Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2012
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN
LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH:
SUSI SARTIKA SIBURIAN 090503208
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ABSTRAK
Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah mekanisme good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba. Dalam penelitian ini indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari : kepemilikan manajerial, komposisi anggota dewan komisaris , komposisi komite audit, dan kualitas audit diukur dari ukuran KAP.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 yang berjumlah 131 perusahaan. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling method dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka terdapat 93 perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial, komposisi anggota dewan komisaris , komposisi komite audit, dan kualitas audit diukur dari ukuran KAP tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, dan secara simultan kepemilikan manajerial, komposisi anggota dewan komisaris , komposisi komite audit, dan kualitas audit diukur dari ukuran KAP.tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.
(3)
ABSTRACT
Analysis of Effect of Good Corporate Governance Mechanism Implementation Against Earnings Management: Empirical Study of The Manufacturing
Companies In Indonesia Stock Exchange (IDX) In the Year 2012
The main objective of this research is to examining whether good corporate governance mechanism influence on the earning management and whether the earning management influences on financial performance. In this research, the indicator of good governance mechanism consist of managerial ownership, composition of board of commissioners, composition of audit commitee and audit quality measured by the size of audit firm.
The population of this research is manufacturing companies which registered in Indonesia Stock Market Directory in the period 2012 in amount of 131 companies. Based on purposive sampling method by using the criteria, there are 93 companies that chosen to be sample.
The result show that by partial managerial ownership, composition of board of commissioners, composition of audit commitee and audit quality measured by the size of audit firm have no significant relationship with earnings management, and simultaneously managerial ownership, composition of board of commissioners, composition of audit commitee and audit quality measured by the size of audit firm have no significant relationship with earnings management. Key Words: Good Corporate Governance Mechanism, Earning Management
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan Rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Departemen Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2012”.
Selama penyusunan skripsi ini penulis tentu saja mengalami berbagai
kesulitan namun berkat bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak
penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis pertama sekali menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yakni ayah Hotman Siburian dan ibuda tercinta Sorta Hasiholan Sianturi atas doa, kasih sayang tulus, dukungan, dan nasihat yang senantiasa diberikan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,
yaitu kepada:
1. Bapak Prof.Dr. Azhar Maksum, MEc, Ak sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua
(5)
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Rina Bukit, SE., M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada bapak Drs. Firman Syarif,
M.Si, Ak. Sebagai Dosen Pembaca.
5. Dosen-dosen Universitas Sumatera Utara khususnya dosen-dosen
Fakultas Ekonomi yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada
penulis dengan baik dan penuh kesabaran.
6. Saudara-saudara penulis yakni abang saya Rudi Anto Siburian, Julkipri
Siburian, Roigen Siburian, Espol Siburian, kakak saya Fatima Siburian
beserta seluruh keluarga saya dan juga seluruh teman-teman yang telah
memberikan saya motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
7.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti lainnya.
Medan, September 2013
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 8
2.1.2 Laporan Keuangan ... 9
2.1.3 Laba ... 13
2.1.4 Corporate Governance ... 14
2.1.4.1 Definisidan Tujuan Corporate Governance ... 14
2.1.4.2 Manfaat Corporate Governance ... 15
2.1.4.3 Prinsip-prinsip Corporate Governance ... 16
2.1.4.4 Asas-asas Good Corporate Governance ... 17
2.1.4.5 Mekanisme Corporate Governance ... 19
2.1.5 Manajemen Laba ... 19
2.1.5.1 Pengertian Manajemen Laba ... 19
2.1.5.2 Motivasi Terjadinya Manajemen Laba ... 20
2.1.6 Kepemilikan Manajerial ... 22
2.1.7 Komposisi Anggota Dewan Komisaris ... 22
2.1.8 Komite Audit ... 23
2.1.9 Kualitas Audit dari Ukuran KAP ... 24
2.2 Penelitian Terdahulu ... 25
2.3 Kerangka Konseptual ... 27
2.4 Hipotesis Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
3.3 Batasan Operasional ... 30
3.4 Definisi Operasional ... 30
3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ... 30
(7)
3.5.2 Variabel Independen ... 32
3.5.2.1 Kepemilikan Manajerial ... 33
3.5.2.2 Komposisi Anggota Dewan Komisaris ... 33
3.5.2.3 Komposisi Komite Audit ... 34
3.6 Populasi dan Sampel ... 34
3.7 Jenis dan Sumber Data ... 39
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.9.Metode Analisis ... 40
3.9.1 Uji Asumsi Klasik ... 40
3.9.1.1 Uji Normalitas ... 41
3.9.1.2 Uji Multikolinearitas ... 42
3.9.1.3 Uji Heterokedastitsitas ... 43
3.9.1.4 Uji Autokorelasi ... 43
3.9.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 44
3.9.3 Uji Hipotesis ... 45
3.9.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) ... 45
3.9.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 46
3.9.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 46
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 48
4.2 Hasil Penelitian ... 48
4.2.1 Analisis Statistik Deskiptif ... 48
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 50
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 50
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 53
4.2.2.3 Uji Heterokedastitsitas ... 55
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 56
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 57
4.2.4 Uji Hipotesis ... 59
4.2.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) ... 59
4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 60
4.2.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 62
4.2 Pembahasan Penelitian ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 67
5.3 Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
(8)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 25
3.1 Jadwal Penelitian ... 29
3.2 Daftar Perusahaan yang Menjadi Populasi Penelitian ... 34
4.1 Statistik Deskirptif ... 49
4.2 Kolmogorov Smirnov ... 53
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 54
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 57
4.5 Analisis Regresi Linier Berganda ... 58
4.6 Koefisien Determinasi (R 2 ) ... 59
4.7 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 61
4.8 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 63
(9)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 27
4.1 Histogram Dependen Manajemen Laba ... 51
4.2 Normal P-Plot of Regresion Standarized Residual ... 52
4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 56
(10)
ABSTRAK
Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah mekanisme good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba. Dalam penelitian ini indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari : kepemilikan manajerial, komposisi anggota dewan komisaris , komposisi komite audit, dan kualitas audit diukur dari ukuran KAP.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 yang berjumlah 131 perusahaan. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling method dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka terdapat 93 perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial, komposisi anggota dewan komisaris , komposisi komite audit, dan kualitas audit diukur dari ukuran KAP tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, dan secara simultan kepemilikan manajerial, komposisi anggota dewan komisaris , komposisi komite audit, dan kualitas audit diukur dari ukuran KAP.tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.
