BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Politik Pengupahan di Indonesia (Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Menurut UU No. 13 tahun 2003 upah adalah imbalan dari pemilik modal terhadap buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dinyatakan dalam bentuk nilai uang yang ditentukan berdasarkan ketentuan atau peraturan

   perundang-undangan yang termasuk tunjangan untuk buruh beserta keluarganya .

  Pada perkembangnnya upah selalu menjadi tuntutan buruh. upah merupakan persoalan pokok yang dihadapi buruh, upah menjadi sandaran utama buat buruh untuk memenuhi kebutuhan hidup, buruh memiliki tenaga kerjanya dan di gunakan untuk mengoperasikan alat produksi, kepemilikan alat-alat produksi oleh pemilik modal, mendorong buruh menjual tenaga kerjanya untuk mendapatkan upah sebagai imbalan kerjanya.

  Upah yang diterima oleh buruh ditentukan oleh kebutuhan seorang buruh untuk menopang hidupnya dan keluarganya pada tingkatan kebutuhan pokok, maka seharusnya mendapatkan upah yang layak demi menopang kehidupannya. Upah merupakan hak buruh, upah diterima saat adanya hubungan produksi dan berakhir pada saat kerja berakhir. Sementara upah buruh tidak dibayar jika buruh tidak bekerja. Pemilik modal/pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh diskriminasi terhadap rakyat, yang artinya tiap buruh yang melakukan pekerjaan yang nilainya sama, harus mendapatkan upah yang sama.

  Didalam UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bab X bagian kedua diatur upah minimum yang berlaku hari ini adalah upah minimum provinsi ( UMP ), upah minimum kabupaten/kota ( UMK ) yang tiap tahunnya ditentukan 1 oleh Gubernur untuk UMP dan Bupati/Walikota untuk UMK atas usulan dari

  UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Diunduh dari http://portal.jogjaprov.go.id/attachments/article/106/UU13-2003%20perlindungan%20naker.pdf. selasa 7 mei 2012, jam 17.00 WIB. dewan pengupahan daerah ataupun dewan pengupahan kabupaten/kota dengan proses tahapan pembahasan dan survey terlebih dahulu. Penetapan upah minimum provinsi di dasarkan pada permenakertrans no 13 tahun 2012 yang direvisi dari permenakertrans no 17 tahun 2005, namun hasil revisi tersebuttidak jauh berbeda dengan permen no 17 tahun 2005, dimana kebutuhan hidup yang menjadi dasar survei harga hanyalah untuk kebutuhan hidup buruh lajang. Kebutuhan hidup bagi para buruh yang sudah berkeluarga, sampai sejauh ini tidak masuk dalam hitungan. Dalam permenakertrans no 13 Tahun 2012 yang di maksud dengan “kebutuhan hidup layak” adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik dalam kurun waktu 1 (satu) bulan.

  Penghitungan upah yang diatur dalam permen no 13 tahun 2012 dimana dasar penetapan upah minimum di Indonesia adalah KHL, yang nilainya diperoleh melalui survei harga. Secara normatif, yang dimaksud dengan “hidup layak” adalah standar kebutuhan hidup seorang buruh secara fisik dan non-fisik untuk 1 (satu) bulan.

  KHL adalah standart kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk memenuhi kehidupannya. Ketentuan ini menjelaskan hanya untuk memenuhi kehidupan pekerja lajang. Sehingga keberadaan keluarga tidak dihitung oleh pengusaha keberadaannya dalam menentukan pengupahan. Hal ini sangat bertentangan dengan UU no. 13 tahun 2003 pasal 88 yang mengatakan, “setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi manusia”. Sehingga jelas bahwasannya sebagai seorang manusia hidup berkeluarga merupakan hak semua manusia dan pengusaha harus memperhatikan upah layak buruh untuk dapat memenuhi kebutuhan buruh dan keluargannya secara wajar yang meliputi pangan, sandang dan papan serta jaminan hari tua. Dengan demikian, Permetakertrans telah memperkecil pengupahan di Indonesia. Seperti itu juga peranan dari pemerintah yang berkelanjutan pada Pasal 4 No.17/MenVII/2005 yang mengatakan penetapan upah minimum provinsi didasarkan pada nilai KHL kabupaten/kota terendah di propinsi yang bersangkutan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti tidak menjadi rata-rata nilai KHL dari kabupaten/kota dalam menetapkan upah minimum provinsi melainkan KHL terendah menjadi upah minimum provinsi.

  Pemerintah telah menambahkan 14 komponen kebutuhan hidup sehingga menjadi 60 komponen, tambahan komponen meliputi : 1) Ikat pinggang, 2) Kaos kaki, 3) Deodorant 4) Seterika 250 watt, 5) Rice cooker ukuran 1/2 liter, 6) Celana pendek, 7) Pisau dapur 8) Semir dan sikat sepatu, 9) Rak piring portable plastik, 10) Sabun cuci piring (colek) 11) Gayung plastik ukuran sedang, 12) Sisir, 13)

  

Ballpoint/pensil, 14) Cermin 30 x 50 cm , sedangkan standar barang dan jasanya

  serta kualitasnya masih tetap sama dengan Permen 17 tahun 2005 yaitu kualitas sedang. Dalam Permen 13 tahun 2012 semua barang dan jasa yang menjadi dasar perhitungan adalah barang dan jasa kelas 3 atau dalam lampiran tersebut disebutkan kualitas sedang. KHL juga tidak bersandar pada standar kualitas hidup yang baik melainkan hanya berfungsi sebagai jaring pengaman sementara buruh. Penetapan KHL tidak memasukkan aspek lonjakan kenaikan harga tiap bulan

   sampai akhir tahun .

  Jadi meskipun Permen 13 tahun 2012 ini di katakan sebagai peraturan penyempurna dari Permen 17 tahun 2005 untuk penetapan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup layak, namun secara kualitas tidak mengalami perubahan, dan hal itu sama sekali tidak membawa perubahan terhadap peningkatan atau perbaikan kesejahteraan kaum buruh dan keluarganya. Ini karena perubahan tersebut tidak menyentuh substansi, tetapi hanya menambahkan 14 komponen kebutuhan yang nilainya sangat kecil dan tidak sesuai dengan kebutuhan riil buruh serta jauh dari tuntutan sejati klas buruh Indonesia. Upah 2 buruh tetaplah murah, perubahan kebijakan di tataran regulasi hanya untuk

  Permentrakertrans no 13 tahun 2012, Diunduh dari ayieks.files.wordpress.com/2012/08/no-13- 3 tahun-2012-khl.pdf. selasa 7 mei 2012, jam 17.00 WIB.

