatu garis huruf yang bisa diketemukan pada
berbagai prasasti dari akhir abad 8 sampai awal abad 9. Di mana pada abad itu di
Jawa Tengah berkuasa raja-raja dari Wangsa Dinasti Syailendra yang menganut
agama Budha Mahayana.
Sebuah prasasti yang berasal dari abad sembilan yang diteliti oleh Prof.
Dr. J. G. Caspris, menyingkapkan silsilah tiga Wangsa Syailendra yang berturutturut memegang pemerintahan yaitu Raja Indra, putranya Samaratungga,
kemudian Putri Samaratungga Pramoda Wardani. Pada waktu Raja Samaratungga
berkuasa mulailah di bangun candi yang bernama: Bhumi Sam – Bharabudhara,
yang dapat ditafsirkan sebagai bukit peningkatan kebajikan, setelah melampaui
sepuluh tingkat Budhisatwa, karena penyesuaian pada bahasa jawa agaknya,
akhirnya Bharabudhara menjadi Borobudur.
Menurut Jacques Dumurcay (1989: 27) seorang Arsitek Prancis
memperkirakan bahwa Candi Borobudur berdiri pada zaman keemasan Dinasti
Syailendra yaitu pada tahun 750-850 M. mengemukakan bahwa “Candi
Borobudur di bangun dalam 5 tahap dengan perkiraan sebagai berikut.

12
a. Tahap I ± tahun 775.
b. Tahap II ± tahun 790 (bersamaan dengan Kalasa II, Lumbung I,
Sojiwan I).
c. Tahap III ± tahun 835 (bersamaan dengan Gedong Sango Grup I, Sambi
Sari, Badut I, Kuningan, Banon, Sari dan Blaosan).
Setelah selesai dibangun, selama seratus lima puluh tahaun Borobudur
merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Budha. Tetapi dengan runtuhnya
kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah
ke Jawa Timur dan Borobudur hilang terlupakan. Karena gempa dan letusan
Gunung Merapi serta semak belukar tropis pun tumbuh menutupi Borobudur.

2.

Bangunan-bangunan Candi Borobudur

1) Susunan Bangunan
Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas berundak dan apabila dilihat
dari atas merupakan suatu bujur sangkar. Secara keseluruhan bangunan Candi
Borobudur terdiri atas 10 tingkat yang masing-masing tingkat mempunyai
maksud tersendiri, dan setiap tingkat juga melambangkan kehidupan manusia.
Menurut Soekmono (1981: 26) “Bahwa Candi Borobudur dapat dibagi dalam
tiga bagian yang terdiri dari kaki atau bagian bawah, tubuh atau bagian
puncak dan puncak”. Pembagian tersebut sesuai dengan tiga lambang atau
tingkat dalam susunan ajaran Budha yaitu.
a.

Kamadhatu
Kamadhatu merupakan bagian dasar Borobudur yang melambangkan
manusia yang masih terikat nafsu. Deretan relif ini tidak tampak

13
seluruhnya karena tertutup oleh dasar candi yang lebar, hanya di sisi
tenggara tampak terbuka bagi pengunjung.
b.

Rupadhatu
Rupadhatu yaitu empat tingkat di atasnya yang melambangkan manusia
yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa
dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka.

c.

Arupadhatu
Arupadhatu yaitu tiga tingkat di atasnya, dimana Budha diletakkan dalam
stupa yang berlubang-lubang, melambangkan manusia yang terbebas dari
nafsu rupa dan bentuk.

2) Patung Budha
Candi Borobudur tidak hanya diperindah dengan relief cerita dan
relief hias, tetapi juga patung-patung yang sangat tinggi nilainya. Patungpatung tersebut menggambarkan Dhyani Budha yang terdapat pada bagian
Rupadhatu dan Arupadhatu. Patung Budha di Candi Borobudur berjumlah
504 buah yang ditempatkan di relung-relung yang tersusun berjajar pada sisi
pagar dan pada teras bundar.
Patung Budha di tingkat Rupadhatu ditempatkan di relief yang
tersusun berjajar pada sisi luar pagar langkan. Sedangkan patung-patung di
tingkat Arupadhatu ditempatkan dalam stupa-stupa berlubang ditiga susunan
lingkaran pusat.

