View of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA SMK NEGERI 2 BUNGORO KAB. PANGKEP

  622 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA SMK NEGERI 2 BUNGORO KAB. PANGKEP Muammar Qadafi

  1 , Andi Fajriansi

  2 , Darwis

  3

  1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar

  2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar

  3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

  Rokok merupakan salah satu zat adiktif, yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan merupakan individu yang digolongkan remaja yang berada dalam proses perkembangan dan terkadang suka mencoba sesuatu misalnya merokok Tujuan penelitian ini diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional (Correlasional Study) dengan rancangan “Cross Sectional Study”, populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa laki-laki kelas 1 dan kelas 2 SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep sebanyak 630 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa laki-laki kelas 1 dan kelas 2 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 86 responden. Pengumpulan data dengan meggunakan kuesioner. Hasil diolah menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pengetahuan (p=0,247), sikap (p=0,548), lingkungan (p=0,016) sehingga tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kebiasaan merokok, dan ada hubungan antara lingkungan dengan kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep. Diharapkan pada pihak SMK Negeri 2 Bungoro agar memberikan penyuluhan tentang rokok kepada para siswa secara berkala. Untuk siswa SMK Negeri 2 Bungoro agar tidak mencoba untuk menghisap rokok dan untuk yang terbiasa merokok agar berusaha menghentikan kebiasaannya.

  Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Lingkungan, Kebiasaan Merokok.

  PENDAHULUAN

  Kebiasaan merokok dimulai saat adanya rokok pertama, merokok pertama kali biasanya dimulai saat usia remaja. Remaja adalah masa-masa yang kritis dan rentang sekali untuk mengalami masalah serta berprilaku resiko tinggi salah satunya merokok. Perilaku merokok pada remaja semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang di tandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka ketergantungan nikotin (Nurudin, 2012)

  Hasil penelitian di kota Medan pada tahun 2007 menunjukkan responden yang teman dekatnya merokok 35,21% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan responden yang teman dekatnya tidak merokok persentase kebiasaan merokok lebih rendah yaitu 23,59%. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,012) (Mayasari, 2009).

  Hasil sebuah survei yang dirilis pada tahun 2012, menemukan bahwa 67 persen dari seluruh pria di Indonesia yang berusia di atas 15 tahun telah menjadi pecandu rokok.

  Dengan fakta tersebut, negara kepulauan ini berdiri kokoh di peringkat pertama sebagai negara dengan pria perokok terbanyak, mengalahkan Rusia yang menduduki peringkat dua yang memiliki persentase sekitar 35 persen. Dikutip dari surat kabar NY Daily News, survei tersebut dilakukan tahun 2011 dan melibatkan lebih dari 8.000 responden. Survei itu sendiri merupakan bagian dari survei global yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) US Centers for Disease Control dan Prevention di 15 negara yang diketahui memiliki tingkat perokok paling berat seperti Bangladesh, Brazil, China, Mesir, India, Mexico, Filipina, Poland, Russia, Thailand, Turki, Ukraina, Uruguay dan Vietnam (Bodhonk, 2012)

  Jumlah perokok di Indonesia juga diperkirakan terus meningkat karena konsumsi rokok remaja laki-laki yang tahun 1995 hanya 13,7 persen naik menjadi 37,3 persen tahun 2007. Kenaikan tertinggi sebesar 4 kali lipat terjadi pada kelompok umum 5-9 tahun, sedangkan peningkatan pada kelompok 15-19 tahun adalah 144 persen selama periode 1994-2004. Dari penelitian Universitas Hamka dan Komnas Anak di tahun 2007,

  623

  sampling yakni pengambilan sampel dari

  Setelah data terkumpul maka dilakukan pemerikasaan kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.

  a. Editing Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan.

  Pengelolaan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan komputer melalui bantuan SPSS sedangkan penyajian datanya dilakukan dalam bentuk tabel dan presentase disertai penjelasan.:

  Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengisian kuesioner sedangkan data sekunder juga digunakan sebagai data pelengkap untuk data primer yang berhubungan dengan masalah yang diteliti seperti jumlah keseluruhan siswa-siswi masing-masing jurusan SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep. Data ini diperoleh dari instansi yang terkait yaitu SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep.

