PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA

PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA CYBER CRIME DI INDONESIA

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Oleh : NIKO ESTRADIYANTO NIM. E0008196 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Semangat adalah kunci awal dari kesuksesan.

Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Kamu mungkin tak melihatnya, namun Tuhan tahu jalan keluarnya. Yakin dan percayalah kepadaNya.

Sebuah karya yang sederhana ini penulis persembahkan kepada :

Bapak dan Ibu tercinta, Drs. A. Nugroho Budi Rukisman, M.T., dan Emmy

Marliana Roostyastuti, yang senantiasa memberikan semangat dan kasih sayangnya, Mbak Vivi dan Dek susan yang penulis sayangi, Septika Mega Dewanti yang selalu memberikan dukungan dan cinta kepada penulis setiap saat, serta kawan-kawan sekalian yang turut membantu penulisan hukum (skripsi) ini.

Niko Estradiyanto. E0008196. 2012. PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA CYBER CRIME DI INDONESIA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk cyber crime di bidang perbankan, bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia kepada nasabah atas terjadinya cyber crime dalam internet banking, serta upaya apa saja yang dilakukan oleh bank terhadap ancaman cyber crime dalam internet banking yang dapat mengakibatkan kerugian bagi nasabah. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif ini, membantu penulis untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai perlindungan kepada nasabah bank atas terjadinya cyber crime dalam internet banking yang diberikan oleh Bank Indonesia. Sumber data primer diperoleh dari lokasi penelitian yaitu Bank Indonesia di Surakarta, dengan mewawancarai pegawai yang ditunjuk oleh pihak Bank Indonesia untuk mengetahui mengenai bentuk perlindungan kepada nasabah atas terjadinya cyber crime dalam internet banking. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa pengaturan Internet banking di Indonesia terdapat dalam Regulasi Bank Indonesia yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/30/DPNP tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum tanggal 12 Desember 2007, Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP tentang Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum tanggal 9 Desember 2011, serta Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum yang merupakan suatu pedoman bagi penyelesaian pengaduan nasabah.

Kata Kunci: Perlindungan, nasabah bank, cyber crime.

Niko Estradiyanto. E0008196. 2012. PROTECTION FOR BANK CUSTOMERS IN THE USE OF INTERNET BANKING FACILITIES OF THE CYBER CRIME IN INDONESIA. Faculty of Law Sebelas Maret University Surakarta.

This research aims to find out the cyber crime form in banking, the form of law protection the Government and Bank of Indonesia give to the customers against the cyber crime incidence in internet banking, as well as the measures the bank takes against the cyber crime threat in internet banking that can harm the customers. This study belonged to an sociologycal law research that was descriptive in nature. This descriptive sociologycal law research help the writer gives a clear description about the protection for the bank customer against the cyber crime incidence in internet banking given by Bank of Indonesia. The primary data source was obtained from the research location, namely the Bank of Indonesia in Surakarta, by interviewing the designated personnel of Bank of Indonesia to find out the form of protection to the customers against the cybercrime incidence in internet banking. Based on the obtained results of that study Internet banking in Indonesia arrangements contained in the Regulation of Bank Indonesia as outlined in the Circular Letter of Bank Indonesia No. 9/30/DPNP on the Application of Risk Management in Information Technology Usage by Commercial Banks on December 12, 2007, Bank Indonesia Circular Letter No. 13/28/DPNP on the Application of Anti-Fraud Strategy for Commercial Banks dated December 9, 2011, and Bank Indonesia Regulation No. 9/15/PBI/2007 on the Application of Risk Management in the Use of Information Technology by Commercial Banks, which is a guideline for the resolution of customer complaints.

Keywords: Protection, bank customer, cyber crime.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab oleh karena kasih dan rahmatNya, penulisan hukum (skripsi) yang berjudul

“PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA CYBER CRIME

DI INDONESIA ” ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini.

2. Bapak Rehnalemken Ginting, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana yang telah memberikan bantuan dan izin kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini.

3. Bapak Prof. Dr. Supanto, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing I skripsi penulis yang telah memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini hingga selesai.

4. Ibu Rofikah, S.H., M.H., selaku Pembimbing II skripsi penulis yang telah banyak membantu memberikan pengarahan, bimbingan, serta saran dari awal hingga akhir penulisan hukum ini.

