1) Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 2) Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta E-mail : tutisetia18yahoo.com ABSTRAK - TANGGAPAN DAN HASIL BERBAGAI KULTIVAR TERHADAP INOKULASI Trichoderma sp. PADA BU
TANGGAPAN DAN HASIL BERBAGAI KULTIVAR TERHADAP INOKULASI
Trichoderma sp. PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN PASIR PANTAI
Tuti Setyaningrum1), Didik Indradewa2), Achmadi Priyatmojo2), Endang Sulistyaningsih2)
1) Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
2) Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
E-mail : tutisetia18@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah memilah kultivar bawang merah mendasarkan
tanggapannya terhadap inokulasi Trichoderma sp. pada budidaya di tanah pasir pantai. Percobaan pot
ini merupakan percobaan faktorial, terdiri atas dua faktor yang disusun dalam rancangan acak
kelompok lengkap (RAKL) dan diulang sebanyak tiga kali. Adapun kedua faktor tersebut adalah
berbagai kultivar bawang merah (20 kultivar) yang merupakan faktor pertama, dan faktor kedua
adalah inokulasi isolat Trichoderma sp., terdiri atas dua aras yaitu tanpa inokulasi dan diinokulasi
isolat Trichoderma sp. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dilanjutkan uji jarak
berganda Duncan (DMRT). Pemilahan dan pemilihan respon kultivar bawang merah terhadap
inokulasi Trichoderma sp. digunakan metode pembobotan (skoring). Penentuan kelas interval
mengikuti aturan Sturges. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis statistik didapatkan empat
kelompok kultivar, yaitu tanggap positif, hasil tinggi (Bauji, Bima, Crok Kuning, Thailand); tanggap
positif, hasil rendah (Kuning, Kuning Tablet, Pikatan, Super Biru, Tajuk, Tiron, Trisula); tanggap
negatif hasil tinggi (Biru Lancor, Bali Tabanan, Katumi, Manjoung, Mentes, Sembrani) dan tanggap
negatif, hasil rendah (Bima Brebes, Bima Nganjuk, Trisula Brebes).
Kata kunci: bawang merah, kultivar , Trichoderma sp., tanah pasir pantai
RESPONSE AND RESULTS OF RED ONION CULTIVAR TO INOCULATION OF
Trichoderma sp. ON COASTAL SANDY LAND CULTIVATION
ABSTRACT
The purpose of this research is to sort out onion cultivars based on their response to Trichoderma sp
inoculation, on the coastal sandy land cultivation. This pot experiment is a factorial experiment,
consisting of two factors arranged in a randomized complete block design (RCBD) and repeated
three times. The two factors are various cultivars of onion (20 cultivars) as the first factor, and the
second factor is inoculation of Trichoderma sp isolates which is consist of two levels i.e. without
inoculation and inoculated of Trichoderma sp. isolates. The observed data was analyzed by ANOVA
and DMRT. Onion cultivar response to inoculation of Trichoderma sp, sorted and selected using the
scoring method. The interval class is determined by Sturges rule. Based on observations and statistical
analysis, four cultivar groups were obtained, there are positive responses with high yield (Bauji, Bima,
62
Crok Kuning, Thailand); positive responses with low yield (Kuning, Kuning Tablet, Pikatan, Super
Biru, Tajuk, Tiron, Trisula); negative responses with high yields (Biru Lancor, Bali Tabanan, Katumi,
Manjoung, Mentes, Sembrani) and negative responses with low yields (Bima Brebes, Bima Nganjuk,
Trisula Brebes).
Keywords: onion, cultivar, Trichoderma sp., coastal sandy land
PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan
sebagai peluang pengembangan. Peningkatan
salah satu komoditas hortikultura penting bagi
produksi bawang merah dapat ditempuh melalui
masyarakat karena memiliki nilai ekonomis
perluasan
tinggi, baik ditinjau dari sisi pemenuhan
produktivitas (Iriani, 2013).
konsumsi nasional, sumber penghasilan petani,
Sebagai alternatif perluasan areal, salah satu
maupun potensinya sebagai penghasil devisa
lahan marjinal yang memiliki potensi tinggi
negara (Rajiman, 2009; Iriani, 2013). Di
untuk dikembangkan di Indonesia adalah lahan
Indonesia dikenal banyak varietas lokal bawang
pantai.
