PENGGUNAAN MELON VARIETAS MAI 119 DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN

PENGGUNAAN MELON VARIETAS MAI 119 DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

Oleh : NISA MAHARANI K. H0304088 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

PENGGUNAAN MELON VARIETAS MAI 119 DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : NISA MAHARANI K. H0304088 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

ii

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Penggunaan Melon Varietas MAI 119 Ditinjau dari Peningkatan Pendapatan Petani Melon di Kabupaten Sragen”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh derajat kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Per- tanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Ir. Priya Prasetya, MS. selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pem- bimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan ke- pada penulis sepanjang menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak R. Kunto Adi, SP. MP. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Ibu Mei Tri Sundari, SP. MSi. selaku penguji tamu atas berbagai masukan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak, Ibu dan adik-adikku yang senantiasa memberikan doa dan dukungan dalam setiap langkah penulis.

7. Bapak H. M. Djazairi, SP. selaku Ketua Asosiasi Melon Indonesia di Kabu- paten Sragen yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian.

8. Jajaran pemerintah Kabupaten Sragen yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang di- perlukan dalam penelitian.

commit to user

iv

9. Seluruh responden yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di Kecamatan Tanon.

10. Teman-teman Agrobisnis angkatan 2004, kakak dan adik tingkat Jurusan Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

commit to user

vi

Halaman

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 57

A. Kesimpulan ......................................................................................... 57

B. Saran ................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 58

LAMPIRAN

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten

Sragen Akhir Tahun 2009 ............................................................. 24 Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan

Tanon Akhir Tahun 2009 .............................................................. 25 Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten

Sragen dan Kecamatan Tanon Tahun 2009 ................................... 26 Tabel 4. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Sragen dan

Kecamatan Tanon Tahun 2009 ...................................................... 27 Tabel 5. Rata-rata Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di

Kabupaten Sragen dan Kecamatan Tanon, Tahun 2005-2009 ...... 28 Tabel 6. Sarana Perekonomian di Kabupaten Sragen dan Kecamatan

Tanon Tahun 2009 ......................................................................... 29 Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Melon Varietas MAI 119

dan Varietas Action ....................................................................... 35 Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon

Varietas MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 ......................... 37 Tabel 9. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon

Varietas MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 dengan Satuan HKP ................................................................................... 40

Tabel 10. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 ....................................... 43

Tabel 11. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 ....................................... 45

Tabel 12. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Melon Varietas MAI 119

dan Varietas Action MT 2010 ....................................................... 47 Tabel 13. Rata-rata Biaya Mengusahakan Usahatani Melon Varietas

MAI 119 dan Varietas Action MT 2010 ....................................... 48 Tabel 14. Rata-rata Penerimaan Usahatani Melon Varietas MAI 119

dan Varietas Action MT 2010 ...................................................... 49 Tabel 15. Rata-rata Pendapatan Usahatani Melon Varietas MAI 119

dan Varietas Action MT 2010 ...................................................... 50 Tabel 16. Hasil Analisis Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi pada

Usahatani Melon Varietas MAI 119 dan Varietas Action MT2010 ........................................................................................ 51

commit to user

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Luas Panen dan Produksi Melon di Kabupaten Sragen Tahun 2009 ............................................................................ 61

Lampiran 2. Luas Panen dan Produksi Melon Dirinci per Desa di Kecamatan Tanon Tahun 2009 .............................................. 62

Lampiran 3. Penentuan Tipe Iklim di Daerah Penelitian ........................... 63 Lampiran 4. Angka Beban Tanggungan ..................................................... 65 Lampiran 5. Identitas Petani Responden Usahatani Melon

Varietas MAI 119 ................................................................... 66 Lampiran 6. Identitas Petani Responden Usahatani Melon

Varietas Action ................................................................... 67

Lampiran 7. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas

MAI 119 MT 2010 per Usahatani ......................................... 68

Lampiran 8. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas

MAI 119 MT 2010 per Hektar .............................................. 69

Lampiran 9. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas

Action MT 2010 per Usahatani ............................................. 70

Lampiran 10. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas

Action MT 2010 per Hektar ..........,,...................................... 72 Lampiran 11. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas

MAI 119 MT 2010 per Usahatani dalam Satuan HKP .......... 74 Lampiran 12. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas

MAI 119 MT 2010 per Hektar dalam Satuan HKP ............... 78

Lampiran 13. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas Action

MT 2010 per Usahatani dalam Satuan HKP ......................... 81

Lampiran 14. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas Action

MT 2010 per Hektar dalam Satuan HKP ............................... 88

Lampiran 15. Biaya Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas MAI 119

MT 2010 per Usahatani ......................................................... 95

Lampiran 16. Biaya Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas MAI 119

MT 2010 per Hektar .............................................................. 96

Lampiran 17. Biaya Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas Action

MT 2010 per Usahatani ......................................................... 97

commit to user

Lampiran 18. Biaya Sarana Produksi Usahatani Melon Varietas Action

MT 2010 per Hektar .............................................................. 99

Lampiran 19. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas MAI 119

MT 2010 per Usahatani dalam Satuan Rupiah ...................... 101

Lampiran 20. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas MAI 119

MT 2010 per Hektar dalam Satuan Rupiah ........................... 102 Lampiran 21. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas Action