  Permenakertran no 13 tahun 2012, pedoman survey harga halaman 2 memperhalus praktek politik pengupahan di Indonesia dan hanya sekedar meredam tuntutan dan aspirasi sejati dari klas buruh Indonesia, karena kenyataannya perubahan peraturan tersebut justru memperendah posisi tawar buruh di hadapan pengusaha.Maka yang terkandung dalam sistem upah minimum adalah ; upah minimum sebagai jaring pengamanan, upah minimum hanya untuk

   lajang, diperbolehkan pengusaha melakukan penundaan atau penangguhan .

  Upah minimum sebagai jaring pengaman artinya upah minimum hanya upah terendah yang didasarkan pada kriteria tertentu. Seperti upah ditetapkan masih berdasarkan kebutuhan hidup seorang buruh/pekerja lajang, pertimbangan penetapan upah tidak semata-mata survey KHL tetapi juga tingkat pertumbuhan ekonomi, sehingga sering terjadi ketimpangan dalam survey. Filosopi dari upah minimum adalah sebagai jaring pengamanan berarti pengusaha tidak boleh membayar upah buruh lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan. Arti minumum berarti tarif paling bawah, kurang dari itu berarti timpang. Oleh karena itu ketika pengusaha membayar upah buruh dibawah upah minimum maka penghidupan buruh akan tetap dibawah garis kemiskinan.

  Upah minimum hanya untuk lajang artinya pengusaha hanya menanggung kebutuhan seorang buruh tanpa mempertimbangkan keluarga buruh. Penghitungan harga kebutuhan sangat ketat berdasarkan harga pasar. Wallaupun demikian pencapaian nominal UMP/UMK rata-rata hanya berkisar 85-92 persen dari kebutuhan hidup minimum ( KHM ). Berarti terjadi kesulitan buruh dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bagaimana jika si buruh mempunyai keluarga sehingga harus membagi upahnya untuk kebutuhan istrinya dan anaknya. Kondisi ini yang membuat maraknya anak-anak buruh tidak mengecap dunia pendidikan serta tingkat kesejahteraan yang rendah. Seperti pada masa orde baru yang didasarkan pada kebutuhan fisik minimum (KFM) yang pencapaiannya 4 hanya berkisar 80-90 persen dari KFM. Sehingga buruh hanya sekedar hidup

  

Hand book, minimalisasi penetapan upah layak. Analisis terhadap peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. 17/MEN/VII/2005 mencari makan dengan hidup serba kekurangan. Sementara pengusaha mendapatkan nilai lebih dari hasil kerja buruh.

  Pengusaha berhak melakukan penangguhan upah dimana upah minimum hukumnya tidak wajib bagi dari pengusaha untuk membayar jika memang pengusaha keberatan dapat mengajukan penagguhan/penundaan dalam pelaksanaan pembayaraan upah minimum yaitu dengan keluarnya keputusan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI Nomor kep-23/Men/2003. Atas dasar peraturan ini penguasaha dapat menunda membayar upah minimum paling lambat 10 hari sebelum upah minimum disepakati oleh buruh/serikat buruh. Hal ini menunjukkan bahwa ini persoalan kecil yang terkandung dalam penerapan politik pengupahan dan jika dikaji secara mendalam tentu akan banyak lagi persoalan tentang pengupahan di Indonesia. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah. Tetapi hal ini belum terlaksana. Dimana tingkat kesejahteraan buruh masih dibawah standart karena tidak sesuai pemberian upah dengan nilai KHL. Setiap akhir tahun buruh selalu menanti persentase kenaikan UMP-nya. Tentu harapannya sangat besar terhadap pemerintahan untuk menetapkan upah yang layak.

  Dalam UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan juga diatur tentang dewan pengupahan sebagai salah satu aktor dalam penetuan upah minimum, dewan pengupahan bertugas untuk mensurvey harga-harga komoditas untuk pemenuhan kebutuhan hidup seorang buruh, yang kemudian diakumulasikan guna menetapkan nilai upah yang kemudian direkomendasikan kepada pemerintah. Dewan pengupahan terdiri dari organisasi pengusaha, serikat pekerja/Serikat buruh dengan komposisi 2:1:1. Sehingga dapat kita lihat dari komposisi dewan pengupahan saja sudah ada intervensi dari pengusaha sangat besar dalam menentukan UMP/UMK. Oleh karena itu sering akhir tahun terjadi unjuk rasa oleh buruh/serikat pekerja yang menuntut pemerintah dalam menetapkan nilai upah yang sesuai dengan keinginan/tuntutan klas buruh/serikat pekerja, termasuk menuntut untuk dicabutnya atau merevisi kebijakan atas upah. Memperkecil upah juga didukung oleh dewan pengupahan daerah yang esensinya memihak pada pengusaha. Sehingga memberi arti bahwa walupun KHL suatu daerah disesuaikan

   dengan kebutuhan daerah itu, bukan menjadi jaminan menjadi besaran UMP .

  Tetapi bisa di bawah nilai KHL. Karena dewan pengupahan daerah mempunyai kekuasaan dengan alasan pertumbuhan ekonomi.

  Buruh adalah mereka yang bekerja pada orang lain dengan menjual tenaga kerjanya dalam bentuk menerima upah dan tidak mempunyai apa-apa kecuali

  

  tenaga kerjanya , buruh terlahir karena monopoli modal, dimana orang yang tidak memiliki modal harus bekerja kepada yang memiliki modal, buruh tidak memiliki potensi lain selain tenaganya yang di gunakan untuk memproduksi barang-barang dan sebagai gantinya buruh mendapatkan upah/uang atas kerjanya memproduksi barang-barang untuk didistribusikan ke pasar. Dari hasil penjualannya, pengusaha akan mendapatkan keuntungan/laba. Harga jual dipasar akan menentukan laba si pengusaha. Tetapi tanpa disadari nilai yang dihasilkan oleh buruh memproduksi barang berlipat ganda, mengubah benang menjadi pakaian tentu menanbah nilai dari benang yang berlipat ganda dan nilai yang bertambah ini dikurang upah buruh dan komoditas, menjadikan laba buat pengusaha. Barangkali orang-orang akan membantah bahwa buruh industri bekerja dengan mesin yang melipatgandakan hasil kerjannya, itu betul, tetapi yang mengusai mesin adalah pengusaha, sehingga buruh hanya mendapatkan sebagian kecil dari tenaganya

