PERANCANGAN ALAT PENGEMAS VAKUM UNTUK PRODUK OLAHAN JAMUR TIRAM DALAM RANGKA MENINGKATKAN NILAI JUAL DAN MASA PAKAI Skripsi

PERANCANGAN ALAT PENGEMAS VAKUM UNTUK PRODUK OLAHAN JAMUR TIRAM DALAM RANGKA MENINGKATKAN NILAI JUAL DAN MASA PAKAI

Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh: HARY PURWOKO ATMOJO SUNG SUMARGO

I1309015

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan. Keseluruhan pokok bahasan dalam bab ini diharapkan memberikan gambaran umum tentang penelitian ini dan perlunya penelitian ini dilakukan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat baik dalam bidang produk barang maupun jasa, sehingga produsen dituntut untuk selalu berinovasi dan mempunyai terobosan-terobosan baru. Begitu pula halnya dengan industri pangan yang merupakan salah satu bagian dari dunia bisnis tadi, tentunya akan mengalami kondisi usaha yang penuh dengan persaingan dan diperkirakan persaingan tersebut akan terus meningkat pada era global. Salah satu industri pangan yang sedang berkembang adalah budidaya jamur tiram. Usaha budidaya jamur tiram kini semakin banyak, karena mudahnya cara budidaya jamur tiram, harga jual yang stabil serta permintaan yang terus meningkat menjadi salah satu faktor banyaknya bermunculan petani jamur tiram. Penampilannya yang putih bersih dan menarik menjadi daya tarik tersendiri. Rasanya juga sangat enak, hampir seperti daging ayam. Tetapi jamur tiram ini memiliki daya tahan setelah panen yang sangat rendah yaitu kurang dari 24 jam (BisnisUKM, 2010).

Penanganan produk jamur pasca panen sangat penting dalam kelangsungan bisnis jamur tersebut. Pada umumnya jamur setelah dipanen langsung dijual kepada tengkulak masih dalam bentuk potongan jamur utuh. Hal ini menyebabkan kemungkinan petani jamur merugi akibat jamur yang tidak laku membusuk. Makanan hasil olahan jamur memang semakin beragam, yang sering ditemui oleh konsumen adalah sup jamur. Selain itu, kini juga banyak orang yang mengolah dan menjual jamur dalam bentuk keripik. Pengolahan hasil panen jamur tiram yang lain juga bisa dengan dibuat nugget atau makanan beku. Bentuknya sangat mirip dengan nugget ayam. Bahkan, rasanya pun tidak jauh berbeda. Dengan adanya pengolahan jamur tiram menjadi nugget, waktu pakainya menjadi bertambah yaitu sekitar dua hari (Suaramedia, 2010).

commit to user

dalam bentuk nugget dalam jumlah kiloan yang masih dikuasai oleh pengumpul dan pedagang besar. Hal ini menyebabkan harga jual nugget jamur sangat murah atau dengan kata lain curah. Salah satu cara untuk mengatasi masalah nilai jual pada jamur tersebut adalah dengan pengemasan. Dengan pengemasan produk diharapkan dapat menambah nilai jual sekaligus dapat menambah masa pakai dari produk jamur olahan tersebut sekitar 1 minggu (Adisaputro, 2011). Pengemasan nugget jamur sekarang hanya dilakunan dengan memasukkannya ke dalam plastik kemasan biasa dan langsung dijual kepada konsumen. Dengan pengemasan yang biasa tersebut, resiko membusuknya nugget sangat besar dan membuat masa pakainya menjadi singkat. Maka, diperlukan sistem pengemasan khusus untuk mendukung pamasaran jamur olahan tersebut yaitu dengan sistem pengemasan secara vakum. Dengan dikemas secara vakum, akan menghambat terjadinya penyerapan air oleh produk yang dikemas dari lingkungan atau udara di sekitarnya. Kelembapan itu sendiri yang mempercepat membusuknya produk (Winarno, 1984).

Di pasaran telah ada jenis-jenis mesin pengemas makanan dari yang konvensional sampai otomatis, salah satunya adalah vacuum packaging. Prinsip dari mesin tersebut adalah mengeluarkan semua udara yang ada di dalam pengemas sampai benar-benar vakum lalu di tutup rapat sehingga resiko produk terkontaminasi dengan udara atau zat dari luar tidak ada. Ada 2 jenis mesin pengemas vakum, yaitu mesin konvensional dan otomatis yang mempunyai perbedaan pada prosesnya. Pada mesin otomatis, setelah proses vakum selesai maka akan dilanjutkan ke proses penutupan atau sealing. Sedangkan pada mesin konvensional, operator harus melakukan proses sealing sendiri secara manual. Saat ini para penjual telah menggunakan mesin pengemas otomatis, mereka merasa kesulitan dalam mengoperasikan alat tersebut yaitu pada saat mengatur parameter waktu vakum dan suhu dari sealer. Selain itu, harga dari mesin di pasaran juga cukup mahal, sehingga kurang cocok untuk Industri Kecil Menengah (UKM).

Dalam perancangan suatu alat memerlukan informasi tentang kebutuhan konsumen itu sendiri. Untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan suara

commit to user

keinginan dan kebutuhannya, maka digunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD adalah adalah metode perancangan produk yang melibatkan pengguna dalam menentukan desain produk agar sesuai dengan keinginan pengguna. Suara konsumen akan diterjemahkan dalam karakteristik teknis pada proses perencanaan desain produk. Penelitian dengan menggunakan QFD pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hastanti (2011) yang merancang sebuah produk berupa alat bantu duduk pesinden. Produk ini dirancang dengan melakukan wawancara untuk menemukan keluhan dan kebutuhan pengguna. Berdasarkan penelitian dihasilkan produk alat bantu duduk pesinden yang dapat memenuhi keinginan dan harapan penggunanya.

