Pendidikan Anti Korupsi Disusun oleh

Pendidikan Anti Korupsi

Disusun oleh:
Rani Nurhayati
Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang
Tahun Pelajaran 2015/2016

i

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur alhamdulillah selalu dipanjatkan penulis kepada ALLAH SWT yang
telah memberi taufiq dan hidayahnya sehingga dalam kesempatan ini penulis dapat
menyelesaikan makalah sebagai tugas pendidikan anti korupsi dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka meningkatkan kompetisi mahasiswa dalam
bidang yang diambil. Penulis berharap makalah ini dapat memberiakan manfaat bagi
semua orang serta menambah wawasan dan pengetahuan diluar universitas maupun
didalam universitas bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekeliruan baik yang sengaja maupun tidak disengaja, untuk itu penulis meminta
maaf yang sebesar-besarnya. Mengingat keterbatasan penulis, saran dan kritik
membangun dari pembaca sangat diharapkan demi menyempurnakan dan memperbaiki
makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang, 6 April 2016

Penulis

ii

Daftar isi
Judul......................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A.
B.
C.

D.
E.

Latar Belakang Masalah......................................................................1
Rumusan Masalah...............................................................................1
Tujuan Penulisan.................................................................................1
Manfaat Penulisan...............................................................................1
Metode Penulisan................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................3
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................4
a. Pengertian Korupsi..............................................................................3
b. Bentuk dan Jenis korupsi.....................................................................5
c. Contoh korupsi....................................................................................6
BAB IV PENUTUP...............................................................................................8
Daftar Pustaka.......................................................................................................9

iii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah kehidupan manusia, korupsi bukanlah hal baru, sejak manusia hidup
bermasyarakat, sudah tumbuh perilaku koruptif atau menyimpang, yang tida sesuai
dengan norma sosial yang berlaku. Manusia dan kelompok sosial yang hidup dalam
persaingan memperebutkan tanah dan sumber daya alam untuk keperluan hidup, telah
mendorongnya bertindak menyimpang, memanipulasi, menipu dan melakukan dengan
segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Korupsi dapat diartikan sebgai penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan dan sebagainya) untu keuntungan pribadi atau orang lain (pusat bahasa
Depdiknas. 2002:597). Korupsi dipahami sebagai perbuatan buruk, rusak, kotor,
menggunakan barang atau uang milik orang lain (perusahaan atau negara) secara
menyimpang untuk keuntungan diri sendiri. Sekarang korupsi tidak hanya dilakukan
oleh pihak yang memiliki jabatan tinggi tetapi korupsi dapat dilakukan oleh siapa saja
termasuk anak kecil usia sekolah seperti siswa yang mencontek disaat ujian ini
merupakan korupsi kecil yang dilakukan oleh siswa sekolah.
Mengapa korupsi bisa terjadi? Menurut Nugroho dan Tri Hanurita (2005:116)
memcatat 7 alasan mengapa korupsi bisa tumbuh dan berkembang terutama di negara
berkembang. Pertama kemiskinan ,kekuasaan, budaya, ketidaktahuan, rendahnya
kualitas moral masyarakat, lemahnya elembagaan politik suatu negara, korupsi terjadi

karena penyakit bersama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari korupsi?
2. Apa bentuk dan jenis korupsi?
3. Apa contoh korupsi?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian dari korupsi
2. Mengetahui bentuk dan jenis korupsi
3. Mengetahui contoh korupsi
D. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis : menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai korupsi.

1

2. Bagi pembaca : media sistem informasi tentang korupsi
E. Metode penulisan
Metode yang digunakan ialah metode deskriptif. Metode ini menguraikan masalah
yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data-data teoritis ini mengumpulkan
dengan studi pustaka , artinya mengumpulkan data dengan daftar pustaka dan tambahan
dari internet.


2

BAB II
LANDASAN TEORI
Webster’s Third New International Dictionary mengartikan korupsi sebagai
ajakan dari seorang pejabat politik dengan pertimbangan yang tidak semestinya
(misalnya suap) untuk melakukan pelanggaran tugas (klitgaard, 2005:29).
Oxford English Dictionary mengartiakan korupsi sebagai perbuatan tidak wajar
dari integritas melalui pentuapan atau penyogokkan.
Pope (2007:6) memaknai korupsi sebagai menyakahgunakan kekuasaan
kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Dalam bukunya berjudul strategi memberantas
korupsi elemen sisitem integritas nasional, jeremy pope (2007:6-7) memdefinikan
korupsi sebagai perilaku pejabat-pejabat sektor publik , baik politisi maupun pegawai
negeri, yanng memperkaya diri mereka secar tidak pentas dan melanggar hukum, atau
orang-orang yang berada di dekat mereka, dengan menyalahgunakan kekuasaan yang
dipercayakan kepada mereka.
Klitgaard (2005:31) mendefinsikan korupsi sebagai tingkah laku yang
menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara kareana keuntungan status
atau uang yang menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri)

atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi. Definisi
tersebut mengandung tingkah laku politik, karena menyangkut penyimpangan pejabat
negara. Ada muatan moral pada kata korupsi, sebab korupsi yang berasal sari kata latin
corruptus mengesankan serangkaian gambaran jahat yang bermakna apa saja yang
merusak keutuhan.