MT 2010 per Usahatani dalam Satuan Rupiah ...................... 103 Lampiran 22. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Melon Varietas Action

MT 2010 per Hektar dalam Satuan Rupiah .......................... 105 Lampiran 23. Biaya Lain-lain Usahatani Melon Varietas MAI 119

MT 2010 per Usahatani .......................................................... 107 Lampiran 24. Biaya Lain-lain Usahatani Melon Varietas MAI 119

MT 2010 per Hektar ............................................................... 108

Lampiran 25. Biaya Lain-lain Usahatani Melon Varietas Action MT 2010

per Usahatani ......................................................................... 109

Lampiran 26. Biaya Lain-lain Usahatani Melon Varietas Action MT 2010

per Hektar .............................................................................. 111

Lampiran 27. Pendapatan Usahatani Melon Varietas MAI 119 MT 2010

per Usahatani ......................................................................... 113

Lampiran 28. Pendapatan Usahatani Melon Varietas MAI 119 MT 2010

per Hektar .............................................................................. 114 Lampiran 29. Pendapatan Usahatani Melon Varietas Action MT 2010

per Usahatani ......................................................................... 115 Lampiran 30. Pendapatan Usahatani Melon Varietas Action MT 2010

per Hektar ............................................................................... 116

Lampiran 31. Perhitungan R/C Ratio Usahatani Melon Varietas MAI 119

dan Usahatani Melon Varietas Action MT 2010 .................. 117

Lampiran 32. Uji t (t-test) ............................................................................. 118 Lampiran 33. Daftar Pertanyaan untuk Responden ...................................... 120 Lampiran 34. Surat Ijin Penelitian ................................................................ 127 Lampiran 35. Peta Wilayah Kabupaten Sragen ........................................... 128

commit to user

PENGGUNAAN MELON VARIETAS MAI 119 DITINJAU DARI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN

Nisa Maharani K. H0304088 RINGKASAN

Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang bertujuan mengkaji dan membandingkan besarnya pendapatan usahatani antara usahatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action, mengkaji dan membandingkan efisiensi antara usahatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action serta mengkaji dan membandingkan kemanfaatan antara usahatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action.

Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitik dan pelaksanaannya menggunakan teknik survey. Penelitian dilakukan di Kabupaten Sragen. Penen- tuan kecamatan dan desa yang dijadikan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive), berdasarkan data luas panen dan produksi tertinggi maka terpilihlah Kecamatan Tanon sebagai lokasi penelitian. Selanjutnya, karena terbatasnya data penggunaan varietas serta petani yang menggunakan varietas MAI 119, maka kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel desa usahatani melon varietas MAI 119 berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Tanon, maka terpilihlah desa Kecik sebagai desa sampel petani melon varietas MAI 119. Sedangkan sampel desa untuk usahatani melon varietas Action dipilih berdasarkan data luas panen dan produksi melon varietas Action tertinggi di Kecamatan Tanon, sehingga terpilihlah desa Slogo. Petani sampel yang diambil masing-masing berjumlah 30 orang untuk petani melon varietas Action dan 10 orang untuk petani melon varietas MAI 119. Metode pengambilan sampel petani secara acak sederhana (simple random sampling) dengan cara pengundian. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder dengan teknik observasi, wawancara dan pencatatan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan usahatani melon varietas MAI 119 (Rp 44.999.053,33/Ha/MT) lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan usahatani melon varietas Action (Rp 38.934.945,73/Ha/ MT), sehingga penggunaan varietas MAI 119 pada usahatani melon dapat meningkatkan pendapatan petani di Kabupaten Sragen. Efisiensi usahatani yang menggunakan melon MAI 119 (R/C ratio = 1, 82) lebih tinggi daripada efisiensi usahatani yang menggunakan melon Action (R/C ratio = 1, 71), sehingga usahatani melon varietas MAI 119 lebih efisien. Usahatani melon varietas MAI 119 lebih memberikan manfaat daripada usahatani melon varietas Action, karena biaya mengusahakan melon varietas MAI 119 yang lebih rendah mampu memberikan penerimaan usahatani yang lebih tinggi.

commit to user

xi

THE USED OF MELON MAI 119 VARIETY REVIEW FROM THE INCREASED OF MELON FARMERS INCOME IN SRAGEN REGENCY

Nisa Maharani K. H0304088 SUMMARY

This script is arranged based on research aimed at assessing and comparing the amount of farm income between melon farming “MAI 119” variety and melon farming “Action” variety, assess and compare the efficiency between melon farming with MAI 119 varieties and melon farming with Action varieties, and also assess and compare the expediency between melon farming with MAI 119 varieties and melon farming with Action varieties.