5. Bapak Budi Setiyanto, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik penulis atas segala bimbingan dan pengarahan selama penulis menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

6. Ibu Diana Lukitasari, S.H., M.H., selaku dosen yang senantiasa memberikan arahan, motivasi, dan bahan-bahan literatur mengenai Cyber Crime bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik.

yang telah memberikan bekal ilmu hukum kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Bapak Tigor Silalahi, selaku Deputi pemimpin Bank Indonesia Surakarta, yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di Bank Indonesia Surakarta.

9. Bapak Benny Supriyadi, S.H., selaku salah satu majelis hakim di Pengadilan Negeri Karanganyar yang telah memberikan banyak masukan dalam proses penelitian.

10. Bapak Budi selaku pihak dari BNI ‟46 yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

11. Bapak, Ibu, kakak, dan adikku tercinta yang senantiasa memberikan semangat dan kasih sayang kepada penulis.

12. Seseorang yang spesial, Septika Mega Dewanti. Terima kasih banyak karena sudah banyak memberi masukan dan bantuan selama ini. Terima kasih juga untuk cinta, kasih sayang, waktu, tenaga serta segalanya yang telah diberikan.

13. Sahabat-sahabat penulis di kampus, Aryanto, Dimas Pramodya, Rangga Anwari yastiant, Gangga, Eli Puspitasari, Dhina Christy dan Nezz Anastacia. Bersama kalian, penulis melewati masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan suka dan duka.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya bagi penulis dalam menyusun penulisan hukum ini baik secara moril maupun materiil.

Dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki semua kekurangan yang ada dalam penulisan hukum ini. Semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Surakarta, Juli 2012

B. Kerangka Pemikiran ...........................................................

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................

A. Lokasi Penelitian .................................................................. 32

B. Bentuk-Bentuk Cyber crime Di Bidang Perbankan .............. 32

C. Upaya Perlindungan Hukum yang Diberikan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia Kepada Nasabah Bank ...... 43

1. Perlindungan Hukum dari Pemerintah ..............................

2. Lembaga Negara yang Menangani Permasalahan Cyber Crime 51

a. Kepolisian Republik Indonesia (Polri)............................

b. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)…………………………

3. Perlindungan Hukum dari Bank Indonesia .......................

D. Prospektif Pengaturan Dalam Upaya Penanggulangan Cyber Crime di Indonesia ................................................... 61

BAB IV PENUTUP ................................................................................

A. Simpulan ............................................................................

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini peran teknologi dalam dunia perbankan sangatlah mutlak, dimana kemajuan suatu sistem perbankan sangat dipengaruhi oleh peran teknologi informasi. Semakin berkembang dan kompleksnya fasilitas yang diterapkan perbankan untuk memudahkan pelayanan, itu berarti semakin beragam dan kompleks adopsi teknologi yang dimiliki oleh suatu bank. Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap bidang termasuk perbankan penerapan teknologi bertujuan selain untuk memudahkan operasional intern perusahaan, juga bertujuan untuk semakin memudahkan pelayanan terhadap nasabah atau customers. Apalagi untuk saat ini, khususnya dalam dunia perbankan hampir semua produk yang ditawarkan kepada customers serupa, sehingga persaingan yang terjadi dalam dunia perbankan adalah bagaimana memberikan produk yang serba mudah dan serba cepat.

Melalui penggunaan internet sebagai sarana pertukaran informasi di bidang komunikasi, maka waktu dan tempat bukanlah menjadi penghalang untuk melakukan transaksi perbankan. Oleh karenanya, internet banyak dipergunakan dalam kegiatan perbankan di berbagai negara maju, sebagai alat untuk mengakses data maupun informasi dari seluruh penjuru dunia. Electronic Fund Transfer (EFT) merupakan salah satu contoh inovasi dari penggunaan teknologi internet yang mendasar dalam Teknologi Sistem Informasi (TSI) di bidang perbankan. Contoh dari produk-produk EFT antara lain meliputi Anjungan Tunai Mandiri (ATM), electronic home banking (biasa disebut sebagai internet banking), dan money transfer network .

Internet banking merupakan salah satu pelayanan perbankan tanpa cabang, yaitu berupa fasilitas yang akan memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan tanpa perlu datang ke kantor cabang. Layanan yang diberikan internet banking kepada nasabah berupa transaksi pembayaran tagihan, informasi Internet banking merupakan salah satu pelayanan perbankan tanpa cabang, yaitu berupa fasilitas yang akan memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan tanpa perlu datang ke kantor cabang. Layanan yang diberikan internet banking kepada nasabah berupa transaksi pembayaran tagihan, informasi

Praktek internet banking ini jelas akan mengubah strategi bank dalam berusaha. Setidaknya ada faktor baru yang bisa mempengaruhi pengkajian suatu bank untuk membuka cabang baru atau menambah ATM. Internet banking memungkinkan nasabah untuk melakukan pembayaran-pembayaran secara online. Internet banking juga memberikan akomodasi kegiatan perbankan melalui jaringan komputer kapan saja dan dimana saja dengan cepat, mudah dan aman karena didukung oleh sistem pengamanan yang kuat. Hal ini berguna untuk menjamin keamanan dan kerahasian data serta transaksi yang dilakukan oleh nasabah.