  

  sebagai upah . Pengupahan kerap sekali menjadi pertentangan antara buruh dan pengusaha. Buruh menginginkan Upah yang layak, sementara pandangan pengusaha berbeda yang orientasinya laba. maka pengusaha kerap membayar upah buruh dibawah standart yang telah ditentukan. 5 Hand book. Minimalisasi Penetapan Upah Layak. Analisis Terhadap Peraturan Menteri Tenaga 6 Kerja dan Transmigrasi No. 17/Men/VII/2005 Darsono Prawironegoro, KARL MARX “ Ekonomi Politik dan Aksi Revolusioner” Diadit Media, 7 Jakarta; 2012 hal 233 Frans Magnis Suseno. Pemikiran Karl Marx. PT Gramedia Pustaka Utama., Jakarta; 2005,

  hal185

  Buruh dan pengusaha mempunyai hubungan produksi yang erat. Satu sama lain saling berinteraksi untuk menghasilkan barang. Pengusaha membutuhkan kerja untuk menghasilkan barang, sementara buruh membutuhkan uang (upah) agar dapat bertahan hidup dan buruh hanya memiliki tenaga kerjanya sebagai komoditas yang dapat diberikan ke pihal lain. Pengusaha memakai tenaga kerja buruh seminggu, sebulan atau bahkan setahun yang digunakan untuk memproduksi barang-barang sehingga pengusaha berhak memperkejakan buruh dengan ketentuan waktu yang ada namun ketika buruh tidak ada maka perkembangan kapital pengusaha akan terhambat. Akan tetapi karena hubungan produksi kapital, maka pengusaha akan melakukan apa saja untuk kepentingan akumulasi modal temasuk dengan menekan biaya produksi sehingga mau tidak mau pengusaha akan mengurangi biaya produksi dengan pemotongan upah buruh. Selama buruh mendapatkan upah dari pengusaha yang rendah, maka kehidupan buruh akan terus bergantungan pada kapital. Sehingga dapat dikatakan bahwa sumber penghasilan buruh adalah upah yang diberikan oleh pengusaha, sementara sumber penghasilan pengusaha adalah buruh yang menyerahkan tenaga kerjanya sebagai pengganti upah. Hal ini yang membuat penghidupan buruh semakin timpang dimana lemahnya posisi buruh dalam sistem produksi. Padahal upah merupakan imbalan yang seharusnya berimbang untuk mencapai kesejahteraan buruh.

  Buruh adalah tulang punggung dalam pembangunan ekonomi suatu negara karena buruhlah yang melakukan kegiatan produksi, produktifitas buruh menghasilkan barang-barang yang kemudian di jual ke pasar dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2012 yang digambarkan oleh penghasilan domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan

  

  2000 turun sebesar 1,45 persen dibanding triwulan sebelumnya . Penurunan tersebut mengikuti pola triwulanan yaitu mengalami kontraksi pada triwulan IV 8 setelah terjadi kenaikan pada triwulan III. Kontraksi pada triwulan IV-2012 ini

  Berita Resmi Statistik No.14/02/Th. XVI, 5 Februari 2013 disebabkan Sektor Pertanian mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 23,06 persen karena siklus musiman. Sementara sektor-sektor lainnya selama triwulan IV-2012 mengalami pertumbuhan positif yaitu: 1) Sektor Konstruksi tumbuh 4,02 persen, 2) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tumbuh 3,34 persen, 3) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran tumbuh 2,74 persen, 4)Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 2,00 persen, 5) Sektor Jasa-Jasa tumbuh 1,96 persen, 6) Sektor Industri Pengolahan tumbuh 1,41 persen, 7) Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan tumbuh 1,23 persen, dan 8) Sektor

   Pertambangan dan Penggalian tumbuh sebesar 0,20 persen .

  Akan tetapi Ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2012 bila dibandingkan dengan triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 6,11 persen. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi,yaitu : 1) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencapai pertumbuhan sebesar 9,63 persen, 2) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran tumbuh 7,80 persen, 3) Sektor Konstruksi tumbuh 7,79 persen, 4) Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan tumbuh 7,66 persen, 5) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih tumbuh 7,25 persen, Sektor Industri Pengolahan tumbuh 6,24 persen, 6) Sektor Jasa-Jasa tumbuh 5,26 persen, 7) Sektor Pertanian tumbuh 1,98 persen, dan 8) Sektor Pertambangan dan

10 Penggalian tumbuh 0,48 persen .

  Secara umum perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23 persen dibanding tahun 2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 9,98 persen, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,11 persen, Sektor Konstruksi 7,50 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 7,15 persen, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,40 persen, Sektor Industri Pengolahan 5,73 persen, Sektor Jasa-Jasa 5,24 persen, 9 Sektor Pertanian 3,97 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,49 10 Ibid, hal 5 Ibid, hal 8 persen. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tanpa migas pada tahun 2012 mencapai 6,81 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,47 persen. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing 1,44 persen dan 0,98 persen.

  Pertumbuhan ekonomi indonesia yang tinggi dan menjadi negara dengan perekonomian 15 terkuat di dunia pasca reformasi karena mampu mempertahankan pertumbuhan perekonomian diatas 6 (enam) persen, dan menjadi anggota G20 yang artinya menjadi salah satu dari 20 negara terkuat

  

  perekonomiannya di dunia . tetapi pertumbuhan ekonomi ini tidak dibarengi dengan pertumbuhan upah buruh yang masih rendah, upar rata-rata buruh di Indonesia pada tahun 2012 sebesar Rp 1.395.100 sementara upah rill yang

  

  diterima buruh hanya Rp 1.064.500 . Ini terbilang rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB nasional tahun 2012 sebesar 1,47 persen.

