BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Perbankan - Analisis Value Added sebagai Indikator Intellectual Capital terhadap kinerja perbankan di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Perbankan

  Defenisi bank berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pada pasal 1 (butir 2) tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Pada dasarnya perbankan mempunyai fungsi mentransfer dana (loanable funds) dari unit surplus (lender) kepada peminjam (borrowers). Dalam hal ini bank berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) dimana bank menjadi perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Unit surplus akan menerima pendapatan, misalnya pendapatan bunga dari bank tersebut sementara unit defisit akan membayar beban bunga kepada bank tersebut. Dengan demikian bank mempunyai peranan penting bagi aktivitas perkonomian yaitu sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat.

  Menurut Firer dan William (2003) perusahaan perbankan adalah salah satu sektor yang memiliki intellectual capital paling intensif. Selain dari aspek intelektual secara keseluruhan karyawan pada perusahaan perbankan lebih homogen dibanding dengan sektor ekonomi lainnya. Penelitian Zeghal dan Maaloul (2010), Wibowo dan Sabeni (2012) memberikan bukti empiris bahwa perusahaan perbankan sangat dipengaruhi oleh intellectual capital.

2.1.2. Fungsi Perbankan

  Secara umum fungsi utama bank adalah meghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan sebagai

  financial intermediary. Secara lebih spesifik bank berfungsi sebagai agent of trust, agent of development dan agent of services. Bank berfungsi sebagai agent of trust,

  dimana dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan baik dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, bank tidak akan bangkrut dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.

  Sebagai agent of development, bank dapat melancarkan kegiatan perekonomian masyarakat baik di sektor moneter dan sektor riil. Kegiatan bank memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, distribusi serta kegiatan konsumsi barang dan jasa mengingat kegiatan tersebut tidak dapat terlepas dari penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak lain merupakan kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. Bank sebagai agent of services, dimana selain menghimpun dan menyalurkan dana perbankan juga memberikan penawaran jasa yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

2.1.3. Knowledge Based View (KBV)

  Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan atau Knowledge Based View (KBV) merupakan ekstensi baru dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan

  (Resource Based View) yang memberikan teoritis yang kuat dalam mendukung

  modal intelektual (intellectual capital). Asumsi dasar pandangan berbasis pengetahauan perusahaan berasal dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan. Namun, pandangan berbasis sumber daya perusahaan belum memberikan pengakuan pengetahuan yang memadai. Karakterisktik pandangan berbasis pengetahuan perusahaan adalah sebagai berikut : 1.

  Pengetahuan memegang makna yang paling strategis bagi perusahaan.

  2. Kegiatan dan proses produksi perusahaan melibatkan penerapan pengetahuan.

  3. Individu-individu dalam perusahaan bertanggung jawab untuk membuat, memegang dan berbagi pengetahauan perusahaan.

  Pendekatan KBV membentuk dasar untuk membangun keterlibatan modal manusia dalam membangun perusahaan yang dicapai dengan peningkatan keterlibatan karyawan dalam perumusan tujuan operasional jangka panjang perusahaan. Dalam pandangan berbasis pengetahuan perusahaan mengembangkan pengetahuan baru yang penting untuk kepentingan kompetitif perusahaan. Kapasitas dan keefektifan perusahaan dalam menyampaikan pengetahuan dan informasi menentukan nilai perusahaan sebagai dasar keunggulan kompetitif perusahaan secara berkelanjutan dalam jangka panjang.

2.1.4. Kinerja Perbankan

  Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang disusun dalam anggaran. Kinerja perbankan merupakan ukuran kemampuan perbankan dalam menciptakan nilai tambah bagi kelangsungan perusahaan perbankan untuk masa mendatang. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan pengukuran kinerja. Secara umum kinerja perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu kinerja keuangan dan kinerja nonkeuangan, namun yang sering digunakan adalah kinerja keuangan.

  Kinerja keuangan mengkaji semua variabel yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kinerja keuangan perusahaan perbankan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa depan serta hal-hal lain yang sangat diperlukan manajemen perusahaan perbankan untuk memaksimalkan kinerjanya. Untuk mengukur kinerja keuangan perbankan digunakan rasio-rasio keuangan. Dalam penelitian ini kinerja perbankan diuji kedalam tiga dimensi. Pertama, dimensi profitabilitas (kinerja keuangan) yaitu kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba. Rasio profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan. Kedua, dimensi produktivitas (kinerja ekonomi) untuk menilai apakah pengelolaan input menjadi output berjalan efisien dan efektif. Dimensi ketiga premi pasar (kinerja pasar saham) yaitu tingkat dimana nilai pasar perusahaan melebihi nilai bukunya. Pada penelitian ini untuk menilai kinerja keuangan digunakan rasio Return On Asset, kinerja ekonomi menggunakan rasio Operating Margin dan untuk menilai kinerja pasar saham perbankan digunakan rasio Market to Book Value.

