MAKALAH HAKIKAT KESULITAN BELAJAR Kel8 .

MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
HAKIKAT KESULITAN BELAJAR

DOSEN:
HUSAMAH,S.Pd.,M.Pd

TIM PENYUSUN :

MEGA RILIANTARI

(201710070311052)

NUR AISYIAH

(201710070311065)

ARDIANTO

(201710070311068)


NINA AMELIA LESTARI

(201710070311078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehigga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai dan tepat waktu. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberi sumbangan
baik meteri maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya serta dari cara penulisannya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki makalah pendidikan ini.

.

Akhir kata kami berharap semoga makalah pendidikan untuk masyarakan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 23 Mei 2018
Tim penyusun

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1


Latar Belakang..............................................................................................

1.2

Rumusan Masalah........................................................................................

1.3

Tujuan Penulisan...........................................................................................

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kesulitan belajar..........................................................................
2.2 Jenis – jenis kesulitan belajar………............................................................
1.

Perspektif Tugas-Tugas Perkembangan……………….........................

2.

Pengolahan Informasi…….....................................................................


3.

Perspektif Aktivitas Belajar....................................................................

2.3 Manifestasi Kesulitan Belajar……………………………………………...
2.4 Penyebab Kesulitan Belajar………………………………………………..
1.

Faktor Fisiologi……………………….……………….........................

2.

Faktor Social……….…….....................................................................

3.

Faktor Emosional dan Psikologis..........................................................

4.


Faktor Intelektual (Kecerdasan / Intelegensi)
…………………………

5.

Faktor Pendagogis…………………………………………………….

2.5 Diagnosis Kesulitan Belajar………………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1

Kesimpulan................................................................................................

3.2

Saran..........................................................................................................

Daftar pustaka.......................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami
siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga
sendiri.
Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja. Hal
tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa yang
berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya
kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah
(kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan
demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajar, karena dalam
rangka
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

a.

Apa pengertian kesulitan belajar?

b.

Apa saja jenis-jenis kesulitan belajar?

c.

Apa saja manifestasi kesulitan belajar?

d.

Apa saja penyebab kesulitan belajar?

e. Bagaimana mendiagnosis siswa yang mengalami kesulitan belajar?
1.3 Tujuan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
a.


Pengertian kesulitan belajar

b. Jenis-jenis kesulitan belajar
c.

Manifestasi kesulitan belajar

d. Penyebab kesulitan belajar

e. Langkah-langkah dalam mendiagnosis siswa yang mengalami kesulitan belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai
kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun, dari kenyataan seharihari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual,
kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang
sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya
hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang

berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang itu terabaikan. Dengan demikian,
siswa-siswa yang berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak
mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Kesulitan belajar adalah suatu kelainan yang membuat individu yang
bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif
(Jamaris, 2014). Siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar
apabila mereka mengalami kegagalan dalam mencapai tingkat pengusaan
materi atau tujuan pembelajaran tertentu dalam suatu waktu yang telah
ditetapkan.
Kesulitan dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang sukar, sedangkan belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa. Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
adalah gangguan yang dialami oleh sesorang terhadap proses belajarnya karena beberapa
faktor yang mempengaruhinya sehingga berakibat pada prestasi belajarnya. Kesulitan belajar
dapat juga diartikan sebagai keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran dalam proses
perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Kesulitan
belajar juga bisa ditandahi ketika seseorang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
sulitnya seseorang memahami materi pelajaran.
2.2 Jenis-jenis Kesulitan Belajar.
1. Perspektif Tugas-Tugas Perkembangan

a. Kesulitan dalam Pemusatan Perhatian

Ketidakmampuan menentukan pilihan perhatian perhatian akan menyebabkan anak
tidak memproses dengan cermat dan tidak focus. Kesulitan dalam memecahkan
perhatian mengakibatkan anak sulit mengalihkan perhatian terhadap hal lain yang
penting. Hal ini menjadi penyebab masalah penerimaan informasi dan kesulitan belajar.
Kesulitan perhatian mencakup kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan
menghentikan perhatian.
b. Kesulitan dalam Mengingat
Kesulitan dalam mengingat apa yang telah dilihat dan didengar atau apa yang telah
dialami, merupakan faktor penyebab kesulitan dalam berpikir. Kesulitan dalam
mengingat akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan proses berpikir dan
selanjutnya akan menyebabkan kesulitan belajar.
c. Kesulitan dalam berpikir
kemampuan berpikir adalah kemampuan mengoperasikan kemampuan kognitif yang
mencakup kemampuan bertransformasi konsep dan mengasosiasikan formasi konsep
dalam memecahkan masalah.
d. Kesulitan dalam bahasa
Secara umum anak yang mengalami kesulitan bahasa tidak dapat berbicara seperti anakanak sebayanya dan tidak dapat merespon secara tepat terhadap berbagai pernyataan
verbal seperti sapaan, perintah dan permintaan.