14
Sedangkan menurut Soekmono (2000: 21-22) menyatakan bahwa
“Patung-patung Budha ada di tingkat Rupadhatu dan Arupadhatu.” Adapun
susunan patung yang ada di tingkat Rupadhatu yaitu sebagai berikut.
a.

Langkan Pertama

:

104 patung Budha

b.

Langkan Kedua

:

10 patung Budha

c.

Langkan Ketiga

:

88 patung Budha

d.

Langkan keempat

:

72 patung Budha

e.

Langkan kelima

:

64 patung Budha

Jumlah Seluruhnya

:

432 patung Budha

Dan susunan patung yang ada di tingkat Arupadhatu adalah sebagai
berikut.
a.

Teras bundar pertama

:

32 patung Budha

b.

Teras bundar kedua

:

24 patung Budha

c.

Teras bundar ketiga

:

16 patung Budha

Jumlah Seluruhnya

:

72 patung Budha

Jika kita perhatikan dengan seksama, terdapat perbedaan antara
patung Budha yang satu dengan yamg lainnya. Perbedaan yang sangat jelas
adalah sikap tangan yang disebut Mudra yang merupakan khas untuk setiap
patung.
3) Arsitektur Bangunan
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas ±7.8 ha pada
ketinggian 265.40 M di atas permukaan laut. Untuk meneyesuaikan dengan
profil candi yang akan dibangun, bukit diurug dengan ketebalan bervariasi
antara 0.5 M – 8.50 M. Ukuran candi yang diurug dari dinding terluas adalah

15
121.70 M x 121.40 M dengan tinggi bangunan yang masih tersisa 35.40 M
dari tanah halaman.
Daerah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada
dinding teras 1, 2 dan 3 tersusun dari batu andesit dengan sistem tanpa
perekat diperkirakan mencapai 55.000 M3. Pada masing-masing tingkat dan
setiap penjutu mata angin terdapat pintu gerbang dan untuk pintu utama ada
di sebelah timur. Bentuk arsitektur Candi Borobudur yang sekarang,
diperkirakan mengalami perubahan konsep dasar.
Menurut Sutterheim dalam bukunya “Tjandi Borobudur Naam
Vormen beteekens”, 1929 yang dikutip oleh Purnama Atmadi menyebutkan
hasil perubahannya, bentuknya sesuai keterangan dalam kitab jawa kuno
“Sang Hyang Kamahayanikam” yang menguraikan filsafat agama Budha,
dikatakan bahwa bangunan Candi Borobudur adalah “Stupa Prasada” suatu
bangunan gabungan dari stupa pada bagian atas dan piramida yang
mempunyai undag- undag. Dikatakan pula bahwa seluruh stupa prasada dapat
dibagi dalam 3 bagian dan pembagian ini dapat menyatakan perbedaan dari.
a. Dunia nafsu, hasrat, yang disebut Kamadhatu.
b. Dunia bentuk, wujud, rupa yang disebut Rupadhatu.
c. Dunia tanpa bentuk, tanpa wujud, tanpa rupa disebut Arupadhatu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk semula
yang dupunyai Candi Borobudur adalah sama dengan yang dipunyai
sekarang. Dari aspek seni bangunan ada 2 bentuk arsitektur yang dipadukan,
yaitu:

16
a. Hindu Jawa Kuno, yaitu adanya punden berundak, relief atupun Budha
yang sedang bermeditasi, dan
b. India, yaitu adanya stupa, Budha dan lantai yang bundar.
4) Stupa
Menurut Dumarcay (2000: 27-28) menjelaskan ada 2 jenis stupa yaitu
sebagai berikut.
a. Stupa Induk
Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa yang lain dan
terletak dipuncak sebagai mahkota dari seluruh monumen
bangunan Candi Borobudur. Stupa ini tertutup rapat sehingga orang
tidak bisa melihat bagian dalamnya.
b. Stupa Berlubang
Stupa berlubang adalah stupa yang terdapat pada teras bunda I, II
dan III, yang di dalamnya ada 72 buah. Di samping stupa induk dan
stupa berlubang masih ada stupa-stupa kecil yang bentuknya
hampir sama dengan stupa lainnya, hanya saja stupa ini seolaholah merupakan hiasan dari seluruh bangunan yang ada.
5) Relief
Menurut Soekmono (2000: 29-30) mengatakan bahwa jenis relief
Candi Borobudur ada 2 macam di antaranya yaitu sebagai berikut.
a.

“Relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah,

b.

Relief hiasan, yang hanya merupakan hiasan pengisi bidang.”

6) Kunto Bimo
Menurut Sutterheim (2000: 27) menjelaskan sebagai berikut.
Kunto Bimo terletak pada tingkat Arupadhatu lantai pertama sebelah
kanan dari tangga pintu timur. Konon menurut cerita, dahulu ada
seorang raja yang ingin bertemu dengan ksatria. Kemudian sang raja
menyentuh Kunto Bimo, selanjutnya raja tersebut dapat menemukan
kastria dimaksud beberapa waktu kemudian. Dari cerita tersebut
kemudian masyarakat mempercayai patung tersebut (Kunto Bimo)

17
bertuah, dapat mengabulkan keinginan setiap peziarah apabila dapat
menyentuh Kunto Bimo. Namun semuanya dikembalikan kepada
keyakinan kita.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bangunanbangunan Candi Borobudur meliputi susunan bangunan, patung Budha,
arsitektur bangunan, stupa, relief, dan Kunto Bimo.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan salah satu benda warisan budaya bangsa
Indonesia yang termasuk ke dalam salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi
Borobudur dibangun oleh para penganut agama Budha Mahayana pada masa
pemerintahan Wangsa Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja
Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti. Kemungkinan candi ini
dibangun sekitar tahun 824 M, dan sekitar menjelang 900 M pada masa
pemerintahan Ratu Pramudawardhani yaitu putri dari Samaratungga. Sedangkan
arsitek yang berjasa membangun Candi Borobudur ini menurut kisah turuntemurun bernama Gunadharma, pada candi ini tidak ada bukti tertulis yang
memberi nama Borobudur. Namun ada satu dokumen tertua yang menunjukkan
keberadaan Candi Borobudur yaitu Kitab Negara Kertagama, yang ditulis oleh
Mpu Prapanca pada tahun 1365. Dalam kitab tersebut dituliskan bahwa Candi
Borobudur digunakan sebagai tempat meditasi penganut Budha, namun candi ini
selama berabad-abad tidak lagi digunakan yang akhirnya akibat letusan gunung
merapi sebagian besar bangunan candi ini tertutup tanah vulkanik. Selain itu,
bangunan Candi Borobudur ini tertutup oleh semak-semak belukar selama
berabad-abad, sehingga bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.

18

19
Pada tahun 1814 saat Inggris menduduk Indonesia, Sir Thomas Stamford
Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di Desa
Bumisagoro. Pada waktu itu candi masih berupa bukit yang dipenuhi semak
belukar yang kemudian Thomas langsung melakukan penelitian. Pada tahun 1835
seluruh area candi sudah berhasil digali, sehingga candi ini terus dipugar pada
masa penjajahan Belanda. Dan setelah Indonesia merdeka, Candi Borobudur
terus-menerus dipugar, sehingga akhirnya Heritage Bite atau Warisan Dunia oleh
UNESCO. Sampai saat ini Candi Borobudur masih kokoh berdiri di Yogyakarta,
walaupun pada hakikatnya ada beberapa bangunan candi yang rusak.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Candi
Borobudur didirikan oleh Raja Samaratungga yang kemungkinan dibangun sekitar
tahun 1991 candi ini ditetapkan sebagai Warisan dunia oleh UNESCO.

