MAKALAH TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME UN (1)
MAKALAH PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
“TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME”
DISUSUN OLEH :
AHMAD SAIDI
HALLA
FAIZAL NUR
IRFANSYAH
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami bisa menyelsaikan makalah tentang “TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME”
yang sangat sederhana ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw. Mudah-mudahan dengan kita selalu bersholawat kepada beliau kita akan
mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti, amin yarobbal alamin. Kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah ini, dan kepada teman-teman yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat di selesaikan. Walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin, kami
yakin bahwa makalah ini jauh dari dari sempurna.
Kami berharap dan berdoa mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan khususnya bagi pembaca
Tarakan, 23 September 2014
Penulis
(i)
DAFTAR ISI
Kata pengantar ...................................................................................................
i
Daftar isi ............................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................. 1
a. Latar Belakang ............................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
c. Tujuan ......................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan ............................................................................................ 3
a. Pengertian Konstruktivisme ....................................................................... 3
b. Ciri-ciri Teori belajar Konstruktivisme ...................................................... 4
c. Prinsip Belajar Teori Konstruktivisme …………………………………… 4
d. Proses Teori Belajar Konstruktivisme …………………………………..... 5
e. Kelebihan & Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme ……………….. 8
f. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme di Dalam Kelas ………………. 9
Bab III Penutup ……………………………………………………………….. 12
a. Kesimpulan ................................................................................................ 12
b. Saran …………………………………………………………………….. 12
c. Daftar Pustaka ............................................................................................ 12
(ii)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usaha
mengembangkan
manusia
dan
masyarakat
yang
memiliki
kepekaan,mandiri,
bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, sertamampu berkolaborasi
dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yangmampu melihat kaitan
antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk
mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja,melainkan harus diinterpretasikansendiri oleh
masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yangsudah ada, melainkan
suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itukeaktifan seseorang sangat
menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya.Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harusdikonstruksikan sendiri oleh peserta
didik tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai
fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan
ketika peserta didik,mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran
agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaranmenjadi bermakna
dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka
seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsepyang benar, bahkan dapat memunculkan
sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan
pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah
ada dan di mana mungkinkonsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu
siswa dalammengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.
1
Melihat dari permasalahan tersebut, melatarbelakangi makalah ini. Selain itu juga untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa
dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri,sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta
didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa
dan pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Konstruktivisme ?
2. Apakah ciri-ciri pembelaran dari teori belajar Konstruktivisme ?
3. Bagaimana prinsip belajar Teori Konstruktivisme ?
4. Bagaimana proses belajar menurut teori Kostruktivisme ?
5. Apakah kekurangan dan kelebihan dari teori belajar Konstruktivisme ?
6. Bagaiman Implementasi teori belajar Konstruktivisme ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu teori belajar Kosntruktivisme ?
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran Konstruktivisme ?
3. Untuk mengetahui prinsip belajar teori belajar Konstruktivisme ?
4. Untuk mengetahui proses belajar menurut teori Konstruktivisme ?
5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari teori belajar Konstruktivisme ?
6. Untuk mengetahui Implementasi dari teori belajar Konstruktivisme ?
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat faktafakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas
anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.sedangkan teori
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin
belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan
hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan
kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam
memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa ke tingkat pemahaman
yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata – kata
3
mereka sendiri.
B. Ciri-Ciri Teori Belajar Konstruktivisme :
Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.
Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan pada hasil.
Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
Menekankan pentingnya “bagaimana siswa belajar”.
Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain
dan guru.
C. Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar
adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
4
7. Mencari dan menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan
didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar
yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya
dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi nantinya.
Tetapi harus diupayakan agar siswa tersebut lah yang harus meraihnya.
D. Proses Teori Belajar Konstruktivisme
Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melaui
proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju
pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Ada beberapa pandangan dari segi konstruktivistik, dan
dari aspek-aspek si-belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.
5
Proses belajar konstruktivistik. Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan
kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri
siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamanya melalui proses
asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan
belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta
yang terlepas-lepas.
Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam
memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan dan lingkungan belajarnya bahkan
pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar
seperti nilai, ijasah, dan sebagainya.
1. Peranan Siswa (Si-Belajar)
Menurut pandangan konstrktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata
lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya
paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan
istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada
siswa.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi
dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun
kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat
guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
2. Peranan Guru
6
Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa
untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran
atau cara pandang siswa dalam belaajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya
cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi:
Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak.
Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa
mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
3. Sarana Belajar
Sarana belajar. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam
kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan
cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan
masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung
jawabkan pemikirannya secara rasional.
4. Evaluasi belajar.
7
Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung
munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi
pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Hal ini
memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik. Ada
perbedaan penerapan evaluasi belajar antara pandangan behavioristik (tradisional) yang
obyektifis konstruktivistik. Pembelajaran yang diprogramkan dan didesain banyak
mengacu pada obyektifis, sedangkan Piagetian dan tugas-tugas belajar discovery lebih
mengarah pada konstruktivistik. Obyektifis mengakui adanya reliabilitas pengetahuan,
bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, dan tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi. Guru bertugas untuk menyampaikan pengetahuan tersebut.