Selain itu, dengan internet banking, bank bisa meningkatkan kecepatan layanan dan jangkauan dalam aktivitas perbankan. Dalam perkembangan teknologi perbankan seperti internet banking, pihak bank harus memperhatikan aspek perlindungan nasabah khususnya keamanan yang berhubungan dengan privasi nasabah. Keamanan layanan online ada empat, yaitu keamanan koneksi nasabah, keamanan data transaksi, keamanan koneksi server, dan keamanan jaringan sistem informasi dari server. Aspek penyampaian informasi produk perbankan sebaiknya disampaikan secara proporsional, artinya bank tidak hanya menginformasikan keunggulan atau kekhasan produknya saja, tapi juga sistem keamanan penggunaan produk yang ditawarkan.

Dalam prakteknya, internet banking mendapatkan berbagai macam serangan atau ancaman bagi pihak pengguna dan penyedia layanan internet banking . Contohnya serangan seperti man in the middle attack dan trojan horses dapat mengganggu keamanan layanan. Gambaran umum dari aktivitas yang sering

tersebut. Agar berhasil mengelabui user, website tersebut harus dibuat semirip mungkin dengan website bank yang sebenarnya. Kemudian user memasukkan password -nya, dan penyerang kemudian menggunakan informasi ini untuk mengakses website bank yang sebenarnya. Untuk mengecoh token, penyerang dapat mengirimkan challenge-response kepada user sebelum melakukan transaksi illegal. Sedangkan, trojan horses adalah program palsu dengan tujuan jahat yang disusupkan kepada sebuah program yang umum dipakai. Di sini para penyerang meng-install trojan ke komputer user. Ketika user mulai login ke website banknya, penyerang menumpangi sesi tersebut melalui trojan untuk melakukan transaksi yang diinginkannya. Trojan Horse berbeda dengan virus yang merusak lainnya, trojan horses tidak dapat diketahui keberadaannya (Sutan Remy Sjahdenini, 2009:157).

Untuk mencegah serangan-serangan tersebut, bank penyedia layanan internet banking perlu membentuk sebuah unit kerja khusus atau divisi pengamanan dan pencegahan kejahatan perbankan di dalam struktur bank tersebut dan Bank Indonesia yang fungsinya untuk melakukan penerapan kebijakan pengamanan sistem, melakukan penelitian untuk pencegahan terhadap ancaman atau kejahatan yang sudah ada maupun yang mungkin terjadi dan melakukan tindakan pemulihan (recovery) serta pemantauan transaksi perbankan selama 24 jam (Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi, 2001 : 95).

Dalam rangka melakukan pengawasan terhadap perbankan, Bank Indonesia perlu melakukan audit terhadap sistem teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan oleh perbankan untuk setiap kurun waktu tertentu. Serta melakukan training mengenai pemahaman dan pengendalian akses nasabah maupun pegawai perbankan tentang jaringan sistem internet banking, agar seluruh pegawai perbankan mengetahui bahwa merekapun juga dipantau. Juga diperlukan ketentuan (Peraturan atau Undang-Undang) agar perbankan bertanggung jawab dengan mengganti uang nasabah yang hilang akibat kelemahan sistem pengamanan internet banking, misalnya perbankan lalai meningkatkan sistem Dalam rangka melakukan pengawasan terhadap perbankan, Bank Indonesia perlu melakukan audit terhadap sistem teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan oleh perbankan untuk setiap kurun waktu tertentu. Serta melakukan training mengenai pemahaman dan pengendalian akses nasabah maupun pegawai perbankan tentang jaringan sistem internet banking, agar seluruh pegawai perbankan mengetahui bahwa merekapun juga dipantau. Juga diperlukan ketentuan (Peraturan atau Undang-Undang) agar perbankan bertanggung jawab dengan mengganti uang nasabah yang hilang akibat kelemahan sistem pengamanan internet banking, misalnya perbankan lalai meningkatkan sistem

Perlunya sosialisasi aktif dari perbankan kepada masyarakat atau nasabah dan pegawai perbankan mengenai bentuk-bentuk kejahatan yang dapat terjadi dengan produk atau layanan yang disediakannya. Menambah persyaratan formulir identitas pada waktu pembukaan rekening baru untuk pemeriksaan pada data base yang menghimpun daftar orang bermasalah dengan institusi keuangan. Saat ini sudah terdapat teknologi dan peraturan hukum yang dapat membuat internet banking menjadi aman, akan tetapi pihak perbankan dan pemerintah perlu terus mengupayakan agar penyelenggaraan internet banking lebih aman dan terjamin.