  Di Indonesia sendiri upah sudah menjadi tuntutan buruh sejak jaman

  

  kolonial (1817) sejak di berlakukannya cultuurstelsel , pihak kolonial melalui kerja sama dengan pemerintahan lokal melangsungkan politik pengupahan terhadap rakyat. Rakyat di tuntut memberikan kerja dan hasil yang maksimal sementara imbalan atas kerjanya di berikan minimal, tentunya ini mendapat penentangan dari warga lokal dan hal ini juga yang memaksa pemerintah kolonial harus mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah dengan metode transmigrasi 11 Harian ANALISA, “Indonesia 20 Negara Dengan Ekonomi Terkuat di Dunia” edisi rabu, 22 12 mei 2013, hal 21 BPS, Statistik Upah 2007-2012, 13 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=19

Iskandar tedjasukmana, Watak Politik Gerakan Seerikat Buruh Indonesia, TURC; Jakarta, 2007

  hal 03 dari politik etis, hal ini tak ubahnya terjadi di jaman sekarang, buruh tidak juga mendapatkan upah sesuai dengan kerjanya bahkan sangat minim. Pengupahan setiap tahunnya tidak berdampak signifikan terhadap perubahan kondisi buruh, buruh tetap saja hidup di bawah KHL karena upahnya yang minim dan dihitung hanya untuk lajang dipakai bersama istri dan anak mereka.

  Sumut memiliki perindustrian yang cukup besar dibanding provinsi lainnya di sumatera bahkan di Indonesia, baik sektor industri pengolahan maupun hutan industri. Memiliki kawasan industri yang cukup banyak tetapi tidak menjadi jaminan bahwa kesejahteraan buruh dapat tercapai, hal ini dikarenakan upah yang menjadi sandaran utama hidup buruh dibayar tidak sesuai dengan kebutuhan buruh itu sendiri, tercatat pertumbuhan ekonomi sumut tahun 2012 sebesar 6,22 persen, perumbuhan ini sendiri dirasa belum sebanding dengan pertumbuhan upah di sumatera utara sebesar Rp 175.000, kebijakan UMP 2012 sebesar Rp 1.200.000 derevisi menjadi Rp 1.375.000 melalui sutar keputusan KepPltGubSumut No 188.44/711/KPTS/2012. Pada saat proses penetapan UMP sendiri setiap tahunnya diwarnai aksi demonstrasi oleh para buruh. UMP 2012 sebesar Rp 1.200.000 dipandang buruh tidak lagi pantas untuk Sumut. Buruh melaui dewan buruh sumatera utara (DBSU), majelis pekerja buruh indonesia (MPBI) dan forum lintas buruh (FLB) melakukan aksi tersendiri untuk penuntutan perbaikan kebijakan upah, buruh beranggapan bahwa untuk dapat hidup sejahtera dan mampu menghidupi keluarganya buruh harus diberikan upah sebesar Rp 2.000.000 tiap

  

  bulannya , upah sebesar ini dinilai sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan non-fisik buruh.

  Dewan pengupahan sendiri setelah melakukan survey harga dan di akumulasikan sehingga menghasilkan usulan upah minimum provinsi sumatera 14 utara sebesar Rp 1.294.500 kepada Gubernur untuk kemudia ditetapkan sebagai

  “17 Perusahaan Ajukan Penanguhan UMP 2013” diunduh dari : http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=264983:buruh- kecewa-soal-kenaikan-ump&catid=14:medan&Itemid=27, diunduh tanggal 28 mei 2013 upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013, dengan nilai Rp 1.294.500, dewan pengupahan sumut sendiri tidak memiliki trasparansi dalam penetapan upah karena metode yang tidak diketahui publik serta harga bervariatif di berbagai daerah yang dapat membingungkan buruh, dewan pengupahan bisa saja melaukakn survey di pasar sentral sumatera utara, tetapi perindustrian dan tempat tinggal buruh tentunya jauh dari pusat ekonomi dan pemerintahan, oleh sebab itu harga yang di survey juga menjadi bahan pertimbangan penetapan upah minimum provinsi. Dalam permen no 13 tahun 2012 tentang komponen kebutuhan hidup layak juga tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana penghitungan nilai tiap komponen dan perumusannya lebih lanjut guna mencapai nilai yang sesuai kebutuhan buruh.

  Kebijakan UMP adalah kebijakan yang populis, Gubernur tidak boleh salah dalam mengambil keputusanbesaran UMP, dengan pertimbangan kesejahteraan buruh menetapkan kenaikan UMP Sumut sebesar Rp 105.000 menjadi Rp 1.305.000. Tetapi nilai ini dirasa belum cukup untuk mensejahterakan buruh karena pasca dirubahnya putusan Gubernur ini masih diwarnai dengan aksi buruh yang kembali menuntut perubahan besaran UMP , kenaikan upah sebesar Rp 105.000 ini jika diperhatikan adalah kenaikan sebesar Rp 3.750 perharinya untuk 28 hari kerja, ini tentunya tidak sesuai dengan kebutuhan buruh, karena dengan nilai sebesar itu hanya mampu menambah 3 butir telur dalam 1 hari makan berarti 1 telur tiap sekali makan, atau menambah 0,25 KG beras untuk panganan pokok dengan kualitas beras sedang. Rp 105.000 bukanlah nilai yang fantastis dan tidak memberi dampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan buruh, tentu kebijakan ini memicu gerakan buruh untuk melakukan penolakan.

  Setelah tidak dikabulkannya permintaan buruh, buruh kembali melakukan aksi dengan aliansi buruh yang lebih besar dengan menggabungkan ketiga aliansi tersebut menjadi Pekerja/Buruh Menggugat (PBM), aliansi ini menuntut UMP sumut 2013 sebesar Rp 2.200.000, aliansi PBM melakukan aksi beberapa kali hingga akhirnya UMP Sumut tahun 2013 di revisi dan berubah menjadi Rp 1.375.000, kenaikan Rp 70.000 ini dianggap pemerintah sudah cukup untuk membuat buruh sejahtera, yang pada esensinya kenaikan upah ini hanya penyesuaian harga-harga bahan pokok yang mengalami kenaikan di tahun 2012. Plt Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho berharap aksi demonstrasi yang dilakukan buruh segera berhentipasalnya upah minimum provinsi (UMP) tahun 2013 yang telah ditetapkan sudah bagian dari upaya

  

  maksimal yang dilakukan pemerintah . Pemerintah dengan menambahkan nilai sebesar Rp 175.000 seolah-olah pemerintah berpihak kepada buruh, padahal nilai ini masih sangat jauh dari harapan buruh yang tergabung dalam aksi PBM yaitu sebesar Rp 2.200.000.