Realitas dunia dan strukturnya dapat dianalisis dan diuraikan, dan pemahaman seseorang
akan dihasilkan oleh proses-proses eksternal dari struktur dunia nyata tersebut, sehingga
belajar merupakan asimilasi objek-objek nyata. Tujuan para perancang dan guru-guru
tradisional adalah menginterpretasikan kejadian-kejadian nyata yang akan diberikan
kepada para siswanya.
E. Kelebihihan dan Kekurangan Teori Belajar Konsrtuktivisme
Kelebihan:
Siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjadi ide dan membuat keputusan
Siswa akan lebih mengerti dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
Dalam aspek mengingat siswa Siswa akan lebih lama ingat suatu konsep
Dan dalam aspek kemahiran social siswa dapat berinteraksi dengan mudah.
Kekurangan:
8
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
F. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme di Dalam Kelas
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme yang telah dijelaskan diatas, berikut ini
dipaparkan tentang penerapannya di kelas :
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa
berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa menemukan identitas intelektual
mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis
serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar
mereka sendiri serta menjadi “pemecah masalah” (problem solvers).
b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa
waktu kepada siswa untuk merespon
Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasangagagsan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa
merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan
dalam melakukan penyelidikan.
c. Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi
9
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para
siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yan
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep
melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif
sangant membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya.
Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan
sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyama dan aman untuk
mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta di
kelas.
e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya
diskusi
Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme
dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji
hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
10
f. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi
interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para
siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Guru
kemudian membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang
fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
BAB III
11
PENUTUP
12
a. Kesimpulan
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
b. Saran
Dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan situasi yang kondusif dalam pembelajaran
guru hendaknya mengambil posisi sebagai pasilitator dan mediator pembelajaran. Peran
sebagai pasilitator dan mediator pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas
kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dan argumentasinya sehingga proses negosiasi
makna dapat dilaksanakan. Melalui nogosiasi makna, siswa akan terhindar dari cara belajar
menghafal.
c. Daftar Pustaka
winataputra, Udin S.(2007).teori belajar dan pembelajaran. Jakarta : Penerbitan Universitas
Terbuka
https://www.academia.edu/5687187/MAKALAH_TEORI_KONSTRUKTIVISME
“TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME”
DISUSUN OLEH :
AHMAD SAIDI
HALLA
FAIZAL NUR
IRFANSYAH
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami bisa menyelsaikan makalah tentang “TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME”
yang sangat sederhana ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw. Mudah-mudahan dengan kita selalu bersholawat kepada beliau kita akan
mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti, amin yarobbal alamin. Kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah ini, dan kepada teman-teman yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat di selesaikan. Walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin, kami
yakin bahwa makalah ini jauh dari dari sempurna.
Kami berharap dan berdoa mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan khususnya bagi pembaca
Tarakan, 23 September 2014
Penulis
(i)
DAFTAR ISI
Kata pengantar ...................................................................................................
i
Daftar isi ............................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................. 1
a. Latar Belakang ............................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
c. Tujuan ......................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan ............................................................................................ 3
a. Pengertian Konstruktivisme ....................................................................... 3
b. Ciri-ciri Teori belajar Konstruktivisme ...................................................... 4
c. Prinsip Belajar Teori Konstruktivisme …………………………………… 4
d. Proses Teori Belajar Konstruktivisme …………………………………..... 5
e. Kelebihan & Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme ……………….. 8
f. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme di Dalam Kelas ………………. 9
Bab III Penutup ……………………………………………………………….. 12
a. Kesimpulan ................................................................................................ 12
b. Saran …………………………………………………………………….. 12
c. Daftar Pustaka ............................................................................................ 12
(ii)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usaha
mengembangkan
manusia
dan
masyarakat
yang
memiliki
kepekaan,mandiri,
bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, sertamampu berkolaborasi
dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yangmampu melihat kaitan
antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk
mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja,melainkan harus diinterpretasikansendiri oleh
masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yangsudah ada, melainkan
suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itukeaktifan seseorang sangat
menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya.Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harusdikonstruksikan sendiri oleh peserta
didik tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai
fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan
ketika peserta didik,mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran
agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaranmenjadi bermakna
dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka
seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsepyang benar, bahkan dapat memunculkan
sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan
pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah
ada dan di mana mungkinkonsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu
siswa dalammengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.
1
Melihat dari permasalahan tersebut, melatarbelakangi makalah ini. Selain itu juga untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa
dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri,sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta
didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa
dan pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Konstruktivisme ?