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perlu dilakukan perancangan alat pengemas vakum berdasarkan metode QFD untuk mengurangi dampak yang menyebabkan kerugian bagi pengusaha karena hasil produk yang akan dijual tidak awet dan mempunyai nilai jual yang rendah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana merancang alat yang dapat mengemas produk jamur tiram olahan secara vakum dengan metode Quality Function Deployment ”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini memiliki tujuan, yaitu :

1. Memberikan informasi mengenai atribut keinginan konsumen (VOC)

terhadap pemakaian alat pengemas vakum untuk jamur tiram olahan.

2. Memberikan informasi tentang karakteristik teknis alat pengemas vakum untuk jamur tiram olahan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu :

1. Meningkatkan ketahanan jamur tiram olahan.

2. Meningkatkan nilai ekonomi jamur tiram olahan.

commit to user

1.5 Batasan Masalah

Untuk memudahkan dalam pembahasan, maka perlu adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Desain alat yang telah dibuat hanya difokuskan untuk sistem kerja pengemasan dan penghampaan produk makanan (jamur tiram olahan) yang diletakkan dalam plastik khusus vakum (nylon bag) dan tidak membahas proses sebelum dan sesudahnya.

2. Proses pengolahan data dan perancangan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD)

1.6 Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian yaitu tidak ada perubahan tekanan penghampaan selama proses penghampaan plastik kemasan berlangsung.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan sistematika penelitian dibuat agar dapat memudahkan pembahasan dari tugas akhir ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan dalam penelitian, seperti dijelaskan berikut ini :

BAB I

PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung penelitian, sehingga perhitungan dan analisis dilakukan secara teoritis. Tinjuan pustaka diambil dari berbagai sumber yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang tahapan penyelesaian masalah secara umum, secara terstruktur an sistematis yang digambarkan dalam flow chart disertai penjelasan singkat.

commit to user

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi data yang telah dikumpulkan, perhitungan teoritis dan perancangan alat.

BAB V

ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini membahas analisis dan interpretasi hasil rancangan yang dilakukan dalam penelitian ini.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini berisi kesimpulan hasil dari semua tahap yang telah dilalui selama penelitian beserta saran-saran yang berkaitan dengan penelitian ini.

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pembuatan rancangan suatu alat diperlukan data-data yang dibutuhkan yang mudah dimengerti dengan maksud untuk menerangkan hasil produk ini agar menjadi sesuatu yang mudah diterima oleh orang lain. Data yang ada berupa hasil percobaan, observasi, konsultasi dan lain-lain. Dalam hal ini dijelaskan beberapa data pendukung yang telah dicantumkan untuk meyakinkan masyarakat umum agar dapat diterima.

2.1 Pengemasan

Kemasan adalah ilmu, seni dan teknologi yang menutupi atau melindungi produk untuk distribusi, penyimpanan, penjualan dan penggunaannya. Kemasan juga mengacu pada proses desain, evaluasi dan produksi paket. Kemasan dapat digambarkan sebagai sistem yang terkondisi menyiapkan barang untuk transportasi, pergudangan, logistik, penjualan, dan akhirnya sampai digunakan. Fungsi dari pengmasan adalah untuk mengatur interaksi antara bahan yang akan dikemas dengan lingkungan sekitar (Calver, 2004).

Pengemasan makanan, dalam hal ini membutuhkan perlindungan terhadap dunia luar agar bahan yang ada di dalamnya tidak terkontaminasi oleh luar. Hal ini juga untuk menjaga agar susunan nutrisi maupun zat yang terkandung di dalamnya tidak keluar maupun sebaliknya, zat dari luar tidak dapat mengkontaminasi bagian dalamnya (Taufik, 2009).

Tujuan dari pengemasan tersebut antara lain : - Membuat umur simpan bahan pangan menjadi lebih panjang. - Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah. - Mencegah rusaknya nutrisi atau gizi bahan pangan. - Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan. - Memudahkan distribusi atau pengangkutan bahan pangan. - Mendukung perkembangan makanan siap saji. - Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.

Pengemasan bahan pangan harus memenuhi beberapa kondisi atau aspek untuk dapat mencapai tujuan pengemasan, yaitu bahan pengemasnya harus memenuhi persyaratan tertentu (contoh : tahan panas, kedap udara, tahan air, dan

commit to user

produk yang akan dikemas. Beberapa contoh teknik pengemasan adalah dengan digulung, dilipat, dibalut / dibungkus, dan dianyam. Pola distribusi dan penyimpanan produk hasil pengemasan harus baik (Rosiana, 2011).

Interaksi bahan pangan atau makanan dengan lingkungan dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi bahan pangan tersebut, antara lain :

a. Interaksi masa : - Kontaminasi mikroba, (jamur, bakteri, dan lain-lain). - Kontaminasi serangga. - Penambahan air atau menguapnya air. - Benturan atau gesekan.

b. Interaksi cahaya : oksidasi terhadap lemak, protein, vitamin, dan lain-lain.

c. Interaksi panas : - Terjadi gosong atau perubahan warna. - Rusaknya nutrisi

Bahan pengemas memiliki persyaratan yang harus dipenuhi untuk mancapai tujuan pengemasan, antara lain :

a. Memiliki permeabilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai dengan jenis bahan pangan yang akan dikemas.

b. Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan)

c. Harus kedap air.

d. Tahan panas.

e. Mudah dikerjakan secara masinal dan harganya relatif murah. Jenis-jenis bahan pengemas :

1. Untuk wadah utama (pengemas yang berhubungan langsung dengan bahan pangan) :

a. Kaleng / logam

b. Botol / Gelas

c. Plastik

d. Kertas

e. Kain

f. Kulit, daun, gerabah, bambu, dan lain-lain.

commit to user

penyimnanan :

a. Kayu

b. Karton / kardus

2.2 Teknik Pengawetan Makanan

Untuk mengawetkan makanan dapat dilakukan beberapa teknik baik yang menggunakan teknologi tinggi maupun teknologi yang sederhana. Caranya pun beragam dengan berbagai tingkat kesulitan, namun inti dari pengawetan makanan adalah suatu upaya untuk menahan laju pertumbuhan mikro organisme pada makanan (Godam, 2006). Berikut adalah beberapa teknik standar yang telah dikenal secara umum oleh masyarakat luas dunia.