  Dalam penelitian ini digunakan tiga rasio yang mewakili kinerja perusahaan perbankan:

  1. Kinerja keuangan Dalam Penelitian ini untuk menilai kinerja keuangan digunakan rasio

  

Return On Asset (ROA). Return On Asset adalah kemampuan dari modal untuk

  diinvestasikan kedalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dalam perhitungan Return On Asset laba menjadi elemen penting menilai efektivitas penggunaan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi laba maka semakin tinggi Return On Asset dengan demikian semakin efektif penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Return On

  

Asset dihitung dengan membandingkan laba sebelum pajak dan rata-rata total asset. Return On Asset digunakan sebagai proxy untuk kinerja keuangan perusahaan perbankan (Chen et al. 2005; Wibowo dan Sabeni, 2012).

  2. Kinerja Ekonomi Untuk menilai kinerja ekonomi perbankan penelitian ini menggunakan rasio Operating Margin menyajikan informasi mengenai laba perusahaan dari aktivitas penjualan. Pada penelitian ini penjualan (sales) diartikan pendapatan, karena kegiatan utama perusahaan perbankan adalah memberikan pelayanan jasa keuangan berupa penawaran produk-produk perbankan sebagai sumber pendapatan perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran besarnya margin laba kotor dari aktivitas penjualan serta untuk mengukur tingkat efisiensi operasi perusahaan. Rasio Operating Margin (OPM) digunakan sebagai proxy untuk kinerja ekonomi perusahaan perbankan (Sougiannis, 1996; Wibowo dan Sabeni, 2012).

  3. Kinerja Pasar Saham Untuk menilai kinerja pasar saham perbankan digunakan rasio Market to

  

Book Value (MBV) dihitung dengan membagi total kapitalisasi pasar (harga

  saham dikali jumlah saham yang beredar) dengan nilai buku equitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memberikan pandangan kepada investor tentang manajemen perusahaan, likuiditas dan prospek masa depan perusahaan. Market to

  

Book Value digunakan sebagi proxy untuk kinerja pasar saham perusahaan

perbankan (Firrer dan William, 2003; Pramudita, 2012).

2.1.5. Modal Intelektual (Intellectual Capital)

  Perhatian perusahaan terhadap modal intelektual beberapa tahun terkahir semakin meningkat. Hal ini disebabkan munculnya kesadaran bahwa modal intelektual merupakan landasan bagi perusahaan untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan lain. Ada banyak defenisi berbeda mengenai modal intelektual. Modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (William, 2001). Modal intelektual dapat dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997). Modal intelektual juga mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Modal intelektual telah diidentifikasi sebagai seperangkat aset tak berwujud yaitu sumber daya, kemampuan dan kompetensi yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai (Bontis, 1998).

  Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa intellectual capital merupakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang akan memberi keuntungan terhadap kinerja masa depan perusahaan. Beberapa ahli telah mengemukakan elemen-elemen yang terdapat dalam intellectual capital. Namun, semuanya tidak ada ketetapan pasti mengenai elemen-elemen tersebut. Sehingga secara umum elemen-elemen dari modal intelektual terdiri dari modal manusia (human capital), modal struktural (structural capital) dan modal pelanggan

  (customer capital) (Bontis, 2000). Defenisi dari masing-masing komponen modal intelektual sebagai berikut :

  1. Modal manusia (Human Capital/ HC) yaitu keahlian dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya dalam berhubungan dengan pelanggan seperti pendidikan, pengalaman, keterampilan dan kreatifitas. Menurut Bontis (2000) human capital adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi serta kemampuan menyelesaikan tugas meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Jika perusahaan berhasil dalam mengelola pengetahuan karyawannya maka hal tersebut dapat meningkatkan human capital. Dengan demikian human capital merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang terdapat pada setiap individu yang ada didalamnya. Human capital ini selanjutnya akan mendukung structural capital dan customer capital.

  2. Modal struktural (Structural Capital/ SC) yaitu pengetahuan yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar, mencakup proses produksi, teknologi informasi, sistem operasional perusahaan, hubungan dengan pelanggan, reseearch & development dan lain-lain. Structural capital merupakan infrastruktur pendukung dari human capital sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun karyawan memiliki pengetahuan tinggi namun jika tidak didukung sarana dan prasarana yang memadai maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan menghasilkan modal intelektual.