3

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Pengertian Korupsi Kata “korupsi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti
penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk
keuntungan pribadi atau orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung unsur
“penyelewengan” atau dis-honest (ketidakjujuran). Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 28Tahun 1999 tentang Penyelewengan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme disebutkan bahwa korupsi adalah tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pidana korupsi. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima
uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan atau administrasinya.

Balas jasa yang diberikan oleh pejabat, disadari atau tidak, adalah kelonggaran aturan
yang semestinya diterapkan secara ketat. Kompromi dalam pelaksanaan kegiatan yang
berkaitann dengan jabatan tertentu dalam jajaran birokrasi di Indonesia inilah yang
dirasakan sudah sangat mengkhawatirkan.
Orang-orang yang dekat dengan penguasa, kata guan zhong adalah seperti tkustikus itu. Mereka menggunakan pengaruh merek untuk kepentingan mereka sendiri.
Mereka menerima suap dan kolusi dengan kelompok-kelompok yang punya
kepentingan yang sama untuk merongrong negara. Mereka mendukung orang-orang
yang mendengarkan mereka dan mempersulit hidup orang-orang yang tidak
mendengarkan mereka. Sepanjang waktu penguasa berada dalam kegelapan. Orangorang seperti ini harus dihukum , tetapi sayangnya mereka mempunyai tempat dihati
penguasa. Jika segalanya berjalan seperti ini, negara akan hancur.
Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi Rakyat kecil yang tidak memiliki alat
pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh
tak acuh. Namun yang paling menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan
semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal, maupun
nasional. Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi
dan demonstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita

4

rakyat”. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada

para korup-tor. Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998.
Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh
karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat
dan sistem pemerin-tahan secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan
kesejahteraan yang merata.
B. Bentuk dan Jenis Korupsi
 Bentuk-bentuk korupsi
Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang Nomor 20
tahun 2001. Sebanyak 13 pasal menjelaskan bentuk-bentuk korupsi di Indonesia yang
dapat dilakukan penindakan terhadapnya. Dari pasal-pasal tersebut, korupsi dirinci lebih
lanjut ke dalam 30 bentuk tindak pidana korupsi. Pasal-pasl tersebut menjelaskan secara
rinci tentang perbuatan-perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara karena tindakan
korupsi. Ketiga puluh bentuk pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1. Kerugian keuangan negara: pasal 2 dan 3
2. Suap menyuap: pasal 5 ayat (1) huruf a. Pasal 5 ayat (1) huruf b, pasal 5 ayat (2)
, pasal 6 ayat (1) huruf a, pasal 6 ayat (1) huruf b, pasal 6 ayat (2) pasal 11, pasal
12 huruf a, pasal 12 huruf b, pasal 12 huruf c, pasal 12 huruf d, dan pasal 13
3. Penggelapan dalam jabatan: pasal 8, pasal 9, pasal 10 huruf a, pasal 10 huruf b,
dan pasal 10 huruf c

4. Pemerasan: pasal 12 huruf e, pasal 12 huruf f, pasal 12 huruf g
5. Perbuatan curang: pasal 7 ayat (1) huruf a, pasal 7 ayat (1) huruf b, pasal 7 ayat
(1) huruf c, pasal 7 ayat (1) d, pasal 7 ayat (2) dan pasal 12 huruf h
6. Benturan-benturan dalam pengadaan: pasal 12 huruf i
7. Gratifikasi: pasal 12 B jo pasal 12 c (KPK, 2006: 4-5)
 Jenis-Jenis Korupsi
Haryatmoko mengitip pendapat Yves Meny membagi korupsi ke 4 jenis yaitu :

5

1. Korupsi jalan pintas, terlihat dalam kasus-kasus penggelapan uang negara,
perantara ekonomi dan politik, pembayaran untuk keuntungan politik atau uang
balas jasa untuk partai politik dan money politik.
2. Korupsi upeti mereupakan bentuk korupsi yang dimungkinkan karena jabatan
strategis karena jabatan yang disandangnya, seseorang mendapatkan presentase
keuntungan dari berbagai kegiatan, baik ekonomi maupun politik, termasuk juga
upeti dari bawahan dan kegiatan-kegiatan lain atau jasa dalam suatu perkara.
3. Korupsi kontrak yaitu korupsi yang diperoleh melalui proyek atau pasar.
Termasuk dalam kategori ini adalah usaha untuk mendapatkan fasilitas dari
pemerintah.