1. Pendinginan Teknik ini adalah teknik yang paling terkenal karena sering digunakan oleh masyarakat umum di desa dan di kota. Konsep dan teori dari sistem pendinginan adalah memasukkan makanan pada tempat atau ruangan yang bersuhu sangat rendah. Untuk mendinginkan makanan atau minuman bisa dengan memasukkannya ke dalam kulkas atau lemari es atau bisa juga dengan menaruh di wadah yang berisi es. Suhu untuk mendinginkan makanan biasanya 15°C. Sedangkan agar tahan lama biasanya disimpan pada tempat yang bersuhu 0 sampai -4°C.

2. Pengasapan Cara pengasapan adalah dengan menaruh makanan dalam kotak yang kemudian diasapi dari bawah. Teknik pengasapan sebenarnya tidak membuat makanan menjadi awet dalam jangka waktu yang lama, karena diperlukan perpaduan dengan teknik pengasinan dan pengeringan.

3. Pengalengan Sistem yang satu ini memasukkan makanan ke dalam kaleng alumunium atau bahan logam lainnya, lalu diberi zat kimia sebagai pengawet seperti garam, asam, gula dan sebagainya. Bahan yang dikalengkan biasanya sayur- sayuran, daging, ikan, buah-buahan, susu, kopi, dan banyak lagi macamnya. Tehnik pengalengan termasuk paduan teknik kimiawi dan fisika. Teknik kimia

commit to user

ruang hampa udara.

4. Pengeringan Mikroorganisme menyukai tempat yang lembab atau basah mengandung air. Jadi teknik pengeringan membuat makanan menjadi kering dengan kadar air serendah mungkin dengan cara dijemur, dioven, dipanaskan, dan sebagainya. Semakin banyak kadar air pada makanan, maka akan menjadi mudah proses pembusukan makanan.

5. Penghampaan Penghampaan dilakukan dengan menghilangkan udara yang ada di dalam kemasan. Penghilangan udara akan mengeluarkan semua oksigen sehingga mencegah berlangsungnya reaksi kimiawi dan enzimatis yang dipicu oleh oksigen, juga menghambat pertumbuhan mikroorganisme aerobik.

6. Pemanisan Pemanisan makanan yaitu dengan menaruh atau meletakkan makanan pada medium yang mengandung gula dengan kadar konsentrasi sebesar 40% untuk menurunkan kadar mikroorganisme. Jika dicelup pada konsenstrasi 70% maka dapat mencegah kerusakan makanan. Contoh makanan yang dimaniskan adalah seperti manisan buah, susu, jeli, agar-agar, dan lain sebagainya.

7. Pengasinan Cara yang terakhir ini dengan menggunakan bahan NaCl atau yang kita kenal sebagai garam dapur untuk mengawetkan makanan. Tehnik ini disebut juga dengan sebutan penggaraman. Garam dapur memiliki sifat yang menghambat perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk makanan. Contohnya seperti ikan asin yang merupakan paduan antara pengasinan dengan pengeringan.

2.3 Vakum

Dalam penggunaan sehari-hari, vakum adalah volume ruang yang kosong pada dasarnya adalah materi, seperti bahwa tekanan gas jauh lebih kecil daripada tekanan atmosfer. Keadaan vakum dapat dibedakan menjadi 3, yaitu soft vacuum (ruangan bertekanan 10 -2 pa), hard vacuum (< 10 -2 pa), dan ultrahigh vacuum

commit to user

yang dapat membandingkan tekanan dalam ruang tersebut, salah satunya adalah preesure gauge .

Gambar 2.1 Pressure gauge

Alat yang digunakan untuk membuat keadaan menjadi vakum adalah vacuum pump (pompa vakum). Pompa vakum adalah alat yang menghilangkan molekul gas dari volume yang tertutup rapat untuk meninggalkan vakum parsial. Kecepatan pemompaan mengacu pada laju aliran volume sebuah pompa pada bagian inlet, sering diukur dalam volume per unit waktu. Momentum transfer dan jebakan pompa akan lebih efektif pada beberapa gas daripada yang lain, sehingga tingkat memompa dapat berbeda untuk masing-masing gas yang dipompa, dan rata-rata laju aliran volume pompa akan bervariasi tergantung pada komposisi kimia dari sisa gas di ruangan.

Cara kerja dari pompa vakum adalah sebagai berikut, gaya sentrifugal yang ditimbulkan dari motor mendorong baling-baling untuk saling menekan yang menciptakan ruang untuk udara masuk dari inlet. Setelah udara terperangkap di dalam pompa, baling-baling tersebut kembali saling menekan yang akan mendorong udara tersebut keluar dari pompa vakum melalui exhaust.

Gambar 2.2 Cara kerja pompa vakum

commit to user

Gambar 2.3 Vacuum pump

Dalam perhitungan waktu vakum, diasumsikan :

a. Ruang vakum atau Plastik pengemas berbentuk kotak, karena perhitungan diambil volume ruangan maksimum.

b. Efisiensi proses pemvakuman 100%.

c. Tekanan vakum yang akan dicapai adalah -0,4 bar Volume ruang vakum : panjang x lebar x tinggi

Menurut katalog PT.Gemilang Sukses Indonesia(2010) kemampuan pompa vakum yang ada adalah 6 CFM, sedangkan 2,1189 CFM sama dengan 3,6 m 3 /h. Waktu vakum = volume ruang vakum / Vacuum Capacity

2.4 Seal Jaw (Rahang Penyegel)

Seal jaw adalah sebuah perangkat pemanas yang berfungsi sebagai penyegel plastik yang telah tervakum. Seal jaw mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pengemasan, karena merupakan proses finishing atau akhir pada mesin pengemas vakum ini. Seal jaw dikontrol oleh sebuah rangkaian dan dapat diatur lama pemanasannya sesuai jenis plastik yang digunakan oleh operator. Penggunaan seal jaw pada mesin pengmas vakum ini sangat mudah, yaitu hanya dengan menjepitkan bagian plastik pada bagian rahang dan setelah proses pemvakuman selesai, seal jaw bekerja secara otomatis.