merah yang ditanam di beberapa tempat. Setiap
dibudidayakan di lahan pasir pantai, (Anonim,
varietas bawang merah memiliki karakteristik
2015). Berdasarkan sifat fisik dan biologi tanah
berbeda, termasuk morfologi dan kandungan
lahan pantai memiliki beberapa kendala,
gizi (Wibowo, 1988). Demikian juga daya
sehingga produktivitas lahannya rendah (Al-
adaptasi dan stabilitas hasil setiap varietas tidak
Omran et al, 2004; Ginting et al., 2013). Untuk
sama
mendukung
(Ambarwati
dan Yudono,
2003).
areal
Beraneka
baru
serta
ragam
pertumbuhan
peningkatan
tanaman
tanaman
bisa
yang
Perkiraan kebutuhan konsumsi bawang merah
dibudidayakan pada lahan tersebut, sangat
di Indonesia tahun 2016 – 2025 adalah 976.683;
diperlukan aplikasi teknologi. Selain dengan
994.378; 1.022.751; 1.038.092; 1.067.527;
penambahan bahan organik, salah satu yang
1.083.540; 1.114.077; 1.130.788; 1.177.179;
dapat
1.194.837 (ton) (Sumber : Ditjen BP
produktivitas lahan adalah dengan penambahan
Hortikultura, 2004). Sejalan dengan peningkatan
mikroorganisme yang menguntungkan untuk
jumlah penduduk yang pada tahun 2025
memacu pertumbuhan tanaman agar tanah pasir
diperkirakan akan mencapai 299 juta orang,
tersebut dapat lebih berpotensi untuk budidaya
pasokan bawang merah yang harus terealisasi
tanaman (Kastono et al., 1998). Mikroorganisme
untuk
domestik
menguntungkan tersebut dikenal sebagai plant-
diproyeksikan meningkat menjadi 1.541.737 ton
growth promoting rhizobacteria (PGPR) atau
(Sumber: Ditjen BP Hortikultura 2004). Hal
plant-growth promoting fungi (PGPF) yang
tersebut merupakan tantangan, sekaligus juga
meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui
memenuhi
kebutuhan
63
dilakukan
untuk
memperbaiki
berbagai mekanisme. Di antara jamur, spesies
banyak macamnya. Beberapa hal yang
Trichoderma diketemukan mampu memacu
membedakan varietas satu dengan yang lain
pertumbuhan
sebagai
biasanya didasarkan pada bentuk, ukuran, warna,
pengendali hayati (Shivanna et al., 1995;
kekenyalan, aroma umbi, umur tanaman,
Keswani et al., 2014). Alternatif upaya
ketahanan terhadap penyakit serta hujan, dan
peningkatan kuantitas dan kualitas produk
lain-lain (Rahayu dan Berlian, 1996). Menurut
pertanian khususnya bawang merah dapat
Ambarwati dan Yudono (2003), daya adaptasi
dilakukan dengan pemanfaatan Trichoderma sp.
dan stabilitas hasil setiap varietas tidak sama.
sebagai agens pemacu pertumbuhan tanaman di
Varietas yang mempunyai potensi hasil tinggi
lahan pasir pantai. Dengan mengaplikasikan
pada suatu lokasi belum tentu tetap tinggi
PGPF, khususnya Trichoderma sp. pada
hasilnya pada lokasi yang lain.
tanaman,
selain
budidaya bawang merah di lahan pasir pantai
Lahan pasir pantai memiliki beberapa
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bawang
kelebihan untuk lahan pertanian, yaitu luas, datar,
merah dari segi kuantitas juga kualitas.
jarang banjir, sinar matahari melimpah, dan
Permasalahan yang perlu dikaji lebih
permukaan airnya dangkal. Persiapan lahan pasir
lanjut yaitu tanggapan berbagai kultivar bawang
pantai cukup sederhana hanya dengan membuat
merah terhadap inokulasi Trichoderma sp.
bedengan tidak dibuat parit-parit yang dalam,
belum adanya pemilahan kultivar bawang merah
sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari
mendasarkan tanggapannya terhadap inokulasi
pengolahan tanah (Rajiman, 2009). Selain
Trichoderma sp. pada budidaya di tanah pasir
memiliki beberapa kelebihan, ciri utama lahan
pantai.
pasir pantai yang bertekstur pasir, kandungan
Bawang merah dapat tumbuh pada
hara rendah, mudah tererosi oleh angin yang
kisaran jenis tanah yang luas, yang penting
sangat kencang serta suhu udara yang tinggi,
memiliki aerasi baik, subur dan mampu
merupakan
menyediakan
dan
dikembangkan untuk budidaya tanaman pangan
mempertahankannya dalam waktu relatif lama
maupun hortikultura, khususnya bawang merah.