  Pemerintah sadar betul bahwa dengan demonstrasi yang berlarut-larut dari buruh akan menimbulkan kerugian yang cukup besar dari perekonomian daerah karena buruh sebagai tulang punggung ekonomi tidak melakukan kegiatan produksi. Akan tetapi ini harus dilaksanakan karena apabila buruh tidak berkali- kali aksi demonstrasi menuntut kenaikan upah minimum provinsi maka pemerintah tidak akan merevisi kebijakan tersebut. Dengan maraknya unjuk rasa oleh buruh tiap tahunnya, dapat dinilai bahwa upah minimum menjadi persoalan pokok pekerja/buruh, ditambah persoalan regulasi buat buruh yang belum maksimal mewakili kepentingan buruh, komposisi dewan pengupahan dan hasil surveynya yang tidak transparan, serikat buruh yang tidak maksimal dilibatkan, sistem perekonomian yang tidak adil, dan kebijakan politik yang pada dasarnya akan merebut kembali nilai upah yang bertambah tiap tahun itu oleh pengusaha dan pemerintah melalui berbagai macam cara, antara lain: lonjakan kenaikan harga barang dan jasa (inflasi), kenaikan pajak, outsourching jamsostek dan lain- 15 lain. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini berjudul, “Politik

  “Plt Gubernur Sumut Minta Buruh Hentikan Aksi Demonstrasi” Diunduh dari : http://news.detik.com/read/2012/12/11/195121/2115898/10/plt-gubernur-sumut-minta-buruh- hentikan-aksi-demonstrasi. diunduh tanggal : 28 mei 2013

  

Pengupahan di Indonesia, Studi kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2013”.

  1.2 Rumusan Masalah

  Dari latar belakang diatas, maka peneliti berkeingian untuk mengetahui dan merumuskan tentang sistem pengupahan di Indonesia. Oleh karena itu yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses penetapan upah minimum provinsi (UMP) di provinsi sumatera utara tahun 2012, apakah proses tersebut sudah sesuai dengan permen no 13 tahun 2012 tentang KHL dan sejauh mana peranan tiap elemen dewan pengupahan daerah (pengusaha, serikat buruh dan pemerintah provinsi sumatera utara) dalam penetapan upah minimum provinsi di provinsi sumatera utara ?

  1.3 Pembatasan Masalah

  Penelitian ini adalah analisis proses pengambilan kebijakan publik pemerintahan provinsi Sumatera Utara tentang upah minimum provinsi Sumatera Utara tahun 2013, dengan fokus kajian pada persoalan penetapan upah minimum provinsi berdasarkan Permenakertrans no 13 tahun 2012. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.

  Penelitian ini akan mengkaji dan menganalisis bagaimana penetapan upah minimum provinsi di indonesia dengan mengambil studi kasus penetapan upah minimum provinsi di Sumatera Utara tahun 2012.

  2. Penelitian ini akan membatasi masalah pada peranan dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara dan tiap elemen dewan pengupahan daerah : serikat pengusaha, serikat buruh, dan pemerintah provinsi sumatera utara, dalam peranannya memberikan upaya politis serta mempengaruhi proses pengambilan kebijakan upah minimum provinsi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.

1.4 Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana penetapan upah di Indonesia.

  2. Untuk meneliti peranan tiap elemen dewan pengupahan daerah Provinsi Sumatera Utara : serikat pengusaha, serikat buruh, dan pemerintah provinsi sumatera utara, dalam peranannya membangun kekuatan politis mempengaruhi proses pengambilan kebijakan upah minimum provinsi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.

  3. Pemerintahan Indonesia bahkan pasca reformasi masih belum mampu menghasilkan keputusan yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan buruh.

  Regulasi pengupahan, penghitungan KHL,pemenuhan hak normatif buruh, khususnya penetapan upah yang masih belum mampu menjawab kebutuhan hidup buruh terbukti ditiap tahunnya penetapan upah di Indonesia selalu di warnai dengan aksi protes buruh untuk menuntut perbaikan upah. Maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini untuk melihat politik pengupahan di Indonesia dan keterwakilan politik dari tiap elemen pengupahan yaitu serikat pengusaha, buruh/serikat buruh dan Pemerintah di dalam dewan pengupahan daerah Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dibidang ilmu ekonomi-politik dan diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap perjuangan rakyat khususnya klas buruh dalam menghadapi pengusaha dan pemerintah.

  2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan referensi rakyat Indonesia khususnya klas buruh didalam perjuangan menuntut upah serta menjadi pertimbangan di dalam keputusan pengupahan di indonesia yang menjamin kesejahteraan klas buruh.

1.6 Kerangka Teori

  Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

  

  hubungan antara konsep . Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkan pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran. Peneliti akan menggunakan teori yang berkaitan dengan analisis kebijakan dan teori pengupahan yang kemudian digunakan untuk instrumen analisis.

1.6.1 Ekonomi Politik Marxis

  Menurut sejarahnya marxisme memiliki dua dimensi yakni sebagai teori ilmiah dan proyek politik revolusioner, namun pada kenyataan kedua dimensi ini sulit untuk dipisahkan. Dan teori nilai lebih, merupakan kunci penting usaha untuk menginterpretasikan kapitalisme beserta sejarah panjang peradabaan materil, namun Karl Marx sendiri dalam karyanya yang terkenal Das Kapital menawarkan analisis/uraian mengenai mekanisme kapitalisme, yakni akumulasi dan ekspansi capital, pemiskinan kelas pekerja dan krisis kelebihan produksi, uraian-uraian tersebut telah memberikan landasan moral untuk melakukan perlawan terhadap sistem kapitalis.

  Dalam memahami teori Marx tentang masyarakat dan negara tidak boleh dilupakan sama sekali teorinya di bidang ekonomi. Teori nilai ini berdasar pada tenaga, teori nilai lebih, teori akumulasi capital, teori kosentrasi capital dan teori 16 pemiskinan semua pada substansinya adalah bagaimana kelas kapitalis sebagai

  Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, metode penelitian survei, Jakarta; LP3ES,1995,hal37 yang berpunya hidup dan berkembang dari eksploitasi kelas proletar. Ekonomi Politik adalah bagian penting dari materialisme historis. Ini merupakan ilmu untuk mempelajari hukum-hukum gerak dari ekonomi atau kehidupan manusia.

  Ekonomi politik mengalami penajaman selama abad ke 17 sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Akan tetapi sebagai ilmu modern dan ilmiah baru mendapat kedudukan pada abad ke 18.