Keterangan :

a. Jaw bar

b. Silicone rubber

c. Cover tape

d. Heat seal band

e. Cover strip material

f. Durit silgaha Gambar 2.4 Seal jaw

commit to user

2.4.1 Jaw Bar (Batang Rahang)

Jaw bar merupakan bagian utama pada seal jaw. Di desain sesuai kebutuhan perancang. Didalamnya terdapat bermacam-macam komponen yang digunakan dalam waktu penyegelan seperti trafo, impulse kapasitor yang berfungsi sebagai timer dan limit switch.

Gambar 2.5 Jaw bar

2.4.2 Fiberglass Tape

Fiberglass tape adalah bahan mirip karet yang terdiri dari polier yang mengandung silikon bersama-sama dengan karbon, hidrogem, dan oksigen. Fiberglass tape umunya non-reaktif, stabil dan tahan terhadap panas. Suhu penggunaannya antara -75 C sampai 260 C. Selain untuk heat sealing, L-bar dan impulse wire sealing , penggunaan fiberglass tape dapat ditemukan dalam berbagai produk, termasuk : memasak, baking, produk-produk penyimpanan makanan, peralatan medis implant dan di hardware.

Gambar 2.6 Fiberglass tape

2.4.3 Heat Seal Band

Heat seal band atau strip penyegel panas merupakan sebuah filamen berbahan nikelin. Dipilih nikelin karena karakteristik bahan yang baik sebagai penghantar arus yang cepat panas namun juga cepat dingin ketika tidak dialiri

commit to user

sesuai kebutuhan. Ukurannya pun juga bermacam-macam.

Gambar 2.7 Heat seal band

2.5 Alat Pengemas Vakum di Pasaran

Di pasaran juga sudah digunakan alat pengemas vakum, alat tersebut biasanya digunakan di swalayan dan beberapa usaha menengah yang membutuhkan alat tersebut. Berikut ini beberapa contoh alat pengemas vakum yang sudah ada :

1. Vacuum Packaging Portable Alat ini biasa digunakan untuk mengemas produk-produk yang mempunyai dimensi yang kecil. Spesifikasi alat ini yaitu :

a. Dimensi

= 350 x 150 x 70 mm

b. Power Supply

= 220 – 240 V

c. Vacuum

= 0,35 MPa

d. Sealing Length = 40 – 280 mm

e. Weight

= 2,4 Kg

Gambar 2.8 Vacuum packaging portable Sumber : mesinmesinmurah.blogspot.com (2011)

2. Table Vacuum Packaging

a. Dimensi

= 660 x 590 x 680 mm

b. Chamber Size

= 440 x 440 x 115 mm

c. Power Supply

= 110V 220-240V/50-60Hz

commit to user

e. Sealing Length = 400 x 10 mm

f. Weight

= 102 Kg

g. Power

= 750 Watt

Gambar 2.9 Table vacuum packaging

Sumber : mesinmesinmurah.blogspot.com (2011)

3. Double Chamber Vacuum Packaging

a. Dimensi

= 1570 x 610 x 1390 mm

b. Chamber Size

= 390 x 140 x 252 mm

c. Power Supply

= 110V 220-240V/50-60Hz

d. Vacuum

= 0.03 Kpa

e. Sealing Length = 300 x 10 mm

f. Weight

= 125 Kg

g. Power

= 1,5 KW

Gambar 2.10 Double table vacuum packaging

Sumber : ATMI Press (2010)

commit to user

2.6 Jamur Tiram

Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu. Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah. Sekarang sudah banyak yang membudidayakan jamur tiram. Dalam pembudidayaan jamur tiram, kelembaban ruangan optimal yang harus dipertahankan adalah 90-96% , yaitu dengan menyemprotkan air secara teratur. Suhu udara untuk pertumbuhan miselia adalah 23-28 °C dan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah 13-15 °C.

Gambar 2.11 Jamur tiram

Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lubang atau garisan di kayu kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik. Dalam budidaya modern, media tumbuh berupa kayu tiruan (log) yang dibuat dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa sumber kayu (gergaji kayu atau ampas tebu), sumber gula (tepung-tepungan), kapur, pupuk dan air.

Gambar 2.12 Pembudidayaan jamur tiram

commit to user

pembibitan dengan frekuensi panen yang dilakukan setiap hari, karena pertumbuhan masing-masing tanaman yang bervariatif. Pemanenan jamur bisa dilakukan antara 4-8 kali dan jumlah jamur yang dipanen per musim. Setelah melewati masa panen, sisa pembibitan harus dibuang dan menggantinya dengan bibit baru. Jamur tiram yang sudah dipanen harus segera dipasarkan karena dalam waktu kurang dari 24 jam akan berubah warna dan selanjutnya membusuk.

Gambar 2.13 Nugget jamur tiram

Penanganan pascapanen bisa dilakukan dengan pengolahan jamur ataupun pengawetan. Salah satu pengolahan yang berkembang saat ini adalah dengan mengolah jamur tiram tersebut menjadi nugget atau makanan beku. Untuk teknik pengawetan bisa dilakukan dengan ditempatkan di suatu ruangan dengan suhu 15°C. Sedangkan pengemasan jamur tiram biasanya hanya ditempatkan di suatu tempat besar ataupun wadah plastik. Agar jamur olahan yang dikemas lebih awet, maka teknik pengemasan yang dilakukan dengan cara vakum.

2.7 Perhitungan Rangka

Perhitungan rangka dilakukan pada titik kritis yang ada yaitu titik dimana sebagai penobang beban gaya yang terjadi. Perhitungan titik kritis dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.1.