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan pihak perbankan untuk meningkatkan keamanan internet banking, misalnya melakukan standardisasi dalam pembuatan aplikasi internet banking. Contohnya, formulir internet banking yang mudah dipahami, sehingga user dapat mengambil tindakan yang sesuai, dan membuat buku panduan bila terjadi masalah dalam internet banking serta memberi informasi yang jelas kepada user (Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi, 2001 : 45).

Informasi merupakan hal yang sangat berharga bagi bank, mengingat bahwa bank merupakan lembaga kepercayaan. Oleh karena itu, pengamanan terhadap informasi tersebut baik dari penyalahgunaan yang disengaja ataupun pengungkapan informasi yang tidak bertanggung jawab serta bentuk-bentuk kecurangan lainnya sangat diperlukan. Namun, saat ini terdapat kesan bahwa para pelaku usaha perbankan dan masyarakat pada umumnya kurang peduli terhadap proses penanganan kasus-kasus tindak pidana internet banking. Maka dari itu perlu dilakukan upaya-upaya menyeluruh dari semua pihak untuk menuju ke arah yang lebih baik.

Dalam rangka perkembangan internet banking, pihak Bank Indonesia mengeluarkan regulasinya yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/30/DPNP tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan

bagi Bank Umum tanggal 9 Desember 2011. Bank Indonesia juga mengeluarkan panduan Pengamanan Penggunaan Teknologi Sistem Informasi oleh Bank dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum yang merupakan suatu pedoman bagi penyelesaian pengaduan nasabah. Pihak pemerintah dapat membebankan masalah keamanan internet banking kepada pihak bank, sehingga bila terjadi masalah kelalaian bank dalam suatu nilai tertentu, user dapat mengajukan klaim. Khusus perihal beban pembuktian, perlu dipikirkan kemungkinan untuk menerapkan omkering van bewijslast atau pembuktian terbalik untuk kasus-kasus cyber crime yang sulit pembuktiannya. Hakikat dari pembuktian terbalik ini adalah terdakwa wajib membuktikan bahwa dia tidak bersalah atas dakwaan yang dituduhkan kepada terdakwa.

Berdasarkan uraian di atas, Penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang tertuang dalam bentuk penulisan hukum dengan judul:

PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA CYBER CRIME DI INDONESIA.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk-bentuk cyber crime di bidang Perbankan?

2. Bagaimanakah upaya perlindungan hukum saat ini yang sudah diberikan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia kepada nasabah bank atas terjadinya cyber crime dalam internet banking?

3. Bagaimana prospektif pengaturan dalam upaya penanggulangan cyber crime di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan isu hukum yang timbul. Oleh karena itu, maka penelitan ini mempunyai tujuan obyektif dan subyektif, sehingga mampu mencari pemecahan isu hukum terkait. Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui bentuk cyber crime di bidang perbankan.

b. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia kepada nasabah atas terjadinya cyber crime dalam internet banking.

c. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh bank terhadap ancaman cyber crime dalam internet banking yang dapat mengakibatkan kerugian bagi nasabah.

2. Tujuan Subyektif

a. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Hukum dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakara.

b. Memperluas wawasan, pengetahuan, dan kemampuan penulis dalam mengkaji masalah di bidang hukum pidana, khususnya mengenai Perlindungan Nasabah Bank Dalam Penggunaan Fasilitas Internet Banking Atas Terjadinya Cyber Crime Di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini akan bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang Perlindungan Nasabah Bank Dalam Penggunaan Fasilitas Internet Banking Atas Terjadinya Cyber Crime Di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan bahan masukan bagi aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, lembaga pemasyarakatan, dan advokat) serta pihak bank, sehingga aparat penegak hukum dan para pihak yang terlibat dalam transaksi elektronik mempunyai persepsi yang sama. Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai dasar perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi melalui internet banking di Indonesia. Sehingga dengan adanya penelitian ini pemerintah dapat segera menyosialisasikan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

b. Memberikan pendalaman, pengetahuan, dan pengalaman yang baru kepada penulis mengenai permasalahan hukum yang dikaji, sehingga dapat berguna bagi penulis maupun orang lain di kemudian hari.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan sebaik-baiknya untuk mengadakan dan mencapai tujuan penelitian. Pemilihan metode penelitian adalah hal yang sangat signifikan dalam suatu penelitian ilmiah karena nilai, validitas, dan hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh metode yang digunakan.