(11)
ABSTRACT
Analysis of Effect of Good Corporate Governance Mechanism Implementation Against Earnings Management: Empirical Study of The Manufacturing
Companies In Indonesia Stock Exchange (IDX) In the Year 2012
The main objective of this research is to examining whether good corporate governance mechanism influence on the earning management and whether the earning management influences on financial performance. In this research, the indicator of good governance mechanism consist of managerial ownership, composition of board of commissioners, composition of audit commitee and audit quality measured by the size of audit firm.
The population of this research is manufacturing companies which registered in Indonesia Stock Market Directory in the period 2012 in amount of 131 companies. Based on purposive sampling method by using the criteria, there are 93 companies that chosen to be sample.
The result show that by partial managerial ownership, composition of board of commissioners, composition of audit commitee and audit quality measured by the size of audit firm have no significant relationship with earnings management, and simultaneously managerial ownership, composition of board of commissioners, composition of audit commitee and audit quality measured by the size of audit firm have no significant relationship with earnings management. Key Words: Good Corporate Governance Mechanism, Earning Management
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar BelakangPemisahan antar kepemilikan perusahaan dengan pengendali perusahaan
akhir-akhir ini sering menimbulkan isu masalah tata kelola perusahaan yang
biasanya dikenal sebagai masalah keagenan. Pemilik perusahaan yang merupakan
para pemegang saham mempercayakan perusahaan kepada pihak manajemen dan
melihat kondisi perusahaan secara eksternal melalui laporan yang diberikan oleh
pihak manajemen. Pihak manajemen perusahaan adalah pihak yang mengelola
perusahaan secara langsung sehingga lebih banyak mengetahui informasi internal
perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, pihak
manajemen berkewajiban melaporkan informasi tentang kondisi perusahaan
kepada pemegang saham. Informasi tersebut berisikan kinerja perusahaan dan
juga informasi lain yang diperlukan oleh pemegang saham yang dilaporkan
dalam laporan keuangan.
Informasi yang disampaikan oleh pihak manajer terkadang tidak sesuai
dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai
informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (keseimbangan penguasaan
informasi). Asimetri antara manajemen dengan pemilik perusahaan dapat
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manipulasi kinerja
perusahaan yang dibuat untuk kepentingannya sendiri dan dapat merugikan
pemegang saham atau investor. Informasi yang sering menjadi target rekayasa
(13)
oportunis tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan
keinginannya. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai dengan
keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings management ). Earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi
yang mengubah laporan keuangan, hal ini bertujuan untuk menyesatkan para
stakeholders tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi
yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999).
Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal
pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World
Com, HealthSouth, Palamalat, Tyco dan Xerox (Razek, 2012). Di Indonesia juga
terjadi beberapa kasus yang dideteksi sebagai manipulasi dalam laporan
keuangan, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk. Fenomena ini
menunjukkan bahwa terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan
keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan
keuangan. Salah satu penyebab kasus skandal tersebut adalah kurangnya
penerapan good corporate governance (Poppy dan Mudrika, 2012).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) menyatakan bahwa tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Penerapan
(14)
transparansi, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban terbukti dapat meningkatkan
kualitas laporan keuangan. Adanya prinsip good corporate governance tersebut maka diharapkan dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang
mengakibatkan laporan keuangan tidak mengambarkan nilai fundamental
perusahaan (Ningsapiti, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan
mekanisme good corporate governance terhadap menajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
menggunakan lima mekanisme good corporate governance yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah keagenan yang telah dijelaskan sebelumnya,
mekanisme tersebut yaitu kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris,
komposisi komite audit.
Beberapa penelitian mengenai mekanisme good corporate governance
yang mempengaruhi manajemen laba telah dilakukan dan ditemukan hasil yang
beragam. Penelitian ini mengacu kepada penelitian Ningsapiti pada tahun 2010,
namun memiliki beberapa perbedaan yaitu tahun penelitian yang berbeda.
Penelitian Ningsapiti meneliti perusahaan manufaktur pada tahun 2006-2008
sedangkan penilitian ini menggunakan data perusahaan manufaktur pada tahun
2012 sehingga lebih up date. Selain itu, dalam penelitian ini ditambahkan satu variable independen yaitu kepemilikan manajerial sebagai satu proksi corporate
governance. Kepemilikan manajerial diangkat dalam penelitian ini karena jumlah
saham yang dimiliki oleh manajer dianggap dapat memengaruhi tindakan
(15)
keuangan perusahaan. Namun dalam beberapa penelitian membuktikan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pengelolaan manajemen laba
dalam perusahaan. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba (Poppy dan Mudrika, 2012), hal ini didukung oleh penelitian
Pradipta tahun 2011 bahwa persentase jumlah saham yang dimiliki manajer yang
ikut mengelola perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba.
Penelitian Qomariyah pada tahun 2008 menganalisis pengaruh proporsi
dewan komisaris independen terhadap manajemen laba dan menyatakan bahwa
proporsi dewan komisaris sebagai salah satu proksi corporate governance tidak berpengaruh terhadap menejemen laba. Penelitian ini berbeda dengan penelititan
Ratna dan Wardhani (2012) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris
berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan laba.
Penelitian terhadap pengaruh komposisi komite audit sebagai salah satu
proksi corporate governance juga telah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Mekanisme komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Ini mengindikasikan bahwa penerapan mekanisme komite audit tidak
memberikan kontribusi dalam mengendalikan tindakan manajemen laba
(Trijalmalia, 2011). Demikian juga menurut menurut Qomariyah dalam
penelitiannya pada tahun 2008, bahwa keberadaan komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba artinya bahwa keberadaan komite audit
(16)
Indonesia merupakan negara yang berada dalam kluster negara-negara
dengan perlindungan investor yang lemah, sehingga mempunyai praktik manajemen laba yang tinggi (Leuz et al, 2003). Hal itu menunjukkan bahwa Negara Indonesia membutuhkan penelitian tentang manajemen laba yang dapat mengurangi praktek yang terjadi di perusahaan. Sementara setiap penelitian tentang manajemen laba
yang telah dilakukan memberikan hasil yang berbeda-beda, sehingga
membuktikan bahwa penelitian tentang manajemen laba harus tetap dilakukan
agar lebih up date. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang manajemen laba dalam hal ini dikaitkan dengan penerapan
mekanisme good corporate governance sebagai salah satu mekanisme yang dapat
digunakan untuk mengurangi pengelolaan manajemen laba oleh pihak
manajemen.