  Pengumpulan data dan pengolahan data

  2) Siswa perempuan kelas 1 dan kelas 2 3) Siswa yang tidak bersedia untuk dijadikan sampel penelitian 4) Siswa yang tidak hadir saat di lakukan penelitian.

  1) Siswa yang tidak bersekolah di SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep

  2 Bungoro Kab. Pangkep 2) Siswa laki-laki kelas 1 dan 2 3) Siswa yang bersedia untuk dijadikan sampel penelitian 4) Siswa yang hadir saat dilakukan penelitian b. Kriteria eksklusi :

  1) Siswa yang bersekolah di SMK Negeri

  Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut a. Kriteria inklusi :

  anggota populasi, dimana peneliti yang menentukan kriteria sampel yang akan diambil. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 orang yang didapat dengan menggunakan rumus Issac dan Michael.

  Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagaian jumlah dari karateristik yang dimiliki oleh populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pengambilan sampel menggunakan Purposive

  menunjukkan hampir semua anak (99,7 persen) melihat iklan rokok di televisi dan 68,2 rokok, serta 50 persen remaja perokok lebih percaya diri seperti dicitrakan iklan rokok (Ayyoub, 2012)

  Sulawesi Selatan. Populasi adalah subjek yang memenuhi kategori yang sudah penelitian ini adalah semua siswa laki-laki kelas 1 dan kelas 2 SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep yang jumlahnya sebanyak 630 orang.

  Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep Propinsi

  menggunakan pendekatan Cross Sectional, dengan maksud untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan, Sikap da Lingkungan dengan Kebiasaan Merokok.

  Korelasional (Correlasional Study) dengan

  Penelitian ini menggunakan metode

  Lokasi, populasi, dan sampel

  Berdasarkan hal tersebut di atas, mendorong penulis untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep.

  Data sementara yang diperoleh di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep, dimana jumlah siswa pada bulan Februari tahun 2013 dari kelas 1 sampai kelas 3 sebanyak 1021 orang, laki-laki 826 orang dan perempuan 195 orang. Dari hasil wawancara singkat dengan beberapa guru disekolah, banyak dari siswanya memiliki kebiasaan merokok baik secara sembunyi- sembunyi maupun terang-terangan (Profil SMK Negeri 1 Bungoro Kab. Pangkep Tahun 2013).

  Sedangkan pada penduduk laki-laki umur 15 tahun ke atas sebanyak 54,1% adalah perokok. Prevalensi tertinggi pertama kali merokok pada umur 15-19 tahun (43,3%) dan sebesar 1,7% penduduk mulai merokok pertama kali pada umur 5-9 tahun (Antos, 2011, http://antoswarka.blogspot.com/Depkes, 2010 diakses 27 maret 2013).

  Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi penduduk Sulawesi Selatan yang merokok pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 32,2%.

  Berikut ini peringkat provinsi dengan perokok anak-anak berdasarkan usia mulai merokok (5 tahun) menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar 2010): Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Banten, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, NAD, Lampung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Riau, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Irian Jaya Barat, Papua. Untuk Sulawesi Selatan sendiri berada pada peringkat ke sepuluh (Anonim, 2012, http://pelajartanparokok.org diakses 27 maret 2013).

BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkungan Siswa SMK Negeri 2 Bungoro.

  Baik 58 67,4 Total 86 100

  Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian kecil responden memiliki pengetahuan yang kurang baik yaitu sebanyak 28 orang (32,6%), dan kebanyakan memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 58 orang (67,4%).

  Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Siswa SMK Negeri 2 Bungoro.

  Sikap n % Kurang 7 8,1

  Baik 79 91,9 Total 86 100

  Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian kecil responden memiliki sikap yang kurang baik yaitu sebanyak 7 orang (8,1%), dan kebanyakan memiliki sikap yang baik sebanyak 79 orang (71,9%).

  Lingkungan n % Kurang

  Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa SMK Negeri

  52 60,5

  Baik 34 39,5 Total 86 100

  Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian kecil responden berada pada lingkungan yang baik yaitu sebanyak 34 orang (39,5%), dan kebanyakan berada pada lingkungan yang kurang baik sebanyak 52 orang (60,5%). Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok SMK Negeri 2 Bungoro.