M A = -l A xF 1 +l.R B …………………………………………………...…………………. (2.1) Keterangan :

M A = momen di titik A (N) l A = panjang lengan A (mm)

F 1 = gaya 1 (N)

R B = gaya tumpu di titik B (N)

commit to user

Keterangan :

F maks = gaya total beban (N) m = massa beban (Kg)

g = percepatan gravitasi (9,8m/s 2 )

Syarat setimbang → R A +R B =F 1 ……………………………..……….(2.3)

F 1 = gaya 1 (N)

R A = gaya tumpu di titik A (N) R B = gaya tumpu di titik B (N)

Gambar 2.14 Beban kontruksi rangka

2.8 Quality Function Deployment

2.8.1 Definisi Quality Function Deployment

Keberhasilan suatu produk yang dikembangkan tergantung dari respon konsumen. Produk hasil pengembangan dikatakan sukses bila mendapat respon positif dari konsumen yang diikuti dengan keinginan dan tindakan untuk membeli produk. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen merupakan fase yang paling awal dalam mengembangkan produk, karena tahap ini menentukan arah pengembangan produk (Ulrich dan Eppinger, 2001).

Quality function deployment (QFD) merupakan salah satu kiat manajemen mutu terpadu (total quality management), yang menerapkan kebutuhan-kebutuhan para pelanggan pada rancangan produk. Elemen dasar dari kualitas yang terpadu itu (total quality) adalah keberadaan kualitas yang didefinisikan oleh para pelanggannya. Di dalam pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk mencapai perbaikan kualitas yang terus-menerus itu, dibutuhkan keterlibatan konsumen seawal mungkin dalam proses pengembangan produk sebagai elemen kuncinya.

commit to user

Metode khusus ini menjadikan para pelanggan sebagai bagian dari siklus pengembangan produk suatu perusahaan.

QFD adalah suatu proses dimana kebutuhan, keinginan dan nilai-nilai konsumen diterjemahkan ke dalam ketentuan-ketentuan teknis. QFD pertama kali dikembangkan di perusahaan Jepang pada tahun 1970an. Salah seorang tokoh penemu metode ini adalah Dr. Yoji Akao (Marsot, 2004). Kemudian metode ini diadopsi oleh Toyota. Pada tahun 1986 konsep metode ini dibawa ke Amerika Serikat oleh Ford Motor Company dan Xerox. Semenjak itu metode QFD digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa (Wasserman, 1993).

Berdasarkan definisinya QFD merupakan praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan atau Voice of Customer (VOC). QFD menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi. Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk yang telah dihasilkan dengan sempurna bila mana memang tidak menginginkan atau membutuhkannya.QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum. QFD juga merupakan praktek menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan organisasi untuk melampaui harapan pelanggannya (Marsot, 2004).

Berikut ini diagram tahapan pengembangan produk dengan metode QFD secara lebih jelasnya dalam Gambar 2.15.

commit to user

Gambar 2.15 Diagram proses metode QFD

Sumber: Wirawan dan Nurkertamanda (2009)

2.8.2 Pengumpulan Data Voice of Customer

Tahap awal dari metode QFD adalah menggali kebutuhan pelanggan. Poses penggalian kebutuhan pelanggan meliputi pengumpulan data awal pelanggan, menafsirkan data awal menjadi kebutuhan pelanggan, membuat uraian kebutuhan pelanggan, menetapkan kepentingan setiap kebutuhan pelanggan.

Pada dasarnya langkah awal dari metode QFD adalah untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pengguna terhadap suatu produk atau jasa Kebutuhan dan keinginan pengguna itulah yang disebut dengan voice of customer . Menurut Ulrich and Eppinger (2001) tujuan dari identifikasi kebutuhan pelanggan adalah meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan pelanggan, mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak terucapkan (eksplisit), menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan yang terlupakan.

commit to user

pengguna. Menurut Ulrich dan Eppinger (2001) metode yang dapat digunakan antara lain:

a. Wawancara: Satu atau beberapa orang tim pengembang berdiskusi mengenai kebutuhan dengan pelanggan. Wawancara biasanya dilakukan pada lingkungan pelanggan dan berlangsung sekitar satu sampai dua jam.

b. Kelompok Fokus: Diskusi ini biasanya dilakukan dengan bantuan moderator. Pelanggan yang berjumlah delapan sampai dua belas orang ditempatkan pada suatu ruangan.

c. Observasi Produk Pada Saat Digunakan: Mengamati pelanggan menggunakan produk atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan produk tersebut diciptakan, dapat memberikan informasi kebutuhan pelanggan yang penting.

Dokumen hasil interaksi dengan pelanggan dapat berupa rekaman suara, catatan, rekaman video, foto. Sebagai patokan penentuan responden, sebagian besar produk sepuluh kali wawancara dianggap masih kurang sedangkan 50 kali wawancara dianggap terlalu banyak. Wawancara dapat dilakukan secara berurutan dan dapat dihentikan ketika tidak ada lagi kebutuhan baru yang diperoleh dari tambahan wawancara (Ulrich and Eppinger, 2001; Marsot, 2004). Setelah data kebutuhan dan keinginan pelanggan terkumpul, kemudian akan dilakukan penyebaran kuesioner untuk mengetahui tingkat kepentingan, penilaian dan harapan pelanggan terhadap berbagai macam atribut kebutuhan yang telah diperoleh sebelumnya. Kemudian akan dibuat karakteristik teknis untuk merespon suara konsumen. Karakteristik teknis ini sering disebut dengan voice of engineering . Langkah selanjutnya adalah mencari hubungan antara VOC dan VOE serta mencari bobot masing-masing kebutuhan.

2.8.3 Penyebaran Kuesioner

Kuesioner adalah salah satu alat pengumpul data yang merupakan alat komunikasi antara peneliti dengan responden, berupa daftar pertanyaan yang dibagikan oleh peneliti untuk diisi oleh responden, yang kemudian akan diubah dalam bentuk angka, analisa statistik, dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian.

commit to user

kepentingan pengguna, tingkat penilaian kepuasan pengguna dan tingkat harapan pengguna. Tingkat kepentingan pengguna adalah persepsi pengguna terhadap atribut-atribut dari suatu produk berdasarkan penting tidaknya atribut tersebut untuk perancangan. Untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:

1 = Tidak Penting, artinya atribut suatu produk dianggap tidak penting dalam

perancangan.