Atas uraian latar belakang tersebut maka penulis mengangkat masalah
manajemen laba untuk menjadi masalah yang akan diteliti pada penelitian ini
sehingga judul yang diangkat adalah : “ Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2012”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:
Apakah penerapan mekanisme good corporate governance (kepemilikan
(17)
audit dilihat dari ukuran KAP) secara parsial dan secara simultan berpengaruh
terhadap manajemen laba?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian perlu ditetapkan sebelum melakukan penelitian agar
penelitian tersebut dapat memiliki satu fokus yang tepat yang dapat digunakan
sebagai dasar meneliti agar penelitian terarah. Sehingga berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk
menyelidiki praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan
manufaktur di Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk menyelidiki
pengaruh penerapan mekanisme good corporate governance terhadap praktik manajemen laba.
1.3.2 Manfaaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sehubungan dengan
corporate governance, manajemen laba dan juga sebagai penerapan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah.
2. Bagi pembaca, dengan adanya penelitian ini diharapkan pembaca
dapat memberikan wawasan dan mengerti tentang praktik manajemen
(18)
3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi
pada literatur-literatur terdahulu mengenai praktik manajemen laba di
negara berkembang khususnya Indonesia.
4. Bagi penelitian selanjutnya, dengan adanya penelitian ini diharapkan
menjadi acuan penelitian terutama penelitian yang berkaitan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Perspektif agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency theory adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan
mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada manajer. Perencanaan
kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan pemilik dalam
hal konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari agency theory. Namun untuk menciptakan kontrak yang tepat merupakan hal yang sulit diwujudkan.
Oleh karena itu, investor diwajibkan untuk memberi hak pengendalian residual
kepada manajer (residual control right) yakni hak untuk membuat keputusan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sebelumnya belum terlihat di kontrak.
Agency theory adalah teori yang bertujuan untuk mengatasi dua masalah yang bias terjadi dalam hubungan keagenan. Masalah pertama yaitu masalah
keagenan yang muncul ketika keinginan atau target oleh pemilik perusahaan dan
manajer berlawanan dan sulit bagi pemilik untuk melakukan verifikasi atas apa
yang telah dilakukan oleh manajer. pemilik tidak bisa mengetahui pasti apakah
manajer telah bertindak benar. Masalah keagenan yang kedua yaitu masalah
pembagian resiko yang muncul ketika pemilik dan manajer memiliki perbedaan
(20)
Asumsi sifat dasar manusia tersebut menunjukkan bahwa konflik agensi
yang sering terjadi antara manajer dengan pemilik dipicu adanya sifat dasar
tersebut. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan
kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Dengan perilaku opportunictis dari manajer, manajer bertindak dengan berbagai cara untuk mencapai kepentingan mereka sendiri yang sering merugikan
perusahaan. Sementara pihak pemilik selalu ingin mensejahterakan dirinya
dengan mengadakan berbagai kontrak sehingga keuntungan selalu meningkat.
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan
dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
2.1.2Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari suatu proses
pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku
bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik
perusahaan serta sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2007):
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal (yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Laporan keuangan keuangan dirancang untuk menyediakan informasi
(21)
investasi, dan operasi. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan
untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh
para pemilik perusahaan. Menurut Kieso dan WeyGandt (2007) laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen terdiri dari:
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi
keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk
menyajikan informasi keuangan mengenai aktiva, kewajiban, dan modal
perusahaan. Neraca disajikan berdasarkan likuiditas dan fleksibilitas finansial
perusahaan, yang dapat dipakai sebagai dasar untuk membuat perkiraan terhadap
keadaan-keadaan keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Likuiditas
adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban tepat waktu yang
telah ditetapkan. Sedangkan fleksibilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
memperoleh dana.
2. Laporan Laba/Rugi
Laporan Laba/Rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis
menyajikan hasil usaha perusahaan dalam periode waktu tertentu. Laporan laba
rugi menyediakan informasi mengenai penentuan profitabilitas, nilai investasi,
dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman yang
diperlukan investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksi jumlah,
(22)
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang dapat memberikan informasi tentang
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas selama satu
periode tertentu. Laporan arus kas menyajikan sacara sistematis informasi tentang
penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu berdasarkan
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang secara sistematis
menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas perusahaan akibat operasi
perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada suatu periode akuntansi tertentu.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber utama informasi keuangan
yang penting bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut SFAC No.2 informasi keuangan akan bermanfaat bila memenuhi
karakteristik kualitas sebagai berikut:
1. Relevan
Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila informasi tersebut
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi keputusan manajer atau pemakai
laporan keuangan lainnya. Informasi akuntansi yang relevan akan bermanfaat
bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya, apabila (1) informasi tersebut dapat
digunakan untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa sekarang dan masa
mendatang (predictive value), (2) menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value), dan (3) informasi harus tersedia tepat waktu
(23)
dan bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau
kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).
2. Keandalan
Informasi dapat dikatakan andal apabila informasi tersebut (1) dapat
menggambarkan secara wajar keadaan atau peristiwa sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya (representatif faithfulness), (2) informasi harus dapat diuji kebenarannya dengan metode pengujian yang sama tetapi oleh orang yang
berbeda (verifiable), dan (3) informasi bebas dari unsur bias (neutrality). 3. Daya banding dan Konsistensi
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan
yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya
pada periode yang sama. Konsistensi menunjukkan pemakaian metode yang sama
oleh perusahaan sepanjang periode.
4. Pertimbangan Cost-Benefit
Informasi akuntansi keuangan akan diupayakan untuk disajikan dalam
laporan keuangan, selama manfaat yang diperoleh dari penyajian informasi
tersebut melebihi biaya yang diperlukan untuk menghasilkannya. Oleh karena itu,
sebelum menyajikan informasi, manfaat yang akan diperoleh dari informasi
tersebut harus dibandingkan dengan biaya yang akan timbul.
5. Materialitas
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
(24)
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas
bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement).
2.1.3 Laba
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas
biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, informasi laba memiliki manfaat dalam menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang
representatif dalam jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir risiko dalam
investasi.
Laba mengandung makna bersih atau neto yaitu sebagai net income atau penghasilan bersih untuk suatu periode. Laba menunjukkan keuntungan yang
diperoleh perusahaan dan tercantum dalam laporan laba rugi. Laporan laba rugi
adalah laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari
suatu unit usaha untuk periode tertentu. Selisih antara pendapatam-pendapatan
dan biaya-biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh
perusahaan (Ningsapiti, 2010).
