Politik Pengupahan di Indonesia (Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012)

(1)

POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA

(Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012)

Nico Demus Sagala (090906051)

Dosen Pembimbing : Drs. Ahmad Taufan Damanik MA Dosen Pembaca : Husnul Isa Harahap, SSos,M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Nico Demus Sagala (090906051)

POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA

(Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013) Rincian isi Skripsi ix, 142 halaman, 4 tabel, 1 gambar, 23 buku, 15 artikel dari situs internet 14, 1 koran, serta 6 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1990-2006)

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang penetapan upah minimum provinsi di Indonesia yang dari tahun ketahun dalam penetapannya di akhir tahun diwarnai dengan aksi buruh turun kejalan, terutama penetapan upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013 yang ditetapkan tahun 2012. Pada penetapan upah minimum provinsi tahun 2013 gejolak gerakan buruh di Indonesia sangat ramai turun kejalan dan melakukan tetkanan-tekanan politik kepada kepala daerah untuk merubah nilai upah minimum provinsi, begitu pula dengan sumatera utara yang juga mengalami gejolak gerakan buruh yang luar biasa. Dengan melihat mobilisasi massa, tekanan politik buruh dan kebijakan upah minimum provinsi yang terus mengalami penolakan, maka penelitian ini menjawab bagaimana penetapan upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013, mengapa penetapan upah minimum provinsi terus diwarnai aksi penolakan ? dan mengapa gerakan buruh masih belum mampu menjadi alat bagi buruh mencapai kesejahteraan ?.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori ekonomi politik karl marx yang membahas dengan jelas tentang teori komoditas, teori nilai lebih, teori upah, teori gerakan social dan teori kelas dan perjuangan kelas, teori ini digunakan untuk melihat lebih jelas tentang kondisi perburuhan di Indonesia, pola produksi di Indonesia dan kondisi gerakan buruh di Indonesia. Dengan menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data, penelitian ini mengandalkan hasil analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relevansinya dengan teori yang digunakan.

Konflik perburuhan adalah antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan upah minimum provinsi, gerakan buruh dsebagai objek kebijakan upah minimum provinsi dan pengusaha sebagai pelaksana kebijakan upah minimum provinsi. Fenomena tentang perburuhan antara pemerintah, gerakan buruh dan asosiasi pengusaha ini masih terus berlangsung, hanya mereda di akhir penetapan kebijakan dan kembali terulang di tahun berikutnya


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Nico Demus Sagala (090906051)

POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA

(Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013) Rincian isi Skripsi ix, 142 halaman, 4 tabel, 1 gambar, 23 buku, 15 artikel dari situs internet 14, 1 koran, serta 6 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1990-2006)

ABSTRACT

The study is to disentangle the facts about the provincial minimum wage in indonesia for the year of yearthe determination at year-end tinged with the union fell hit the road, especially the provincial minimum wage north sumatera 2013 set on 2012.In the provincial minimum wage 2013 the labor movement in indonesia is very crowded and hit the road to political Pressure for head of regions to change the province minimum wages, similarly in north sumatra which is also remarkable about labor movement.With the mobilization of the masses, political pressure and labor policies provincial minimum wage which is a denial, and this research is answering how the province minimum wages north sumatera 2013, why the provincial minimum wage is redolent the denial? and why does a labour still unable to become a tool for achieving prosperity union.

The theory was used to describe the problems his economic theories of karl marx discussing politics is clearly about the commodity, the value theory, the movement and the social class and the class struggle, this theory is used to see more clearly about labor conditions in indonesia production pattern at indonesia and the labor movement in indonesia.Using a case study, interview techniques and methods for major in the data, the study relied on the result analysis of data obtained from its relevance interview with the theory and use.

Labor is a conflict between governments as policymakers province minimum wages, the unions object dsebagai provincial minimum wage policies and a businessman of the province minimum wages.The phenomenon of labor between government the movement of workers and entrepreneurs association is still ongoing, Only subside in the end the policy and return not happen next year


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SIOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh Nama : Nico Demus Sagala

NIM : 090906051 Departement : Ilmu Politik

Judul : Politik Pengupahan Di Indonesia (Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013)

Menyetujui ; Ketua

Departemen Ilmu Politik,

Dra. T. Irmayani, M.Si NIP : 196806301994032001

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

(Drs. Ahmad Taufan Damanik MA) (Husnul Isa Harahap, SSos,M.Si) NIP : 196506291988031001 NIP : 198212312010121001

Mengetahui : Dekan FISIP USU

(Prof. Dr. Badarudin, M.Si) NIP : 196805251992031002


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena hanya atas berkat, kasih sayang dan karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.usaha diiringi doa serta bantuan orang-orang sekitar merupakan hal-hal yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Politik Pengupahan Di Indonesia (Studi Kasus : penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara tahun 2012) ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Politik pada jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan yang sedikit banyak mempengaruhi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namum kesulitan-kesulitan yang dihadapi juga bisa dijadikan motivasi.

Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Badarudin M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

2. Ibu Dra. T Irmayani, selaku Ketua Departemen S-1 Ilmu Politik, Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan. 3. Bapak Ahmad Taufan Damanik, M.A, selaku Dosen pembimbing I, yang

sudah banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan penghargaan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, selaku dosen pembimbing II, yang sudah banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis


(6)

dan memberikan penghargaan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Bapak/Ibu Dosen departemen Ilmu Politik S-1 Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Orang tua penulis yaitu, Bapak Ir Daud Sagala dan Ibu Christiana Silitonga, yang selalu mendoakan dan mendukung agar penulis selalu sehat dan semangat, dan telah banyak mendoakan dan mendukung agar penulis selalu sehat dan semangat, dan telah banyak memberikan dukungan moral dan material yang tidak terhingga sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana seperti yang telah di cita-citakan, dan tanpa kedua orang tua penulis, penulis tidak akan mampu menjadi seperi saat ini.

7. Kepada kakak dan adik-adik penulis, Friska Mawarni Sagala, Juan Bill Parhugi Sagala dan Rani Inggriani Sagala, yang telah mendukung dan memotivasi kepada penulis.

8. Kepada teman-teman penulis di departemen Ilmu Politik stambuk 2009, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, semoga pertemanan kita dapat terus berlanjut dan tidak terbatas hanya dalam perkuliahan.

9. Kepada kakak-kakak senior dan adik-adik junior di departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

10.Kepada kawan-kawan Front Mahasiswa Nasional (FMN) Bung Kosner, Bung Irfan, Bung kiki, Bung Putri, Bung Solihin, Bung Tariq, Bung Amar, Bung Putra, Bung Janter, Bung Jeki, Bung Ludin, dan kawan-kawan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

11.Kepada kawan-kawan Gabungan serikat buruh Independen (GSBI) Bung Eben dan Bung Ken

12.Kepada kawan-kawan Aliansi erakan Reforma Agraria (AGRA) Bung Halim, Bung Yosef dan Bung Aris


(7)

13.Kepada para narasumber, Bapak Nelson Manalu dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Bapak Ponijo dari Serikat Pekerja Sejahtera Indonesia (SPSI), Bapak Pahala Napitupulu dari Serikar Buruh Sejahtera Indonesia 1992 (SBSI 1992), Bapak Bambang Hermanto dari Aliansi Pekerja Buruh Melawan (PBM), Bapak Juniman dari Serikat Buruh Sumatera Utara (SBSU), Ibu Ririn Bidasari dari dinas tenaga kerja dan transmigrasi provinsi sumatera utara bagian hubungan industrial, Bapak Jony Sitanggang dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Banyak Kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, isi dari skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi para pambaca khususnya bagi peneliti yang memiliki keterkaitan dengan isi kripsi ini

Medan, Desember 2013 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Lembaran Persetujuan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi... v

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 13

1.3 Pembatasan Masalah... 13

1.4 Tujuan Penelitian ... 14

1.5 Manfaat Penelitian ... 14

1.6 Krangka Teori ... 15

1.6.1 Ekonomi Politik Marxis... 15

1.6.1.1 Komoditi ... 16

1.6.1.2 Teori Nilai Lebih ... 18

1.6.1.3 Upah ... 21


(9)

1.6.3 Teori Gerakan Sosial ... 24

1.7 Metodologi Penelitian ... 28

1.7.2 Jenis Penelitian ... 29

1.7.3 Lokasi Penelitian ... 31

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31

1.7.4 Teknik Analisis Data ... 31

1.8 Sistematika Penulisan ... 32

BAB II Keadaaan Umum Pengupahan Di Indonesia ... 34

2.1 Upah ... 34

2.1.1 Sejarah Kebijakan Upah Minimum Di Indonesia... 37

2.1.2 Dewan Pengupahan Daerah ... 50

2.2 Buruh ... 53

2.2.1 Sejarah Lahirnya Buruh dan Gerakan Buruh Di Indonesia ... 53

BAB III Politik Pengupahan Di Indonesia ... 75

3.1 Penetapan UMP Di Sumatera Utara Tahun 2012 ... 78

3.2 Pelaksanaan Permenakertrans RI No 13 Tahun 2012 ... 86

3.3 Peranan Dewan Pengupahan Daerah ... 93


(10)

3.4.1 Karakter Industri di Indonesia ...114

3.4.2 Serikat Buruh di Indonesia ...117

BAB IV Penutup ...129

Kesimpulan ...129


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Nico Demus Sagala (090906051)

POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA

(Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013) Rincian isi Skripsi ix, 142 halaman, 4 tabel, 1 gambar, 23 buku, 15 artikel dari situs internet 14, 1 koran, serta 6 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1990-2006)

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang penetapan upah minimum provinsi di Indonesia yang dari tahun ketahun dalam penetapannya di akhir tahun diwarnai dengan aksi buruh turun kejalan, terutama penetapan upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013 yang ditetapkan tahun 2012. Pada penetapan upah minimum provinsi tahun 2013 gejolak gerakan buruh di Indonesia sangat ramai turun kejalan dan melakukan tetkanan-tekanan politik kepada kepala daerah untuk merubah nilai upah minimum provinsi, begitu pula dengan sumatera utara yang juga mengalami gejolak gerakan buruh yang luar biasa. Dengan melihat mobilisasi massa, tekanan politik buruh dan kebijakan upah minimum provinsi yang terus mengalami penolakan, maka penelitian ini menjawab bagaimana penetapan upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013, mengapa penetapan upah minimum provinsi terus diwarnai aksi penolakan ? dan mengapa gerakan buruh masih belum mampu menjadi alat bagi buruh mencapai kesejahteraan ?.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori ekonomi politik karl marx yang membahas dengan jelas tentang teori komoditas, teori nilai lebih, teori upah, teori gerakan social dan teori kelas dan perjuangan kelas, teori ini digunakan untuk melihat lebih jelas tentang kondisi perburuhan di Indonesia, pola produksi di Indonesia dan kondisi gerakan buruh di Indonesia. Dengan menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data, penelitian ini mengandalkan hasil analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relevansinya dengan teori yang digunakan.