2 = Kurang Penting, artinya atribut suatu produk dianggap kurang penting dalam

perancangan.

3 = Cukup Penting, artinya atribut suatu produk dianggap cukup penting dalam

perancangan.

4 = Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam perancangan.

5 = Sangat Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam

perancangan. Selanjutnya adalah kuesioner tingkat penilaian kepuasan pengguna.

Tingkat penilaian kepuasan pengguna adalah persepsi pengguna terhadap produk yang sudah ada berdasarkan kepuasan pengguna saat memakainya. Untuk mengetahui tingkat penilaian, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:

1 = Tidak Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap tidak bagus.

2 = Kurang Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap kurang bagus.

3 = Cukup Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap cukup bagus.

4 = Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap bagus.

5 = Sangat Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap sangat bagus.

commit to user

pengguna terhadap Alat pengemas vakum sederhana. Untuk mengetahui tingkat harapan, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:

1 = Tidak Diinginkan, artinya suatu atribut tidak diinginkan dalam perancangan suatu produk.

2 = Kurang Diinginkan, artinya suatu atribut kurang diinginkan dalam perancangan suatu produk.

3 = Cukup Diinginkan, artinya suatu atribut cukup diinginkan dalam perancangan suatu produk.

4 = Diinginkan, artinya suatu atribut diinginkan dalam perancangan suatu produk.

5 = Sangat Diinginkan, artinya suatu atribut sangat diinginkan dalam perancangan suatu produk.

2.8.4 Pengolahan Data House of Quality (HOQ)

Struktur dasar quality function deployment ini meliputi konstruksi dari satu atau lebih matriks yang kadangkala disebut dengan tabel-tabel kualitas. Bagian pertama dari matriks-matriks tersebut adalah yang disebut house of quality (HOQ), yang merupakan alat pokok yang digunakan di dalam quality function deployment . House of quality adalah sebuah matriks yang menunjukkan hubungan antara kebutuhan-kebutuhan pengguna dan sifat-sifat rekayasa teknik. Dengan menggunakan alat ini, perusahaan akan mampu menyesuaikan kebutuhan para pelanggan dengan desain dan kendala-kendala fabrikasi.

Pengolahan data berupa pembuatan House of Quality (HOQ). Adapun tahap pembuatan HOQ adalah sebagai berikut:

1. Matriks perencanaan: berisi informasi tingkat kepentingan kebutuhan pelanggan, customer satisfaction performance, tingkat harapan dan perhitungan GAP.

a. Penentuan Tingkat kepentingan Menyatakan seberapa penting tiap kebutuhan bagi pelanggan. Rumusnya adalah sebagai berikut:

commit to user

DKepentingan i = derajat kepentingan responden ke-i n = jumlah responden

b. Customer satisfaction performance Merupakan persepsi pelanggan terhadap seberapa baik produk yang ada saat ini dalam memuaskan pelanggan. Tingkat kepuasan diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

……………..….................….....(2.5) DKepuasan i = derajat kepuasan responden ke-i

n = jumlah responden

c. Harapan Pengguna Merupakan harapan pengguna terhadap produk yang akan dirancang berdasarkan atribut yang telah dibangun. Tingkat harapan pengguna diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

…………………………………………(2.6) DHarapan i = derajat Harapan responden ke-i

n = jumlah responden

d. GAP Merupakan selisih nilai penilaian dengan harapan pengguna terhadap atribut suatu produk. Rumus yang digunakan mencari besarnya inlay GAP adalah sebagai berikut:

GAP =

……………………...….(2.7)

1. Penentuan Karakteristik Teknis : langkah yang harus ditempuh oleh pihak perancangan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

2. Hubungan What dan How Matriks hubungan what dan how merupakan matrik hubungan antar voice of customer dan karakteristik teknisnya. Hubungan tersebut menunjukkan seberapa jauh pengaruh respon teknis dalam menangani dan mengendalikan kebutuhan

commit to user

simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Simbol matriks hubungan

Simbol

Pengertian

Nilai Numerik

Kosong

Tidak ada hubungan

Hubungan lemah

Hubungan sedang

Hubungan kuat

Sumber: Wasserman (1993)

3. Hubungan antar karakteristik teknis Matriks hubungan antar karakteristik teknis biasa disebut korelasi

teknis. Matriks korelasi ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana atribut teknis yang satu mempengaruhi atribut teknis yang lain.

Tabel 2.2 Simbol korelasi teknis

Simbol

Pengertian

Pengaruh positif sangat kuat

Pengaruh positif kuat

Kosong

Tidak ada pengaruh

Pengaruh negatif kuat

Pengaruh negatif sangat kuat

Sumber: Wasseman (1993)

4. Penentuan bobot karakteristik teknis Perhitungan bobot karakteristik teknis dilakukan dengan rumus :

Bti= Σ (Kti x Hi)

………………………………..……… …….(2.8) Bti = Bobot karakteristik teknis i.

Kti = Tingkat kepentingan teknis yang memiliki korelasi dengan karakteristik teknis i. Hi = Nilai numerik korelasi antara kebutuhan konsumen (what) dengan karakteristik teknis i (how).

commit to user

Gambar 2.16 House of Quality

Sumber: Franceschini (2002) Menurut Tjiptono dalam penelitiannya Indah (2006) yang berjudul “Analisis

Peningkatan dan Pengembangan Pelayanan dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis SWOT (Studi kasus di RB. Kusmahati Duo Mojolaban”, kelebihan dari metode QFD adalah dapat mengurangi waktu desain sebesar 40 % dan biaya desain sebesar 60% secara bersamaan dengan dipertahankan dan ditingkatkannya kualitas desain. Selain itu ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari QFD yaitu fokus pada pelanggan, efisiensi waktu, orientasi pada kerja sama tim, dan orientasi pada dokumentasi. Adapun manfaat dari metode QFD adalah memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan, dan mengutamakan kegiatan-kegiatan desain dengan memastikan bahwa proses desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti sehingga tidak memakan waktu yang lebih banyak bila dibandingkan dengan proses rancang ulang produk secara keseluruhan. Penelitian lain yang menggunakan metode QFD dilakukan oleh Hastanti (2011) yang merancang sebuah produk berupa alat bantu duduk pesinden. Produk ini dirancang dengan melakukan wawancara untuk menemukan keluhan dan kebutuhan pengguna. Berdasarkan penelitian dihasilkan produk alat bantu duduk pesinden yang dapat memenuhi keinginan dan harapan penggunanya.

commit to user

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dikemukakan langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam penelitian tentang perancangan alat pengemas vakum yang digambarkan dalam bentuk flowchart dan tiap tahapnya dijelaskan secara singkat, padat dan jelas.