  Meskipun telah mengalami kemajuan besar, ekonomi politik pada masa lalu hanya terbatas pada pemujaan terhadap kepemilikan perseorangan dan sistem kapitalis. Sehingga, tidak dapat menjelaskan dengan komplit hukum-hukum ekonomi kapitalis, tidak menghiraukan sistem-sistem ekonomi yang lainnya. Karl

  

Marx merombak ekonomi politik menjadi sebuah sebuah studi ilmah yang

  menyeluruh. Marx, dengan ilmiah dan menyeluruh menyelidiki kompleksitas hubungan produksi dan pertukaran barang-barang dalam sistem kapitalis juga terhadap sistem ekonomi lain sebelumnya. Melalui usaha ini, dia menemukan rahasia kelahiran, perkembangan dan kebangkrutan yang tidak terelakkan dari sistem kapitalisme. Berdasarkan penemuan Marx, revolusi sosialis memiliki fondasi yang kokoh dan ilmiah menjadi sosialisme ilmiah.

  Teori ini adalah pedoman yang diperlukan dalam mempelajari dan memahami dengan benar ekonomi masyarakat, klas dan perjuangan klas. Teori ini menjelaskan bagaimana menganalisis kerangka kerja dan hubungan dari klas-klas dalam masyarakat di masa lalu dan kapitatalisme ini. Selanjutnya menerangkan basis-basis material dari masalah perjuangan revolusioner dan perjuangan klas pekerja saat ini, dan menjelaskan basis material hari depan sosialis dari sebuah usaha revolusi. Untuk memahami ekonomi politik Marxisme maka perlua melihat beberapa varibabel.

1.6.1.1 Komoditi

  Sebuah komoditi dijelaskan sebagai sesuatu yang dipertukarkan dengan atau untuk komoditi lainnya. Semua komiditi punya nilai pakai, yang memenuhi

  

  sejumlah keinginan atau kebutuhan, langsung atau tidak langsung . Sifat kebutuhan itu, pada tahap ini belum relavan dibahas. Di sisi tidak ada penilaian yang bersifat moral. Senjata misalnya adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat yang senang dengan peperang dan maka itu mengandung nilai pakai dan seterusnya. Komoditi yang mempunyai nilai tukar, milik yang dipertukarkan dengan barang lain. Perbedaan anatara nilai tukar dan nilai pakai adalah perbedaan dari aspek-aspek kehidupan manusia yang berlaku umum bagi semua bentuk masyarakat dan perbedaan-perbedaan spesifik bagi jenis masyarakat tertentu. Tanpa pertukaran tertentu tak ada nilai tukar. Semua komoditi mengandung nilai pakai. Sebab, tak seorang manusia pun yang akan membeli komoditi itu jika tidak mengandung nilai pakai.

  Pertukaran menciptakan suatu hubungan kuantitatif dengan berbagai komoditi X unit suatu komoditi dapat ditukarkan dengan Y unit komoditi lain. Untuk melihat adanya perbandingan kuantitatif mengenai hal ini, Marx menegaskan bahwa kedua komoditi ini mestilah mengandung sejumlah substansi yang sama yang Karl Marx sebut nilai. Dalam hal ini substansi yang sama bukan sesuatu berupa sifat seperti berat, maka substansi yang sama dari produk itu ialah hanya produk dari kerja. Kerja adalah substansi dari nilai. Dan teori kerja dan nilai seharusnya dibenarkan oleh bagaimana ia dipergunakan Marx di dalam sistem secara keseluruhan. Berikutnya Marx membahas betapa pentingnya nilai itu. Seberapa banyak nilai yang dimiliki oleh sesuatu komoditi ? katanya, nilai sesuatu komoditi tergantung pada banyaknya jumlah kerja sosial yang diperlukan dalam menyelesaikan komoditi itu. Dan itu disebut “lama kerja”yang diminta untuk memproduksi komoditi itu. Oleh karena itu, kerja itu digolongkan menjadi kerja yang sifatnya sosial bukan individual. Meskipun nilai diukur berdasarkan pada lama kerja yang diperlukan untuk memproduksi sebuah komoditas, bukanlah indvidu kapitalis apalagi pekerja yang menentukan nilai nyata dari komoditas. 17 Masyarakat menentukan nilai komoditas melalui pasar. Ukurannya berdasarkan

  Anthony Brewer,Kajian Kritis Das Kapital, Teplok Press, Jakarta 1999 jumlah rata-rata waktu kerja yang diperlukan memproduksi komoditas, menurut tingkatan ketrampilan pekerja dan tingkatan kemampuan teknologi yang digunakan.

  Harga sebuah komoditi tidak lain adalah nilai komoditi tersebut yang dinyatakan dengan uang. Penggunaan uang dalam mengukur nilai dan dalam pertukaran komoditi adalah bukti bahwa pertukaran komoditi sudah menjadi aktivitas umum dan biasa bagi masyarakat. Dalam pasar, jika permintaan terhadap komoditi lebih besar dari pada persediaan, harga cenderung lebih tinggi daripada nilai sesungguhnya. Jika permintaan lebih sedikit daripada persediaan, harga komoditi berada di bawah nilai sesungguhnya. Cepat atau lembat, kelebihan atau kekuarangan persediaan barang di pasar akan membatasi produksi. Sehingga, jika kita melihat pergerakan harga dalam rentang waktu yang panjang, peningkatan secara sementara dikompensasikan dengan penurunan yang bersifat sementara. Sejumlah perubahan ini adalah bentuk penyesuaian harga dengan nilai sesungguhnya. Bahkan ketika harga terus berubah-ubah, mereka senantiasa berputar mengelilingi nilai sesungguhnya, seperti pergerakann roda mengelilingi as.

  Ketika terdapat monopoli dalam produksi, pembelian atau penjualan komoditi, kompetisi tidak lagi bersifat bebas, dan pasar tidak berfungsi dengan normal. Para monopoli bisa meningkatkan dan menurunkan permintaan dan penawaran secara artifisal atau palsu di dalam pasar. Dengan cara ini, mereka bisa meningkatkan atau menurunkan harga sebuah komoditi, bergantung pada cara yang mana mereka dapat menarik keuntungan terbesar.