The basic method of this research is descriptive analytic and the implementation using survey techniques. The research was conducted in Sragen. The determination of sub districts and villages which are used as the sampel area was done on porpose (purposive sampling), based on the data of the highest harvested area and production then Tanon District was choosen as the research location. Furthermore, because of the limited data of variety usage and farmers using MAI 119 variety, so the criteria to choose the village for melon farming “MAI 119” variety based on the recommendation from BPP of Tanon District, then Kecik Village was selected as sample village for melon farming “MAI 119” variety. While sample village for melon farming “Action” variety selected based on the data of the highest harvested area and production in Tanon District, then Slogo Village was selected. Sample farmers taken respectively amount to 30 people for melon farming “Action” variety and 10 people for melon farming “MAI 119” variety. The method for taking the sample of farmers was simple random by drawing numbers. The taken data were the primary and secondary data by observation, interview and recording techniques.

Based on the research results can be known that the average income of melon farming “MAI 119” variety (Rp 44.999.053,33/Ha/GS) is higher than the average income of melon farming “Action” variety (Rp 38.934.945,73/Ha/ GS), so that the use of “MAI 119” variety on melon farming could increase the farm- er’s income in Sragen Regency. The efficiency of farming that were used “MAI 119” variety (R/C ratio = 1, 82) is higher than the efficiency of farming that were used “Action” variety (R/C ratio = 1, 71), so that melon farming “MAI 119” variety is more efficient. Melon farming “MAI 119” variety is more beneficial than melon farming “Action” variety, because the operational costs which are lower, capable to give higher revenue.

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan budidaya tanaman hortikultura yang meliputi sayuran dan buah-buahan semakin banyak diminati petani karena komoditas ini mampu memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan padi dan palawija dalam luas areal tanam yang sama. Beberapa komoditas hortikultura seperti cabai, se- mangka, dan melon, menuntut pengerjaan yang lebih intensif dan biaya yang lebih besar. Namun demikian, mampu memberikan keuntungan yang jauh le- bih besar (Samadi, 2007).

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya para petani dalam mengembangkan hortikultura, pemerintah mene- tapkan kebijaksanaan dalam memilih jenis hortikultura yaitu dipilih jenis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, memberikan kesempatan kerja lebih banyak, mempunyai prospek pasar dan pemasaran yang baik serta dapat mempertinggi gizi masyarakat. Salah satu tanaman hortikultura yang perlu mendapat per- hatian adalah tanaman melon (Tjahjadi, 1999).

Meski melon termasuk salah satu jenis buah-buahan yang relatif belum lama dibudidayakan di Indonesia, namun langsung populer di kalangan ma- syarakat luas. Daya pikat buah melon bagi konsumen terletak pada cita rasa- nya yang enak, manis, beraroma wangi dan khas, serta menyegarkan; sedang- kan daya tarik melon bagi pembudidayanya adalah nilai ekonominya yang tinggi.

Daya tarik melon mempunyai kharisma tersendiri di kalangan kon- sumen maupun produsen (petani). Permintaan pasar (konsumen) cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu, karena makin digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Celah dan peluang pasar ini dimanfaatkan oleh para petani dan pengusaha tani untuk membudidayakan melon di berbagai wilayah atau daerah (Rukmana, 2007).

commit to user

Kondisi tanah dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk pengembang- an tanaman melon. Meskipun benih melon sampai saat ini masih harus di- impor (diintroduksi) dari luar negeri, namun pengembangan budidayanya ber- prospek cerah. Di samping untuk menekan (mengurangi) impor buah melon, pengembangan tanaman ini dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, perbaikan gizi masyarakat, dan juga menambah keanekaragaman jenis buah-buahan yang dihasilkan di Indonesia (Rukmana, 2007).

Kabupaten Sragen merupakan salah satu daerah penghasil melon di Jawa Tengah. Jenis melon yang dibudidayakan yaitu jenis melon hibrida yang memiliki keunggulan berupa pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan buah yang dihasilkan lebih besar dari melon kebanyakan. Varietas melon hibrida yang dibudidayakan di Kabupaten Sragen adalah varietas MAI 119 dan varie- tas Action.

Melon varietas Action diproduksi oleh PT Bisi Internasional Tbk, telah dibudidayakan di Kabupaten Sragen sejak tahun 1999. Melon varietas Action merupakan golongan varietas hibrida yang tahan terhadap penyakit layu batang dan embun tepung (powdery mildew). Melon varietas MAI 119 di- produksi oleh CV Multi Global Agrindo, dibudidayakan di Kabupaten Sragen sejak tahun 2005. Melon varietas MAI 119 merupakan golongan varietas hibrida yang tahan terhadap penyakit layu batang, embun tepung (powdery mildew ), bulai (downy mildew), dan juga tahan terhadap hama lalat buah.

Melon varietas Action meski memiliki berat buah relatif sama dengan melon varietas MAI 119 yaitu sekitar 3-3,5 kg, tetapi harga melon varietas MAI 119 di pasaran lebih tinggi dibandingkan harga melon varietas Action. Meski harga melon varietas Action lebih rendah, tetapi melon varietas ini memiliki keunggulan yaitu pangsa pasar (market share) yang tinggi dan banyaknya jumlah petani melon yang membudidayakan varietas ini di Kabupaten Sragen.

commit to user

B. Perumusan Masalah

Pada dasarnya petani dalam berusaha selalu mengadakan perhitungan ekonomis mengenai biaya dan penerimaan usahataninya. Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan pada waktu panen (penerimaan) dan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output yang diharapkan, termasuk dalam memilih jenis-jenis tanaman yang da- pat diusahakan pada satu musim tanam.