  3. Modal pelanggan (Customer Capital/ CC) yaitu orang-orang yang berhubungan dengan perusahaan yang menerima pelayanan dari perusahaan tersebut. Customer capital membahas mengenai hubungan perusahaan dengan pihak luar perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok, pelanggan, bagaimana loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Customer capital juga dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keiinginan pasar sehingga menghasilkan hubungan baik dengan pihak luar.

2.1.5.1. Pengukuran Modal Intelektual (Intellectual Capital)

  Tan et al . (2005) menyebutkan metode yang dikembangkan untuk pengukuran intellectual capital dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu:

1. Metode yang tidak menggunakan penilaian/ ukuran nonmoneter, antara lain : a.

  Brooking’s Technology Broker Method (1996).

  c.

  The Edvinssion and Malone Skandia Intellectual Capital Report Method (1997).

  d.

  The Intellectual Capital-Index yang dikembangkan oleh Ross, dkk (1997).

  b.

  Sveiby’s Intellectual Capital Monitor Approach (1997).

  f.

  The Heuristic Frame yang dikembangkan oleh Joia (2000).

  g.

  Vanderkaay’s Vital Sign Scorecard (2000).

  h.

  The Ernst and Young Model (2000).

  The Balance Scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992).

  e.

2. Metode dengan menggunakan ukuran moneter, antara lain: a.

  Model EVA dan MVA (Bontis et al, 1999).

  b.

  Market to Book Value model.

  c.

  Tobin’s q method (Luthi, 1998).

  d.

  Pulic VAIC™ model (1998, 2000).

  e.

  Calculated intangible value (2000).

  f.

  The Knowledge Capital Earnings model (Lev and Feng, 2001).

  Dari berbagai macam teknik pengukuran intellectual capital dipilih satu pengukuran. Dalam penelitian ini teknik pengukuran intellectual capital yang digunakan adalah tenknik pengukuran model Pulic. Intellectual capital dalam model Pulic diukur berdasarkan nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh

  

physical capital/ capital employed (VACA), human capital (VAHU), dan

structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut

  disimbolkan dengan nama VAIC yang dikembangkan oleh Pulic (1998).

2.1.5.2. Nilai Tambah sebagai indikator Intellectual Capital (Value Added

  Intellectual Coefficient - VAIC)

  Koefisien nilai tambah modal intelektual diusulkan oleh Pulic (1998) menyediakan informasi tentang efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. VAIC merupakan suatu prosedur analisis yang dirancang untuk memungkinkan manajemen, pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terkait untuk secara efektif memonitor dan mengevaluasi efisiensi nilai tambah dengan total sumber daya perusahaan dan masing-masing komponen sumber daya utama. Metode tersebut sangat penting untuk mengukur kontribusi dari setiap sumber daya manusia, struktural, fisik dan keuangan untuk menciptakan nilai tambah perusahaan.

  TM

2.1.5.3. Komponen-Komponen VAIC

  Model VAIC dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added merupakan indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (Pulic, 2004). Berikut beberapa komponen-komponen VAIC :

  1. Value Added Human Capital (VAHU)

  Value Added Human Capital mengindikasikan kemampuan tenaga kerja

  untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan dari dana yang dikeluarkan oleh tenaga kerja tersebut. Semakin banyak value added yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola sumber daya manusia secara maksimal sehingga menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan perbankan.

  2. Structural Capital Value Added (STVA)

  Structural Capital Value Added (STVA) merupakan indikator efisiensi

  nilai tambah modal struktural yang menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

3. Value Added Capital Employed/ Physical & Financial (VACA)

  Value Added Capital Employed/ Physical & Financial menggambarkan seberapa banyak value added yang dihasilkan dari modal usaha yang digunakan.

  Perusahaan akan terlihat lebih baik dalam memanfaatkan Capital Employed (CE) jika satu unit dari Capital Employed (CE) menghasilkan return lebih besar dari perusahaan lain. Kemampuan perusahaan dalam mengelola CE dengan baik merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan tersebut.

2.1.5.4. Langkah-Langkah Perhitungan Model VAIC TM

  Dalam menghitung intellectual capital perusahaan perbankan maka digunakan model VAIC

  TM

  dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:

  1. Pertama, menghitung value added. Sesuai dengan stakeholder theory value

  VAIC added dihitung sebagai berikut :

  VA= OUT – IN

  Output (OUT) adalah pendapatan yang terdiri dari semua produk dan jasa yang dijual di pasar. Input (IN) mencakup semua biaya operasional perusahaan dikurangi biaya karyawan yang tidak dianggab sebagai biaya.