Informasi keuangan yang tercantum dalam laporan laba rugi secara umum
bermanfaat untuk (1) menilai keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dan
efisiensi manajemen, (2) membuat taksiran jumlah laba di masa yang akan
datang, (3) menilai rentabilitas atau profitabilitas modal yang ditanamkan oleh
(25)
2.1.4 Corporate Governance
2.1.4.1 Definisi dan Tujuan Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) menyatakan
corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata
lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Pedoman Umum Good Governance Indonesia (2006) menyatakan bahwa
good corporate governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar yang berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang
melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG
dapat mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang
kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan sangat
penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang
berkesinambungan.
Definisi good corporate governance di atas menunjukkan bahwa good
corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur hubungan antara semua pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan dan menjadi sistem yang
berkaitan erat dengan kepercayaan. Penerapan good corporate governance dalam satu perusahaan bertujuan untuk meningkatkan tingkat pengendalian yang
tersistem baik untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif serta menunjang
(26)
2.1.4.2 Manfaat Corporate Governance
Manfaat corporate governance menurut Pedoman Umum Good Governance Indonesia (2006) adalah:
1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan
yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang
Saham.
3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota
Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya
dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan.
4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan.
5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat
mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang
(27)
2.1.4.3 Prinsip-prinsip Corporate Governance
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 1999 telah menerbitkan dan mempublikasikan OECD Principles of Corporate Governance. Prinsip-prinsip tersebut ditujukan untuk membantu para negara anggotanya maupun negara lain berkenaan dengan upaya-upaya untuk
mengevaluasi dan meningkatkan kerangka kerja hukum, institusional, dan
regulatori corporate governance dan memberikan pedoman dan saran-saran untuk pasar modal, investor, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki
peran dalam pengembangan good corporate governance.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Hak-hak para pemegang saham.
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu melindungi hak-hak para pemegang saham yaitu hak untuk (1) menjamin
keamanan metode pendaftaran kepemilikan (2) mengalihkan atau memindahkan
saham yang dimilikinya (3) memperoleh informasi yang relevan tentang
perusahaan secara berkala dan teratur (4) ikut berperan dan memberikan suara
dalam RUPS (5) memilih anggota dewan komisaris (6) memperoleh pembagian
keuntungan perusahaan
2. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham.
Kerangka kerja corporate governance harus menjamin adanya kesetaraan perlakuan kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas
dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk
(28)
3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan.
Kerangka kerja corporate governance harus mengakui hak-hak
stakeholders seperti yang ditentukan oleh hukum dan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dan stakeholders dalam penciptaan kesejahteraan, pekerjaan-pekerjaan, dan kemampuan untuk mempertahankan perusahaan yang
sehat secara finansial.
4. Transparansi dan Keterbukaan.
Kerangka kerja corporate governance harus menyakinkan bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat telah dilakukan atas seluruh hal-hal
yang material berkenaan dengan perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja,
kepemilikan, dan ketaatan perusahaan (governance of company). 5. Peranan Dewan Komisaris.
Kerangka kerja corporate governance harus menyakinkan pedoman strategik perusahaan, pemonitoran yang efektif pada manajemen oleh dewan, dan
akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham.
2.1.4.4 Asas-asas Good Corporate Governance
Asas-asas dalam penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh Umum Good Governance Indonesia (2006) adalah:
1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil
(29)
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
(30)
2.1.4.5 Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme corporate governance merupakan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang
melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Menurut Iskander &
Chamlou (2000), mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan external mechanisms.
Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang
saham (RUPS), komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan
pertemuan dengan board of director. Sedangkan external mechanisms adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal,
seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar.
2.1.5 Manajemen Laba
2.1.5.1 Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak
manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit
yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan
kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang.
Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan
manajemen laba yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan
manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang
hal tersebut akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan.
(31)
yaitu:
1. Definisi sempit.
Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings.
2. Definisi luas.
Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer
bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu
terhadap proses pelaporan keuangan perusahaan dilakukan oleh manajer dengan
sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi. Manajer malakukan tindakan
oportunis dalam penyusunan transaksi dengan pemilihan kebijakan akuntansi
untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan pemilik perusahaan
tentang kinerja ekonomi perusahaan dan untuk mempengaruhi hasil yang
berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang
dilaporkan.
2.1.5.2 Motivasi Terjadinya Manajemen Laba
Scoot (1999) mengemukakan ada beberapa motivasi yang membuat
(32)
1. Bonus Purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara opportunistic untuk mengatur laba bersih tersebut sehingga dapat memaksimalkan bonus mereka berdasarkan compensation plans
perusahaan.
2. Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
aturan yang lebih kuat.
3. Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan
pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun cenderung akan menaikkan laba
untuk meningkatkan bonus mereka. Demikian juga dengan CEO yang kurang
berhasil memperbaiki kinerja perusahaan, mereka akan memaksimalkan laba agar
tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memilki harga pasar sehingga menetapkan nilai saham yang akan ditawarkan. Hal ini menyebabkan manajer
(33)
perusahaan yang go public melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada
investor sehingga laba perlu disajikan agar investor dapat menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
2.1.6 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan
sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa
semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka
manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang
saham yang juga adalah dirinya sendiri. Secara teoritis ketika kepemilikan
manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku
oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham
perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan
antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jansen dan Meckling, 1976).
Sehingga permasalahan keagenen diasumsikan akan hilang apabila seorang
manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.
2.1.7Komposisi Anggota Dewan Komisaris
Komposisi anggota dewan komisaris memegang peranan penting dalam
implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari good corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance diperlukan
(34)
anggota dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan tidak cacat
hukum dan tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubungan lainnya dengan
pemegang saham pengendali (mayoritas) baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memberikan manfaat, hal
ini dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak amggota dewan komisaris tidak
memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya.
2.1.8 Komite Audit.
Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang
dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan
perusahaan. Keberadaaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan
perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian
perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antar
pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajeman dalam
menangani masalah pengendalian. Berdasarkan surat edaran BEJ,
SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga
orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari
komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris
tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi
ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen
harus berasal dari pihak eksternal yang independen. Dalam Kep-29/PM/2004,
(35)
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan
lainnya.