e. Kesulitan dalam persepsi dan perseptual motor
Anak yang mengalami kesulitan persepsi tidak dapat memahami petunjuk arah dijalan,
tidak dapat memahami kata tertulis, dan simbol-simbol visual lainnya. Ia tidak dapat
memahami arti dari suatu gambar yang dilihatnya atau suara yang didengarnya.
2. Pengolahan Informasi
a. Mengintegrasikan input informasi
Siswa yang mengalami kesulitan mengintegrasikan input informasi akan mengalami
kesulitan dalam bercerita dengan urutan yang benar dan tidak dapat mengingat
informasi sesuai dengan urutannya.
b. Menyimpan Informasi
Penyimpanan informasi erat hubungannya dengan ingatan baik jangka pendek ataupun
jangka panjang.
c. Memberikan respon yang sesuai dengan informasi yang diterima
Kesulitan dalam memberikan respons terhadap informasi yang diterima melalui bahasa
disebabkan oleh kesulitan dalam berbahasa secara lisan. Kesulitan dalam memproses

informasi dapat menyebabkan kesulitan berbahasa lisan. Hal yang sama dapat terjadi
dalam menulis dan menggambar.
3. Perspektif Aktivitas Belajar
a. Learning Disorder
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana
proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,
potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu
atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan,
sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang
dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga
keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami
kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai
b. Learning Disfunction

Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya
siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental,
gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa
yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok
menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain
bola volley, maka dia tidak dapat menguasai dengan baik.
c. Underachiever
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi
prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat
unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja
atau rendah.
d. Slow Leaner
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama

dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
e. Learning Disabilities
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada
gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar,
sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

2.3 Manifestasi Kesulitan Belajar.
Anak yang mengalami kesulitan belajar akan tampak dari berbagai gejala
yang dimanifestasikan dalam perilakunya. Sehubungan dengan itu
beberapa gejala yang merupakan manifestasi yang berlaku umum anatara
lain:
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang
dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada siswa
yang sudah berusaha giat belajar, tetapi nilaiyang diperolehnya selalu
rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu
tertinggal dari kawan
kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh,
menentang, berpura
pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, aeperti membolos, datang
terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luat
kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam belajar, dan sebagainya.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung,
mudah tersinggung,
pemarah, dan sebagainya. Misalnya dalam menghadpi nilai rendah,
tidak menunjukkan
perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
2.4 Penyebab Kesulitan Belajar.
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja
akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan
munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kuliah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.
1. Faktor internal siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam siswa
sendiri.
2. Faktor ekternal siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri
siswa.
Para ahli seperti Cooney et al (1975), Widdiharto (2008) dan Nurwidodo (2011) telah
mengidentifikasikan dan menggolongkan faktor penyebat kesulitan menjadi lima yaitu :
1. Faktor Fisiologis
Faktor fsiologi adalah factor fsik dari anak itu sendiri. seorang anak
yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fsik,
sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak
sempurna. Selain sakit factor fsiologis yang perlu kita perhatikan karena
dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah
cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan
seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak,
serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain
sebagainya.
a. Kerusakan yang terjadi pada susunan syaraf pusat
Salah satu penyebab dari kesulitan belajar adalah karena disfungsi
otak yang terjadi secara minimal atau minimal brain dysfunction. Oleh
sebab itu, otak merupakan perangkat yang penting dan berpengaruh
terhadap keberhasilan manusia dalam melakukan berbagai