Konflik perburuhan adalah antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan upah minimum provinsi, gerakan buruh dsebagai objek kebijakan upah minimum provinsi dan pengusaha sebagai pelaksana kebijakan upah minimum provinsi. Fenomena tentang perburuhan antara pemerintah, gerakan buruh dan asosiasi pengusaha ini masih terus berlangsung, hanya mereda di akhir penetapan kebijakan dan kembali terulang di tahun berikutnya


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Nico Demus Sagala (090906051)

POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA

(Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013) Rincian isi Skripsi ix, 142 halaman, 4 tabel, 1 gambar, 23 buku, 15 artikel dari situs internet 14, 1 koran, serta 6 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1990-2006)

ABSTRACT

The study is to disentangle the facts about the provincial minimum wage in indonesia for the year of yearthe determination at year-end tinged with the union fell hit the road, especially the provincial minimum wage north sumatera 2013 set on 2012.In the provincial minimum wage 2013 the labor movement in indonesia is very crowded and hit the road to political Pressure for head of regions to change the province minimum wages, similarly in north sumatra which is also remarkable about labor movement.With the mobilization of the masses, political pressure and labor policies provincial minimum wage which is a denial, and this research is answering how the province minimum wages north sumatera 2013, why the provincial minimum wage is redolent the denial? and why does a labour still unable to become a tool for achieving prosperity union.

The theory was used to describe the problems his economic theories of karl marx discussing politics is clearly about the commodity, the value theory, the movement and the social class and the class struggle, this theory is used to see more clearly about labor conditions in indonesia production pattern at indonesia and the labor movement in indonesia.Using a case study, interview techniques and methods for major in the data, the study relied on the result analysis of data obtained from its relevance interview with the theory and use.

Labor is a conflict between governments as policymakers province minimum wages, the unions object dsebagai provincial minimum wage policies and a businessman of the province minimum wages.The phenomenon of labor between government the movement of workers and entrepreneurs association is still ongoing, Only subside in the end the policy and return not happen next year


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 13 tahun 2003 upah adalah imbalan dari pemilik modal terhadap buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dinyatakan dalam bentuk nilai uang yang ditentukan berdasarkan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang termasuk tunjangan untuk buruh beserta keluarganya1

Didalam UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bab X bagian kedua diatur upah minimum yang berlaku hari ini adalah upah minimum provinsi ( UMP ), upah minimum kabupaten/kota ( UMK ) yang tiap tahunnya ditentukan oleh Gubernur untuk UMP dan Bupati/Walikota untuk UMK atas usulan dari

. Pada perkembangnnya upah selalu menjadi tuntutan buruh. upah merupakan persoalan pokok yang dihadapi buruh, upah menjadi sandaran utama buat buruh untuk memenuhi kebutuhan hidup, buruh memiliki tenaga kerjanya dan di gunakan untuk mengoperasikan alat produksi, kepemilikan alat-alat produksi oleh pemilik modal, mendorong buruh menjual tenaga kerjanya untuk mendapatkan upah sebagai imbalan kerjanya.

Upah yang diterima oleh buruh ditentukan oleh kebutuhan seorang buruh untuk menopang hidupnya dan keluarganya pada tingkatan kebutuhan pokok, maka seharusnya mendapatkan upah yang layak demi menopang kehidupannya. Upah merupakan hak buruh, upah diterima saat adanya hubungan produksi dan berakhir pada saat kerja berakhir. Sementara upah buruh tidak dibayar jika buruh tidak bekerja. Pemilik modal/pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh diskriminasi terhadap rakyat, yang artinya tiap buruh yang melakukan pekerjaan yang nilainya sama, harus mendapatkan upah yang sama.

1

UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Diunduh dari

http://portal.jogjaprov.go.id/attachments/article/106/UU13-2003%20perlindungan%20naker.pdf. selasa 7 mei 2012, jam 17.00 WIB.


(14)

dewan pengupahan daerah ataupun dewan pengupahan kabupaten/kota dengan proses tahapan pembahasan dan survey terlebih dahulu. Penetapan upah minimum provinsi di dasarkan pada permenakertrans no 13 tahun 2012 yang direvisi dari permenakertrans no 17 tahun 2005, namun hasil revisi tersebuttidak jauh berbeda dengan permen no 17 tahun 2005, dimana kebutuhan hidup yang menjadi dasar survei harga hanyalah untuk kebutuhan hidup buruh lajang. Kebutuhan hidup bagi para buruh yang sudah berkeluarga, sampai sejauh ini tidak masuk dalam hitungan. Dalam permenakertrans no 13 Tahun 2012 yang di maksud dengan “kebutuhan hidup layak” adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik dalam kurun waktu 1 (satu) bulan.

Penghitungan upah yang diatur dalam permen no 13 tahun 2012 dimana dasar penetapan upah minimum di Indonesia adalah KHL, yang nilainya diperoleh melalui survei harga. Secara normatif, yang dimaksud dengan “hidup layak” adalah standar kebutuhan hidup seorang buruh secara fisik dan non-fisik untuk 1 (satu) bulan.

KHL adalah standart kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk memenuhi kehidupannya. Ketentuan ini menjelaskan hanya untuk memenuhi kehidupan pekerja lajang. Sehingga keberadaan keluarga tidak dihitung oleh pengusaha keberadaannya dalam menentukan pengupahan. Hal ini sangat bertentangan dengan UU no. 13 tahun 2003 pasal 88 yang mengatakan, “setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi manusia”. Sehingga jelas bahwasannya sebagai seorang manusia hidup berkeluarga merupakan hak semua manusia dan pengusaha harus memperhatikan upah layak buruh untuk dapat memenuhi kebutuhan buruh dan keluargannya secara wajar yang meliputi pangan, sandang dan papan serta jaminan hari tua. Dengan demikian, Permetakertrans telah memperkecil pengupahan di Indonesia. Seperti itu juga peranan dari pemerintah yang berkelanjutan pada Pasal 4 No.17/MenVII/2005 yang mengatakan penetapan upah minimum provinsi didasarkan pada nilai KHL kabupaten/kota terendah di


(15)

propinsi yang bersangkutan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti tidak menjadi rata-rata nilai KHL dari kabupaten/kota dalam menetapkan upah minimum provinsi melainkan KHL terendah menjadi upah minimum provinsi.

Pemerintah telah menambahkan 14 komponen kebutuhan hidup sehingga menjadi 60 komponen, tambahan komponen meliputi : 1) Ikat pinggang, 2) Kaos kaki, 3) Deodorant 4) Seterika 250 watt, 5) Rice cooker ukuran 1/2 liter, 6) Celana pendek, 7) Pisau dapur 8) Semir dan sikat sepatu, 9) Rak piring portable plastik, 10) Sabun cuci piring (colek) 11) Gayung plastik ukuran sedang, 12) Sisir, 13) Ballpoint/pensil, 14) Cermin 30 x 50 cm2, sedangkan standar barang dan jasanya serta kualitasnya masih tetap sama dengan Permen 17 tahun 2005 yaitu kualitas sedang. Dalam Permen 13 tahun 2012 semua barang dan jasa yang menjadi dasar perhitungan adalah barang dan jasa kelas 3 atau dalam lampiran tersebut disebutkan kualitas sedang. KHL juga tidak bersandar pada standar kualitas hidup yang baik melainkan hanya berfungsi sebagai jaring pengaman sementara buruh. Penetapan KHL tidak memasukkan aspek lonjakan kenaikan harga tiap bulan sampai akhir tahun3

Jadi meskipun Permen 13 tahun 2012 ini di katakan sebagai peraturan penyempurna dari Permen 17 tahun 2005 untuk penetapan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup layak, namun secara kualitas tidak mengalami perubahan, dan hal itu sama sekali tidak membawa perubahan terhadap peningkatan atau perbaikan kesejahteraan kaum buruh dan keluarganya. Ini karena perubahan tersebut tidak menyentuh substansi, tetapi hanya menambahkan 14 komponen kebutuhan yang nilainya sangat kecil dan tidak sesuai dengan kebutuhan riil buruh serta jauh dari tuntutan sejati klas buruh Indonesia. Upah buruh tetaplah murah, perubahan kebijakan di tataran regulasi hanya untuk

.

2

Permentrakertrans no 13 tahun 2012, Diunduh dari ayieks.files.wordpress.com/2012/08/no-13-tahun-2012-khl.pdf. selasa 7 mei 2012, jam 17.00 WIB.

3


(16)

memperhalus praktek politik pengupahan di Indonesia dan hanya sekedar meredam tuntutan dan aspirasi sejati dari klas buruh Indonesia, karena kenyataannya perubahan peraturan tersebut justru memperendah posisi tawar buruh di hadapan pengusaha.Maka yang terkandung dalam sistem upah minimum adalah ; upah minimum sebagai jaring pengamanan, upah minimum hanya untuk lajang, diperbolehkan pengusaha melakukan penundaan atau penangguhan4

Upah minimum hanya untuk lajang artinya pengusaha hanya menanggung kebutuhan seorang buruh tanpa mempertimbangkan keluarga buruh. Penghitungan harga kebutuhan sangat ketat berdasarkan harga pasar. Wallaupun demikian pencapaian nominal UMP/UMK rata-rata hanya berkisar 85-92 persen dari kebutuhan hidup minimum ( KHM ). Berarti terjadi kesulitan buruh dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bagaimana jika si buruh mempunyai keluarga sehingga harus membagi upahnya untuk kebutuhan istrinya dan anaknya. Kondisi ini yang membuat maraknya anak-anak buruh tidak mengecap dunia pendidikan serta tingkat kesejahteraan yang rendah. Seperti pada masa orde baru yang didasarkan pada kebutuhan fisik minimum (KFM) yang pencapaiannya hanya berkisar 80-90 persen dari KFM. Sehingga buruh hanya sekedar hidup

. Upah minimum sebagai jaring pengaman artinya upah minimum hanya upah terendah yang didasarkan pada kriteria tertentu. Seperti upah ditetapkan masih berdasarkan kebutuhan hidup seorang buruh/pekerja lajang, pertimbangan penetapan upah tidak semata-mata survey KHL tetapi juga tingkat pertumbuhan ekonomi, sehingga sering terjadi ketimpangan dalam survey. Filosopi dari upah minimum adalah sebagai jaring pengamanan berarti pengusaha tidak boleh membayar upah buruh lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan. Arti minumum berarti tarif paling bawah, kurang dari itu berarti timpang. Oleh karena itu ketika pengusaha membayar upah buruh dibawah upah minimum maka penghidupan buruh akan tetap dibawah garis kemiskinan.

4

Hand book, minimalisasi penetapan upah layak. Analisis terhadap peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. 17/MEN/VII/2005


(17)

mencari makan dengan hidup serba kekurangan. Sementara pengusaha mendapatkan nilai lebih dari hasil kerja buruh.