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan dibidang pasar modal dan peraturan perundangan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
c. Melakukan penelaaahan atas pelaksanaan pemeriksaaan oleh auditor
internal.
d. Melaporkan kepada komisaris berbagai resiko yang dihadapi perusahaan
dan pelaksanan manajeman resiko oleh direksi.
e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan emiten.
f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
2.1.9 Kualitas Audit dari Ukuran Kantor Akuntan Publik
Ukuran KAP adalah besar kecilnya perusahaan audit. Dalam
menyampaikan laporan keuangan yang akurat dan terpercaya, suatu perusahaan
tentunya membutuhkan jasa Kantor Akuntan Publik ( KAP ). Selain itu untuk
menjamin kredibilitas dari laporan keuangan tersebut, perusahaan juga akan
cenderung menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik ( KAP ) yang besar dan
mempunyai nama baik. Kantor akuntan publik besar ini sering disebut dengan the big four. BIG 4 untuk KAP besar dan Non BIG 4 untuk KAP kecil. Auditor yang termasuk BIG 4 memiliki kualitas audit yang lebih tinggi karena fokus pada perlindungan reputasi nama. Selain itu, perusahaan yang menggunakan jasa KAP
(36)
BIG 4 cenderung lebih dipercaya bila dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa KAP Non BIG 4. Kategori KAP BIG 4 di Indonesia yaitu : 1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Drs.Haryanto
Sahari & Rekan , KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan.
2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan
KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja
3. KAP Ernets dan Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko
dan Sandjaja
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Drs.Hans
Tuanokata & Mustofa, Osman Bing Satrio & Rekan.
Pada penelitian ini ukuran perusahaan audit menggunakan variable
dummy, nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh BIG 4 Auditor dan 0 jika lainnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil pengujian dari para penelitian terdahulu dapat dilihat dari
Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Penelitian Kesimpulan Penelitian
Restie Ningsapiti (2010) Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Manajemen laba, Ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris,
spesialisasi industri KAP dan komposisi komite audit
ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan dan spesialisasi industri KAP berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, komposisi dewan
komisaris dan komposisi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
(37)
Arya Pradipta (2011) Analisis Pengaruh dari Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba Manajemen laba, Institutional investor, kepemilikan manajerial, jumlah dewan direksi,
susunan komite audit, debt to equity ratio (DER)
Institutional investor, presentase jumlah saham manajer, susunan komite audit dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, jumlah dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, Henny
Anggraini Sipayung (2012)
Pengaruh Kualitas Auditor Dan Ukuran Komite Audit
Terhadap Manajemen Laba
Manajemen Laba, Auditor Spesialis Industri, KAP Big Four, dan Ukuran Komite Audit.
auditor spesilais industri tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, KAP big four tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba, ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba Popy Trijalmalia (2011) Analisis Pengaruh Penerapan
Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Management laba, Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, komite audit kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris
independen memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, komite audit berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba Tri Listiani Qomariyah (2008) Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Praktek Coeporate Governance terhadap Pengelolaan Laba Earning management, ukuran perusahaan, ukuran KAP big four, proporsi dewan komisaris
independen, komite audit
Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan laba, ukuran KAP big four, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan laba
Poppy Nurmayanti Mudrika Alamsyah Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dan Management laba, Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, , proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh
(38)
H5
(2012) Manajemen Laba
Sebagai Variabel Intervening
dewan komisaris independen, komite audit
terhadap manajemen laba,
2.3 Kerangka Konseptual
Terjadinya banyak kasus manipulasi terhadap earnings yang sering dilakukan oleh manajemen membuat perusahaan melakukan mekanisme
pengawasan atau monitoring untuk meminimalkan praktik manajemen laba.
Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah penerapan good corporate governance. Penerapan good corporate governance diduga mampu mempengaruhi praktik manajemen laba. Oleh karena itu diadakan penelitian lebih
lanjut untuk menguji apakah mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba dan dapat meminimalisasi manajemen laba tersebut.
Model dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka konseptual pada
skema gambar di bawah ini:
Mekanisme GCG :
H3 H2 H1
Komposisi Komite Audit (X3)
Manajemen Laba (Y)
Komposisi Anggota Dewan Komisaris (X2) Kepemilikan Manajerial (X1) H4 Kualitas Audit (X4)
(39)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji
secara empiris (Erlina, 2008:35). Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan
yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang
menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis
merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaaan yang
telah terjadi atau akan terjadi.
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian
terdahulu, dan kerangka konseptual maka hipotesis dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba.
H2 : Terdapat pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap manajemen laba.
H3 : Terdapat pengaruh komposisi komite audit terhadap manajemen laba.
H4 : Terdapat pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba.
H5 : Terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris,
komposisi komite audit dan kualitas audit secara simultan terhadap manajemen
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk paradigma kuantitatif yang menekankan pada
pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan
melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Berdasarkan karakteristik
masalah, penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif. Penelitian kausal
komparatif adalah penelitian yang menunjukkkan arah hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat, disamping mengukur kekuatan hubungannya
(Sopiah, 2010:22). Penelitian ini merupakan tipe penelitian ex post facto, yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau
peristiwa.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen
perusahaan sesuai dengan data yang dibutuhkan. Data yang digunakan adalah
data sekunder yang didapat dari www.idx.co.id
Adapun jadwal penelitian digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Jadwal penelitian
Kegiatan Maret’13 April’13 Mei’13 Juni’13 Juli’13 Agust’13
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul Penyetujuan
Judul Penulisan
(41)
Bimbingan Skripsi Penyelesaian
Proposal Penyelesaian
Skripsi Ujian Komprehensif
3.3 Batasan Operasional
Adanya batasan dalam setiap penelitian diperlukan agar penelitian
tersebut tidak melebar begitu juga dengan penelitian ini terdapat batasan dalam
hal data penelitian yang digunakan. Objek penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009
sampai dengan tahun 2011, dan melaporkan laporan keuangan serta laporan
tahunan selama periode tersebut. 3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah menjelaskan karakteristik dari objek kedalam
elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur
dan dioperasionalka kedalam penenlitian (Erlina, 2008:57). Dan untuk menguji
penelitian ini digunakan variabel dependen, variabel independen dan variabel
control.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini manajemen laba
yang disimbolkan dengan “Y”. Manajemen laba merupakan suatu intervensi
dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan
(42)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba
yang diukur dengan discretionary accruals (DAC). Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model sesuai penelitian yang dilakukan oleh Ruhani Ali dan Zamri Ahmad pada tahun 2010. Model Jones berfokus pada akrual total sebagai sumber
manipulasi. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa akrual total akan mampu
menangkap porsi yang lebih besar dari manipulasi oleh manager daripada porsi
yang ditangkap bila menggunakan satu dua akun saja. Modified Jones Model ini mengestimasikan tingkat perkiraan akrual sebagai fungsi dari perbedaan antara
perubahan revenue dan perubahan receivable, serta level dari property, plan, and equipment. Model tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
1. Menghitung nilai total accruals dengan persamaan :
Total Accruals (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash flow from operating)
2. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi
Ordinary Least Squares (OLS) adalah sebagai berikut :
Dimana :
���� = total accruals perusahaan i pada periode t
��−1 = total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1
(43)
���� = aktiva tetap (gross property plant and equipment)perusahaan pada periode t
3. Dengan menggunakan koefisien regresi di atas, kemudian dilakukan
perhitungan nilai non discretionary accruals (NDA) dengan persamaan :
Dimana:
��� = non discretionary accruals perusahaan i pada periode t
� = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals
��� = perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t 4. Menghitung discretionary accruals (DAC)
Dimana :
���� = discretionary accruals perusahaan i pada periode t
3.5.2 Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran
perusahaan dan mekanisme corporate governance dengan proksi kepemilikan manajerial, konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris, spesialisasi
industri auditor dan komposisi komite audit
(44)
Kepemilikan manjerial (KM) adalah jumlah kepemilikan saham oleh
pihak manajeman dari seluruh modal saham yang dikelola. Variable ini diukur
berdasarkan persentase jumlah saham yang beredar yang dimiliki pihak
manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar dan diukur
dengan memakai skala rasio.