  2. Kedua, menilai hubungan antara VA dengan HC. Koefisien nilai tambah modal manusia (value added human capital coefficient - VAHU) menunjukkan seberapa besar VA telah dibuat satu unit keuangan untuk diinvestasikan pada karyawan. Pulic (2004) menganggab biaya karyawan sebagai indikator HC.

  Dengan demikian biaya karyawan tidak lagi menjadi bagian dari input tetapi sebagai investasi. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan HC menciptakan nilai perusahaan.

  VAHU= VA/ HC

  3. Ketiga, menilai hubungan VA dengan SC. Koefisien nilai tambah modal struktural (structural capital value added coefficient – STVA) menunjukkan seberapa besar kontribusi SC dalam penciptaan nilai. Menurut Pulic (2004) SC merupakan hasil pengurangan dari HC terhadap VA. Semakin besar HC maka akan semakin kecil saham SC. Dengan demikian hubungan antara VA dengan SC dihitung sebagai berikut:

   STVA= SC/ VA 4.

  Keempat, menilai hubungan antara VA dengan CA. Menurut Pulic (2004)

  

intellectual capital tidak dapat menemukan nilai sendiri. Oleh karena itu,

  diperlukan modal fisik dan financial kedalam rekening untuk memiliki informasi tentang totalitas VA yang diciptakan sumber daya pwerusahaan.

  Koefisien nilai tambah modal usaha/ fisik & financial (value added capital

  employed – VACA) menunjukkan seberapa besar nilai baru nilai baru dicitakan oleh satu unit keuangan untuk diinvestasikan kedalam modal usaha.

  Dengan demikian hubungan antara VA dan CE menunjukkan kemampuan modal yang digunakan untuk menciptakan nilai dalam suatu perusahaan.

  VACA= VA/ CE

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  VAIC, Korelasi Linear

  berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan, PLS mencerminkan kontribusi IC untuk kinerja masa depan perusahaan berbeda sesuai dengan jenis

  Partial Least Square (PLS) Intellectual Capital

  Kinerja,

  Intellectual Capital,

  Analisis Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

  berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan, R&D berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Cahyaning, 2010

  Intellectual Capital

  Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan intelletual

  capital :

  HC berhubungaan dengan SC, CC berhubungan dengan SC, SCberhubungan dengan kinerja industri. Chen et al, 2005 An Emperical

  Partial Least Square

  Kuesioner,

  Intellectual Capital & Business Performance in Malaysian Industries

  Hasil Penelitian Bontis et al, 2000

  Peneliti Judul Variabel Penelitian

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Investigation of the Relationship between Intellectual Capital and Firms market value and Financial Performance industrinya. Wibowo dan Sabeni, 2012

  Analisis value

  nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI

  VAIN berpengaruh terhadap kinerja ekonomi dan keuangan perusahaan. VACA berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan kinerja pasar modal namun berdampak negatif pada kinerja ekonomi perusahaan.

  VACA, Regresi Linear Berganda

  VAIN,

  Analysing value added as indicator of intellectual capital and its consequences on company performance

  Zeghal, Daniel dan Anis Maaloul, 2010

  berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai pasar (M/ B), signifikan positif terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA dan ROE, tetapi tidak berpengaruh terhadap GR.

  Intellectual capital

  (M/B), ROA, ROE, GR

  Intellectual Capital, Market to Book Value

  intellectual capital terhadap

  added sebagai

  Pramudita, 2012 Pengaruh

  VACA tidak berpengaruh terhadap ROA namun berpengaruh signifikan terhadap OI/ S dan MB.

  VAIN berpengaruh signifikan terhadap ROA dan OI/ S,

  VACA, OI/ S, ROA, MB dan Perbankan

  VAIN,

  VAIC™,

  Value added, intellectual capital,

  konsekuensinya terhadap kinerja perbankan

  intellectual capital dan

  indikator

  Sumber: data diolah peneliti.

  2.3. Kerangka Konseptual

  Mengacu pada model penelitian Pulic (2004) analisis value added (nilai tambah) sebagai indikator intellectual capital diukur dengan menggunakan model

  VAICdengan komponen nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha/ fisik dan keuangan (VACA) sebagai variabel independen. Sementara kinerja perbankan menjadi variabel dependen yang meliputi kinerja keuangan (Return On Asset), kinerja ekonomi (Operating Margin) dan kinerja pasar saham (Market to Book Value).

  Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini sebagai berikut:

  Gambar 2.1

Model Kerangka Konseptual

  2.4. Hipotesis Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran nilai tambah sebagai indikator intellectual capital dengan menggunakan metode VAIC untuk menilai dampak intellectual capital terhadap kinerja perbankan. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1.

  Model 1: Pengaruh nilai tambah modal manusia, modal struktural dan modal usaha terhadap kinerja keuangan perbankan.

  Kinerja keuangan memberikan informasi untuk mengetahui kemampuan investasi modal perusahaan mendapatkan keuntungan. Dalam teori resource based

  

theory, (Chen et al, 2005) mengemukakan jika intellectual capital sumber daya

  berharga perusahaan maka akan memberikan kontribusi positif terhadap Return On Asset perbankan.

  H1a: adanya pengaruh nilai tambah modal manusia (Value Added Human

  Capital - VAHU) terhadap Return On Asset perbankan.

  H1b: adanya pengaruh nilai tambah modal struktural (Structural Capital Value Added - STVA) terhadap Return On Asset perbankan.

  H1c: adanya pengaruh nilai tambah modal usaha/ fisik & keuangan (Value

  Added Capital Employed/ Physical & Financial -

  VACA) terhadap Return On Asset perbankan.

2. Model 2: Pengaruh nilai tambah modal manusia, modal struktural dan modal usaha terhadap kinerja ekonomi perbankan.

  Kinerja ekonomi merupakan profitabilitas operasi yang merupakan surplus ekonomi atau margin ekonomi yang diperoleh oleh perbedaan antara pendapatan dan biaya produksi (Wibowo dan Sabeni, 2012). Semakin baik perusahaan dalam mengolah dan memanfaatkan intellectual capital yang dimiliki akan memberikan nilai lebih serta keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga pendapatan perusahaan meningkat.

  H2a: adanya pengaruh nilai tambah modal manusia (Value Added Human

  Capital – VAHU) terhadap Operating Margin perbankan.

  H2b: adanya pengaruh nilai tambah modal struktural (Structural Capital Value Added - STVA) terhadap Operating Margin perbankan.

  H2c: adanya pengaruh nilai tambah modal usaha/ fisik & keuangan (Value

  Added Capital Employed/ Physical & Financial –

  VACA) terhadap Operating Margin perbankan.

3. Model 3: Pengaruh nilai tambah modal manusia, modal struktural dan modal usaha terhadap kinerja pasar saham perbankan.

  Lev dan Sougiannis (1996) menganggap kesenjangan antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku menjadi konsekuensi karena tidak memperhitungkan

  

intellectual capital kedalam laporan keuangan perusahaan. Kesenjangan tersebut

  juga ditunjukkan oleh Market to Book Value yang menunjukkan pandangan investor terhadap intellectual capital sebagai sumber nilai perusahaan meskipun tidak ada dalam nilai buku perusahaan. Intellectual capital akan membantu perusahaan menjadi lebih efisien dan produktif. Dengan demikian kinerja perusahaan semakin meningkat sehingga kepercayaan pihak luar (stakeholder) terhadap perusahaan juga meningkat yang berpengaruh terhadap return saham perusahaan.

  H3a: adanya pengaruh nilai tambah modal manusia (Value Added Human

  Capital - VAHU) terhadap Market to Book Value perbankan.

  H3b: adanya pengaruh nilai tambah modal struktural (Structural Capital Value Added - STVA) terhadap Market to Book Value perbankan.

  H3c: adanya pengaruh nilai tambah modal usaha/ fisik & keuangan (Value

  Added Capital Employed/ Physical & Financial -

  VACA) terhadap Market to Book Value perbankan.

Dokumen yang terkait

Analisis Value Added sebagai Indikator Intellectual Capital terhadap kinerja perbankan di Indonesia

1 43 119

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Bank - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank BUMN yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia

0 1 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Bank - Analisis Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perbankan (2007-2012)

0 1 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Modal Kerja - Pengaruh Penggunaan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Intellectual Capital Perusahaan Manufaktur di Indonesia

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Profitabilitas - Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Market to Book Value (MtBV) - Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Market Valuation Bank Umum Persero Di Indonesia

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Merger dan Akuisisi - Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Abnormal Return dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Perubahan Struktural - Analisis Transformasi Struktural Perekonomian di Kota Pematang Siantar

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit - Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

0 0 11