kegiatannya, termasuk kegiatan belajar. Otak merupakan pusat sistem
syaraf.
b. Ketidakseimbangan biokimia
Zat pewarna dan penyedap makanan yang terdapat pada berbagai jenis makanan yang
dimakan anak merupakan penyebab kesulitan belajar dan hiperaktif pada anak. Zat
pewarna non alami/artfisial menyebabkan reaksi kurang baik dalam sistem syaraf.
c. Ketirunan / Genetik
Hasil penelitian Lovitt membuktikan bahwa dyslexia disebabkan oleh faktor genetic.
Sementara penelitian Hermann menyimpulkan bahwa kesulitan membaca, mengeja, dan
kesulitan menulis berhubungan dengan faktor genetic.
d. Nutrisi
Gula, khususnya gula yang terkandung di dalam minuman dan makanan yang telah
dikemas di dalam kaleng merupakan penyebab hiperaktif pada anak. Kekurangan vitamin
juga dapat berpengaruh pada belajar kelainan perilaku.
e. Pengaruh teratogenic (zat kimia/obat-obatan)
Yaitu pengaruh zat-zat kimia seperti alcohol, rokok, dan limbah kimia serta obatobatan. Selain lima faktor diatas, menurut Nurwidodo (2011) secara sistematis beberapa
gangguan fisik yang dapat menyebabkan kesulitan belajar adalah sebagai berikut.
a. Ganggungan Penglihatan dan pendengaran
Gangguan pada fungsi penglihatan dan pendengaran, baik yang ringan maupun
sedang, terlebih-lebih yang bersifat keseluruhan akan berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar yang dicapai. Anak akan mengalami hambatan dalam melakukan
pengamatan dan menerima rangsang dari luar.
b. Gangguan perepsi
Beberapa kasus menunjukkan ada siswa yang sebenarnya dapat melihat dan
mendengar dengan baik. Setelah ransang yang ditangkap itu dibawa ke otak oleh urat
syaraf sensoris terganggu oleh mekanisme penafsiran atau persepsi gambaran. Akibatnya
anak salah menafsirkan informasi.
c. Anggota badan yang kurang sempurna.
Bila seorang siswa memiliki cacat pada tubuhnya akan mempengaruhi proses dan hasil
belajarnya.
d. Kondisi fisik yang bersifat temporer (sementara)

Keadaan jasmani yang bersifat temporer (sementara) yang dapat mengganggu proses
dan hasil belajar diantaranya yaitu kelelahan, pengaruh makanan, pengaruh obat tertentu,
dan kesehatan.
2. Faktor Sosial
Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua
mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang
cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup
mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian.
Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah
harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya
juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
Faktor sosial siswa juga meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya dibagi menjadi 3 macam:.
1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum
area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk seperti dekat pasar,
kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
3. Faktor Emosional dan Psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan
berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita
ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan,
ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor
psikologis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Selain IQ factor
psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan
belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan
juga tipe anak dalam belajar.
4. Faktor Intelektual (Kecerdasan / Intelegensi)
Siswa yang mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh faktor
intelektual, umumnya kurang berhasil dalam menguasai konsep atau
prinsip walaupun telah berusaha mempelajarinya. Anak yang memiliki IQ
cerdas (110 – 140), atau genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk

memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong
sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun
juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ
dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi
mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua,
serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak
didiknya.
5. Faktor Pedagogis/Kependidikan
Di antara penyebab kesulitan belajar siswa yang sering dijumpai adalah faktor kurang
tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi. Selain itu kondisi dan
situasi yang ada di sekolah dapat pula menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa. Keadaan
sekolah yang dapat menimbulkan kesulitan belajar antara lain:
a. Strategi pengajaran
teknik mengajar yang tidak cocok dengan gaya belajar siswa, penyajian bahan
pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan anak, gaya mengajar yang monoyon akan
membuat anak bosan. Adanya tuntutan sekolah dan upaya mengajarkan sesuatu yang tidak
sesuai dengan tahapan perkembangan anak dapat menimbulkan kesulitan belajar.
b. Media dan sumber belajar
Kurangnya media belajar serta sumber belajar akan membatasi kesempatan anak untuk
belajar.
c. Situasi Sekolah
Faktor situasi dan lingkungan sekolah yang kurang menguntungkan diantaranya suasana
yang gaduh karena dekat pabrik, dekat jalan raya, pasar, mall, penataan ruang kelas yang
tidak rapi atau sekolah yang tidak memiliki cukup halaman untuk bermain akan mudah
mengganggu konsentrasi dan suasana belajar.
d. Pengelolaan sekolah
Permasalah pengelolaan sekolah mungkin tidak berpengaruh langsung terhadap hasil
belajar, tetapi berbagai hal yang terkait dengan pengelolaan personel, keuangan yang tidak
baik akan mempengaruhi semangat belajar anak.
e. Fasilitas Sekolah
Fasilitas sekolah yang tidak memadai akan mempengaruhi semangat belajar siswa.
f. Teknik Evaluasi
Penggunaan teknik evaluasi yang tidak tepat dapat membuat anak malas dalam belajar.
Misalnya penilaian didasarkan suka dan tidak suka dan sebagainya.