(Ansar, 2012). Tanah yang ideal untuk
Kendala lain yang muncul di lahan pasir pantai
pertumbuhan dan produksi bawang merah
adalah suhu tanah yang tinggi di siang dan sore
adalah tanah subur dan banyak mengandung
hari. Berbagai macam kendala yang muncul di
bahan organik atau humus, karena akan
lahan
mendorong perkembangan umbi sehingga hasil
menggunakan faktor produksi yang lebih baik
bawang merah menjadi lebih tinggi. Tanah
dalam kuantitas maupun kualitas (Widodo,
dengan kondisi drainase dan aerasi yang baik
2015)
air
yang
cukup
pasir
kendala
pantai
utama
menuntut
apabila
petani
sangat diutamakan (Anonim, 1983). Varietas
Trichoderma sp. adalah jamur yang
bawang merah yang ditanam di Indonesia cukup
hidup bebas, sangat interaktif dalam lingkungan
64
akar, tanah, dan daun (Harman et al., 2004).
(Chang
Merupakan salah satu genus jamur yang sangat
meningkatkan serapan nutrisi tanaman (Yedidia
popular, tersedia sebagai jamur pemacu
et.al., 2001) dan penggunaan pupuk (Harman,
pertumbuhan tanaman (PGPF) dan agens
2000). Sifat – sifat tersebut dianggap menjadi
pengendali hayati (Keswani et al., 2014). Selain
dasar bagaimana Trichoderma mempunyai
kemampuan Trichoderma sp. untuk menyerang
pengaruh menguntungkan pada pertumbuhan
atau
dan perkembangan tanaman.
menghambat
pertumbuhan
patogen
tanaman secara langsung, yang mengindikasikan
et.al.,
Tujuan
1986;
Harman,
penelitian
ini
2000),
adalah
bahwa jamur tersebut dapat menginduksi
mempelajari tanggapan beberapa kultivar
ketahanan sistemik dan lokal terhadap berbagai
bawang merah terhadap inokulasi Trichoderma
patogen tanaman, strain-strain tertentu juga
sp. di tanah pasir pantai serta memilah kultivar
mempunyai
pada
bawang merah mendasarkan tanggapannya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terhadap inokulasi Trichoderma sp. di tanah
(Harman et al., 2004; Harman, 2006).
pasir pantai. Sedangkan manfaat
Trichoderma sp. umum terdapat dalam tanah
diharapkan bisa diambil antara lain adalah
dan ekosistem perakaran (Harman et al., 2004).
memberikan sumbangan informasi ilmiah
Trichoderma sp. yang telah lama dikenal
tentang inokulasi Trichoderma
menunjukkan kemampuannya untuk me-
tanaman bawang merah
pengaruh
substansial
yang
sp. pada
ningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman
METODE PENELITIAN
Percobaan dilaksanakan mulai bulan
Tiron dan Trisula) dan inokulasi isolat
Januari sampai Maret 2017, di lahan pasir pantai
Trichoderma sp. yang merupakan faktor kedua,
di daerah Samas, Bantul, Yogyakarta. Percobaan
terdiri atas dua aras yaitu I0 (tanpa inokulasi
pot ini merupakan percobaan faktorial, terdiri
isolat Trichoderma sp.) dan I1 ( diinokulasi
atas dua faktor yang disusun dalam rancangan
isolat Trichoderma sp.). Bahan yang digunakan
acak kelompok lengkap (RAKL) dan diulang
adalah benih bawang merah, inokulan PGPF
sebanyak tiga kali. Adapun kedua faktor tersebut
(Trichoderma sp. yang didapatkan dari rhizosfer
adalah berbagai kultivar bawang merah yang
melon di Klaten (Febrianto, 2015)), bahan
merupakan faktor pertama, terdiri atas 20
organik (pupuk kandang kotoran sapi), pupuk N-
kultivar (Bima Brebes, Bauji, Biru Lancor,
P-K, polibag, serta bahan-bahan kimia yang
Bima, Bima Nganjuk, Bali Tabanan, Crok
digunakan untuk analisis biokimia. Alat-alat
Kuning, Kuning, Katumi, Kuning Tablet,
yang digunakan adalah alat-alat budidaya
Manjoung, Mentes, Pikatan, Super Biru,
pertanian dan alat-alat pengukur berbagai
Sembrani, Trisula Brebes, Thailand, Tajuk,
parameter
65
pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
I . Karakter agronomis kultivar-kultivar
yang diinokulasi Trichoderma sp.