B. Keberadaan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya
Candi Borobudur adalah kelompok pencandian Hindu-Budha yang
dibangun oleh raja-raja Dinasti Syailendra pada abad ke IX. Candi Borobudur
terletak di Desa Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur
merupakan hasil akulturasi budaya bangsa Indonesia yang terkenal di seluruh
dunia dan juga merupakan bangunan yang mangandung unsur sejarah.
Keberadaan Candi Borobudur memiliki peran penting bagi bangsa Indonesia
karena dapat mengangkat derajat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia.
Sehingga Indonesia menjadi dikenal di seluruh dunia sebagai negara yang
memiliki budaya yang beraneka ragam. Hal tersebut menjadikan Candi Borobudur

20
masuk ke dalam salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang diberikan UNESCO
beberapa puluh tahun ke belakang.
Keberadaan Candi Borobudur sebagai warisan budaya tentu menjadikan
candi ini dilindungi oleh negara. Karena candi yang dibangun sekitar 824 M ini
mengandung nilai estetika yang tinggi dan bersejarah. Candi Borobudur selain
menjadi warisan budaya juga telah dijadikan sebagai objek wisata yang ada di
Yogyakarta dan ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Hal ini
mengakibatkan Candi Borobudur menjadi terkenal di mata dunia. Dengan
dijadikannya objek wisata, banyak dari wisatawan asing yang berkunjung ke
Candi Borobudur tersebut. Hal ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan
bangsa Indonesia. Namun di sisi lain ada kekhawatiran yang ditimbulkan dari
dijadikannya Candi Borobudur sebagai objek wisata. Karena turis-turis asing yang
berkunjung ke lokasi tersebut membawa budaya mereka masing-masing yang
mengakibatkan daerah di sekitar Candi Borobudur terpengaruh oleh budaya luar
tersebut, sehingga masyarakat di sekitar lokasi candi sedikit demi sedikit akan
menyesuaikan diri dengan budaya yang dibawa oleh turis asing. Selain itu pula,
dengan dijadikannya Candi Borobudur sebagai objek wisata membuat Candi
Borobudur menjadi kotor karena ulah pengunjung yang tidak bertanggung jawab.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Candi
Borobudur merupakan warisan budaya yang bersejarah karena Candi Borobudur
merupakan hasil akulturasi budaya bangsa yang patut untuk dijaga dan
dilestarikan. Selain itu pula, keberadaan Candi Borobudur memiliki peran penting
bagi bangsa Indonesia karena dapat meningkatkan derajat dan martabat bangsa

21
Indonesia di mata dunia. Namun, dengan dijadikannya Candi Borobudur sebagai
objek wisata selain memberikan dampak positif juga memiliki dampak negatif.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1) Candi Borobudur merupakan salah satu benda warisan bangsa Indonesia yang
dibangun oleh para penganut agama Budha Mahayana pada masa
pemernitahan Wangsa Syailendra. Candi Borobudur ini didirikan oleh Raja
Samaratungga dan sekarang Candi Borobudur ditetapkan sebagai Warisan
Dunia oleh UNESCO.
2) Keberadaan Candi Borobudur memiliki peran penting bagi bangsa Indonesia,
karena Candi Borobudur adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang
mengandung nilai estetika yang tinggi serta bersejarah yang patut untuk kita
jaga dan lestarikan.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang “Candi Borobudur sebagai
Warisan Budaya”, penulis memiliki beberapa saran yaitu sebagai berikut.
1) Sebaiknya tokoh masyarakat di sekitar lokasi Candi Borobudur lebih bisa
mensosialisasikan kepada masyarakatnya agar nilai dan norma budaya asli
tidak terpengaruh oleh budaya luar.
2) Pihak pengelola harus meningkatkan keamanan di lokasi Candi Borobudur itu
22

23
sendiri seperti dengan memasang kamera CCTV untuk memantau
pengunjung yang berkunjung ke lokasi.
3) Kita selaku warga negara ini harus bisa menjaga dan melestarikan warisan
budaya bangsa, sehingga keberadaan Candi Borobudur bisa terus kita rasakan
manfaatnya.
4) Sebaiknya

kita

mencintai

warisan

budaya

sendiri

sehingga

dapat

mempertahankan keberadaan dari hasil-hasil dari budaya nenek moyang kita.

DAFTAR PUSTAKA

Badrika, Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Irsanto, Kus. 2008. Sejarah untuk SMA Kelas XII. Surakarta: Pustaka Munggala.
Soekmono, 1981. Candi Borobudur. Yogyakarta: Pustaka Jawa.
http://www.google.co.id
http://id.wikipedia.org/wiki/budaya

24

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1.