Perhitungan dari kepemilikan manajerial adalah sebagai berikut :
Kepemilikan manajerial =
3.5.2.2 Komposisi Anggota Dewan Komisaris (X2)
Komposisi dewan komisaris (Board Of Commissioner) adalah susunan
keanggotaan yang terdiri dari komisaris dari luar perusahaan dan komisaris dari
dalam perusahaan. Dewan komisaris independen adalah jumlah dewan komisaris
yang terafliasi dengan manajeman, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan
lainnnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen
atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Proporsi dewan
komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah anggota dewan
komisaris independen dari keseluruhan jumlah dewan komisaris perusahaan dan
diukur dengan skala rasio.
Perhitungan dari komposisi dewan komisaris adalah sebagai berikut :
Komposisi anggota dewan komisaris =
3.5.2.3 Komposisi Komite Audit (X3)
Saham yang dimiliki manajemen
Total saham yang beredar
Jumlah komisaris independen Total anggota komisaris
(45)
Keberadaan komite audit (Audit Commite) sekurang-kurangnya terdiri
dari 3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat
sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan yang lain adalah pihak ekstern yang
independen dan minimal salah seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi
dan keuangan. Komposisi komite audit diukur dengan menggunakan indikator
persentase anggota komite audit dari luar terhadap seluruh anggota komite audit.
Komite audit =
3.5.2.4 Kualitas Audit dari Ukuran Kantor Akuntan Publik (X4)
KAP seringkali disebut sebagai auditor eksternal atau auditor independen.
KAP bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan historis yang
dipublikasikan oleh semua perusahaan. Hak legal untuk melakukan audit
diberikan kepada KAP oleh Menteri Keuangan.
Dalam penelitian ini KAP diukur dengan melihat KAP mana yang
mengaudit laporan keuangan perusahaan. KAP dalam penelitian ini
diklasifikasikan menjadi dua kelompok dummy yaitu perusahaan yang menggunakan jasa KAP internasional atau the big four diberi kode 1 sedangkan perusahaan yang menggunakan jasa KAP selain the big four diberi kode 0.
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa
orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, sedangkan
sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka Anggota komite audit dari luar
(46)
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode tahun 2012
berjumlah 131perusahaan yang dimuat dalam IDX 2012.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling method, yaitu penentuan sampel atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu.
Kriteria sampel yangdigunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit pada tahun 2012.
3. Perusahaan yang memiliki data yang lengkap mengenai kepemilikan manajerial, komposisi anggota dewan komisaris, dan komite audit.
Berdasarkan karakteristik penarikan sampel diatas, maka diperoleh sampel
penelitian sebanyak 93 perusahaan.
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
Kriteria
Sampel
1 2 3
Sektor Industri Dasar dan Kimia
1 INTP (Indocement Tunggal Prakas - -
2 SMCB (Hol S1
3 SMGR (Semen Gresik Tbk) S2
4 AMFG (Asa S3
5 ARNA (Arwana Citra Mulia Tbk) S4
6 IKAI (Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk) - -
7 KIAS (Keramika Indonesia Assosiasi S5
8 MLIA (Mulia Indust - - -
9 TOTO (Surya Toto Indonesia Tbk) S6
(47)
11 ALMI (Alumindo Light Metal Industry Tbk) S8
12 BTON (Beton Jaya Manunggal Tbk) - -
13 CTBN S9
14 GDST (Gunawan Dianjaya Steel Tbk) S10
15 INAI (Indal Aluminium Industry Tbk) S11
16 ITMA (Itamaraya Tbk) - -
17 JKSW (Jakarta Ky - -
18 JPRS (Jaya Pari Steel Tbk) S12
19 KRAS (Krakatau Steel Tbk) S13
20 LION (Lion Metal Works Tbk) - - -
21 LMSH (Li - - -
22 MYRX (Hanson International Tbk) S14
23 NIKL (Pelat Timah Nusantara Tbk) S15
24 PICO (Pelangi Inda S16
25 TBMS (Tembaga Mulia Semanan Tbk) S17
26 BRPT (Barito Pasific Tbk) - -
27 BUDI (B - -
28 DPNS (Duta Perti S18
29 EKAD (Ekadharma International Tbk) - -
30 ETWA (Eterindo Wahanatama Tbk) S19
31 INCI (Intan Wijaya Internati S20
32 SOBI (S - -
33 SRSN (Indo Acitama Tbk) S21
34 TPIA (Chandra Asri Petroc S22
35 UNIC (Unggul Indah Cahaya Tbk) S23
36 AKKU (Alam Karya Ungg S24
37 AKPI (Argha Karya Prima Industry Tbk) S25
38 APLI (Asiaplast Industries Tbk) S26
39 BRNA (Be S27
40 FPNI (Titan Kimia Nusantara Tbk) S28
41 IGAR (Champion Pasific Indonesia T S29
42 IPOL (Indopoly Swakarsa Industry Tbk) - - -
43 SIAP (Sekawan Intipratama Tbk) - -
44 SIMA (Siwani Makmur Tbk) - -
(48)
46 YPAS (Yana Prima Hasta Persada Tbk) S31
47 CPIN (Charoen Pokphand Indone S32
48 JPFA (Japfa Comfeed Indonesia Tbk) S33
49 MAIN (Ma S34
50 SIPD (Siearad Produce Tbk) S35
51 SULI (Suma - -
52 TIRT (Tirta Mahakam Resources Tbk) S36
53 ALDO (Alkindo Naratama Tbk) S37
54 FASW (Fajar Surya Wisesa Tbk) S38
55 INKP (Indah Kiat Pulp & paper Tbk) S39
56 INRU (Toba Pulp Lestari Tbk) S40
57 KBRI (Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk) - - -
58 SAIP (Surabaya Agung Industri Pulp &
Kertas Tbk)
S41
59 SPMA (Suparma Tbk) S42
60 TKIM (Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk) S43
Sektor Aneka Industri
61 ASII (Astra Interna S44
62 AUTO (Astra Auto Part Tbk) - -
63 BRAM (Indo Kordsa Tbk) - -
64 GDYR (Goodyear Indonesia Tbk) S45