Pengusaha berhak melakukan penangguhan upah dimana upah minimum hukumnya tidak wajib bagi dari pengusaha untuk membayar jika memang pengusaha keberatan dapat mengajukan penagguhan/penundaan dalam pelaksanaan pembayaraan upah minimum yaitu dengan keluarnya keputusan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI Nomor kep-23/Men/2003. Atas dasar peraturan ini penguasaha dapat menunda membayar upah minimum paling lambat 10 hari sebelum upah minimum disepakati oleh buruh/serikat buruh. Hal ini menunjukkan bahwa ini persoalan kecil yang terkandung dalam penerapan politik pengupahan dan jika dikaji secara mendalam tentu akan banyak lagi persoalan tentang pengupahan di Indonesia. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah. Tetapi hal ini belum terlaksana. Dimana tingkat kesejahteraan buruh masih dibawah standart karena tidak sesuai pemberian upah dengan nilai KHL. Setiap akhir tahun buruh selalu menanti persentase kenaikan UMP-nya. Tentu harapannya sangat besar terhadap pemerintahan untuk menetapkan upah yang layak.

Dalam UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan juga diatur tentang dewan pengupahan sebagai salah satu aktor dalam penetuan upah minimum, dewan pengupahan bertugas untuk mensurvey harga-harga komoditas untuk pemenuhan kebutuhan hidup seorang buruh, yang kemudian diakumulasikan guna menetapkan nilai upah yang kemudian direkomendasikan kepada pemerintah. Dewan pengupahan terdiri dari organisasi pengusaha, serikat pekerja/Serikat buruh dengan komposisi 2:1:1. Sehingga dapat kita lihat dari komposisi dewan pengupahan saja sudah ada intervensi dari pengusaha sangat besar dalam menentukan UMP/UMK. Oleh karena itu sering akhir tahun terjadi unjuk rasa oleh buruh/serikat pekerja yang menuntut pemerintah dalam menetapkan nilai upah yang sesuai dengan keinginan/tuntutan klas buruh/serikat pekerja, termasuk


(18)

menuntut untuk dicabutnya atau merevisi kebijakan atas upah. Memperkecil upah juga didukung oleh dewan pengupahan daerah yang esensinya memihak pada pengusaha. Sehingga memberi arti bahwa walupun KHL suatu daerah disesuaikan dengan kebutuhan daerah itu, bukan menjadi jaminan menjadi besaran UMP5

Buruh adalah mereka yang bekerja pada orang lain dengan menjual tenaga kerjanya dalam bentuk menerima upah dan tidak mempunyai apa-apa kecuali tenaga kerjanya

. Tetapi bisa di bawah nilai KHL. Karena dewan pengupahan daerah mempunyai kekuasaan dengan alasan pertumbuhan ekonomi.

6

, buruh terlahir karena monopoli modal, dimana orang yang tidak memiliki modal harus bekerja kepada yang memiliki modal, buruh tidak memiliki potensi lain selain tenaganya yang di gunakan untuk memproduksi barang-barang dan sebagai gantinya buruh mendapatkan upah/uang atas kerjanya memproduksi barang-barang untuk didistribusikan ke pasar. Dari hasil penjualannya, pengusaha akan mendapatkan keuntungan/laba. Harga jual dipasar akan menentukan laba si pengusaha. Tetapi tanpa disadari nilai yang dihasilkan oleh buruh memproduksi barang berlipat ganda, mengubah benang menjadi pakaian tentu menanbah nilai dari benang yang berlipat ganda dan nilai yang bertambah ini dikurang upah buruh dan komoditas, menjadikan laba buat pengusaha. Barangkali orang-orang akan membantah bahwa buruh industri bekerja dengan mesin yang melipatgandakan hasil kerjannya, itu betul, tetapi yang mengusai mesin adalah pengusaha, sehingga buruh hanya mendapatkan sebagian kecil dari tenaganya sebagai upah7

5

Hand book. Minimalisasi Penetapan Upah Layak. Analisis Terhadap Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 17/Men/VII/2005

6

Darsono Prawironegoro, KARL MARX “ Ekonomi Politik dan Aksi Revolusioner” Diadit Media, Jakarta; 2012 hal 233

7

Frans Magnis Suseno. Pemikiran Karl Marx. PT Gramedia Pustaka Utama., Jakarta; 2005,

hal185

. Pengupahan kerap sekali menjadi pertentangan antara buruh dan pengusaha. Buruh menginginkan Upah yang layak, sementara pandangan pengusaha berbeda yang orientasinya laba. maka pengusaha kerap membayar upah buruh dibawah standart yang telah ditentukan.


(19)

Buruh dan pengusaha mempunyai hubungan produksi yang erat. Satu sama lain saling berinteraksi untuk menghasilkan barang. Pengusaha membutuhkan kerja untuk menghasilkan barang, sementara buruh membutuhkan uang (upah) agar dapat bertahan hidup dan buruh hanya memiliki tenaga kerjanya sebagai komoditas yang dapat diberikan ke pihal lain. Pengusaha memakai tenaga kerja buruh seminggu, sebulan atau bahkan setahun yang digunakan untuk memproduksi barang-barang sehingga pengusaha berhak memperkejakan buruh dengan ketentuan waktu yang ada namun ketika buruh tidak ada maka perkembangan kapital pengusaha akan terhambat. Akan tetapi karena hubungan produksi kapital, maka pengusaha akan melakukan apa saja untuk kepentingan akumulasi modal temasuk dengan menekan biaya produksi sehingga mau tidak mau pengusaha akan mengurangi biaya produksi dengan pemotongan upah buruh. Selama buruh mendapatkan upah dari pengusaha yang rendah, maka kehidupan buruh akan terus bergantungan pada kapital. Sehingga dapat dikatakan bahwa sumber penghasilan buruh adalah upah yang diberikan oleh pengusaha, sementara sumber penghasilan pengusaha adalah buruh yang menyerahkan tenaga kerjanya sebagai pengganti upah. Hal ini yang membuat penghidupan buruh semakin timpang dimana lemahnya posisi buruh dalam sistem produksi. Padahal upah merupakan imbalan yang seharusnya berimbang untuk mencapai kesejahteraan buruh.

Buruh adalah tulang punggung dalam pembangunan ekonomi suatu negara karena buruhlah yang melakukan kegiatan produksi, produktifitas buruh menghasilkan barang-barang yang kemudian di jual ke pasar dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2012 yang digambarkan oleh penghasilan domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 turun sebesar 1,45 persen dibanding triwulan sebelumnya8

8

Berita Resmi Statistik No.14/02/Th. XVI, 5 Februari 2013

. Penurunan tersebut mengikuti pola triwulanan yaitu mengalami kontraksi pada triwulan IV setelah terjadi kenaikan pada triwulan III. Kontraksi pada triwulan IV-2012 ini


(20)

disebabkan Sektor Pertanian mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 23,06 persen karena siklus musiman. Sementara sektor-sektor lainnya selama triwulan IV-2012 mengalami pertumbuhan positif yaitu: 1) Sektor Konstruksi tumbuh 4,02 persen, 2) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tumbuh 3,34 persen, 3) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran tumbuh 2,74 persen, 4)Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 2,00 persen, 5) Sektor Jasa-Jasa tumbuh 1,96 persen, 6) Sektor Industri Pengolahan tumbuh 1,41 persen, 7) Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan tumbuh 1,23 persen, dan 8) Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh sebesar 0,20 persen9

Akan tetapi Ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2012 bila dibandingkan dengan triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 6,11 persen. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi,yaitu : 1) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencapai pertumbuhan sebesar 9,63 persen, 2) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran tumbuh 7,80 persen, 3) Sektor Konstruksi tumbuh 7,79 persen, 4) Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan tumbuh 7,66 persen, 5) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih tumbuh 7,25 persen, Sektor Industri Pengolahan tumbuh 6,24 persen, 6) Sektor Jasa-Jasa tumbuh 5,26 persen, 7) Sektor Pertanian tumbuh 1,98 persen, dan 8) Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh 0,48 persen

.

10

Secara umum perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23 persen dibanding tahun 2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 9,98 persen, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,11 persen, Sektor Konstruksi 7,50 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 7,15 persen, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,40 persen, Sektor Industri Pengolahan 5,73 persen, Sektor Jasa-Jasa 5,24 persen, Sektor Pertanian 3,97 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,49

.

9

Ibid, hal 5

10


(21)

persen. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tanpa migas pada tahun 2012 mencapai 6,81 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,47 persen. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing 1,44 persen dan 0,98 persen.

Pertumbuhan ekonomi indonesia yang tinggi dan menjadi negara dengan perekonomian 15 terkuat di dunia pasca reformasi karena mampu mempertahankan pertumbuhan perekonomian diatas 6 (enam) persen, dan menjadi anggota G20 yang artinya menjadi salah satu dari 20 negara terkuat perekonomiannya di dunia11 . tetapi pertumbuhan ekonomi ini tidak dibarengi dengan pertumbuhan upah buruh yang masih rendah, upar rata-rata buruh di Indonesia pada tahun 2012 sebesar Rp 1.395.100 sementara upah rill yang diterima buruh hanya Rp 1.064.50012

Di Indonesia sendiri upah sudah menjadi tuntutan buruh sejak jaman kolonial (1817) sejak di berlakukannya cultuurstelsel

. Ini terbilang rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB nasional tahun 2012 sebesar 1,47 persen.

13

11

Harian ANALISA, “Indonesia 20 Negara Dengan Ekonomi Terkuat di Dunia” edisi rabu, 22 mei 2013, hal 21

12

BPS, Statistik Upah 2007-2012,

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=19

13

Iskandar tedjasukmana, Watak Politik Gerakan Seerikat Buruh Indonesia, TURC; Jakarta, 2007 hal 03

, pihak kolonial melalui kerja sama dengan pemerintahan lokal melangsungkan politik pengupahan terhadap rakyat. Rakyat di tuntut memberikan kerja dan hasil yang maksimal sementara imbalan atas kerjanya di berikan minimal, tentunya ini mendapat penentangan dari warga lokal dan hal ini juga yang memaksa pemerintah kolonial harus mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah dengan metode transmigrasi


(22)

dari politik etis, hal ini tak ubahnya terjadi di jaman sekarang, buruh tidak juga mendapatkan upah sesuai dengan kerjanya bahkan sangat minim. Pengupahan setiap tahunnya tidak berdampak signifikan terhadap perubahan kondisi buruh, buruh tetap saja hidup di bawah KHL karena upahnya yang minim dan dihitung hanya untuk lajang dipakai bersama istri dan anak mereka.

Sumut memiliki perindustrian yang cukup besar dibanding provinsi lainnya di sumatera bahkan di Indonesia, baik sektor industri pengolahan maupun hutan industri. Memiliki kawasan industri yang cukup banyak tetapi tidak menjadi jaminan bahwa kesejahteraan buruh dapat tercapai, hal ini dikarenakan upah yang menjadi sandaran utama hidup buruh dibayar tidak sesuai dengan kebutuhan buruh itu sendiri, tercatat pertumbuhan ekonomi sumut tahun 2012 sebesar 6,22 persen, perumbuhan ini sendiri dirasa belum sebanding dengan pertumbuhan upah di sumatera utara sebesar Rp 175.000, kebijakan UMP 2012 sebesar Rp 1.200.000 derevisi menjadi Rp 1.375.000 melalui sutar keputusan KepPltGubSumut No 188.44/711/KPTS/2012. Pada saat proses penetapan UMP sendiri setiap tahunnya diwarnai aksi demonstrasi oleh para buruh. UMP 2012 sebesar Rp 1.200.000 dipandang buruh tidak lagi pantas untuk Sumut. Buruh melaui dewan buruh sumatera utara (DBSU), majelis pekerja buruh indonesia (MPBI) dan forum lintas buruh (FLB) melakukan aksi tersendiri untuk penuntutan perbaikan kebijakan upah, buruh beranggapan bahwa untuk dapat hidup sejahtera dan mampu menghidupi keluarganya buruh harus diberikan upah sebesar Rp 2.000.000 tiap bulannya14

Dewan pengupahan sendiri setelah melakukan survey harga dan di akumulasikan sehingga menghasilkan usulan upah minimum provinsi sumatera utara sebesar Rp 1.294.500 kepada Gubernur untuk kemudia ditetapkan sebagai , upah sebesar ini dinilai sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan non-fisik buruh.