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam

1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis pergunakan yaitu penelitian yang langsung dilakukan di lapangan. Penulis dalam penulisan hukum ini melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang berkaitan dengan materi penulisan dengan melakukan studi langsung ketiga tempat, yakni kantor Bank Indonesia, PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk, serta Pengadilan Negeri Karanganyar.

2. Sifat Penelitian Ditinjau dari sifatnya, penulisan hukum ini termasuk dalam penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat (Soerjono Soekanto, 2008:10). Penelitian bersifat deskriptif ini, membantu penulis untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai perlindungan kepada nasabah bank atas terjadinya cyber crime dalam internet banking yang diberikan oleh Bank Indonesia.

3. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto, pendekatan kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan responden secara lisan dan perilaku nyata (Soerjono Soekanto, 2008:32).

4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat penulis akan melakukan penelitian 4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat penulis akan melakukan penelitian

5. Jenis Data

a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi objek penelitian atau yang diperoleh langsung dari narasumber yang berupa keterangan atau fakta-fakta (Soerjono Soekanto, 2008:12). Dalam hal ini narasumber yang dimaksud adalah Ibu Mega yakni salah seorang pegawai di bidang Perbankan pada kantor Bank Indonesia Surakarta, Ibu Judith yang merupakan salah seorang pegawai PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk di bagian Customers Service bidang Internet Banking, serta Bapak Benny, S.H., yang merupakan salah seorang majelis hakim di Pengadilan Karanganyar.

b. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data primer yang diperoleh dari dari studi kepustakaan yaitu membaca dan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku, literatur, dan studi dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

6. Sumber Data

a. Sumber data primer Sumber data utama atau data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau wawancara sumber ini dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes (Lexy J.Moleong, 2007:157-163). Sumber data primer dalam penelitian penulisan hukum ini diperoleh dari lokasi penelitian yaitu Bank Indonesia di Surakarta, dengan mewawancarai pegawai yang ditunjuk, yakni ibu Mega,

(persero) Tbk di bagian Customers Service bidang Internet Banking, serta Bapak Benny, S.H., salah seorang majelis hakim di Pengadilan Karanganyar.

b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data yang mendukung data primer. Di dalam penelitian hukum, dipergunakan pula data sekunder yang terdiri dari (Soerjono Soekanto, 2008:51):

1) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan judul serta rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan hukum ini, maka bahan hukum primernya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), serta Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Sesuai dengan permasalahan hukum yang diangkat dalam penelitian hukum ini, maka bahan hukum sekundernya adalah antara lain; hasil-hasil penelitian yang dilakukan dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan langsung dengan permasalahan hukum yang diangkat, yakni Bank Indonesia selaku bank sentral yang memberikan regulasi mengenai bentuk perlindungan kepada nasabah atas terjadinya cyber crime dalam internet banking.

3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Sesuai dengan judul serta permasalahan dalam penelitian hukum ini, maka bahan hukum tersiernya adalah antara lain; Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum atau black’s law 3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Sesuai dengan judul serta permasalahan dalam penelitian hukum ini, maka bahan hukum tersiernya adalah antara lain; Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum atau black’s law

1) Pewawancara;

2) Yang diwawancarai;

3) Situasi wawancara.

b. Studi Kepustakaan Studi dokumen atau kepustakaan adalah kegiatan mengumpulkan dan memeriksa atau menelusuri dokumen-dokumen atau kepustakaan yang dapat memberikan informasi atau keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti (Syamsudin, 2007:101).

8. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk menguraikan dan memecahkan masalah yang diteliti berdasarkan data-data yang sudah dikumpulkan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis model interaktif

(interactive model of analysis). Langkah-langkah analisis model tersebut adalah:

a. Reduksi data Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Reduksi data juga merupakan bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat dilakukan.

Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab permasalahan yang diteliti. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan, dan juga tabel sebagai pendukung narasinya.

c. Penarikan kesimpulan/verifikasi Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yang perlu untuk diverifikasi, berupa suatu pengulangan dari tahap pengumpulan data yang terdahulu dan dilakukan secara lebih teliti setelah data tersaji. Hal ini merupakan tahap akhir dari suatu penelitian yang dilakukan dengan didasarkan pada hal yang ada dalam reduksi maupun penyajian data. Penulis menggunakan model analisis interaktif dalam penelitian ini, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

Ketiga komponen tersebut (proses analisa interaktif) dimulai pada waktu pengumpulan data penelitian, dalam hal ini peneliti mengumpulkan data berdasarkan wawancara dengan narasumber dari lokasi penelitian yaitu Bank Indonesia di Surakarta, dengan mewawancarai pegawai yang ditunjuk, yakni ibu Mega, salah seorang pegawai di bidang Perbankan pada kantor Bank

Pengumpulan

data

Sajian Data

Reduksi

Data

Penarikan Kesimpulan /

verifikasi

Indonesia (persero) Tbk di bagian Customers Service bidang Internet Banking, serta Bapak Benny, S.H., salah seorang majelis hakim di Pengadilan Karanganyar. Selanjutnya, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data. Dan setelah pengumpulan data selesai, tahap selanjutnya peneliti mulai menarik kesimpulan dengan memverifikasi berdasarkan apa yang terdapat dalam sajian data. Aktifitas yang dilakukan dengan suatu siklus antara komponen-komponen tersebut akan didapatkan data-data yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan masalah yang diteliti. Apabila kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data. Penelitian kualitatif prosesnya berlangsung dalam bentuk siklus (H.B. Soetopo, 2002 : 91-96).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk lebih memudahkan penulisan hukum ini, maka penulis dalam penelitiannya membagi penulisan hukum ini menjadi empat bab dan dalam tiap- tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab kedua ini membahas mengenai Kerangka Teoritis dan Kerangka Pemikiran. Kerangka teoritis yang mendasari penulisan ini adalah tinjauan umum mengenai cyber crime, pemahaman tentang internet Bab kedua ini membahas mengenai Kerangka Teoritis dan Kerangka Pemikiran. Kerangka teoritis yang mendasari penulisan ini adalah tinjauan umum mengenai cyber crime, pemahaman tentang internet

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis memaparkan mengenai hasil dari penelitian yang dilakukan, yaitu hasil tentang bentuk perlindungan yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada nasabah bank atas terjadinya cyber crime dalam internet banking dikaitkan dengan bentuk perlindungan hukum dari Pemerintah yang tertuang di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini sebagai bagian akhir dari penulisan penelitian mengenai kesimpulan dan saran sebagai suatu masukan maupun perbaikan dari apa saja yang telah didapatkan selama penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Cyber Crime

a. Pengertian Cyber Crime Teknologi merupakan hasil dari perkembangan budaya, ia dapat menjadi alat perubahan di tengah masyarakat. Kemajuan teknologi merupakan hasil budaya manusia di samping membawa dampak positif, dalam arti dapat didayagunakan untuk kepentingan manusia juga membawa dampak negatif terhadap perkembangan dan peradaban manusia sendiri. Dampak negatif yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan dunia kejahatan (Jurnal Sentris Teknologi dan Informasi Volume 3 Nomor

1 Tahun 2006, Ahmad Basori 2006:181). Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang modern, manusia mendapatkan kenyamanan dan kemudahan-kemudahan untuk menyebarkan informasi dan menjalin komunikasi dengan orang lain di belahan dunia manapun. Pengaruh internet telah mengubah jarak dan waktu menjadi tidak terbatas. Melalui media internet, orang bisa melakukan berbagai aktivitas yang sulit dilakukan dalam dunia nyata (real) karena kendala jarak dan waktu. Internet mengubah paradigma komunikasi manusia dalam bergaul, berbisnis, dan menjalin hubungan dalam jejaring sosial dengan sesama.

Dalam menggunakan jasa pada dunia maya, masyarakat cenderung bebas berinteraksi, beraktivitas dan berkreasi yang hampir sempurna pada semua bidang. Masyarakat sedang membangun kebudayaan baru di ruang maya yang dikenal dengan istilah cyber space. Menurut Howard Rheingold, cyber space adalah sebuah ruang imajiner atau ruang maya

(Abdul Wahid, 2005: 32). Cyber space merupakan tempat kita berada ketika kita mengarungi dunia informasi global interaktif yang bernama internet.

Menurut John Suler dalam artikelnya yang berjudul The Psykology of Cyber space , Overview And Guided Tour menganggap bahwa cyber space adalah ruang psikologis, dan sebagai ruang psikologis, keberadaannya tidaklah tergantung pada batas-batas konvensional mengenai keberadaan benda-benda berwujud. Bedanya dengan benda yang wujudnya berada dalam dunia nyata, cyber space sebagai hasil teknologi tidak berada dalam dunia nyata, namun cyber space betul-betul ada (Agus Raharjo, 2002: 93).