65 GJTL (Gajah Tunggal Tbk) - -
66 IMAS (Indomobil Sukses Interna S46
67 INDS (Indospring Tbk) S47
68 LPIN (Multi Prima Sejahtera Tbk) S48
69 MASA (Mul S49
70 NIPS (Nipress Tbk) S50
71 PRAS (Prima alloy steel Universal Tbk) S51
72 SMSM (Selamat Sempurna Tbk) S52
73 ADMG (Polychem Indonesia Tbk) - -
74 ARGO (Argo Pantes Tbk) - -
75 CNTB (Centex Tbk – Saham Seri B ) - - -
76 CNTX (Centex Tbk) S53
77 ERTX (Eratex Djaya Tbk) S54
78 E (Ever Shine Textile Industry Tbk) S55
(49)
80 INDR (Indo Rama Synthetic Tbk) S57
81 KARW (Karwell Indonesia Tbk) S58
82 MYTX (Apac Citra Centertex Tbk) - - -
83 PAFI (Pan Asia Filament Inti Tbk) - - -
84 PBRX (Pan Brothers Tbk) S59
85 POLY (Asia Pasific Fibers Tbk) S60
86 (Ricky Putra Globalindo Tbk) - -
87 SSTM (Sunson Textile Manufacturer Tbk) S61
88 UNIT (Nusantara Inti Corpora Tbk) S62
89 UNTX (Unitex Tbk) - - -
90 BIMA (Primarindo Asia Infrastructure Tbk) - -
91 SIMM (Surya Intrindo Makmur Tbk) - - -
92 IKBI (Sumi Indo Kabel Tbk) - -
93 JECC (Jembo Cable Company Tbk) S63
94 KB (KMI Wire and Cable Tbk) S64
95 KBLM (Kabelindo Murni Tbk) S65
96 SCCO (Supreme Cable Manufacturing and
Commerce Tbk)
S66
97 VOKS (Voksel Electric Tbk) S67
98 PTSN (Sat Nusa Persada Tbk) S68
Sektor Industri Barang Konsumsi
99 ADES (Akasha Wira International Tbk) S69
100 AISA (Tig S70
101 CEKA (Cahaya Kalbar Tbk) - - -
102 DAVO (Davomas Abadi Tbk) - -
103 DLTA (Delta Djakarta Tbk) S71
104 ICBP (Indofood CBP S S72
105 INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk) S73
106 MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk) S74
107 MYOR (Mayora Indah Tbk) S75
108 PSDN (Prashida Aneka Niaga Tbk) - - -
109 R (Nippon Indosari Corporindo Tbk) S76
110 SKLT (Sekar Laut Tbk) S77
111 STTP (Siantar Top Tbk) - - =
112 ULTJ (Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk)
(50)
113 GGRM (Gudang Garam Tbk) S79
114 HMSP (Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk) S80
115 RMBA (Bentoel International Investama Tbk) S81
116 DVLA (Darya Varia Laboratoria Tbk) - -
117 INAF (Indofarma Tbk) S82
118 KAEF (Ki S83
119 KLBF (Kalbe Farma Tbk) S84
120 MERK (Merck Tbk) S85
121 PYFA (Pyridam Farma Tbk) - -
122 SCPI (Schering Plough Indonesia Tbk) S86
123 SQBI (Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk)
- -
124 TSPC (Tempo Scan Pasific Tbk) S87
125 MBTO (Martina Berto Tbk) S88
126 MRAT (Mustika Ratu Tbk) S89
127 TCID (Mandom Indonesia Tbk) S90
128 UNVR (Unilever Indone S91
129 KDSI (Kedawung Setia Industrial Tbk) S92
130 KICI (Kedaung Indag Can Tbk) S93
131 LMPI (Langgeng Makmur Industry Tbk) - -
3.7 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan manufaktur tahun
2012. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada dan
tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data-data tersebut diperoleh dari
situs BEI yait
3.8 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka dan
(51)
maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari
penelitian ini. Sedangan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan
sumber-sumber data dokumenter seperti laporan tahunan perusahaan yang menjadi
sampel penelitian.
3.9 Metode Analisis
Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan analisis
kuantitatif dan menggunakan software SPSS 18,0. Analisis kuantitatif disebut
pula analisis statistik (Sopiah, 2010:199). Prosesnya dapat dibagi menjadi tiga
tahap yang satu sama yang lain berkaitan erat. Tahap pertama adalah tahap
pendahuluan yang disebut tahap pengolahan data. Tahap berikutnya adalah tahap
utama, yaitu yang disebut dengan tahap pengorganisasian data. Adapun tahap
yang terakhir adalah tahap penentuan hasil.
Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan
pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri atas uji
normalitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
3.9.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa sampel yang diteliti
terbebas dari gangguan mulitikolinearitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan
normalitas.
3.9.1.1 Uji Normalitas
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data.
(52)
variabel penggangu atau residu memiliki distribusi normal (Erlina, 2008:102).
Jika data normal maka statistik parametik yang akan digunakan, dan jika data
tidak normal maka statistik non-parametik atau melakukan treatment agar data menjadi normal.
Model regresi yang baik memiliki data distribusi yang normal atau
mendekati normal. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah model
regresi terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik.
a. Analisis Grafik
Untuk melakukan pengujian normalitas dengan analisis grafik dapat
dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi data residual normal,
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya, dan sebaliknya jika pola distribusi tidak normal dan terlihat
titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya jauh dari garis
diagonal, hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi menyalahi asumsi
normalitas.
b. Analisis Statistik
Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah uji statistik
non parametic one Kolmogorov Smirnov. Jika angka probabilitas < �= 0,05 maka variabel tidak terdistrubusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas >� = 0,05 maka variabel terdistribusi secara normal.