14

“17 Perusahaan Ajukan Penanguhan UMP 2013” diunduh dari :

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=264983:buruh-kecewa-soal-kenaikan-ump&catid=14:medan&Itemid=27, diunduh tanggal 28 mei 2013


(23)

upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013, dengan nilai Rp 1.294.500, dewan pengupahan sumut sendiri tidak memiliki trasparansi dalam penetapan upah karena metode yang tidak diketahui publik serta harga bervariatif di berbagai daerah yang dapat membingungkan buruh, dewan pengupahan bisa saja melaukakn survey di pasar sentral sumatera utara, tetapi perindustrian dan tempat tinggal buruh tentunya jauh dari pusat ekonomi dan pemerintahan, oleh sebab itu harga yang di survey juga menjadi bahan pertimbangan penetapan upah minimum provinsi. Dalam permen no 13 tahun 2012 tentang komponen kebutuhan hidup layak juga tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana penghitungan nilai tiap komponen dan perumusannya lebih lanjut guna mencapai nilai yang sesuai kebutuhan buruh.

Kebijakan UMP adalah kebijakan yang populis, Gubernur tidak boleh salah dalam mengambil keputusanbesaran UMP, dengan pertimbangan kesejahteraan buruh menetapkan kenaikan UMP Sumut sebesar Rp 105.000 menjadi Rp 1.305.000. Tetapi nilai ini dirasa belum cukup untuk mensejahterakan buruh karena pasca dirubahnya putusan Gubernur ini masih diwarnai dengan aksi buruh yang kembali menuntut perubahan besaran UMP , kenaikan upah sebesar Rp 105.000 ini jika diperhatikan adalah kenaikan sebesar Rp 3.750 perharinya untuk 28 hari kerja, ini tentunya tidak sesuai dengan kebutuhan buruh, karena dengan nilai sebesar itu hanya mampu menambah 3 butir telur dalam 1 hari makan berarti 1 telur tiap sekali makan, atau menambah 0,25 KG beras untuk panganan pokok dengan kualitas beras sedang. Rp 105.000 bukanlah nilai yang fantastis dan tidak memberi dampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan buruh, tentu kebijakan ini memicu gerakan buruh untuk melakukan penolakan.

Setelah tidak dikabulkannya permintaan buruh, buruh kembali melakukan aksi dengan aliansi buruh yang lebih besar dengan menggabungkan ketiga aliansi tersebut menjadi Pekerja/Buruh Menggugat (PBM), aliansi ini menuntut UMP sumut 2013 sebesar Rp 2.200.000, aliansi PBM melakukan aksi beberapa kali


(24)

hingga akhirnya UMP Sumut tahun 2013 di revisi dan berubah menjadi Rp 1.375.000, kenaikan Rp 70.000 ini dianggap pemerintah sudah cukup untuk membuat buruh sejahtera, yang pada esensinya kenaikan upah ini hanya penyesuaian harga-harga bahan pokok yang mengalami kenaikan di tahun 2012. Plt Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho berharap aksi demonstrasi yang dilakukan buruh segera berhentipasalnya upah minimum provinsi (UMP) tahun 2013 yang telah ditetapkan sudah bagian dari upaya maksimal yang dilakukan pemerintah15

Pemerintah sadar betul bahwa dengan demonstrasi yang berlarut-larut dari buruh akan menimbulkan kerugian yang cukup besar dari perekonomian daerah karena buruh sebagai tulang punggung ekonomi tidak melakukan kegiatan produksi. Akan tetapi ini harus dilaksanakan karena apabila buruh tidak berkali-kali aksi demonstrasi menuntut kenaikan upah minimum provinsi maka pemerintah tidak akan merevisi kebijakan tersebut. Dengan maraknya unjuk rasa oleh buruh tiap tahunnya, dapat dinilai bahwa upah minimum menjadi persoalan pokok pekerja/buruh, ditambah persoalan regulasi buat buruh yang belum maksimal mewakili kepentingan buruh, komposisi dewan pengupahan dan hasil surveynya yang tidak transparan, serikat buruh yang tidak maksimal dilibatkan, sistem perekonomian yang tidak adil, dan kebijakan politik yang pada dasarnya akan merebut kembali nilai upah yang bertambah tiap tahun itu oleh pengusaha dan pemerintah melalui berbagai macam cara, antara lain: lonjakan kenaikan harga barang dan jasa (inflasi), kenaikan pajak, outsourching jamsostek dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini berjudul, “Politik

. Pemerintah dengan menambahkan nilai sebesar Rp 175.000 seolah-olah pemerintah berpihak kepada buruh, padahal nilai ini masih sangat jauh dari harapan buruh yang tergabung dalam aksi PBM yaitu sebesar Rp 2.200.000.

15

“Plt Gubernur Sumut Minta Buruh Hentikan Aksi Demonstrasi” Diunduh dari :

http://news.detik.com/read/2012/12/11/195121/2115898/10/plt-gubernur-sumut-minta-buruh-hentikan-aksi-demonstrasi. diunduh tanggal : 28 mei 2013


(25)

Pengupahan di Indonesia, Studi kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka peneliti berkeingian untuk mengetahui dan merumuskan tentang sistem pengupahan di Indonesia. Oleh karena itu yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses penetapan upah minimum provinsi (UMP) di provinsi sumatera utara tahun 2012, apakah proses tersebut sudah sesuai dengan permen no 13 tahun 2012 tentang KHL dan sejauh mana peranan tiap elemen dewan pengupahan daerah (pengusaha, serikat buruh dan pemerintah provinsi sumatera utara) dalam penetapan upah minimum provinsi di provinsi sumatera utara ?

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini adalah analisis proses pengambilan kebijakan publik pemerintahan provinsi Sumatera Utara tentang upah minimum provinsi Sumatera Utara tahun 2013, dengan fokus kajian pada persoalan penetapan upah minimum provinsi berdasarkan Permenakertrans no 13 tahun 2012. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini akan mengkaji dan menganalisis bagaimana penetapan upah minimum provinsi di indonesia dengan mengambil studi kasus penetapan upah minimum provinsi di Sumatera Utara tahun 2012.

2. Penelitian ini akan membatasi masalah pada peranan dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara dan tiap elemen dewan pengupahan daerah : serikat pengusaha, serikat buruh, dan pemerintah provinsi sumatera utara, dalam peranannya memberikan upaya politis serta mempengaruhi proses pengambilan kebijakan upah minimum provinsi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.


(26)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana penetapan upah di Indonesia.

2. Untuk meneliti peranan tiap elemen dewan pengupahan daerah Provinsi Sumatera Utara : serikat pengusaha, serikat buruh, dan pemerintah provinsi sumatera utara, dalam peranannya membangun kekuatan politis mempengaruhi proses pengambilan kebijakan upah minimum provinsi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.

3. Pemerintahan Indonesia bahkan pasca reformasi masih belum mampu menghasilkan keputusan yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan buruh. Regulasi pengupahan, penghitungan KHL,pemenuhan hak normatif buruh, khususnya penetapan upah yang masih belum mampu menjawab kebutuhan hidup buruh terbukti ditiap tahunnya penetapan upah di Indonesia selalu di warnai dengan aksi protes buruh untuk menuntut perbaikan upah. Maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini untuk melihat politik pengupahan di Indonesia dan keterwakilan politik dari tiap elemen pengupahan yaitu serikat pengusaha, buruh/serikat buruh dan Pemerintah di dalam dewan pengupahan daerah Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dibidang ilmu ekonomi-politik dan diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap perjuangan rakyat khususnya klas buruh dalam menghadapi pengusaha dan pemerintah.


(27)

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan referensi rakyat Indonesia khususnya klas buruh didalam perjuangan menuntut upah serta menjadi pertimbangan di dalam keputusan pengupahan di indonesia yang menjamin kesejahteraan klas buruh.

1.6 Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep16

Dalam memahami teori Marx tentang masyarakat dan negara tidak boleh dilupakan sama sekali teorinya di bidang ekonomi. Teori nilai ini berdasar pada tenaga, teori nilai lebih, teori akumulasi capital, teori kosentrasi capital dan teori pemiskinan semua pada substansinya adalah bagaimana kelas kapitalis sebagai . Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkan pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran. Peneliti akan menggunakan teori yang berkaitan dengan analisis kebijakan dan teori pengupahan yang kemudian digunakan untuk instrumen analisis.

1.6.1 Ekonomi Politik Marxis

Menurut sejarahnya marxisme memiliki dua dimensi yakni sebagai teori ilmiah dan proyek politik revolusioner, namun pada kenyataan kedua dimensi ini sulit untuk dipisahkan. Dan teori nilai lebih, merupakan kunci penting usaha untuk menginterpretasikan kapitalisme beserta sejarah panjang peradabaan materil, namun Karl Marx sendiri dalam karyanya yang terkenal Das Kapital

menawarkan analisis/uraian mengenai mekanisme kapitalisme, yakni akumulasi dan ekspansi capital, pemiskinan kelas pekerja dan krisis kelebihan produksi, uraian-uraian tersebut telah memberikan landasan moral untuk melakukan perlawan terhadap sistem kapitalis.

16


(28)

yang berpunya hidup dan berkembang dari eksploitasi kelas proletar. Ekonomi Politik adalah bagian penting dari materialisme historis. Ini merupakan ilmu untuk mempelajari hukum-hukum gerak dari ekonomi atau kehidupan manusia. Ekonomi politik mengalami penajaman selama abad ke 17 sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Akan tetapi sebagai ilmu modern dan ilmiah baru mendapat kedudukan pada abad ke 18.

Meskipun telah mengalami kemajuan besar, ekonomi politik pada masa lalu hanya terbatas pada pemujaan terhadap kepemilikan perseorangan dan sistem kapitalis. Sehingga, tidak dapat menjelaskan dengan komplit hukum-hukum ekonomi kapitalis, tidak menghiraukan sistem-sistem ekonomi yang lainnya. Karl Marx merombak ekonomi politik menjadi sebuah sebuah studi ilmah yang menyeluruh. Marx, dengan ilmiah dan menyeluruh menyelidiki kompleksitas hubungan produksi dan pertukaran barang-barang dalam sistem kapitalis juga terhadap sistem ekonomi lain sebelumnya. Melalui usaha ini, dia menemukan rahasia kelahiran, perkembangan dan kebangkrutan yang tidak terelakkan dari sistem kapitalisme. Berdasarkan penemuan Marx, revolusi sosialis memiliki fondasi yang kokoh dan ilmiah menjadi sosialisme ilmiah.