Suatu usaha yang komersial akan bertujuan untuk mendapatkan keuntu- ngan yang sebesar-besarnya. Ini berarti bahwa apabila petani dihadapkan pada dua usaha yang menguntungkan, petani akan memilih usaha yang paling menguntungkan di antara keduanya. Demikian pula yang dihadapi petani di Kabupaten Sragen, petani harus memilih berbagai cabang usahatani yang memberikan keuntungan terbesar untuk peningkatan kesejahteraan keluarga. Pada umumnya jenis varietas melon yang ditanam di beberapa daerah penghasil melon di Kabupaten Sragen terdiri dari varietas Action dan varietas MAI 119. Keunggulan melon varietas Action yaitu pangsa pasarnya lebih tinggi dibandingkan melon varietas MAI 119. Sedangkan keunggulan melon varietas MAI 119 yaitu harga jualnya yang lebih tinggi dibandingkan melon varietas Action dan juga lebih tahan hama dan penyakit. Hal ini akan mempengaruhi besarnya biaya serta penerimaan usahatani dari budidaya melon varietas MAI 119 tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini diadakan untuk mengkaji lebih lanjut tentang kedua usahatani tersebut.

Berdasarkan ulasan di atas, maka peneliti mengajukan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah usahatani melon varietas MAI 119 dapat memberikan pendapatan usahatani yang lebih tinggi daripada pendapatan usahatani melon varietas Action di Kabupaten Sragen?

2. Apakah usahatani melon varietas MAI 119 di Kabupaten Sragen lebih efisien daripada usahatani melon varietas Action?

3. Apakah usahatani melon varietas MAI 119 lebih memberikan kemanfaatan bagi petani melon di Kabupaten Sragen?

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Penggunaan Melon Varietas MAI 119 Ditinjau dari Pening- katan Pendapatan Melon di Kabupaten Sragen ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji dan membandingkan besarnya pendapatan usahatani antara usa- hatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action.

2. Mengkaji dan membandingkan efisiensi antara usahatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action.

3. Mengkaji kemanfaatan antara usahatani melon varietas MAI 119 dengan usahatani melon varietas Action bagi petani melon di Kabupaten Sragen.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti terkait dengan bahan yang dikaji.

2. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan di sektor pertanian, khususnya sub sektor pangan dan hortikultura.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambah- an informasi dan referensi penelitian masalah yang sama.

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Melon Tanaman melon termasuk jenis tanaman labu. Tanaman lain yang masih satu keluarga dengan melon diantaranya semangka, blewah, menti- mun, dan waluh. Secara rinci, taksonomi tanaman melon seperti berikut.

Kingdom : Plantae Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas

: Cucumis melo L.

(Agromedia, 2007). Tanaman melon dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dae- rah sub tropis dan tropis. Di Indonesia tanaman ini cocok ditanam di dae- rah yang mempunyai ketinggian antara 300 – 1.000 meter dari permukaan air laut (dpl), tetapi juga mulai banyak ditanam di dataran rendah yang ke- tinggiannya kurang dari 300 m dpl seperti di Jakarta (Rukmana, 2007).

Varietas melon yang diproduksi oleh perusahaan benih cukup banyak macamnya. Berdasar pada kenampakan luarnya, melon dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang memilliki jaring (net) pada permukaan kulit buahnya dan yang tidak memiliki jaring. Dari beberapa varietas tersebut, hanya ada beberapa jenis melon yang diminati oleh petani. Pemilihan ini didasarkan atas permintaan atau minat konsumen dari pasar. Beberapa varietas melon yang terbukti cocok ditanam di Indonesia dan secara umum disenangi oleh para petani melon salah satunya adalah melon jenis Sky Rocket dan Action 434 (Samadi, 2007).

commit to user

a. Melon Varietas MAI 119 Varietas melon ini (MAI 119) bobot buahnya bisa mencapai 3,5 kg. Bentuk buahnya bulat, kulitnya berwarna hijau dan berjala. Daging buahnnya berwarna oranye, rasanya manis, dan teksturnya kenyal. Umur panennya sekitar 65 hari setelah tanam (Sobir dan Firmansyah, 2010).

Pertumbuhan tanaman kuat dan kekar, respon terhadap pupuk. Produktivitas dan kualitas tinggi dengan berat rata-rata 3,5 kg. Kulit hijau dengan net tebal dan rata, daging buah padat berwarna merah (orange), rasa enak dan manis dengan kadar gula 14-16%. Melon MAI 119 ini toleran terhadap penyakit layu, downy mildew, embun tepung dan lalat buah (Edyim, 2011).

b. Melon Varietas Action Varietas action 434 merupakan varietas melon yang mulai diedarkan di Indonesia pada akhir 1993. Pada saat varietas sky rocket sulit ditemui di pasaran, varietas action mampu mengisi kekosongan pasar benih melon. Akhir-akhir ini varietas action banyak diminati petani (Prajnanta, 2007).