1.6.1.2 Teori Nilai Lebih

  Dan sekarang apakah nilai lebih itu ? nilai lebih adalah bentuk moneter dari produk surplus sosial. Nilai lebih ini merupakan bentuk moneter dari bagian produksi pekerja yang dia serahkan pada pemilik alat produksi tanpa menerima

  

  apapun sebagai gantinya . Bagaimana penyerahan tersebut dapat dilaksanakan dalam praktek pada masyarakat kapitalis ? penyerahan tersebut melalui proses pertukaran. Pembeli tenaga kerja membelinya mengosumsinya dengan menjual

  

  penjualnya bekerja. Proses bekerja dalam masyarakat kapitalis ada dua kekhasan yakni; pertama pekerja bekerja di bawah kontrol kapitalis, kedua produk menjadi milik kapitalis, karena proses kerja itu hanyalah suatu proses diantara dua hal/barang dibeli kapitalis, yaitu tenaga kerja dan alat produksi. Akan tetapi si kapitalis tidak menginginkan nilai pakai diproduksi demi untuk nilai pakai itu sendiri, tetapi hanya tempat penyimpanan niali tukar dan teristimewa nilai lebih. Kapitalis membeli tenaga kerja dari pekerja, dan sebagai tukar dari upah tersebut, kapitalis mengambil seluruh produksi dari pekerja tersebut, semua nilai yang baru dihasilkan yang telah dimasukkan ke dalam nilai produksi tersebut.

  Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa nilai lebih adalah perbedaan antara nilai yang dihasilkan oleh pekerja dan nilai tenaga kerjanya sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan tenaga kerja dalam masyarakat kapitalisme adalah tenaga kerja merupakan sebuah komoditi dan seperti komoditas lainnya, nilainya tergantung dari kuantitas kerja kebutuhan secara sosial untuk memproduksi tenaga kerja , yaitu biaya hidup kelas pekerja dalam makna luas. Sama halnya di setiap negara-negara, masing-masing menetapkan upah minimum sesuai dengan kebutuhan hidup layak kelas pekerja. Namun pada kenyataannya, hasil komoditi yang dihasilkan kelas pekerja malah tidak bisa dinikmati atau kelas pekerja terasingkan akan barang-barang produksi yang dihasilkannya. Semua dirampas dan dirampok oleh kelas kapitalis/pemilik modal.nilai lebih disebut juga sebagai perbedaan antara biaya hidup tersebut dan nilai yang diciptakan oleh kelas pekerja tersebut.

  Sedangkan untuk menghitung nilai lebih yang dirampas kapitalis atas 18 kelas pekerja dapat dihitung sebagai berikut; 19 Ernest Mandel, Tesis-tesis Pokok Marxisme, Resist Book, Yogyakarta; 2006, Hal 149 Frederick Engles. Tentang Das Kapital Marx. Hasta Mitra, 2007 VA = (VT-VC1)-VC2 SV = VA-VC3

  Keterangan :

  VA = Nilai Tambah

  VT = Nilai keseluruhan produk periode tertentu

  VC1 = Nilai kapital bentuk mesin,peralatan, pendirian pabrik

  VC2 = Nilai capital bahan mentah

  VC3 = Upah SV = Nilai Lebih Sedangkan untuk menghitung derajat penghisapan kapitalis terhadap kelas pekerja bisa melalui ; SV / VC3 x 100% = % atau derajat penghisapan SV = Nilai lebih

  VC3 = Upah buruh Oleh karena itu inti dari nilai lebih menurut Marx adalah lama waktu bekerja yang dilimpahkan kapitalis kepada buruh sehingga menciptakan barang komoditi yang lebih banyak lagi. Sedangkan buruh hanya mendapatkan berupa upah yang nilainya tetap, sementara kapitalis merampas nilai lebih yang

   dihasilkan oleh buruh.

20 Anthony Brewer. op cit. hal. 65

1.6.1.3 Upah

  Upah adalah jumlah uang dari pengusaha yang dibayar kepada pekerja/buruh sesuai dengan ketentuan perundang-undang. Upah sudah menjadi pembahasaan yang hangat di Indonesia. Terbukti bagaimana pekerja melalui serikat pekerja/buruh atau bahkan sector rakyat lainnya tiap melakukan aksi massa selalu mengeluh terkait rendahnya upah buruh yang membuat penghidupan buruh semakin merosot. Krisis global yang belum ada tanda-tanda membaik juga sangat mempengaruhi penghidupan buruh. Dimana pengusaha harus mengurangi biaya produksinya agar tidak bangkrut. Ya Satu-satunya alternative dengan memangkas upah buruh. Padahal kita ketahui bahwa upah yang dihasilkan oleh pekerja/buruh sebenarnya tidak sebanding dengan tenaga kerja yang mereka berikan untuk perusahaan. Buruh bekerja sekurang-kurangnya selama 7 jam kerja. Berarti buruh menjual tenaganya kepada pengusaha selama 7 jam. Maka selama 7 jam pengusaha berhak untuk mengeksploitasi buruh untuk menghasilkan sebanyak- banyaknya barang dengan kualitas yang baik. Secara tidak langsung penguasaan pengusaha atas pekerja/buruh adalah kewenangannya. Kerja buruh menghasilkan kekayaan bagi pengusaha yang mengendalikan suatu perusahaan. Hubungan antara pengusaha-pekerja/buruh tidak bias dilepaskan. Percepatan kapital di suatu Negara seperti di Indonesia akan meningkatkatkan upah pekerja/buruh. Mari kita andaikan suatu keadaan yang lebih baik bila capital produktif tumbuh maka permintaan kerja akan naik yang ikut mempengaruhi upah buruh. Tetapi karena persaingan perusahaan-perusahan ,sehingga mendorong perusahaan besar cenderung bertahan karena dipengaruhi kapital. Sementara perusahaan kecil karena dampak persaingan banyak yang bangkrut, akusisiatau merger.diantara empat temboknya.

  Kenaikan upah yang nyata bersyarat pada pertumbuhan cepat kapital produktif. Pertumbuhan cepat kapital produktif mengakibatkan pertumbuhan yang sama cepatnya dalam kekayaan, kemewahan, kebutuhan-kebutuhan sosial, kenikmatan-kenikmatan sosial. Jadi walaupun kenikmatan buruh telah meningkat, namun kepuasan sosial yang dipenuhinya telah berkurang dalam perbandingan dengan kenikmatan kaum kapitalis yang meningkat, yang tak dapat dicapai oleh buruh, dalam perbandingan dengan keadaan perkembangan masyarakat pada umumnya. Hasrat dan kesukaan kita lahir dari masyarakat; oleh sebab itu kita mengukurnya menurut masyarakat dan bukannya menurut benda-benda yang memuaskannya. Karena hasrat dan kesukaan itu bersifat sosial, maka mereka bersifat relatif. Upah tidak semata-mata dihasilkan oleh komoditas yang dapat menggantikan upah itu. Tetapi upah mengandung hubungan. Yang diterima pekerja/buruh adalah yang pertama, sejumlah uang tertentu. Apakah upah itu hanya ditentukan hanya dengan nilai uang dalam upah itu ? jadi harga uang kerja tidak sesuai dengan upah riil artinya komoditas yang dihasilkan tidak sesuai dengan upah yang diterima.