  Kebiasaan Merokok n % Biasa merokok 65 75,6

  Tidak biasa merokok 21 24,4 Total 86 100

  Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 86 responden sebagian kecil responden yang tidak merokok yaitu sebanyak 21 orang (24,4%), dan lebih banyak yang merokok yaitu sebanyak 65 orang (75,6%).

  Pengetahuan n % Kurang 28 32,6

  624

  b. Koding Adalah mengklasifikasikan jawaban kategori. Dilakukan untuk memudahakan pengelolahan data yaitu memberikan simbol – simbol dari setiap jawaban responden.

  Umur n (%)

  c. Tabulasi dan Narasi Data dikelompokkan dalam bentuk tabel menurut sifat yang dimiliki.

  Analisis Data

  Analisis data yang dimaksud untuk menilai presentase masing –masing variabel, serta analisis hubungan variabel sebagai berikut : a. Analisis Univariat

  Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendiskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian dengan melihat distribusi frekuensi, mean, median dan modus.

  b. Analisis Bivariat Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas secara sendiri sendiri dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, SPSS 16, 00.

  Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Siswa Laki-laki SMK Negeri 2 Bungoro.

  15 12 14,0

  2 43 50,0 Total 86 100

  16 33 38,4

  17

  34 39,5

  18 7 8,1 Total 86 100

  Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 86 responden sebagian kecil berumur 18 tahun yaitu sebanyak 7 orang (8,1%), kemudian 15 tahun sebanyak 12 orang (14%), 16 tahun sebanyak 33 orang (3,4%), dan sebagian besar responden berumur 17 tahun yaitu sebanyak 34 orang (39,5%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas Siswa SMK Negeri 2 Bungoro.

  Kelas n %

  1 43 50,0

  Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 86 responden jumlah siswa kelas 1 dan 2 sama yaitu sebanyak 43 orang (50%).

  625

  1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep.

  Lingkun gan Kebiasaan Merokok Jumlah

  Kurang 5 (5,8%) 2 (2,3%) 7(8,1%) Baik 60 (69,8%) 19(22,1%) 79(91,9%) Jumlah 65 (75,6%) 21(24,4%) 86 (100%) p =0,548

  Sikap Kebiasaan Merokok Jumlah Biasa merokok Tidak biasa merokok

  Baik 46 (53,5%) 12 (14%) 58(67,4%) Jumlah 65 (75,6%) 21(24,4%) 86 (100%) p =0,247

  Biasa merokok Tidak biasa merokok Kurang 19 (22,1%) 9 (10,5%) 28(32,6%)

  Penget ahuan Kebiasaan Merokok Jumlah

  1. Bagi Institusi Kesehatan. Diharapakan pada pihak Puskesmas ataupun Dinas Kesehatan agar membuat program terkait sosialisasi dampak buruk rokok bagi diri sendiri dan orang lain, dengan tujuan sebagai langkah tambahan untuk memberikan pengetahuan tentang rokok kepada siswa.

  SARAN

  3. Ada hubungan antara lingkungan dengan kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep.

  2. Tidak ada hubungan antara sikap dengan kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep.

  Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juni sampai 29 Juli 2013 dengan total sampel sebanyak 86 orang, sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

  Tabel 7. Hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok pada siswa di Notoatmodjo (2010) dalam bukunya

  KESIMPULAN

  Faktor lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan remaja terhadap rokok, terutama yang ada di lingkungan keluarga (orangtua atau saudara kandung yang merokok), dan teman sebaya.\ Hasil analisis menggunakan statistik mencari hubungan antara lingkungan responden dengan kebiasaan merokok diperoleh nilai probabilitas 0,016>0,05, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan dengan kebiasaan merokok.

  Aliran naturalisme berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya lahir dalam keadaan baik, tetapi menjadi tidak baik karena lingkungannya. Hal ini bisa kita lihat pada realitas kehidupan sehari-hari, tidak sedikit orang yang telah mengetahui dan meyakini dampak buruk yang diakibatkan oleh rokok namun tetap saja memiliki kebiasaan merokok.