4. Korupsi pemasaran, terkait dengan jaminan keamanan dan urusan-urusan
gejolak intern dan ekstern. Perekrutan pewira menengah TNI atau polisi menjadi
manajer human resources department atau pencantuman nama perwira tinggi
dalam dewan komisaris perusahaan merupakan contoh korupsi pemasaran.
C. Contoh korupsi
Korupsi tidak hanya dilakukan oleh orang yang mempunyai kekuasaan dan jabatan
yang tinggi, tetapi juga korupsi dapat dilakukan oleh anak-anak hingga dewasa. korupsi
memang sudah mendarah daging didalam diri kita. Koruptor kelas tinggi atau kakap
memeng sangat banyak di Indonesia, tetapi sebenarnya koruptor kelas teri jauh lebih
banyak lagi. Tetapi koruptor kelas kecil atau kakap ini tidak dapat dijangkau atau
ditangani oleh KPK. Korupsi kecil-kecilan, banyak terdapat di sekitar kita. Seperti
ketika kita berbelanja di toko supermarket atau di toko swalayan yang sekarang dapat
ditemukan dimana-mana bahkan di desa sekalipun. Kasir toko sering mengambil uang
konsumen meskipun hanya 25 atau 50 rupiah atau kurang dari itu. Misalkan total nilai
belanjaan kita Rp 9.750 dan kita menyerahkan uang Rp 10.000, maka biasanya kasir
hanya mengembalikan uang Rp 200 saja dengan alasan tidak ada uang receh Rp 50.
Masih sukur kalau kasir menambahkan sebuah permen sebagai pengganti uang Rp 50
itu (meskipun cara ini tidak adil karena pembeli tidak minta diganti dengan permen).
Rp 50 memang kecil, orang pikir berapalah nilainya itu di zaman serba mahal ini.
Kebanyakan konsumen tidak mempermasalahkan hal ini atau tidak ingin mencari ribut.

Tetapi, coba hitung, jika ada 1000 orang yang berbelanja dalam satu hari lalu dan dari
setiap konsmen kasir mengambil Rp 50, maka dalam satu hari kasir mendapat uang

6

tidak halal sejumlah Rp 50.000. Kalikan saja dalam satu bulan, itu sudah Rp 1.500.000,
atau paling sedikit Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 bisalah didapat sang kasir (dan
tokonya) kalau konsumen yang berbelanja tidak banyak. Banyak orang sudah
mengeluhkan kejadian semacam ini, tetapi pemilik toko/supermarket biasanya tutup
mata atau tidak mau tahu. Hak sebagai konsumen sudah biasa tidak mendapat
perlindungan di negeri ini.
Kasus karupsi sang kasir tadi baru satu contoh. Masih banyak lagi hak-hak
masyarakat yang diambil secara tidak jujur oleh pihak yang mempunyai otoritas.
Mahasiswa juga ada yang melakukan korupsi. Menjiplak laporan tugas/PR teman,
mengambil kode program orang lain tanpa izin, mencontek dalam ujian, dan lain-lain,
semua itu juga termasuk korupsi.
Satu contoh yang sudah menjadi budaya korupsi di kalangan pelajar Indonesia
ialah mencontek. Sejak masih dibangku sekolah dasar kita sudah tahu yang namanya
mencontek. Mencontek termasuk korupsi yang tidak kita sadari sejak dulu, mencontek
termasuk korupsi kecil yang sudah membudidaya dikalangan pelajar indonesia. Hal ini
terjadi karena ketidakpercayaan pelajar dalam mengerjakan tugas ataupun pada saat
ujian. Mereka merasa tidak mampu mengerjakan tugas ataupun soal ujian yang akan
mereka hadapi dan akhirnya mereka mengambil jalan pintas untuk mencontek.
Korupsi waktu juga sering dilakukan di kalangan pelajar, mahasiswa bahkan
dosen. Misalnya jam kuliah dimulai jam 07.00 WIB tetapi ada mahasiswa yangn
terlambat datang atau terlambat atau sebaliknya dosen telat masuk kelas karena berbagai
alasan. Hal ini merupakan contoh korupsi kecil yang tidak kita sadari. Masih banyak
lagi contoh korupsi yang relatif kecil yang tidak kita sadari dalam kegiatan sehari-hari.
Jika hal korupsi kecil ini tidak kita sadari dari sekarang maka hal ini akan menjadi
lumrah atau kebiasaan.
Jika sejak muda sudah sering berbuat curang, maka kebiasaan itu lama-lama
dianggap hal yang lumrah/wajar, dan akhirnya ketika dia menjadi pejabat atau
mempunyai kedudukan, maka perilaku korupsi itu menjadi budaya. Itulah pentingnya
hidup jujur. Satu hal yang harus diingat bahwa ada kehidupan sesudah mati. Di sana
semua perbuatan kita akan diadili.

7

BAB IV
PENUTUP
 Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan
korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan
kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun
penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran
dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya
hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi,
rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak korupsi dapat terjadi di
berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.
Saran Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.
 Saran
Peranan KPK Dalam Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Partisipasi dan
dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya
pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK
yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan
memberantas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi
“martil” bagi para pelaku tindak KKN.

8

Daftar Pustaka
Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing
Handoyono, Eko.2015.Pendidikan Antikorupsi.Yogyakarta:Ombak
https://rinaldimunir.wordpress.com/2008/05/22/korupsi-kecil-kecilan/
http://gaganesvara.blogspot.co.id/2012/11/korupsi-ala-kita-kita.html

9