Penampilan buah melon varietas Action 434 mirip dengan varietas Sky rocket, yaitu bobot buahnya bisa mencapai 3 kg. bentuk buahnya bulat, kulitnya berwarna hijau kekuningan dan berjala. Daging buahnya berwarna hijau muda, rasanya manis, dan teksturnya kenyal. Umur panen sekitar 65 hari setelah tanam (Sobir dan Firmansyah, 2010).

2. Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Efisiensi Usahatani

a. Biaya Usahatani Menurut Hadisapoetra (1973), biaya yang digunakan dalam usa- hatani dapat dibedakan atas:

1) Biaya alat-alat luar, yaitu semua pengorbanan yang dikeluarkan da- lam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan Si pe-

commit to user

ngusaha (keuntungan pengusaha) dan upah tenaga keluarga sendiri. Biaya alat-alat luar terdiri dari:

a) Jumlah upah tenaga kerja luar yang berupa uang, bahan makan- an, perumahan, premi, dan lain-lain.

b) Pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan, dan pengeluaran-pengeluaran lain yang berupa uang, misalnya untuk pajak, pengangkutan dan sebagainya.

c) Pengeluaran-pengeluaran tertentu berupa bahan untuk kepen- tingan usahatani, misalnya untuk selamatan dan sebagainya.

d) Pengurangan dari persediaan akhir tahun.

e) Penyusutan, yaitu pengganti kerugian atau pengurangan nilai disebabkan karena waktu dan cara penggunaan modal tetap seperti bangunan-bangunan, alat-alat dan mesin-mesin, ternak dan sebagainya.

2) Biaya mengusahakan, yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasar- kan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar.

3) Biaya menghasilkan, yaitu biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani.

b. Penerimaan Usahatani Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah per- kalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : PrU = Py x Y Keterangan : PrU : Penerimaan usahatani Py

: Harga Y

: Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Penerimaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya serta panen dari peternakan dan barang olahannya. Penerimaan tunai dari penjualan

commit to user

hasil usahatani dan segala keuntungan yang berhubungan dengan kegiatan usahatani dimasukkan dalam laporan rugi laba (Kadarsan, 1992).

c. Pendapatan Usahatani Menurut Hadisapoetra (1973), untuk mengetahui pendapatan usahatani menggunakan rumus : PdU = PrU – BU Keterangan : PdU = Pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT) PrU = Penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT) BU = Biaya usahatani (Rp/Ha/MT)

d. Efisiensi Usahatani Menurut Hernanto (1991), efisiensi usahatani adalah nisbah penerimaan (revenue) dengan biaya (cost) usahatani (R/C ratio) yang merupakan salah satu ukuran apakah usahatani tersebut efisien atau tidak. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa usahatani tersebut efisien.

R/C ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya suatu usahatani. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan biaya dan pendapatan antara usahatani yang satu dengan usahatani yang lain yang sengaja dibandingkan untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usahatani dalam memperoleh pendapatan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan usahatani yang lain. Semakin besar R/C ratio maka akan semakin efisien usahatani tersebut dalam pengalokasian faktor-faktor produksinya (Soekartawi, 2001).

e. Kemanfaatan Usahatani Analisis B/C ratio adalah analisis yang bertujuan untuk melihat kelayakan ekonomis dari metode atau teknologi baru suatu usahatani. Layak tidaknya suatu teknologi baru untuk dikembangkan dapat dilihat

commit to user

dari analisis ini. Analisis ini merupakan analisis perbandingan antara jumlah tambahan pendapatan dengan jumlah tambahan biaya yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan teknologi lama ke teknologi baru. Apabila B/C ratio > 1 maka adanya teknologi baru layak untuk dikembangkan karena teknologi tersebut mampu memberikan tambahan penerimaan yang lebih besar dibandingkan dengan tambahan biaya yang dikeluarkan (Wirartha, 2006).

Menurut Soekartawi (1995), secara matematis besarnya B/C ratio dapat dihitung dengan rumus :

Incremental B/C Ratio =

BU

PrU D

Keterangan : DPrU = Selisih penerimaan usahatani DBU = Selisih biaya usahatani

3. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Evi Wirda Ningsih (2009), yang berjudul Prospek Pengembangan Usahatani Melon dan Usahatani Semangka di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus Desa Pasar V Kebun Kelapa, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang) , dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan usahatani melon per hektar sebesar Rp 48.184.350,00 lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan usahatani semangka per hektar yaitu sebesar Rp 15.533.130,00. BEP volume produksi melon per hektar yaitu 5.699,98 kg sedangkan BEP volume produksi semangka per hektar yaitu 6.681,31 kg. BEP harga buah melon yaitu Rp 1.020,00/kg dan BEP harga buah semangka yaitu Rp 1.060,00/kg. Besarnya R/C ratio usahatani melon (3,42) lebih tinggi dibandingkan besarnya R/C ratio usahatani semangka (2,06).

Berdasarkan hasil penelitian Dian Yulianto (2011) yang berjudul Analisis Komparatif Usahatani Melon Varietas Action 434 dengan Usahatani Melon Varietas Sweet M-1000 di Kabupaten Sragen , dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan usahatani melon varietas Action 434

commit to user

sebesar Rp 47.296.885,71/Ha/MT lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan usahatani melon varietas M-1000 yaitu sebesar Rp 36.746.532,78/Ha/MT. Besarnya R/C ratio usahatani melon varietas Action 434 yaitu 1,76 lebih tinggi dibandingkan besarnya R/C ratio usahatani melon varietas M-1000 yaitu 1,59.