  Tabel 9. Hubungan antara lingkungan dengan kebiasaan merokok pada siswa di SMK Negeri

  Hasil analisis menggunakan statistik untuk mencari hubungan sikap responden dengan kebiasaan merokok diperoleh nilai probabilitas 0,548>0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan kebiasaan merokok.

  Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat seperti setuju atau tidak setuju. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan-tingkatan berdasarkan intensitasnya yaitu menerima, menanggapi, menghargai dan bertanggung jawab.

  2 Bungoro

  Tabel 8. Hubungan antara sikap dengan kebiasaan merokok pada siswa di SMK Negeri

  Hasil analisis menggunakan statistik mencari hubungan pengetahuan responden dengan kebiasaan merokok diperoleh nilai probabilitas 0,247>0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok.

  Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, hal ini dapat kita temukan pada penelitian yang dilaksanakan di SMK Negeri 2 Bungoro.

  “Ilmu Perilaku Kesehatan”, menyebutkan bahwa pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia yang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata).

  Merokok Tidak Merokok Kurang 44 (51,2%) 8(9,3%) 52(60,5%) Baik 21 (24,4%) 13(15,1%) 34(39,5%) Jumlah 65 (75,6%) 21(24,4%) 86 (100%) p =0,016

  2. Bagi tempat penelitian atau masyarakat. sendiri untuk mendidik dan menjadi Diharapkan kepada bapak dan ibu guru tauladan bagi anak-anaknya. memberikan pengetahuan tentang rokok melakukan penelitian pada jumlah sampel dan tidak mencontohkan kepada siswa yang lebih besar lagi agar hasil analisis perilaku merokok. Selain itu, diharapkan yang didapat bisa lebih akurat. Dan pula kepada siswa agar tidak lagi diharapkan juga agar melakukan membiasakan diri untuk merokok karena penelitian pada faktor-faktor lain yang bisa dampak buruknya begitu banyak. Dan mempengaruhi siswa mempunyai yang tidak kalah pentingnya sangat kebiasaan merokok. diharapkan peran orangtua siswa itu

  DAFTAR PUSTAKA Alimul hidayat, A. aziz . 2012, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta. salemba medika.

  Antos dkk, 2011, Perilaku Remaja (online), (http://antoswarka.blogspot.com/, diakses pada tanggal 28 maret 2013) Ayyuob, 2012, Miris, Jumlah Perokok Anak dan Remaja Terus Meningkat (online), (http://forum.viva.co.id/2012/06/berita-dalam-negeri/398243-miris-jumlah-perokok-anak-dan-remaja-terus- meningkat.html, diakses pada tanggal 26 maret 2013) Bodhonk, 2012, Indonesia peringkat

  1 di dunia pecandu rokok terbanyak (online), (http://arpan02.blogspot.com/2012/09/indonesia-peringkat-1-di-dunia-pecandu.html, diakses pada tanggal 26 maret 2013) Ellizabet aula, Lisa. 2010, Stop Merokok. Yogyakarta: Garailmu

  Husaini, Aiman. 2006. Tobat merokok. Jakarta: Garailmu Jaya, Muhammad. 2009. Pembunuh berbahaya itu bernama rokok. Yogyakarta: Riz’ma Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nova Seni Hardalena. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Merokok pada Remaja Putri di

  Kelurahan Jati Kota Padang Tahun 2010. Skripsi tidak diterbitkan. Padang: Fakultas Kedokteran- Universitas Padang Nurudin, 2012, Hubungan Tingkat Stres, Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok pada Siwa Laki-laki Kelas X di SMA Negeri 3 Lamongan Tahun 2012 (online), (http://ocnikkinco.blogspot.com/2012/12/hubungan- tingkat-stress-teman-sebaya.html, diakses pada tanggal 27 maret 2013) Rifa’i rif’an, Ahmad. 2010. Merokok haram. Jakarta: Republika

  Rika Mayasari Alamsyah. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan Tahun 2007. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Sekolah Pascasarjana-Universitas Sumatera Utara Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto

  Sukendro, Suryo. 2007. Filosofi rokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher 626