Realitas atau alam baru yang terbentuk oleh medium internet ini pada perkembangannya menciptakan masyarakat baru sebagai warganya yang dalam istilah pengguna dan pemerhati internet lazim disebut Netizen.

Cyber space menawarkan manusia untuk “hidup” dalam dunia alternatif. Sebuah dunia yang dapat mengambil alih dan menggantikan realitas yang ada, yang lebih menyenangkan dari kesenangan yang ada, yang lebih fantastis dari fantasi yang ada, yang lebih menggairahkan dari kegairahan yang ada, sehingga kehidupan manusia tidak lagi hanya merupakan aktivitas yang bersifat fisik dalam dunia nyata (real) belaka, akan tetapi menjangkau juga aktivitas non fisik yang dilakukan secara virtual.

Cyber space telah pula menciptakan bentuk kejahatan baru, sebagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi yaitu kejahatan yang berkaitan dengan aplikasi internet yang dalam istilah asing disebut cyber crime yaitu segala kejahatan yang dalam modus operandinya menggunakan fasilitas internet. Kejahatan ini sering dipersepsikan sebagai kejahatan yang dilakukan dalam ruang atau dunia cyber. Cyber crime merupakan kejahatan bentuk baru yang sama sekali berbeda dengan bentuk-bentuk Cyber space telah pula menciptakan bentuk kejahatan baru, sebagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi yaitu kejahatan yang berkaitan dengan aplikasi internet yang dalam istilah asing disebut cyber crime yaitu segala kejahatan yang dalam modus operandinya menggunakan fasilitas internet. Kejahatan ini sering dipersepsikan sebagai kejahatan yang dilakukan dalam ruang atau dunia cyber. Cyber crime merupakan kejahatan bentuk baru yang sama sekali berbeda dengan bentuk-bentuk

Dalam beberapa literatur, cyber crime sering diidentikan dengan computer crime . Menurut Kepolisian Inggris, cyber crime adalah segala macam penggunaan jaringan komputer untuk tujuan kriminal dan atau kriminal berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan kemudahan teknologi digital (Abdul Wahid, 2005: 32).

Cyber crime merupakan suatu istilah umum yang pengertiannya mencakup berbagai tindak pidana yang menggunakan teknologi komputer sebagai suatu komponen sentral. Dengan demikian cyber crime bisa berupa: tindakan sengaja merusak properti, masuk tanpa ijin, pencurian hak milik intelektual, perbuatan cabul, pemalsuan, pornografi anak, pencurian dan beberapa tindak pidana lainnya.

Istilah cyber crime sampai saat ini belum ada kesatuan pendapat bahkan tidak ada pengakuan internasional mengenai istilah baku, tetapi ada yang menyamakan istilah cyber crime dengan computer crime. Demikian juga sampai saat ini sepengetahuan penulis belum ada istilah baku atau definisi secara yuridis untuk menunjuk jenis kejahatan yang lebih dikenal dengan sebutan cyber crime ini.

b. Jenis-jenis Katagori Cyber Crime Dikdik M. Arief Mansur menyebutkan jenis-jenis kejahatan yang masuk dalam kategori cyber crime sebagai berikut (Dikdik M. Arief Mansur, 2005:26-27):

1) Cyber pornography: penyebarluasan obscene materials termasuk

pornography, indecent exposure, dan child pornography.

2) Cyber harassment: pelecehan seksual melalui e-mail, websites dan chat programs.

3) Cyber stalking: crimes of stalking melalui penggunaan komputer dan internet.

bertentangan dengan hukum.

5) Carding (credit card fraud): melibatkan berbagai macam aktifitas yang melibatkan kartu kredit. Carding muncul ketika seseorang yang bukan pemilik kartu kredit menggunakan kartu kredit tersebut secara melawan hukum.

Kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi yang berbasis komputer dan jaringan telekomunikasi dikelompokkan dalam beberapa bentuk sesuai modus operandi yang ada, antara lain (Sutan Remy Sjahdeini, 2009:195):

1) Unauthorized Access to Computer System and Service

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatusistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukannya hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi Internet.

2) Illegal Contents Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke Internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum.