  Karena itu, bila kita berbicara tentang naik atau turun upah kita harus ingat tidak hanya akan harga kerja dalam bentuk uang, upah nominal. Tetapi baik upah nominal, yaitu, sejumlah uang yang untuk itu buruh menjual dirinya kepada kaum kapitalis, maupun upah riil, yaitu jumlah komoditi yang dapat dibelinya dengan uang itu, tidak menghabiskan hubungan-hubungan yang terkandung didalam upah sehingga membuat keuntungan besar bagi kapitalis. Upah sangat dipengaruhi oleh perbandingan keuntungan kapitalis, laba kapitalis. Melalui pergantian upah terhadap kerja, si kapitalis mendapatkan nilai baru dari pekerja/buruh sebagai akumulasi modal.

1.6.2 Kelas dan Perjuangan Kelas

  Perjuangan kelas inilah yang menjadi merupakan salah satu metodologi pemikiran Karl Marx yang paling pokok. Demikian pulahlah bagaimana dapat diketahui dari perspektif historis bagaimana kelas tertindas sebagai tenaga produktif tiap fase perkembangan masyarakat mempunyai peranan besar dalam konteks perubahan sosial. Menurut Karl Marx kelas-kelas yang berkuasa yakni yang menguasai alat-alat produksi sejak kemunculannya di panggung sejarah terus-menerus menyempurnakan sistem penindasan dan penghisapan terhadap kelas pekerja termasuk sekarang di fase masyarakat kapitalisme tahap tertinggi

  

  (Imperialisme). Perjuangan kelas proletar melawan kapitalis adalah suatu keniscayaan sejarah sebagai hukum perkembangan masyarakat yang digambarkan

  

Marx . Mengubah sistem lama menjadi sistem baru harus melalui revolusi. Oleh

  sebab itu revolusi merupakan gerakan politik yang dimulai dari perebutan kekuasaan politik. Sistem masyarakat lama yang usang telah diganti dengan sistem baru, yang melepaskan penghisapan atas manusia dengan manusia lainnya, melahirkan manusia yang bermasyarakat, tidak memblenggu alam berpikir manusia dengan dogma-dogma mistis, alat produksi yang dikuasai Negara.

  Menurut Karl Marx sejarah perjuangan dan perkembangan masyarakat adalah sejarah perjuangan kelas. Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan

  

Friedirch Engles terhadap kapitalisme dan pada mulanya memfokuskan pada

  corak produksi. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme di mana ia melihat hubungan tersebut bersifat eksploitatif, Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh pemikir sosial lainnya. Masyarakat di mana-mana terbagi menjadi klas penghisap dan terhisap. Sementara itu, kelas penghisap karena kepemilikan monopolinya atas alat produksi, mereka mendapat bagian terbesar dari barang yang diproduksi dalam masyarakat untuk keuntungannya sendiri sekalipun tidak bekerja. Sementara, ada kelas yang terhisap yang hanya memiliki tidak memiliki sama sekali, sekalipun mereka yang bekerja untuk memproduksi barang akan tetapi mereka hanya mendapat bagian yang sangat kecil bahkan tidak cukup untuk bertahan hidup. Perjuangan klas lahir dari pertentangan kepentingan klas-klas dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah pertarungan antara klas yang mengeruk keuntungan dan karenanya mempertahankan hubungan produksi yang 21 lama dengan klas yang berusaha menghancurkan hubungan produksi yang lama

  V. I. Lenin, Imperialism, The Highest Stage of Capitalism, Progress Publisher, Moscow, 1975 hal 188 dan menggantikannya dengan yang baru. Perjuangan antara klas penghisap dan klas terhisap terpusat pada penghilangan tipe penghisapan tertentu dalam sebuah sistem kemasyarakatan. Dan karena penghisapan itu berasal dari sebuah tipe tertentu dari monopoli atas alat produksi, maka perjuangan klas berlangsung di seputar pihak-pihak yang mempertahankan dan menentang monopoli tersebut.

1.6.3 Teori Gerakan Sosial

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang

  

  ada . Perlawanan atau desakan untuk mengadakan perubahan dapat dikategorikan sebuah gerakan sosial. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain gerakan sosial lahir sebagai reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkannya atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil. Berbagai gerakan sosial dalam bentuk LSM dan Ormas bahkan Parpol yang kemudian menjamur memberikan indikasi bahwa dalam suasana demokratis, masyarakat memiliki banyak prakarsa untuk mengadakan perbaikan sistem atau struktur yang cacat.

  Gerakan sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang lahir dari dan atas prakarsa masyarakat dalam usaha menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan atau struktur pemerintah. Di sini terlihat tuntutan perubahan itu biasanya karena kebijakan pemerintah tidak sesuai lagi dengan konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu bertentangan dengan kehendak sebagian rakyat. Karena gerakan sosial itu lahir dari masyarakat maka kekurangan apapun 22 di tubuh pemerintah menjadi sorotannya. Dari literatur definisi tentang gerakan

  http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/Gerakan Sosial: Kajian Teoritis (Makalah yang dimuat pada hari Senin, 10 Juli 2006), hal. 3-4. sosial, ada pula yang mengartikan gerakan sosial sebagai sebuah gerakan yang anti pemerintah dan juga pro pemerintah. Ini berarti tidak selalu gerakan sosial itu muncul dari masyarakat tapi bisa pula hasil rekayasa para pejabat pemerintah atau

   penguasa .

Dokumen yang terkait

Politik Pengupahan di Indonesia (Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012)

3 98 155

Analisis Faktor Penentu Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) di Provinsi Sumatera Utara

12 128 163

Peranan Dewan Pengupahan Daerah Dalam Formulasi Kebijakan Upah Minimum Daerah (Studi Pada Formulasi Kebijakan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara )

4 61 77

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang - Pola Budaya Matrilineal Dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA) di Sumatera Utara 1947-1950

0 1 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Pengaruh Elit Politik Dalam Proses Pemekaran Daerah (Studi Analisis : Pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara)

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Penerapan Analisis Gerombol pada Indikator dari Derajat Kesehatan Masyarakat di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

0 1 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

BAB II KEADAAN UMUM PENGUPAHAN DI INDONESIA 2.1 Upah - Politik Pengupahan di Indonesia (Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012)

0 0 42