2. Apakah ciri-ciri pembelaran dari teori belajar Konstruktivisme ?
3. Bagaimana prinsip belajar Teori Konstruktivisme ?
4. Bagaimana proses belajar menurut teori Kostruktivisme ?
5. Apakah kekurangan dan kelebihan dari teori belajar Konstruktivisme ?
6. Bagaiman Implementasi teori belajar Konstruktivisme ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu teori belajar Kosntruktivisme ?
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran Konstruktivisme ?
3. Untuk mengetahui prinsip belajar teori belajar Konstruktivisme ?
4. Untuk mengetahui proses belajar menurut teori Konstruktivisme ?
5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari teori belajar Konstruktivisme ?
6. Untuk mengetahui Implementasi dari teori belajar Konstruktivisme ?
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat faktafakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas
anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.sedangkan teori
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin
belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan
hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan
kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam
memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa ke tingkat pemahaman
yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata – kata
3
mereka sendiri.
B. Ciri-Ciri Teori Belajar Konstruktivisme :
Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.
Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan pada hasil.
Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
Menekankan pentingnya “bagaimana siswa belajar”.
Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain
dan guru.
C. Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar
adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
4
7. Mencari dan menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan
didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar
yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya
dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi nantinya.
Tetapi harus diupayakan agar siswa tersebut lah yang harus meraihnya.
D. Proses Teori Belajar Konstruktivisme
Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melaui
proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju
pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Ada beberapa pandangan dari segi konstruktivistik, dan
dari aspek-aspek si-belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.
5
Proses belajar konstruktivistik. Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan
kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri
siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamanya melalui proses
asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan
belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta
yang terlepas-lepas.
Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam
memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan dan lingkungan belajarnya bahkan
pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar
seperti nilai, ijasah, dan sebagainya.
1. Peranan Siswa (Si-Belajar)
Menurut pandangan konstrktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata
lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya
paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan
istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada
siswa.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi
dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun
kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat
guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
2. Peranan Guru
6
Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa
untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran
atau cara pandang siswa dalam belaajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya
cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi:
Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak.
Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa
mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
3. Sarana Belajar
Sarana belajar. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam
kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan
cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan
masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung
jawabkan pemikirannya secara rasional.
4. Evaluasi belajar.
7
Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung
munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi
pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Hal ini
memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik. Ada
perbedaan penerapan evaluasi belajar antara pandangan behavioristik (tradisional) yang
obyektifis konstruktivistik. Pembelajaran yang diprogramkan dan didesain banyak
mengacu pada obyektifis, sedangkan Piagetian dan tugas-tugas belajar discovery lebih
mengarah pada konstruktivistik. Obyektifis mengakui adanya reliabilitas pengetahuan,
bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, dan tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi. Guru bertugas untuk menyampaikan pengetahuan tersebut.
Realitas dunia dan strukturnya dapat dianalisis dan diuraikan, dan pemahaman seseorang
akan dihasilkan oleh proses-proses eksternal dari struktur dunia nyata tersebut, sehingga
belajar merupakan asimilasi objek-objek nyata. Tujuan para perancang dan guru-guru
tradisional adalah menginterpretasikan kejadian-kejadian nyata yang akan diberikan
kepada para siswanya.
E. Kelebihihan dan Kekurangan Teori Belajar Konsrtuktivisme
Kelebihan:
Siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjadi ide dan membuat keputusan
Siswa akan lebih mengerti dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
Dalam aspek mengingat siswa Siswa akan lebih lama ingat suatu konsep
Dan dalam aspek kemahiran social siswa dapat berinteraksi dengan mudah.
Kekurangan:
8
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
F. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme di Dalam Kelas
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme yang telah dijelaskan diatas, berikut ini
dipaparkan tentang penerapannya di kelas :
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa
berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa menemukan identitas intelektual
mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis
serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar
mereka sendiri serta menjadi “pemecah masalah” (problem solvers).
b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa
waktu kepada siswa untuk merespon
Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasangagagsan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa
merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan
dalam melakukan penyelidikan.
c. Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi
9
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para
siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yan
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep
melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif
sangant membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya.
Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan
sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyama dan aman untuk
mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta di
kelas.
e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya
diskusi
Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme
dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji
hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
10
f. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi
interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para
siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Guru
kemudian membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang
fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
BAB III
11
PENUTUP
12
a. Kesimpulan
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
b. Saran
Dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan situasi yang kondusif dalam pembelajaran
guru hendaknya mengambil posisi sebagai pasilitator dan mediator pembelajaran. Peran
sebagai pasilitator dan mediator pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas
kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dan argumentasinya sehingga proses negosiasi
makna dapat dilaksanakan. Melalui nogosiasi makna, siswa akan terhindar dari cara belajar
menghafal.
c. Daftar Pustaka
winataputra, Udin S.(2007).teori belajar dan pembelajaran. Jakarta : Penerbitan Universitas
Terbuka
https://www.academia.edu/5687187/MAKALAH_TEORI_KONSTRUKTIVISME