3) Data Forgery Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen- dokumen penting yang tersimpan sebagai scripless document melalui Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e- commerce dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku karena korban akan 3) Data Forgery Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen- dokumen penting yang tersimpan sebagai scripless document melalui Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e- commerce dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku karena korban akan

4) Cyber Espionage Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan Internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data pentingnya (data base) tersimpan dalam suatu sistem yang computerized (tersambung dalam jaringan komputer)

5) Cyber Sabotage and Extortion Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan Internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, yaitu memasukan virus komputer ke dalam suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku.

6) Offense against Intellectual Property Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki pihak lain di Internet. Sebagai contoh, peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di Internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain, dan sebagainya.

7) Infringements of Privacy Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain, maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu kredit atau nomor PIN ATM menjadi tidak dapat

Indonesia Dalam upaya menangani kasus-kasus yang terjadi para penyidik melakukan analogi atau perumpamaan dan persamaaan terhadap Pasal- Pasal yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal-Pasal di dalam KUHP biasanya digunakan lebih dari satu Pasal karena melibatkan beberapa perbuatan sekaligus. Pasal-Pasal yang dapat dikenakan dalam KUHP pada cyber crime antara lain :

1) Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk penyebaran pornografi maupun website porno yang banyak beredar dan mudah diakses di Internet. Walaupun berbahasa Indonesia, sangat sulit sekali untuk menindak pelakunya karena mereka melakukan pendaftaran domain tersebut di luar negeri dimana pornografi yang menampilkan orang dewasa bukan merupakan hal yang ilegal.

2) Pasal 303 KUHP dapat dikenakan untuk menjerat permainan judi yang dilakukan secara online di Internet dengan penyelenggara dari Indonesia.

3) Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pencemaran nama baik dengan menggunakan media Internet. Modusnya adalah pelaku menyebarkan email kepada teman-teman korban tentang suatu cerita yang tidak benar atau mengirimkan email ke suatu mailing list sehingga banyak orang mengetahui cerita tersebut.

4) Pasal 335 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pengancaman dan pemerasan yang dilakukan melalui e-mail yang dikirimkan oleh pelaku untuk memaksa korban melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelaku dan jika tidak dilaksanakan akan membawa dampak yang membahayakan. Hal ini biasanya dilakukan karena pelaku biasanya mengetahui rahasia korban.

5) Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding pelaku mencuri nomor kartu kredit milik orang lain, walaupun tidak secara fisik karena 5) Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding pelaku mencuri nomor kartu kredit milik orang lain, walaupun tidak secara fisik karena

6) Pasal 378 KUHP dapat dikenakan untuk penipuan dengan seolah olah menawarkan dan menjual suatu produk atau barang dengan memasang iklan di salah satu website sehingga orang tertarik untuk membelinya lalu mengirimkan uang kepada pemasang iklan. Tetapi, pada kenyataannya, barang tersebut tidak ada. Hal tersebut diketahui setelah uang dikirimkan dan barang yang dipesankan tidak datang sehingga pembeli tersebut menjadi tertipu.

7) Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang membuat sistem milik orang lain, seperti website atau program menjadi tidak berfungsi atau dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pengaturan mengenai cyber crime yang berkaitan dengan kerahasiaan, integritas dan keberadaan data dan sistem komputer berdasarkan kebijakan hukum positif yang ada di Indonesia yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi adalah:

1) Illegal Access (akses secara tidak sah terhadap sistem komputer) Merupakan tindakan yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan akses secara tidak sah terhadap seluruh atau sebagian sistem komputer, dengan maksud untuk mendapatkan data komputer atau maksud tidak balk lainnya, atau berkaitan dengan sistem komputer yang dihubungkan dengan sistem komputer lain. Hacking merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini yang sangat sering terjadi. Perbuatan melakukan akses secara tidak sah terhadap sistem komputer belum ada diatur secara jelas di dalam sistem 1) Illegal Access (akses secara tidak sah terhadap sistem komputer) Merupakan tindakan yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan akses secara tidak sah terhadap seluruh atau sebagian sistem komputer, dengan maksud untuk mendapatkan data komputer atau maksud tidak balk lainnya, atau berkaitan dengan sistem komputer yang dihubungkan dengan sistem komputer lain. Hacking merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini yang sangat sering terjadi. Perbuatan melakukan akses secara tidak sah terhadap sistem komputer belum ada diatur secara jelas di dalam sistem

hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

Ketentuan pidana Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik diatur dalam Pasal 46 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. untuk ayat 1, ketentuan pidananya yaitu pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). Sedangkan ayat 2 Pasal 46 memberikan ketentuan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah). Sementara untuk ayat 3, ketentuan pidananya adalah pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).