3.1 Diagram Alir Penelitian

Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

commit to user

3.2 Penentuan Atribut (VOC) Langkah ini bertujuan untuk menentukan atribut-atibut usulan rancangan

alat pengemas vakum berdasar kebutuhan responden. Penentuan atribut ini dilakukan dengan cara wawancara kepada responden.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan responden terhadap alat pengemas vakum sederhana yang akan dirancang. Wawancara dan diskusi dilakukan langsung kepada sepuluh orang yang memakai alat pengemas vakum. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab yang berlangsung sewajarnya. Dari hasil wawancara nantinya akan diperoleh informasi tentang kondisi alat sekarang yang menggunakan alat pengemas vakum untuk makanan seperti sosis, nugget, daging, dan lain-lain, keluhan responden tentang alat pengemas vakum yang sedang dipakai sekarang, dan kebutuhan responden terhadap desain alat pengemas vakum yang akan dirancang.

Hasil wawancara yang berupa data mentah dicatat dan dirangkum yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam merinci kebutuhan responden terhadap alat pengemas vakum. Penentuan atribut ini dilakukan oleh peneliti dengan mengacu pada data hasil wawancara.

3.3 Penentuan Tingkat Kepentingan, Kepuasan dan Harapan Konsumen dan GAP

Langkah ini bertujuan untuk mengetahui seberapa penting suatu atribut dalam mendesain suatu produk, mengetahui penilaian responden terhadap produk yang sudah ada sekarang berdasar atribut dan mengetahui harapan pengguna terhadap produk yang akan didesain berdasar atribut.

Untuk mengetahui informasi mengenai tingkat kepentingan, kepuasan dan harapan responden digunakan suatu alat bantu yaitu daftar pertanyaan wawancara. Daftar pertanyaan dirancang dengan memasukkan atribut-atribut sebagai pilihan dalam pertanyaan dan skala 1-5 untuk memberi skor pada pertanyaan-pertanyaan tersebut sesuai dengan ketentuan mengenai penilaian tingkat kepentingan, tingkat kepuasan dan tingkat harapan atribut. Pemberian daftar pertanyaan dilakukan pada sejumlah responden yang diwawancara.

commit to user

kepentingan, kepuasan dan harapan responden terhadap masing-masing atribut kebutuhan untuk membuat matrik perencanaan.

a. Penentuan Tingkat Kepentingan Tingkat kepentingan adalah persepsi responden terhadap atribut-atribut dari usulan rancangan alat pengemas vakum sederhana berdasarkan penting tidaknya atribut tersebut untuk usulan perancangan. Penentuan tingkat kepentingan dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.4.

b. Penentuan Tingkat Kepuasan Tingkat kepuasan adalah persepsi responden terhadap alat pengemas vakum yang sudah ada berdasarkan kepuasan pengguna saat memakainya. Penentuan tingkat kepuasan dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.5.

c. Harapan Merupakan harapan responden terhadap usulan rancangan desain alat pengemas vakum sederhana. Penentuan harapan dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.6.

d. Gap Merupakan selisih antara tingkat kepuasan dengan harapan responden. Penentuan GAP dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.7.

3.4 Penentuan Karakteristik Teknis, Pembuatan Matriks dan Bobot

Karakteristik teknis adalah respon teknis yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan responden terhadap usulan rancangan desain alat pengemas vakum sederhana. Karakteristik teknis ditentukan berdasarkan diskusi antara peneliti dengan ahli desain mekanik dari ATMI Solo dan berdasarkan referensi-referensi yang diperoleh dari studi literatur.

Matriks perencanaan berisi informasi tingkat kepentingan kebutuhan pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, harapan masyarakat, GAP dan bobot karakteristik teknis. Selain itu juga berisi hubungan What dan How yaitu korelasi antara suara konsumen dengan karakteristik teknis yang digambarkan dengan simbol seperti pada tabel 2.1 dan hubungan antar karakteristik teknis yang satu dengan yang lain yang digambarkan dengan simbol-simbol pada tabel 2.2.

commit to user

mengetahui sampai dimana atribut teknis yang satu mempengaruhi atribut teknis yang lain.

3.5 Pembuatan House of Quality (HOQ)

HOQ adalah rumah kualitas yang berisi informasi tentang hubungan kebutuhan dan keinginan pengguna dengan karakteristik teknisnya yang ditampilkan secara detail. HOQ dibuat untuk menunjukan hubungan antara voice of customer dan voice of engineering, maupun voice of engineering dengan voice of engineering . Untuk lebih menjelaskan, HOQ terdiri antara lain:

1. Mencari hubungan antara voive of customer dan voice of engineering

Hubungan antara voice of customer dan voice of engineering ditunjukkan dengan simbol-simbol yang menyatakan bahwa hubungan tersebut lemah, sedang, kuat atau tidak ada hubungan. Adapun indikasi dari hubungan- hubungan tersebut adalah:

- Lemah berarti antara kebutuhan pengguna dan karakteristik teknis terdapat hubungan yang lemah, bila dinumerikkan hubungan itu hanya bernilai 1. Karakteristik teknis tersebut kecil pengaruhnya terhadap pemenuhan kebutuhan pengguna.

- Sedang berarti antara kebutuhan pengguna dan karakteristik teknis terdapat hubungan sedang. Pengaruh karakteristik teknis cukup kuat untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

- Kuat berarti antara kebutuhan pengguna dan karakteristik teknis terdapat hubungan yang kuat. Karakteristik teknis tersebut besar pengaruhnya terhadap pemenuhan kebutuhan pengguna.