Teori ini adalah pedoman yang diperlukan dalam mempelajari dan memahami dengan benar ekonomi masyarakat, klas dan perjuangan klas. Teori ini menjelaskan bagaimana menganalisis kerangka kerja dan hubungan dari klas-klas dalam masyarakat di masa lalu dan kapitatalisme ini. Selanjutnya menerangkan basis-basis material dari masalah perjuangan revolusioner dan perjuangan klas pekerja saat ini, dan menjelaskan basis material hari depan sosialis dari sebuah usaha revolusi. Untuk memahami ekonomi politik Marxisme maka perlua melihat beberapa varibabel.

1.6.1.1 Komoditi

Sebuah komoditi dijelaskan sebagai sesuatu yang dipertukarkan dengan atau untuk komoditi lainnya. Semua komiditi punya nilai pakai, yang memenuhi


(29)

sejumlah keinginan atau kebutuhan, langsung atau tidak langsung17

Pertukaran menciptakan suatu hubungan kuantitatif dengan berbagai komoditi X unit suatu komoditi dapat ditukarkan dengan Y unit komoditi lain. Untuk melihat adanya perbandingan kuantitatif mengenai hal ini, Marx menegaskan bahwa kedua komoditi ini mestilah mengandung sejumlah substansi yang sama yang Karl Marx sebut nilai. Dalam hal ini substansi yang sama bukan sesuatu berupa sifat seperti berat, maka substansi yang sama dari produk itu ialah hanya produk dari kerja. Kerja adalah substansi dari nilai. Dan teori kerja dan nilai seharusnya dibenarkan oleh bagaimana ia dipergunakan Marx di dalam sistem secara keseluruhan. Berikutnya Marx membahas betapa pentingnya nilai itu. Seberapa banyak nilai yang dimiliki oleh sesuatu komoditi ? katanya, nilai sesuatu komoditi tergantung pada banyaknya jumlah kerja sosial yang diperlukan dalam menyelesaikan komoditi itu. Dan itu disebut “lama kerja”yang diminta untuk memproduksi komoditi itu. Oleh karena itu, kerja itu digolongkan menjadi kerja yang sifatnya sosial bukan individual. Meskipun nilai diukur berdasarkan pada lama kerja yang diperlukan untuk memproduksi sebuah komoditas, bukanlah indvidu kapitalis apalagi pekerja yang menentukan nilai nyata dari komoditas. Masyarakat menentukan nilai komoditas melalui pasar. Ukurannya berdasarkan . Sifat kebutuhan itu, pada tahap ini belum relavan dibahas. Di sisi tidak ada penilaian yang bersifat moral. Senjata misalnya adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat yang senang dengan peperang dan maka itu mengandung nilai pakai dan seterusnya. Komoditi yang mempunyai nilai tukar, milik yang dipertukarkan dengan barang lain. Perbedaan anatara nilai tukar dan nilai pakai adalah perbedaan dari aspek-aspek kehidupan manusia yang berlaku umum bagi semua bentuk masyarakat dan perbedaan-perbedaan spesifik bagi jenis masyarakat tertentu. Tanpa pertukaran tertentu tak ada nilai tukar. Semua komoditi mengandung nilai pakai. Sebab, tak seorang manusia pun yang akan membeli komoditi itu jika tidak mengandung nilai pakai.

17


(30)

jumlah rata-rata waktu kerja yang diperlukan memproduksi komoditas, menurut tingkatan ketrampilan pekerja dan tingkatan kemampuan teknologi yang digunakan.

Harga sebuah komoditi tidak lain adalah nilai komoditi tersebut yang dinyatakan dengan uang. Penggunaan uang dalam mengukur nilai dan dalam pertukaran komoditi adalah bukti bahwa pertukaran komoditi sudah menjadi aktivitas umum dan biasa bagi masyarakat. Dalam pasar, jika permintaan terhadap komoditi lebih besar dari pada persediaan, harga cenderung lebih tinggi daripada nilai sesungguhnya. Jika permintaan lebih sedikit daripada persediaan, harga komoditi berada di bawah nilai sesungguhnya. Cepat atau lembat, kelebihan atau kekuarangan persediaan barang di pasar akan membatasi produksi. Sehingga, jika kita melihat pergerakan harga dalam rentang waktu yang panjang, peningkatan secara sementara dikompensasikan dengan penurunan yang bersifat sementara. Sejumlah perubahan ini adalah bentuk penyesuaian harga dengan nilai sesungguhnya. Bahkan ketika harga terus berubah-ubah, mereka senantiasa berputar mengelilingi nilai sesungguhnya, seperti pergerakann roda mengelilingi as.

Ketika terdapat monopoli dalam produksi, pembelian atau penjualan komoditi, kompetisi tidak lagi bersifat bebas, dan pasar tidak berfungsi dengan normal. Para monopoli bisa meningkatkan dan menurunkan permintaan dan penawaran secara artifisal atau palsu di dalam pasar. Dengan cara ini, mereka bisa meningkatkan atau menurunkan harga sebuah komoditi, bergantung pada cara yang mana mereka dapat menarik keuntungan terbesar.

1.6.1.2 Teori Nilai Lebih

Dan sekarang apakah nilai lebih itu ? nilai lebih adalah bentuk moneter dari produk surplus sosial. Nilai lebih ini merupakan bentuk moneter dari bagian produksi pekerja yang dia serahkan pada pemilik alat produksi tanpa menerima


(31)

apapun sebagai gantinya18. Bagaimana penyerahan tersebut dapat dilaksanakan dalam praktek pada masyarakat kapitalis ? penyerahan tersebut melalui proses pertukaran. Pembeli tenaga kerja membelinya mengosumsinya dengan menjual penjualnya bekerja. Proses bekerja dalam masyarakat kapitalis ada dua kekhasan19

Sedangkan untuk menghitung nilai lebih yang dirampas kapitalis atas kelas pekerja dapat dihitung sebagai berikut;

yakni; pertama pekerja bekerja di bawah kontrol kapitalis, kedua produk menjadi milik kapitalis, karena proses kerja itu hanyalah suatu proses diantara dua hal/barang dibeli kapitalis, yaitu tenaga kerja dan alat produksi. Akan tetapi si kapitalis tidak menginginkan nilai pakai diproduksi demi untuk nilai pakai itu sendiri, tetapi hanya tempat penyimpanan niali tukar dan teristimewa nilai lebih. Kapitalis membeli tenaga kerja dari pekerja, dan sebagai tukar dari upah tersebut, kapitalis mengambil seluruh produksi dari pekerja tersebut, semua nilai yang baru dihasilkan yang telah dimasukkan ke dalam nilai produksi tersebut.

Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa nilai lebih adalah perbedaan antara nilai yang dihasilkan oleh pekerja dan nilai tenaga kerjanya sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan tenaga kerja dalam masyarakat kapitalisme adalah tenaga kerja merupakan sebuah komoditi dan seperti komoditas lainnya, nilainya tergantung dari kuantitas kerja kebutuhan secara sosial untuk memproduksi tenaga kerja , yaitu biaya hidup kelas pekerja dalam makna luas. Sama halnya di setiap negara-negara, masing-masing menetapkan upah minimum sesuai dengan kebutuhan hidup layak kelas pekerja. Namun pada kenyataannya, hasil komoditi yang dihasilkan kelas pekerja malah tidak bisa dinikmati atau kelas pekerja terasingkan akan barang-barang produksi yang dihasilkannya. Semua dirampas dan dirampok oleh kelas kapitalis/pemilik modal.nilai lebih disebut juga sebagai perbedaan antara biaya hidup tersebut dan nilai yang diciptakan oleh kelas pekerja tersebut.

18

Ernest Mandel, Tesis-tesis Pokok Marxisme, Resist Book, Yogyakarta; 2006, Hal 149

19


(32)

VA = (VT-VC1)-VC2 SV = VA-VC3

Keterangan :

VA = Nilai Tambah

VT = Nilai keseluruhan produk periode tertentu

VC1 = Nilai kapital bentuk mesin,peralatan, pendirian pabrik VC2 = Nilai capital bahan mentah

VC3 = Upah SV = Nilai Lebih

Sedangkan untuk menghitung derajat penghisapan kapitalis terhadap kelas pekerja bisa melalui ;

SV / VC3 x 100% = % atau derajat penghisapan SV = Nilai lebih

VC3 = Upah buruh

Oleh karena itu inti dari nilai lebih menurut Marx adalah lama waktu bekerja yang dilimpahkan kapitalis kepada buruh sehingga menciptakan barang komoditi yang lebih banyak lagi. Sedangkan buruh hanya mendapatkan berupa upah yang nilainya tetap, sementara kapitalis merampas nilai lebih yang dihasilkan oleh buruh.20

20


(33)

1.6.1.3 Upah

Upah adalah jumlah uang dari pengusaha yang dibayar kepada pekerja/buruh sesuai dengan ketentuan perundang-undang. Upah sudah menjadi pembahasaan yang hangat di Indonesia. Terbukti bagaimana pekerja melalui serikat pekerja/buruh atau bahkan sector rakyat lainnya tiap melakukan aksi massa selalu mengeluh terkait rendahnya upah buruh yang membuat penghidupan buruh semakin merosot. Krisis global yang belum ada tanda-tanda membaik juga sangat mempengaruhi penghidupan buruh. Dimana pengusaha harus mengurangi biaya produksinya agar tidak bangkrut. Ya Satu-satunya alternative dengan memangkas upah buruh. Padahal kita ketahui bahwa upah yang dihasilkan oleh pekerja/buruh sebenarnya tidak sebanding dengan tenaga kerja yang mereka berikan untuk perusahaan. Buruh bekerja sekurang-kurangnya selama 7 jam kerja. Berarti buruh menjual tenaganya kepada pengusaha selama 7 jam. Maka selama 7 jam pengusaha berhak untuk mengeksploitasi buruh untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya barang dengan kualitas yang baik. Secara tidak langsung penguasaan pengusaha atas pekerja/buruh adalah kewenangannya. Kerja buruh menghasilkan kekayaan bagi pengusaha yang mengendalikan suatu perusahaan. Hubungan antara pengusaha-pekerja/buruh tidak bias dilepaskan. Percepatan kapital di suatu Negara seperti di Indonesia akan meningkatkatkan upah pekerja/buruh. Mari kita andaikan suatu keadaan yang lebih baik bila capital produktif tumbuh maka permintaan kerja akan naik yang ikut mempengaruhi upah buruh. Tetapi karena persaingan perusahaan-perusahan ,sehingga mendorong perusahaan besar cenderung bertahan karena dipengaruhi kapital. Sementara perusahaan kecil karena dampak persaingan banyak yang bangkrut, akusisiatau merger.diantara empat temboknya.