2.5 Diagnosis Kesulitan Belajar.
Menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term (dalam damanik,
2014), diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola
gejala-gejalanya.
Menurut Webster (dalam damanik, 2014), diagnosis diartikan sebagai proses
menentukan permasalahan ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut
dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai, yang selanjutnya
untuk menentukan permasalah yang dihadapi.
Maka dapat disimpulkan dari pendapat ahli tersebut bahwa diagnosis adalah suatu
penentuan dalam suatu masalah yang dihadapi atau kelainan dengan meneliti atau
menganalisis gejala-gejala yang tampak pada seseorang. Sehingga diagnosis kesulitan belajar
adalah menentukan jenis masalah yang dihadapi dalam proses belajar. Diagnosis itu bertujuan
untuk menentukan jenis kesulitan belajar apa yang dialami siswa.
Menentukan suatu jenis kesulitan belajar tentu saja menggunakan prosedur yang berisi
langkah-langkah dalam menentukan jenis kesulitan belajar. Prosedur seperti ini dikenal
sebagai “diagnostik” kesulitan belajar.
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup
terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (dalam
Mukhlisin, 2012) sebagai berikut :
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
pelajaran.
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami
kesulitan belajar.
3. Mewawancarai orangtua/wali siswa untuk untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahu hakikat kesulitan
belajar yang dialami siswa.
5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
1. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa
2. Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar.
3. Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar.

Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara :
1. Membandingkan nilai dari setiap individu dari setiap mata pelajaran dengan individu
lainnya.
2. Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
3. Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapkan.
Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa yang mengidap sindrom disleksia,
disgafia, dan diskalkulia, sebagaimana yang telah dibahas, guru dan orang tua sangat
dianjurkan untuk memanfaatkan guru pendukung. Guru khusus ini biasanya bertugas
menangani siswa yang mengalami sindrom-sindrom selain melakukan remedial teaching
(pengajaran perbaikan).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana anak didik tidak dapat menyerap
pelajaran dengan sebagaimana mestinya. Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta
didik. Sedangkan, faktor eksternal berasal dari luar peserta didik. Macam-macam kesulitan
belajar terdiri dari lima yaitu : Learning disorder, Learning disfunction, Underachiever, Slow
learner, Learning disabilities. Terdapat tujuh karakteristik dan manifestasi untuk
mendiagnosis kesulitan belajar pada diri siswa. Diagnosis adalah keputusan atau penentu
mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan
jenis kesulitan yan dialami siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur
yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan
belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik”
kesulitan belajar.
3.2 Saran
Sebaiknya kita sebagai calon seorang guru yang memegang peranan penting dalam
proses pembelajaran, seharusnya dapat mengerti perilaku maupun karakteristik siswa agar kita
dapat mengetahui jika siswa tersebut mengalami jenis kesulitan belajar yang mana sehingga
kita dapat mencegahnya atau berupaya membantunya untuk meminimalisir kesulitan belajar
yang dihadapinya.

DAFTAR PUSTAKA
Cooney, T.J., Davis, E.J. & Henderson, K.B. 1975. Dynamics of Teaching Secondary School
Mathematics. Boston: Houghton Mifflin Company.
Demanik, Eric.son. 2014. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar Menurut Ahli.
Husamah, Pantiwati, Y, Restian, A & Sumarsono,P. 2018. Belajar dan Pembelajaran.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Jamaris, M. 2014.Kesulitan Belajar: Prespektif, Asesmen, dan Penanggulangannya bagi
Anak
Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor: Gahlia Indonesia
Nurwidodo. 2011. Perkembangan Belajar Peserta Didik SD: Bahan ajar Cetak. Jakarta:
Ditnaga DIKTI