- Tidak ada hubungan berarti antara kebutuhan pengguna dan karakteristik teknis tidak ada hubungan, dengan kata lain kebutuhan penggguna tidak bisa direspon oleh karakteristik teknis tersebut.

Begitu juga dengan hubungan antar voice of engineering, ditunjukkan dengan simbol-simbol yang menyatakan bahwa hubungan tersebut positif sangat kuat, positif kuat, tidak ada hubungan, negatif kuat dan negatif sangat kuat. Indikasi dari hubungan-hubungan tersebut adalah:

commit to user

satu akan sangat mendukung karakteristik teknis yang lain untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

- Positif kuat pengaruhnya tidak sebesar positif sangat kuat, namun tetap

saling mendukung guna pencapaian tujuan pengembangan. - Tidak ada hubungan berarti antara karakteristik teknis yang satu dan yang lain tidak saling berpengaruh atau tidak ada hubungan sama sekali dalam pencapaian tujuan pengembangan.

- Negatif kuat berarti antar karakteristik teknis tersebut tidak saling mendukung atau saling bertentangan. Misal adanya penambahan pada karakteristik teknis tertentu akan mengakibatkan kekurangan pada karakteristik teknis yang lain.

- Negatif sangat kuat berarti antar karakteristik teknis tidak saling mendukung sama sekali. Pertentangan hubungan antara karakteristik teknis bersifat mutlak atau sudah tidak dapat ditoleransi.

2. Menghitung skor (bobot dari tiap karakteristik teknis dan GAP)

HOQ juga menunjukkan bobot karakteristik teknis dan GAP atau selisih tingkat penilaian pengguna dengan harapan pengguna. Penghitungan bobot ini dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.7.

3. Pemilihan rancangan Rancangan diprioritaskan pada karakteristik teknis yang memiliki bobot tinggi dan nilai GAP yang paling negatif.

3.6 Penyusunan Konsep Perancangan

Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam pembuatan alat pengemas vakum. Setelah diperoleh data mengenai kebutuhan-kebutuhan konsumen, maka langkah selanjutnya menentukan konsep perancangan. Konsep perancangan berisi komponen-komponen utama alat pengemas vakum. Menurut kebutuhan konsumen, perancangan alat pengemas vakum ini terdiri dari beberapa bagian komponen utama, yaitu :

1. Meja vakum

2. Sealing jaw dan stopper

3. Pompa vakum

commit to user

5. Rangka

3.7 Perhitungan Teknik

Perhitungan teknik diperlukan untuk mengetahui kelayakan rancangan apabila rancangan tersebut digunakan. Perhitungan tersebut meliputi kekuatan rangka terhadap beban, besarnya tekanan pemvakuman dan pemilihan material- material bahan yang akan dipakai.

3.8 Visualisasi Usulan Rancangan

Visualisasi rancangan alat pengemas vakum sesuai dengan harapan masyarakat ini dibuat berdasarkan perhitungan teknis yang dilakukan sebelumnya. Pemvisualisasian usulan rancangan ini dilakukan dengan menggunakan software Catia dalam bentuk 3D dan AutoCAD dalam bentuk 2D.

3.9 Estimasi Biaya

Estimasi biaya merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan mesin pengemas vakum sederhana. Daftar harga komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membuat alat tersebut didapat dari katalog produk, survey langsung ke toko dan komunikasi dengan sales yang menjual komponen tersebut. Setelah menentukan dimensi, menentukan material apa saja yang diperlukan maka dapat diperkirakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin pengemas vakum. Biaya tersebut terdiri dari biaya material, biaya permesinan, biaya khusus (desain), dan persen keuntungan.

3.10 Analisis dan Interpretasi Hasil

Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data mesin pengemas vakum otomatis. Meliputi analisis biaya dan cara kerja mesin pengemas vakum otomatis secara keseluruhan.

commit to user

3.11 Kesimpulan dan Saran

Tahap akhir dari penelitian ini adalah menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dengan diikuti penyampaian saran-saran yang dapat ditindaklanjuti oleh pembaca ataupun peneliti sesudahnya.

commit to user

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini akan disajikan pengumpulan dan pengolahan data. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai hasil wawancara dan observasi kepada pengguna alat pengemas vakum yang diolah menjadi Voice of Customer. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan House of Quality,konsep perancangan, perhitungan teknik, visualisasi rancangan, estimasi biaya perancangan alat pengemas vakum. Tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan pada subbab berikut.

4.1 Hasil Wawancara dan Observasi

Berdasarkan wawancara, dapat diketahui kelemahan dan kekurangan alat pengemas vakum yang ada saat ini. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 30 menit setiap kali wawancara dengan kuesioner pendamping yang terdapat di lampiran. Jumlah responden yang berhasil diwawancara adalah 10 orang pemakai alat pengemas vakum untuk makanan yang berupa sosis, nugget, daging mentah, daging giling dan lain-lain.

Responden memberikan beberapa alasan mengapa menggunakan alat pengemas vakum. Mereka rata-rata memberikan jawaban yang sama antara responden satu dengan yang lain. Alasan-alasan yang diberikan tersebut antara lain kebutuhan dari gudang makanan tersebut untuk mamakai alat pengemas vakum, hasil dari pengemasan rapi dan praktis sehingga menambah nilai jual pada makanan yang dikemas, menjadi lebih tahan lama.

Akan tetapi meskipun alat pengemas vakum tersebut sangat berguna bagi responden yang memakai alat tersebut, masih ada keluhan yang mereka sampaikan saat wawancara. Beberapa keluhan yang responden berikan rata-rata juga sama, antara lain mahalnya alat, ukuran alat besar dan memakan tempat, ukuran alat yang kurang sesuai dengan produk yang dikemas, terkadang sealer masih bocor, berat dan susah dipindahkan sewaktu akan membersihkan area gudang, pemrograman alat rumit.