Kenaikan upah yang nyata bersyarat pada pertumbuhan cepat kapital produktif. Pertumbuhan cepat kapital produktif mengakibatkan pertumbuhan yang sama cepatnya dalam kekayaan, kemewahan, kebutuhan-kebutuhan sosial, kenikmatan-kenikmatan sosial. Jadi walaupun kenikmatan buruh telah meningkat,


(34)

namun kepuasan sosial yang dipenuhinya telah berkurang dalam perbandingan dengan kenikmatan kaum kapitalis yang meningkat, yang tak dapat dicapai oleh buruh, dalam perbandingan dengan keadaan perkembangan masyarakat pada umumnya. Hasrat dan kesukaan kita lahir dari masyarakat; oleh sebab itu kita mengukurnya menurut masyarakat dan bukannya menurut benda-benda yang memuaskannya. Karena hasrat dan kesukaan itu bersifat sosial, maka mereka bersifat relatif. Upah tidak semata-mata dihasilkan oleh komoditas yang dapat menggantikan upah itu. Tetapi upah mengandung hubungan. Yang diterima pekerja/buruh adalah yang pertama, sejumlah uang tertentu. Apakah upah itu hanya ditentukan hanya dengan nilai uang dalam upah itu ? jadi harga uang kerja tidak sesuai dengan upah riil artinya komoditas yang dihasilkan tidak sesuai dengan upah yang diterima.

Karena itu, bila kita berbicara tentang naik atau turun upah kita harus ingat tidak hanya akan harga kerja dalam bentuk uang, upah nominal. Tetapi baik upah nominal, yaitu, sejumlah uang yang untuk itu buruh menjual dirinya kepada kaum kapitalis, maupun upah riil, yaitu jumlah komoditi yang dapat dibelinya dengan uang itu, tidak menghabiskan hubungan-hubungan yang terkandung didalam upah sehingga membuat keuntungan besar bagi kapitalis. Upah sangat dipengaruhi oleh perbandingan keuntungan kapitalis, laba kapitalis. Melalui pergantian upah terhadap kerja, si kapitalis mendapatkan nilai baru dari pekerja/buruh sebagai akumulasi modal.

1.6.2 Kelas dan Perjuangan Kelas

Perjuangan kelas inilah yang menjadi merupakan salah satu metodologi pemikiran Karl Marx yang paling pokok. Demikian pulahlah bagaimana dapat diketahui dari perspektif historis bagaimana kelas tertindas sebagai tenaga produktif tiap fase perkembangan masyarakat mempunyai peranan besar dalam konteks perubahan sosial. Menurut Karl Marx kelas-kelas yang berkuasa yakni yang menguasai alat-alat produksi sejak kemunculannya di panggung sejarah


(35)

terus-menerus menyempurnakan sistem penindasan dan penghisapan terhadap kelas pekerja termasuk sekarang di fase masyarakat kapitalisme tahap tertinggi (Imperialisme).21

Menurut Karl Marx sejarah perjuangan dan perkembangan masyarakat adalah sejarah perjuangan kelas. Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan

Friedirch Engles terhadap kapitalisme dan pada mulanya memfokuskan pada

corak produksi. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme di mana ia melihat hubungan tersebut bersifat eksploitatif, Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh pemikir sosial lainnya. Masyarakat di mana-mana terbagi menjadi klas penghisap dan terhisap. Sementara itu, kelas penghisap karena kepemilikan monopolinya atas alat produksi, mereka mendapat bagian terbesar dari barang yang diproduksi dalam masyarakat untuk keuntungannya sendiri sekalipun tidak bekerja. Sementara, ada kelas yang terhisap yang hanya memiliki tidak memiliki sama sekali, sekalipun mereka yang bekerja untuk memproduksi barang akan tetapi mereka hanya mendapat bagian yang sangat kecil bahkan tidak cukup untuk bertahan hidup. Perjuangan klas lahir dari pertentangan kepentingan klas-klas dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah pertarungan antara klas yang mengeruk keuntungan dan karenanya mempertahankan hubungan produksi yang lama dengan klas yang berusaha menghancurkan hubungan produksi yang lama Perjuangan kelas proletar melawan kapitalis adalah suatu keniscayaan sejarah sebagai hukum perkembangan masyarakat yang digambarkan

Marx. Mengubah sistem lama menjadi sistem baru harus melalui revolusi. Oleh sebab itu revolusi merupakan gerakan politik yang dimulai dari perebutan kekuasaan politik. Sistem masyarakat lama yang usang telah diganti dengan sistem baru, yang melepaskan penghisapan atas manusia dengan manusia lainnya, melahirkan manusia yang bermasyarakat, tidak memblenggu alam berpikir manusia dengan dogma-dogma mistis, alat produksi yang dikuasai Negara.

21

V. I. Lenin, Imperialism, The Highest Stage of Capitalism, Progress Publisher, Moscow, 1975 hal 188


(36)

dan menggantikannya dengan yang baru. Perjuangan antara klas penghisap dan klas terhisap terpusat pada penghilangan tipe penghisapan tertentu dalam sebuah sistem kemasyarakatan. Dan karena penghisapan itu berasal dari sebuah tipe tertentu dari monopoli atas alat produksi, maka perjuangan klas berlangsung di seputar pihak-pihak yang mempertahankan dan menentang monopoli tersebut. 1.6.3 Teori Gerakan Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada22

Gerakan sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang lahir dari dan atas prakarsa masyarakat dalam usaha menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan atau struktur pemerintah. Di sini terlihat tuntutan perubahan itu biasanya karena kebijakan pemerintah tidak sesuai lagi dengan konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu bertentangan dengan kehendak sebagian rakyat. Karena gerakan sosial itu lahir dari masyarakat maka kekurangan apapun di tubuh pemerintah menjadi sorotannya. Dari literatur definisi tentang gerakan . Perlawanan atau desakan untuk mengadakan perubahan dapat dikategorikan sebuah gerakan sosial. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain gerakan sosial lahir sebagai reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkannya atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil. Berbagai gerakan sosial dalam bentuk LSM dan Ormas bahkan Parpol yang kemudian menjamur memberikan indikasi bahwa dalam suasana demokratis, masyarakat memiliki banyak prakarsa untuk mengadakan perbaikan sistem atau struktur yang cacat.

22

http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/Gerakan Sosial: Kajian Teoritis (Makalah yang dimuat pada hari Senin, 10 Juli 2006), hal. 3-4.


(37)

sosial, ada pula yang mengartikan gerakan sosial sebagai sebuah gerakan yang anti pemerintah dan juga pro pemerintah. Ini berarti tidak selalu gerakan sosial itu muncul dari masyarakat tapi bisa pula hasil rekayasa para pejabat pemerintah atau penguasa23

Dilihat dari perspektif Marxis, gerakan sosial dianggap sebagai gejala yang positif yang kemunculannya disebabkan oleh karena terjadinya proses eksploitasi dan dominasi satu kelas terhadap kelas lainnya. Gerakan sosial, dengan demikian, dipahami sebagai reaksi (perlawanan) kaum proletar terhadap kaum borjuis, merupakan ekspresi dari struktur kelas yang kontradiktif. Singkatnya, gerakan sosial adalah perjuangan kelas yang lahir karena adanya kesadaran kelas

.

24

Dalam konteks kekinian, ada dua teori yang mendominasi studi-studi gerakan sosial, yakni teori mobilisasi sumber daya yang berbasis di Amerika Serikat, dan perspektif gerakan sosial baru New Social Movement ( NSM ) yang berbasis di Eropa Barat. Jika dalam studi-studi gerakan sosial yang berkembang pada tahun 1940-1960-an gerakan sosial dianggap sebagai gejala penyimpangan

(deviant), irasional dan dianggap penyakit sosial, maka dalam studi-studi

yangberkembang pada 1960-1970-an dan 1980-an hingga sekarang, gerakan sosial di pandang sebagai gejala positif yang kelahirannya didasari oleh alasan-alasan rasional. Lahirnya pandangan positif merupakan implikasi dari perkembangan gerakan sosial dewasa ini, yang dinilai telah berhasil mendorong proses demokratisasi. Gerakan sosial yang dimaksud adalah gerakan perjuangan hak-hak sipil, gerakan anti kolonial, feminis, gerakan hak asasi manusia dan gerakan anti-rasial

.

25

23

Juwono Sudarsono (ed), Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, Jakarta: Gramedia, 1976, hal. 24 – 25.

.

loc. cit.

25

Noer Fauzi, Memahami Gerakan-Gerakan Rakyat Dunia Ketiga, Yogyakarta: InsistPress, 2005, hal. 10 – 11.


(38)

Teori gerakan sosial baru dan mobilisasi sumber daya merupakan dua perspektif teori yang mendominasi studi-studi gerakan sosial kontemporer. Tidak hanya itu, kedua teori itupun memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan gerakan sosial di negara-negara Dunia Ketiga. Gerakan-gerakan untuk perubahan telah banyak bermunculan di negara Dunia Ketiga. Terdapat pandangan yang berusaha menilai hadirnya gerakan sosial ataupun kelompok aksi di dunia ketiga. Ada yang melihat gerakan sosial itu sebagai leluhur dari transisi ke sosialisme, dan yang lain melihat sebagai pendukung munculnya masyarakat sipil.

Fuentes dan Gunder Frankmendefenisikan kelompok aksi atau

pungerakan sosial tersebut sebagai akar rumput (bersifat lokal), transisional ke arah sosialisme dalam arti berusaha untuk memutuskan mata rantai kolonialisme dan bersifat antipolitik, yang artinya tidak berusaha untuk memegang kekuasaan di tingkat institusional, tetapi secara luas merupakan gerakan demokratis26

Stepanmendefenisikan masyarakat sipil sebagai wilayah dimana terdapatbanyak gerakan sosial (termasuk asosiasi kemasyarakatan, kelompok

. Kelompok itu merupakan instrumen dan pernyataan perjuangan rakyat terhadap eksploitasi dan penindasan yang sudah sangat tua serta upaya bertahan hidup dan mempunyai identitas, mencoba untuk mencapai, dan menjadi instrumen dari, pemberdayaan diri yang demokratis.

Disisi lain terdapat pandangan mengenai munculnya kelompok aksi atau gerakan-gerakan sosial di Dunia Ketiga, adalah sebagai unsur utama dalam munculnya masyarakat sipil dengan berusaha untuk melindungi, memprotes dan meningkatkan kepentingan para anggotanya, hal ini memberikan dukungan kepada munculnya proses demokratis yang perlahan dengan memperkuat dan memperluas masyarakat sipil.

26

Jeff Haynes, Demokrasi dan Masyarakat Sipil Dunia Ketiga ”Gerakan Politik BaruKaum Terpinggir”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000, hal.27


(39)

perempuan, badan-badan keagamaan, dan arus intelektual) dan organisasi profesi (ahli hukum, wartawan, serikat sekerja, wiraswastawan,dan sebagainya) yang berjuang membentuk diri mereka menjadi suatu kerangka bersama guna menyatakan diri dan memajukan kepentingannya27

Jika suatu negara demokratis, itu mengandung pengertian bahwa paling tidak disitu ada “ruang” dimana masyarakat sipil dan kelompok oposisi dapat berfungsi dan mengejar tujuannya. Hong 1991, dikutip dalam Stiefel dan Wolfe

1994: 197, melihat organisasi yang mengikutsertakan lapisan bawah justru sebagai fondasi dari masyarakat demokratis Dunia Ketiga

. Dengan kata lain, masyarakat sipil berfungsi sebagai batu pembatas dari warga negara terhadap kekuasaan negara. Masyarakat sipil tercakup dalam konsepsi asosiasi individu yang bebas dan tidak tergantung pada Negara, mengatur dirinya sendiri dalam sederetan aktifitas otonom dan signifikan secara politik. Masyarakat sipil hendaknya menjadi pelindung yang kuat terhadap dominasi negara, meliputi organisasi-organisasi yang membatasi dan mengesahkan kekuasaan negara.