Berdasarkan hasil analisis kedua penelitian di atas, dapat diketahui bahwa usahatani melon memberikan pendapatan yang besar dan efisien untuk diusahakan oleh petani. Penelitian ini dilakukan untuk meninjau apakah usahatani melon varietas MAI 119 di Kabupaten Sragen juga menguntungkan dan dapat meningkatkan pendapatan petani dilihat dari besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, efisiensi dan kemanfaatan dari usahatani melon.

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terda- pat di suatu tempat yang diperlukan untuk produksi pertanian. Usahatani ha- rus dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar seluruh bia- ya yang telah dikeluarkan. Usahatani bertujuan untuk mendapatkan pendapat- an bagi petani dalam pengelolaan lahannya. Dalam menyelanggarakan usaha- tani, setiap petani berusaha agar hasil panennya tinggi sehingga menghasilkan pendapatan yang dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Besarnya penda- patan dari usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya.

Petani berusaha untuk meninimalkan biaya yang dikeluarkan dan me- maksimalkan penerimaan yang diperolehnya dalam satu musim tanam terten- tu untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya. Untuk menganalisis pendapatan, diperlukan komponen pengeluaran yang menunjukkan biaya yang dikeluarkan petani pada musim tertentu dan komponen penerimaan yang menunjukkan nilai uang yang diterima petani dari penjualan produk usaha- taninya tersebut.

Biaya usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan meliputi biaya alat-alat luar seperti bia-

commit to user

ya pemenuhan bibit, pupuk, upah tenaga kerja luar, pajak, penyusutan dan lain-lain yang ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri, yang diperhitung- kan berdasarkan upah yang dibayarkan pada tenaga kerja luar.

Penerimaan merupakan nilai hasil usahatani yang diterima petani dari semua cabang usahatani yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, per- tukaran, atau penaksiran kembali. Dalam menaksir penerimaan usahatani ini semua komponen produk yang tidak dijual dinilai berdasarkan harga di tingkat petani.

Pendapatan usahatani dalam penelitian ini adalah Pendapatan bersih yang diperhitungkan dari penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya meng- usahakan. Dapat dirumuskan sebagai berikut :

PdU = PrU – BU Keterangan : PdU = Pendapatan usahatani (melon varietas MAI 119/melon varietas Ac-

tion) (Rp/Ha/MT) PrU = Penerimaan usahatani (melon varietas MAI 119/melon varietas Ac-

tion) (Rp/Ha/MT)

BU = Biaya usahatani (melon varietas MAI 119/melon varietas Action)

(Rp/Ha/MT) Pendapatan usahatani yang tinggi belum tentu memberikan efisiensi usahatani yang tinggi pula. Maka untuk mengetahui efisiensi usahatani melon dengan menggunaan melon varietas MAI 119 atau dengan menggunakan

melon varietas Action diperhitungkan dengan nilai R/C (Revenue Cost) ratio . Adapun R/C ratio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :

BU

PrU

R/C Ratio = Keterangan :

PrU = Penerimaan usahatani (melon varietas MAI 119/melon varietas

Action) (Rp/Ha/MT).

commit to user

BU = Biaya usahatani (melon varietas MAI 119/melon varietas Action)

(Rp/Ha/MT). Dengan Kriteria : R/C ratio > 1, artinya usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas

Action telah efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada hasil yang diterima.

R/C ratio ≤ 1, artinya usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action belum/tidak efisien karena biaya yang dikeluarkan sama/lebih besar dari hasil yang diterima.

Kemanfaatan dari usahatani melon varietas MAI 119 dan melon varie- tas Action dapat diketahui dengan menggunakan Incremental B/C Ratio. In- cremental B/C Ratio ini merupakan perbandingan antara manfaat yang diteri- ma dengan biaya yang dikeluarkan. Incremental B/C Ratio dinyatakan dengan rumus :

ΔBU

ΔPrU

Ratio B/C l Incrementa l Keterangan :

DPrU = Selisih penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 dengan peneri-

maan usahatani melon varietas Action (Rp/Ha/MT). DBU = Selisih biaya usahatani melon varietas MAI 119 dengan melon varie-

tas Action (Rp/Ha/MT). Kriteria : B/C > 1 Usahatani melon varietas MAI 119 lebih memberikan tambahan

kemanfaatan atau lebih menguntungkan.