(53)
3.9.1.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel
independen antara yang satu dengan yang lainnya ( Erlina, 2008:105). Pengujian
ini bermaksud untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di
antara variabel independen, model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
terdapat problem multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan,
(Ghozali dalam Erlina, 2008:105) :
a. Nilai deskriminasi yang sangat tinggi dan diakui dengan nilai F test yang
sangat tinggi, serta tidak atau hanya sedikit nilai t test yang signifikan.
b. Meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variable
dependent dengan menggunakan Variance Inflating Factor (VIF) dan
Tolerance Value. Batas VIF adalah 10 dan Tolerance Value adalah 0.10 jika
nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance Value lebih kecil dari 0.10
maka terjadi multikolinearitas dan harus dikelompokkan dari model.
Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinearitas, yaitu:
a. Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan
B saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang
dikeluarkan dari model regresi.
b. Menggunakan metode lanjut seperti regresi Bayesian atau regresi
Ridge.
(54)
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan yang lain. Jika varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas ( Erlina, 2008 : 106).
Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model
dapat dilihat dari gambar scatterplot model tersebut (Nugroho, 2005:62). Analisis
pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak
terdapat heteroskedastisitas jika:
a. Titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
3.9.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 atau sebelumnya ( Erlina, 2008:106). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
(55)
karena ”ganguan” pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi
”gangguan” pada individu/ kelompok yang sama pada periode berikutnya.
Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena ”gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu.
Kelompok yang berbeda berasal dari invidu kelompok yang berbeda. Model
regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi di antaranya
adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku stastistik relevan. Menurut Sunyoto
(2009:91), Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai
berikut:
1) angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
3.9.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas
pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
(multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen tingkat risiko perusahaan, ukuran
perusahaan, dan jenis industri terhadap variabel dependen pengungkapan risiko
perusahaan. Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis
yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
MLABA = α
0 + β1KM + β2BOC+ β3AC + e
(56)
MLABA= manajemen laba
α
0 = konstanta β
1,2,3,4,5 = koefisien variabel
KM = kepemilikan saham oleh manajer
BOC = proporsi komisaris independen dari total anggota dewan komisaris
AC = persentase anggota komite audit dari luar terhadap seluruh anggota
komite audit
KAP = ukuran kantor akuntan publik
e = residual of error 3.9.3 Uji Hipotesis
3.9.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R
2
) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R
2
) adalah
antara nol dan satu. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Jika koefisien
determinasi sama dengan nol, maka variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen. Jika besarnya koefisien determinasi mendekati angka
1, maka variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen.
Dengan menggunakan model ini, maka kesalahan penganggu diusahakan
minimum sehingga R
2
mendekati 1, sehingga perkiraan regresi akan lebih
mendekati keadaan yang sebenarnya.
(57)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan
dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F < 0,05
artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana jika Fhitung < Ftabel pada α =
5% artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
3.9.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. > 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.
Sebaliknya jika sig. < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai
ttabel. Dimana jika thitung < ttabel pada α = 5% artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika thitung > ttabel pada α = 5% artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
(1)
193
SSTM
(Sunson Textile Manufacturer Tbk)
194
UNIT
(Nusantara Inti Corpora Tbk)
195
JECC
(Jembo Cable Company Tbk)
196
KB
(KMI Wire and Cable Tbk)
197
KBLM
(Kabelindo Murni Tbk)
198
SCCO
(Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk)
199
VOKS
(Voksel Electric Tbk)
200
PTSN
(Sat Nusa Persada Tbk)
Sektor Industri Barang Konsumsi
201
ADES
(Akasha Wira International Tbk)
202
AISA
(Tig
203
DLTA
(Delta Djakarta Tbk)
204
ICBP
(Indofood CBP S
205
INDF
(Indofood Sukses Makmur Tbk)
206
MLBI
(Multi Bintang Indonesia Tbk)
207
MYOR
(Mayora Indah Tbk)
208
R
(Nippon Indosari Corporindo Tbk)
209
SKLT
(Sekar Laut Tbk)
210
ULTJ
(Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk)
211
GGRM
(Gudang Garam Tbk)
212
HMSP
(Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk)
213
RMBA
(Bentoel International Investama Tbk)
214
INAF
(Indofarma Tbk)
215
KAEF
(Ki
216
KLBF
(Kalbe Farma Tbk)
217
MERK
(Merck Tbk)
218
SCPI
(Schering Plough Indonesia Tbk)
219
TSPC
(Tempo Scan Pasific Tbk)
220
MBTO
(Martina Berto Tbk)
221
MRAT
(Mustika Ratu Tbk)
222
TCID
(Mandom Indonesia Tbk)
223
UNVR
(Unilever Indone
224
KDSI
(Kedawung Setia Industrial Tbk)
(2)
Lampiran 2
HASIL PENGOLAHAN SPSS
Uji Normalitas
a. Histogram
(3)
c. Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 93
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .23228419
Most Extreme Differences Absolute .137
Positive .125
Negative -.137
Kolmogorov-Smirnov Z 1.318
Asymp. Sig. (2-tailed) .062
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Uji Mulkolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
(4)
Uji Heteroskedastisitas
a.
Scatterplot
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .199a .040 -.004 .23750 1.563
a. Predictors: (Constant), KAP, KM, BOC, AC
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.165 .306 -.539 .592
KM .277 .170 .179 1.631 .107 .903 1.108
BOC .014 .209 .007 .067 .947 .990 1.010
AC .322 .438 .081 .735 .464 .901 1.110
KAP -.045 .050 -.095 -.906 .368 .988 1.013
(5)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .199a .040 -.004 .23750 1.563
a. Predictors: (Constant), KAP, KM, BOC, AC b. Dependent Variable: MLABA
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.165 .306 -.539 .592
KM .277 .170 .179 1.631 .107
BOC .014 .209 .007 .067 .947
AC .322 .438 .081 .735 .464
KAP -.045 .050 -.095 -.906 .368
a. Dependent Variable: MLABA
Keofisien Determinasi (R
2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .199a .040 -.004 .23750
a. Predictors: (Constant), KAP, KM, BOC, AC b. Dependent Variable: MLABA
Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
ANOVAb
(6)
1 Regression .206 4 .051 .912 .461a
Residual 4.964 88 .056
Total 5.170 92
a. Predictors: (Constant), KAP, KM, BOC, AC b. Dependent Variable: MLABA
Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.165 .306 -.539 .592
KM .277 .170 .179 1.631 .107
BOC .014 .209 .007 .067 .947
AC .322 .438 .081 .735 .464
KAP -.045 .050 -.095 -.906 .368