28

1. Gerakan sosial merupakan salah satu bentuk perilaku kolektif. Gerakan sosial senantiasa memiliki tujuan untuk membuat perubahan sosial atau

.

Demokrasi, memberikan ruang bagi rakyat jelata termasuk juga bagi perempuan, dimana mereka dapat mengorganisasikan diri dan dengan demikian mereka memiliki peluang untuk mencapai tujuan mereka dalam mengejar pembangunan dan atau perubahan sosial politik untuk memulihkan kedudukan sosial mereka. Perspektif teori-teori yang dikembangkan pada umumnya meletakkan gejala gerakan sosial sebagai aktor penting yang berperan dalam proses perubahan dari otoritarianisme ke demokrasi.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, ada beberapa hal yang dapat dicatat sebagai ciri-ciri atau karakter yang melekat dalam gerakan sosial, yaitu:

27

Jeff Haynes, ibid., hal. 28.

28


(40)

untuk mempertahankan suatu kondisi. Itu artinya, tujuan sekelompok orang untuk melakukan gerakan sosial tidak selalu didasari oleh motif dan cita-cita ‘perubahan’, karena bisa juga disadari atau tidak ditujukan untuk mempertahankan keadaan (status quo).

2. Gerakan sosial tidak identik dengan gerakan politik yang terlibat dalam perebutan kekuasaan secara langsung.

3. Gerakan sosial merupakan perilaku kolektif yang terorganisasi, baik formal maupun tidak formal.

4. Gerakan sosial merupakan gejala yang lahir dalam kondisi masyarakat yang konfliktual.42

Dalam sejarah modern dikenal ada ada dua jenis gerakan sosial yakni gerakan kelas dan gerakan kelompok etnik. Contoh gerakan sosial adalah antara kelas menengah lawan kelas dan kaum bangsawan, kelas petani lawan tuan tanah, kelas pekerja lawan majikan, petani lawan tengkulak dan petty bourgeoisie

(borjuis kecil) lawan pengusaha besar. Mungkin lebih luas lagi kelas miskin lawan kelas kaya. Selanjutnya, fungsi dari gerakan sosial adalah :

1. Gerakan sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan.

2. Gerakan sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang akan menjadi bagian dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting.

1.7 Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah sebagaimana ajaran mengenai cara-cara yang digunakan dalam memproses penelitian29

29

Kartono Karti, Pengantar Metode Riset Sosial, Bandung: CV. Mandar Maju, 1996, hal 17


(41)

merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan.Dalam penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif yaitu suatumetode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang30

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus, yaitu penelitian dengan status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas

. Tujuan dari penelitian dengan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 1.7.1 Jenis Penelitian

31

30

Nazir mohammad, metode penelitian, Ghalia Indonesia, hal 54

31

Ibid, hal 57

, subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga ataupun masyarakat, dan dalam penelitian ini subjek penelitian adalah lembaga-lembaga yang mengambil andil dalam penetapan upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013 diantaranya serikat buruh, serikat pengusaha, dan dinas tenaga kerja baik yang tergabung ataupun tidak tergabung dalam dewan pengupahan daerah. Penelitian ini akan menganalisis data-data primer dan skunder yang diperoleh dari narasumber yang terkait dengan pengupahan di sumatera utara sehingga penelitian dengan metode deskriptif penelitian studi kasus dilakukan agar mudah dalam menarik kesimpulan dan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada secara tepat, karena penelitian deskriptif studi kasus merupakan penelitian yang menggambarkan berdasarkan fakta serta data yang ada dan dianggap sebagai argumentasi terhadap suatu penelitian serta dapat dipertanggung jawabkan dengan baik. Hasil dari penelitian studi kasus adalah suatu generalisasi dari pola kasus yang tipikal dengan individu, kelompok, lembaga dan sebagainaya, keunggulan jenis penelitian ini adalah sebagai suatu studi untuk mendukung studi yang besar di kemudian hari dan hipotesis untuk


(42)

penelitian lanjutan. Ciri-ciri pokok penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif studi kasus adalah :

1. Memusatkan perhatian pada masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat faktual.

2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya dengan interpletasi yang memadai.32

Penelitian politik pengupahan di Indoneisa akan menggunakan studi kasus penetapan upah minimum provinsi (UMP) Sumatera Utara tahun 2012, untuk itu yang pertama perlu di teliti adalah bagaimana cara penghitungan upah minimum provinsi di Indonesia khususnya upah minimum provinsi sumatera utara, karena fakta dari tahun ketahun adalah dalam penetapan upah selalu saja diwarnai gerakan demonstrasi buruh yang menuntut perbaikan upah, kenaikan upah dari tahun ketahun menurut pimpinan serikat buruh adalah kenaikan untuk menyusaikan upah buruh dengan harga di pasar bukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan buruh. Penelitian dengan studi kasus seperti ini akan menekankan status subjek penelitianuntuk mengetahui dan menganalisis bagaimana penetapan upah di Indonesia, maka dari itu yang berikutnya akan di teliti adalah politik pengupahan di Indonesia yaitu dengan mencaritahu peranan tiap elemen dewan pengupahan daerah provinsi Sumatera Utara : serikat pengusaha, serikat buruh, dan pemerintah provinsi sumatera utara, dalam upaya politiknya mempengaruhi proses pengambilan kebijakan upah minimum provinsi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012. Dan terakhir adalah menarik kesimpulan politik pengupahan di Indonesia melalui analisis penerapan regulasi pengupahan khususnya di provinsi sumatera utara.

32

Sanafiah faisal, Format Penelitian Sosial Dasar-dasar Aplikasi, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,1995, hal 20


(43)

1.7.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan menjadi lokasi sumber penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Medan pada Khususnya, mengingat Kota Medan sebagai pusat ekonomi dan pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan unuk memperoleh data atau informasi yang sangat berguna untuk mengetahui persoalan dan memecahkannya atau mengembangkan ilmu pengetahuan.Dalam penelitian ini sumber data di bedakan atas dua sumber yaitu:

1. Sumber data sekunder yang diperoleh dari buku-buku yang mengkaji tentang masalah pengupahan, perburuhan dan gerakan buruh, Informasi/ keterangan dari serikat buruh, serikat pengusaha dan pemerintahan provinsi sumatera utara/dinas tenaga kerja, jurnal perburhan dan pengupahan, dan majalah yang terkait pengupahan di Indonesia.

2. Sumber data primer yang diperoleh dari undang-undang, dokumen-dokumen dan wawancara dengan teknik snowball dengan narasumber dari dewan pengupahan, serikat pengusaha,serikat buruh, pemerintah daerah provinsi Sumatera Utara/DinasTenagakerja dan Transmigrasi.

1.7.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif deskriptif, yang menekankan analisis pada sebuah peroses pengambilan kesimpulan secara induktif dan deduktif serta analisis pada fenomena yang sedang diamati dengan metode ilmiah33

33

Burhan Bungin,Metode Penelitian Sosial,Surabaya: Airlangga University Press, 2001, hal 4

. Dalam konteks Politik Pengupahan di Indonesia, akan menggunakan teori ekonomi politik yang


(44)

dikemukakan oleh Karl Marx, dengan analisis nilai lebih, komoditi dan upah serta membandingkannya dengan regulasi pengupahan yang diterapkan di Indonesia akan dapat di tarik kesimpulan penghisapan yang di alami buruh Indonesia. Fakta dari tahun ketahun adalah dalam penetapan upah selalu saja diwarnai gerakan demonstrasi buruh yang menuntut perbaikan upah, sehingga bisa mendapatkan gambaran bahwa ada sebuah sistem yang salah terkait tentang pengupah di Indonesia, maka penelitian ini akan mencari tahu penyebab gerakan sosial yang terjadi dalam penetapan upah dengan menggunakan teori gerakan sosial.

Data primer dan skunder yang di himpun dari buku-buku pengupahan, perburuhan dan gerakan buruh, Informasi/ keterangan dari serikat buruh, serikat pengusaha dan pemerintahan provinsi sumatera utara/dinas tenaga kerja, jurnal perburhan dan pengupahan, majalah yang terkait pengupahan di Indonesia, undang-undang, dokumen-dokumen dan wawancara dengan dewan pengupahan, serikat pengusaha,serikat buruh, pemerintah daerah provinsi Sumatera utara/dinas tenaga kerja, LSM/LBHyang mengkaji tentang perburuhan, kemudian akan di analisa dengan teknik kualitatif deskriptif dengan tujuan agar dapat membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis tentang politik pengupahan di Indonesia yang disimpulakan dari proses penetapan upah minimum provinsi di indonesia dan provinsi sumatera utara secara khusus dan menganalisa fakta yang ada dalam penetapan upah minimum provinsi serta menghubungkan fenomena pertumbuhan ekonomi indonesia, pola hubungan produksi di indonesia, kebijakan pengupahan di indonesia serta upah yang di tetapkan untuk kesejahteraan buruh indonesia. 1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan terperinci, serta mempermudah isi dari skripsi ini, maka penulis membagi penulisan skripsi ini dalam empat bab. Adapun susuna sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut ;


(45)

Dalam bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas dan tujuan mengapa diadakan penelitian ini dan metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.

BAB II : KEADAAN UMUM PUNGAPAHAN DI INDONESIA

Di dalam bab ini Akan Membahas tentang sistem pengupahan di Indonesia berupa sejarah pengupahan di Indonesia serta berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan, penulis juga menguraikan fakta-fakta umum Pengupahan di Indonesia untuk memperkuat analisis politik pengupahan.

BAB III : POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA

Pada bab ini akan membahas tentang sejauh mana peranan buruh/serikat buruh dalam penetapan upah dan bagaimana peranan dari pemerinatah sebagai penetapan kebijakan Pengupahan di Indonesia khususnya di sumatera utara.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil-hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta berisi saran-saran yang nantinya berguna bagi penulis dan buruh.


(46)

BAB II

KEADAAN UMUM PENGUPAHAN DI INDONESIA 2.1 Upah

Upah memberikan peranan penting dan memberikan ciri khas suatu hubungan yang disebut dengan hubungan kerja, bahkan upah merupakan tujuan utama dari seorang pekerja melakukan pekerjaan pada orang atau badan hukum lain.

Padadasarnyapengertianupahmenganutpadaapayangtermuatdalam

konvensiInternational Larbour Organisation

(ILO)mengenaiperlindunganupahatauProtectionofwage.Indonesia juga mengikuti acuan tersebut dengan sedikit penyesuaian. Pengertian upah yangdianutolehIndonesiasesuaidenganPeraturanPemerintahNo.08tahun

1981mengenaiperlindungan upah yaitusuatu penerimaan sebagaiimbalandaripengusahakepadaburuhuntuksuatupekerjaanataujasayangtelah atauakandilakukan,dinyatakanataudinilaidalambentukuangyangditetapkanmenurut suatupersetujuanatauperaturan-perundang-undangan,dandibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerjaantara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjanganbaikuntukburuhsendirimaupunkeluarganya34

34

Suwanti, Hubungan Indostrial dalam Praktek, Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia 2003 hal 188

.