B/C ≤ 1 Usahatani melon varietas MAI 119 tidak memberikan kemanfaatan

atau tidak menguntungkan. Analisis statistika untuk menguji perbandingan pendapatan atau efisiensi usahatani melon varietas MAI 119 dengan melon varietas Action menggunakan uji t (t-test). Rumus uji t tersebut adalah :

commit to user

t hitung

Keterangan :

X 1 = Rata-rata pendapatan/efisiensi pada usahatani melon varietas MAI

119 (Rp/Ha/MT)

X 2 = Rata-rata pendapatan/efisiensi pada usahatani melon varietas Action

(Rp/Ha/MT) S 1 2 = Varian pendapatan/efisiensi pada usahatani melon varietas MAI 119 S 2 2 = Varian pendapatan/efisiensi pada usahatani melon varietas Action

n 1 = Jumlah petani sampel usahatani melon varietas MAI 119 (orang) n 2 = Jumlah petani sampel usahatani melon varietas Action (orang). (Pasaribu, 1983). Hipotesis yang diajukan adalah :

Ho : m 1 =m 2

Hi : m 1 >m 2 Dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis alternatif (Hi) diterima yang berarti ada beda nyata. Jadi pendapatan atau efisiensi usahatani melon varietas MAI 119 lebih tinggi daripada usahatani melon varietas Action.

b. Jika t hitung ≤ t tabel, maka hipotesis alternatif (Hi) ditolak yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata. Jadi pendapatan atau efisiensi usahatani melon varietas MAI 119 sama dengan pendapatan atau efisiensi usahatani melon varietas Action.

commit to user

C. Hipotesis

1. Usahatani melon varietas MAI 119 memberikan pendapatan usahatani yang lebih tinggi daripada usahatani melon varietas Action.

2. Efisiensi usahatani melon varietas MAI 119 lebih tinggi dibandingkan efisiensi usahatani melon varietas Action.

3. Usahatani melon varietas MAI 119 lebih memberikan kemanfaatan diban- dingkan usahatani melon varietas Action.

D. Asumsi-asumsi

1. Petani dalam usahatani melon varietas MAI 119 maupun Action bersifat rasional, artinya petani selalu berusaha untuk memperoleh pendapatan yang maksimal dengan keterbatasan sumberdaya yang dimilikinya.

2. Seluruh input produksi pada usahatani melon varietas MAI 119 maupun melon varietas Action yang digunakan petani berasal dari pembelian.

3. Hasil produksi melon varietas MAI 119 maupun melon varietas Action seluruhnya dijual.

4. Keadaan geografis daerah yang diteliti seperti kesuburan tanah, curah hujan, iklim, dan intensitas cahaya matahari berpengaruh normal terhadap proses usahatani melon.

E. Pembatasan Masalah

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data usahatani melon varietas MAI 119 maupun usahatani melon varietas Action selama satu musim tanam yaitu bulan Juli 2010 - September 2010.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Usahatani (UT) melon varietas MAI 119 adalah budidaya tanaman melon dengan menggunakan varietas MAI 119 di lahan sawah dalam satu musim tanam.

2. Usahatani melon varietas Action adalah budidaya tanaman melon dengan menggunakan varietas Action di lahan sawah dalam satu musim tanam.

commit to user

3. Varietas adalah bagian dari jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, per- tumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibeda- kan dalam jenis yang sama.

4. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap yang melakukan usahatani melon varietas MAI 119 atau yang melakukan usahatani melon varietas Action.

5. Lahan usahatani adalah lahan garapan yang digunakan untuk melakukan usahatani melon varietas MAI 119 atau varietas Action, pada satu musim tanam, yang diukur dalam satuan hektar (Ha).

6. Benih adalah biji yang digunakan dalam mengusahakan usahatani melon varietas MAI 119 maupun usahatani melon varietas Action. Jumlah benih yang digunakan dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg) dan dinilai dengan rupiah (Rp).

7. Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja pria dan wanita yang digunakan dalam proses usahatani melon baik tenaga kerja dalam (keluarga) maupun tenaga kerja luar. Semua tenaga kerja dikonversikan ke dalam tenaga kerja pria dan diukur dalam Hari Kerja Pria (HKP), sedang- kan nilai tenaga kerja berdasarkan upah dan dinyatakan dalam rupiah per HKP (Rp/HKP).

8. Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima petani dari hasil penjualan produksi melon pada satu musim tanam, yang dinilai berdasarkan harga daerah setempat dan dihitung dengan mengalikan hasil produksi dengan harga jual produk yang berlaku saat itu dan dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

9. Biaya usahatani adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang digunakan dalam proses produksi yang dapat diperkirakan besarnya dan dapat diukur satuannya. Biaya yang dimaksud adalah biaya mengusahakan yang meliputi biaya alat-alat luar seperti biaya bibit, pupuk, upah tenaga kerja luar, pajak, penyusutan alat dan lain-lain yang ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri yang dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

commit to user

10. Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diterima petani dari hasil usahatani melon varietas MAI 119 atau varietas Action yang merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani selama satu musim tanam, dan dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

11. Efisiensi usahatani adalah perbandingan antara penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action dengan biaya mengusahakan usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action, dengan kriteria jika nilainya lebih dari satu (>1) maka usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action tersebut efisien dan jika nilainya kurang dari atau sama dengan satu ( ≤1) maka usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas Action tersebut tidak efisien.