Ai Nirmala
Penulis ini dilahirkan di Majalengka pada tanggal, 10 Juni 1996. Saat ini
penulis bertempat tinggal di Desa Babakansari RT 01 RW 01, Kecamatan
Bantarujeg, Kabupaten Majalengka. Riwayat pendidikan penulis diawali pada
tahun 2002, penulis mengawali pendidikannya di SDN Babakansari III dan
lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan sekolah pada tahun
2008 ke SMP Negeri 1 Bantarujeg dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya
penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bantarujeg pada tahun 2011. Dan pada
saat pembuatan karya tulis ini, penulis berada di kelas XII.IPS.1.

2.

Gina Sonia
Penulis ini dilahirkan di Majalengka pada tanggal, 25 November 1996. Saat
ini penulis bertempat tinggal di Blok Sukalaya Desa Cinambo RT 03 RW
011, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka. Riwayat pendidikan
penulis diawali pada tahun 2002, penulis mengawali pendidikannya di SDN
Cinambo II dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan
sekolah pada tahun 2008 ke SMP Negeri 1 Bantarujeg dan lulus pada tahun
2011. Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bantarujeg pada
tahun 2011. Dan pada saat pembuatan karya tulis ini, penulis berada di kelas
XII.IPS.1.
25

26
3.

Rifa Aditya Septiani
Penulis ini dilahirkan di Majalengka pada tanggal, 09 September 1996. Saat
ini penulis bertempat tinggal di Blok Cilaki Desa Bantarujeg RT 02 RW 02,
Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka. Riwayat pendidikan penulis
diawali pada tahun 2002, penulis mengawali pendidikannya di SDN
Bantarujeg I dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan
sekolah pada tahun 2008 ke SMP Negeri 1 Bantarujeg dan lulus pada tahun
2011. Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bantarujeg pada
tahun 2011. Dan pada saat pembuatan karya tulis ini, penulis berada di kelas
XII.IPS.1.

4.

Ahmad Muzakir Muaz
Penulis ini dilahirkan di Majalengka pada tanggal, 01 Juli 1996. Saat ini
penulis bertempat tinggal di Desa Banyusari RT 01 RW 01, Kecamatan
Malausma, Kabupaten Majalengka. Riwayat pendidikan penulis diawali pada
tahun 2002, penulis mengawali pendidikannya di SDN SOKA 34 Bandung
dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan sekolah pada
tahun 2008 ke SMP Negeri 49 Bandung dan lulus pada tahun 2011.
Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMA Negeri 23 Bandung pada tahun
2011. Tahun 2012, Penulis mutasi ke SMA Negeri 1 Bantarujeg. Dan pada
saat pembuatan karya tulis ini, penulis berada di kelas XII.IPS.1.

27
5.

Luki Permana
Penulis ini dilahirkan di Majalengka pada tanggal, 12 Juni 1994. Saat ini
penulis bertempat tinggal di Blok Cigobang Desa Padarek RT 04 RW 07,
Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka. Riwayat pendidikan penulis
diawali pada tahun 2002, penulis mengawali pendidikannya di SDN Padarek
II dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan sekolah pada
tahun 2008 ke SMP Negeri II Lemahsugih dan lulus pada tahun 2011.
Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bantarujeg pada tahun
2011. Dan pada saat pembuatan karya tulis ini, penulis berada di kelas
XII.IPS.1.

6.

Enceng Mahendra
Penulis ini dilahirkan di Majalengka pada tanggal, 15 Mei 1995. Saat ini
penulis bertempat tinggal di Blok Gunung Seureuh Desa Sinargalih RT 03
RW

08,

pendidikan

Kecamatan
penulis

Lemahsugih,
diawali

pada

Kabupaten
tahun

2002,

Majalengka.
penulis

Riwayat

mengawali

pendidikannya di SDN Sinargalih III dan lulus pada tahun 2008. Kemudian
penulis melanjutkan sekolah pada tahun 2008 ke SMP Negeri 1 Bantarujeg
dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMA Negeri
1 Bantarujeg pada tahun 2011. Dan pada saat pembuatan karya tulis ini,
penulis berada di kelas XII.IPS.1.