Dengan pengertianupah diatas, maka upah di satu sisi adalah merupakan hak pekerja/buruhdankewajiban pengusaha, di sisilain pekerja/buruh berkewajiban memberikan waktu, tenaga dan pikiran untukbekerjaataumemberikanjasa.Disampingitunegarakitajugamenganutbahwaupa hjugamemiliki sifatsosial, dimanabesarnyaupahdantunjanganharusdapatmemenuhikebutuhankeluarga.


(1)

mengkontrol kebijakan-kebijakan yang dibuat negara. Pengusaha tidak pernah meningggalkan sifat-sifatnya yang tidak menyebabkan kontradiksi dan kepincangan dalam struktur masyarakat. Hal itu diakibatkan karena akumulasi modal, konsentrasi dan monopoli. Wujud itu kini dapat dilihat secara kongkrit pada sistem pengupahan (Upah Minimum Provinsi/UMP) yang disahkan oleh negara melalui pemerintah. Dan juga dapat dilihat pada meningkatnya investasi perusahaan-perusahaan besar yang memiliki cabang-cabang di seluruh dunia atau dikenal dengan perusahaan Multinasional (Multi-National Corporations/MNCs).

Politik pengupahan dijalankan oleh Indonesia sebagai upaya untuk mensuplay tenaga kerja murah ke pengusaha sehingga pengusaha dapat lebih meningkatkan akumulasi modalnya untuk kembali melakukan ekspansi kapital ke tempat baru dan melakukan eksploitasi di tempat tersebut. Pengusaha menjadikan pemerintah sebagai kaki tangan untuk mengeksploitasi buruh di Indonesia. Oleh karena itu upah murah dijadikan sebagai faktor penarik untuk merangsang Investor masuk ke Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa era-globalisasi mendorong Indonesia membuka pasar seluas-luasnya, yang menunjukkan bahwasannya Indonesia masih bergantung pada ekonomi negara maju. Melalui upah murah, pemerintahan RI seolah-olah mampu melakukan persaingan dengan negara-negara lain untuk menarik investor di Indonesia. Pastinya ketika upah murah menjadi primadona investor di Indonesia, maka akan terjadi kontradiksi kepentingan antara Buruh dengan Pengusaha.

Mayoritas penduduk Indonesia berada di pedesaan, di pedesaan sendiri penguasaan tanah skala luas seperti perkebunanan dan HTI mempersempit ruang akses petani untuk alat produksi, sangat sedikit sekali rakyat yang memiliki tanah jika dibandingkan jumblah penduduk dengan luas daratan Indonesia. Kondisi ini telah mengakibatkan semakin banyaknya kemiskinan, banyak yang menjadi buruh tani atau urbanisasi ke kota menjadi buruh industri. Diperkotaan sendiri tidak ada industri nasional yang kuat, mayoritas industri di Indonesia dibangun dari invetor


(2)

149

penduduk berpendidikan sangat rendah yaitu SD/SMP dan paling tinggi hanya SMA, sedangkan bagi buruh migran maksimal mereka berpendidikan SMP, rakyat Indonesia mayoritas tidak dapat mengenyam pendidikan tinggi karena disebabkan oleh kemiskinan dan oleh karena tidak ada peluang kerja dinegeri sendiri maka mereka terpaksa pergi keluar negeri menjadi buruh migran.

Keadaan yang diciptakan hanyalah bagaimana buruh mempunyai skill dan dapat memenuhi kebutuhan produksi perusahaan-perusahaan, mereka disiapkan untuk dapat bekerja sesuai dengan keinginannya dan dengan upah murah. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 (empat) di dunia dan dengan upah yang sangat murah merupakan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Keadaan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi negara-negara lain seperti Sri Lanka, India, Kamboja, Banglades, Malaysia dll juga mengalami nasib yang sama, dan ini adalah merupakan instrument atau kunci untuk menarik investor asing masuk ke Indonesia.

Dengan jumlah penduduk sebesar 238 juta jiwa, Indonesia adalah ladang subur bagi “tenaga kerja atau buruh murah”. Upah buruh Indonesia salah satu yang terendah dari daftar 10 negara dengan upah buruh terendah di dunia. Upah buruh murah akan mendatangkan untung lebih besar bagi para pengusaha. Itulah kenapa upah buruh Indonesia sangat jauh dari standar kehidupan layak (KHL). Pemerintah yang seharusnya menjamin dan melindungi upah buruh agar layak, ini justru bersama pengusaha-pengusaha menindas buruh agar upahnya tetap rendah. Penguasaan atas sumber-sumber bahan mentah, pasar dan buruh murah untuk keuntungan besar pengusaha, merupakan penyebab utama krisis ekonomi yang melahirkan perampasan upah. Kondisi ini terjadi karena pemerintah tidak memihak kepada rakyatya hal ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk kebijakannya yang merampas hak buruh.


(3)

Kesejahteraan bagi kaum buruh adalah ketika upah yang dia terima mampu memenuhi kebutuhan hidup dia dan keluarganya. Tidak semata-mata tinggi nominalnya, namun angka upah tersebut mempunyai nilai (value) yang mampu mencukupi kebutuhan riil buruh dan keluarganya. Upah yang demikian tidak akan pernah bisa diwujudkan selama karakter industri di Indonesia masih didominasi oleh segelintir pengusaha besar dan pengusaha asing, tidak akan terjadi ketika labor market flexibility masih dipertahankan oleh pemerintah yang terus menjaga jumlah cadangan tenaga, hingga membuat daya tawar buruh terhadap upahnya menjadi sangat rendah.

Kesejahteraan bagi buruh akan lahir ketika negeri ini sanggup membangun industri nasional, dengan orientasi produksi untuk mencukupi kebutuhan seluruh rakyat Indonesia. Dengan karakter yang demikian, sama artinya bahwa industri ini tidak lagi dibawah dominasi pengusaha nasional dan pengusaha asing. Industri ini tidak akan menjadikan labor market flexibility sebagai kebijakannya, sehingga buruh mendapatkan kepastian kerja dan memberikan jaminan kehidupan bagi dia dan keluarganya. Dan pembangunan industri nasional ini hanya dapat terwujud apabila sumber daya alam atau bahan mentah yang dihasilkan negeri ini tidak dimonopoli dan dikuasai alat produksinya yaitu dari penguasaan tanah dalam skala luas melalui perkebunan-perkebunan luas. Artinya proses pembangunan industri nasional ini harus sejalan dengan perjuangan menolak monopoli dan perampasan tanah, rakyat harus berdaulat atas tanah dan tanah menjadi alat produksi utama karena sejatinya Indonesia adalah negara agraris.


(4)

151

DAFTAR PUSTAKA

Agusmidah, Bab-bab tentang hukum perburuhan Indonesia–Denpasar: Pustaka Larasan; Jakarta: Universitas Indonesia; Universitas Leiden, Universitas Groningen, 2012

Brewer Anthony, Kajian Kritis Das Kapital, Teplok Press, Jakarta; 1999

Bungin Burhan, Metode Penelitian Sosial,Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

Edi Cahyono dan Soegiri. Gerakan Serikat Buruh. Hasta Mitra. 2003.

Engles Frederick, Tentang Das Kapital Marx, Hasta Mitra, 2007

Faisal Sanafiah, Format Penelitian Sosial Dasar-dasar Aplikasi, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,1995

Hand book. Minimalisasi Penetapan Upah Layak. Analisis Terhadap Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 17/Men/VII/2005

Imana Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja Perlindungan Buruh, Cet.V, Jakarta : Pradya Paramita, 1983.

Juwono Sudarsono (ed), Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, Jakarta: Gramedia, 1976, hal.

Jeff Haynes, Demokrasi dan Masyarakat Sipil Dunia Ketiga ”Gerakan Politik BaruKaum Terpinggir”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000

Karti Kartono, Pengantar Metode Riset Sosial, Bandung: CV. Mandar Maju, 1996

Lenin V. I., Imperialism, The Highest Stage of Capitalism, Progress Publisher, Moscow, 1975

Mandel Ernest, Tesis-tesis Pokok Marxisme, Resist Book, Yogyakarta; 2006


(5)

Marsen. S. Naga, Hukum Sebagai Perangkap Gerakan Buruh, (Sedane, Jurnal Kajian Perburuhan, Vol 1 No.1, Desember, 2002.

Nazir mohammad, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia

Noer Fauzi, Memahami Gerakan-Gerakan Rakyat Dunia Ketiga, Yogyakarta: InsistPress, 2005.

Prawironegoro Darsono, DR. SE, SF, MA, MM, KARL MARX “ Ekonomi Politik dan Aksi Revolusioner” jakarta; 2012

Sandra. Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia.TURC. 2007

Singarimbun Masri dan Effendi Sofyan, Metode Penelitian Survei, LP3ES Jakarta; 1995

Suseno Frans Magnis. Pemikiran Karl Marx. 2005

Suwanti, Hubungan Indostrial dalam Praktek, Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia 2003 Journal of Indonesian Applied Economics, Vol 5, No 2, oktober 2011

Tedjasukmana Iskandar, Watak Politik Gerakan Seerikat Buruh Indonesia, TURC; 2007

Zainal Asikin dkk, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : Rajawali Pers.

Undang-undang :

UU No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


(6)

153 Situs Internet :

Aloysius Uwiyono, Dinamika Ketentuan Hukum Tentang Pesangon,

http://www.anggreklawfirm.co.id/index.php?option=com_content&task=v iew&id=43&Itemid=9

Berita Resmi Statistik No.14/02/Th. XVI, 5 Februari 2013

BPS, Statistik Upah 2007-2012

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=264 983:buruh-kecewa-soal-kenaikan-ump&catid=14:medan&Itemid=27 ( diakses pada 21 maret 2013 jam 20.00 wib )

http://news.detik.com/read/2012/12/11/195121/2115898/10/plt-gubernur-sumut-minta-buruh-hentikan-aksi-demonstrasi

http://sumut.bps.go.id/#&panel1-1

http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/Gerakan Sosial: Kajian Teoritis

http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/Gerakan Sosial: Kajian Teoritis

(Makalah yang dimuat pada hari Senin, 10 Juli 2006), hal. 3-4.

http://megapolitan.kompas.com/read/2013/04/08/14424583/Apindo.Keluhkan.UM P

http://www.parlemen.net/ind/dpr_sejarah.php

http://www.parlemen.net/site/ldetails.php?docid=dpr

Http://www.Ekonomirakyat.org/artikel.htm

Keterangan pengusaha tentang ancaman terhadap buruh diakses melalui situs : http://finance.detik.com/read/2013/04/25/182706/2230663/4/pengusaha-pribumi-tuding-buruh-bikin-investor-malas-ke-indonesia

Revrisond Baswir, Utang dan Imprealisme, (On Line)

Koran :

Harian ANALISA edisi rabu, 22 mei 2013, hal 21