12. Kemanfaatan usahatani adalah perbandingan antara selisih penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 dan melon varietas Action dengan selisih biaya mengusahakan usahatani melon varietas MAI 119 dan melon varietas Action, dengan kriteria jika nilainya lebih dari satu (>1) maka usahatani melon varietas MAI 119 lebih memberikan kemanfaatan, jika nilainya sama dengan atau kurang dari satu ( ≤1) maka usahatani melon varietas MAI 119 tidak memberikan kemanfaatan atau tidak menguntung- kan.

commit to user

17

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode des- kriptif analitik, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada peme- cahan masalah aktual. Data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dije- laskan, kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994).

Sedangkan teknik pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan meng- gunakan teknik survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu po- pulasi yang menggunakan kuisioner sebagai salah satu alat pengambil data po- kok (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sragen, dimana di kabupaten ini terdapat 7 kecamatan yang merupakan daerah penghasil melon di Kabu- paten Sragen. Dari 7 kecamatan ini akan dipilih sampel kecamatan dan desa yang dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara pengambilan sampel dengan sengaja dengan mempertimbangkan alasan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Berdasarkan data luas panen dan produksi melon tahun 2009 di Kabupaten Sragen (Lampiran 1) dengan kriteria luas panen melon terluas dan produksi melon terbesar maka terpilihlah Kecamatan Tanon sebagai sampel kecamatan. Selanjutnya, dengan kriteria desa yang memiliki luas panen melon terluas dan produksi melon terbesar (Lampiran 2) serta terdapat petani sampel yang mengusahakan melon varietas Action, terpilihlah Desa Slogo sebagai sampel desa usahatani melon varietas Action. Kemudian, pemilihan sampel desa untuk usahatani melon varietas MAI 119 berdasarkan saran dari BPP bahwa di Kecamatan Tanon, bahwa hanya di Desa Kecik saja yang terdapat petani yang mengusahakan melon varietas MAI 119, maka terpilihlah Desa Kecik sebagai sampel desa usahatani melon varietas MAI 119.

commit to user

2. Metode Pengambilan Petani Sampel Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), data yang dianalisis ha- rus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat mengi- kuti distribusi normal. Sampel yang tergolong sampel besar adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30 sampel.

Lokasi penelitian dilakukan di dua desa yaitu Desa Kecik sebagai lokasi petani sampel melon varietas MAI 119 dan Desa Slogo sebagai lo- kasi petani sampel melon varietas Action. Jumlah sampel petani melon va- rietas MAI 119 yang diamati adalah sebanyak 10 responden. Hal ini di- karenakan di Desa Kecik hanya terdapat 10 petani melon yang mengguna- kan melon varietas MAI 119. Untuk jumlah sampel petani melon varietas Action, dari 50 petani melon varietas Action yang ada di Desa Slogo, diambil 30 petani sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi, 1995). Metode pengambilan sampel responden secara acak sederhana dilakukan dengan menggunakan cara pengundian.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari respon- den melalui kegiatan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, dan me- lalui kegiatan observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung ter- hadap obyek yang diteliti. Data yang diambil meliputi: karakteristik petani sampel, penggunaan sarana produksi, biaya usahatani, besarnya produksi, harga jual hasil produksi dan lain-lain.

2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dengan cara mengutip laporan maupun dokumen yang sudah ada pada lembaga

commit to user

atau instansi yang terkait dengan penelitian. Data sekunder ini diperoleh dengan cara pencatatan. Data sekunder tersebut meliputi: keadaan alam, keadaan penduduk, keadaan perekonomian, keadaan pertanian, selain itu juga luas lahan dan produksi melon dari tiap daerah di Kabupaten Sragen. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan pihak lain yang terkait dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Teknik ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung ter- hadap obyek yang diteliti yaitu pada usahatani melon yang menggunakan varietas MAI 119 maupun varietas Action.

b. Wawancara Teknik ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepa-

da petani responden dan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. Wa- wancara dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

c. Pencatatan Teknik ini dilakukan dengan melakukan pencatatan terhadap data yang telah ada pada instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pendapatan usahatani melon menggunakan rumus : PdU = PrU – BU Keterangan : PdU = Pendapatan usahatani melon varietas MAI 119 atau melon vari-

etas Action (Rp/Ha/MT)

PrU = Penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 atau melon vari-

etas Action (Rp/Ha/MT)

BU = Biaya usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas

Action (Rp/Ha/MT)

commit to user

2. Untuk menganalisis efisiensi digunakan Revenue Cost Ratio (R/C ratio) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : PrU = Penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas

Action (Rp/Ha/MT) BU = Biaya usahatani melon varietas MAI 119 atau melon varietas

Action (Rp/Ha/MT) Dengan kriteria sebagai berikut :

a. R/C ratio > 1, berarti bahwa usahatani tersebut efisien karena mempe- roleh keuntungan dikarenakan biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari- pada nilai hasil yang diterima

b. R/C ratio ≤ 1, berarti bahwa usahatani tersebut belum/tidak efisien ka- rena mengalami kerugian dikarenakan biaya yang dikeluarkan lebih be- sar atau sama dengan nilai hasil yang diterima

3. Untuk menganalisis kemanfaatan digunakan analisis Incremental Benefit Cost Ratio dengan rumus sebagai berikut :

Ratio l Incrementa l Keterangan :

ΔPrU = Selisih penerimaan usahatani melon varietas MAI 119 dengan