Menurut Gardner dkk. (2008), proses
yang
penting
dalam
Sedangkan pada variabel pengamatan bobot
kering akar, bobot kering daun, indeks panen
dan
dan bobot kering jemur umbi menunjukkan
adalah
tidak terjadi interaksi antara berbagai kultivar
yang
dengan inokulasi Trichoderma sp. Hasil
berlangsung secara terus menerus sepanjang
pengamatan terhadap bobot kering umbi, bobot
daur hidup dan bergantung pada tersedianya
kering akar, bobot kering daun, indeks panen
meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi
dan bobot kering jemur umbi dapat dilihat pada
pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang
Tabel 1 sampai Tabel 3.
perkembangbiakan
pertumbuhan
mendukung.
dan
suatu
kehidupan
variabel pengamatan bobot kering umbi.
spesies
perkembangan,
Penimbunan
berat
kering
a. Bobot Kering Umbi
umumnya digunakan sebagai petunjuk yang
Berdasarkan sidik ragam, terdapat
memberikan ciri pertumbuhan. Perkembangan
interaksi antara kultivar bawang merah dengan
tanaman merupakan suatu kombinasi dari
inokulasi Trichoderma sp. dalam mem-
sejumlah proses yang kompleks yaitu proses
pengaruhi bobot kering umbi. Inokulasi
pertumbuhan dan diferensiasi yang mengarah
Trichoderma
pada akumulasi berat kering.
meningkatkan bobot kering umbi, seperti pada
sp.
ternyata
tidak
selalu
Hasil sidik ragam terhadap variabel
beberapa kultivar bawang merah, yaitu Bima
bobot kering akar, bobot kering daun, bobot
Brebes, Biru Lancor, Bima, Bima Nganjuk,
kering umbi, indeks panen dan bobot kering
Crok Kuning, Katumi, Manjoung, Mentes dan
jemur umbi menunjukkan bahwa interaksi
Super Biru.
antara kultivar bawang merah dengan inokulasi
Trichoderma sp. berpengaruh nyata terhadap
Tabel 1. Bobot kering umbi (g/ tanaman) pada berbagai kultivar bawang merah dan inokulasi Trichoderma sp.
Kultivar
Bima Brebes
Bauji
Biru Lancor
Bima
Bima Nganjuk
Bali Tabanan
Crok Kuning
Kuning
Katumi
Tanpa Inokulasi
4.33 efg
12.00 b
11.75 bc
9.17 bcde
12.00 b
6.50 cdefg
6.28 defg
2.58 g
9.00 bcde
Inokulasi
3.33 fg
18.93 a
8.50 bcdef
8.72 bcdef
5.08 defg
10.08 bcd
5.83 defg
3.72 efg
8.89 bcdef
66
% Peningkatan
-0.23
0.58
-0.28
-0.05
-0.58
0.55
-0.07
0.44
-0.01
Rerata
3.83
15.47
10.13
8.95
8.54
8.29
6.06
3.15
8.95
Kuning Tablet
Manjoung
Mentes
Pikatan
Super Biru
Sembrani
Trisula Brebes
Thailand
Tajuk
Tiron
Trisula
Rerata
3.92 efg
8.50 bcdef
4.08 efg
4.92 defg
7.75 bcdefg
5.33 defg
2.67 g
2.50 g
2.67 g
5.08 defg
5.08 defg
6.31
4.33 efg
4.00 efg
3.33 fg
5.72 defg
6.00 defg
12.89 b
2.67 g
4.42 efg
8.11 bcdefg
5.50 defg
8.67 bcdef
6.94
0.10
-0.53
-0.18
0.16
-0.23
1.42
0.00
0.77
2.04
0.08
0.71
4.13
6.25
3.71
5.32
6.88
9.11
2.67
3.46
5.39
5.29
6.88
(+)
Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf nyata 5% ,
(+) : ada interaksi
Bobot kering umbi tertinggi dijumpai pada
dan Trisula yang tidak diinokulasi Trichoderma
kultivar
dengan
sp. juga tidak berbeda nyata dengan kultivar
Trichoderma sp. Bobot kering umbi yang
Bima Brebes, Bima Nganjuk, Crok Kuning,
terendah terlihat pada kultivar Thailand yang
Kuning, Kuning Tablet, Manjoung, Mentes,
tidak diinokulasi Trichoderma sp. dan bobot
Pikatan, Super Biru, Trisula Brebes, Thailand,
tersebut tidak berbeda nyata dengan kultivar
Tajuk dan Tiron yang diinokulasi Trichoderma
Bima Brebes, Bali Tabanan, Crok Kuning,
sp. Dilihat dari persentase peningkatan bobot
Kuning, Kuning Tablet, Mentes, Pikatan, Super
kering umbi, kultivar Tajuk mempunyai nilai
Biru, Sembrani, Trisula Brebes, Tajuk, Tiron,
yang tertinggi dibanding kultivar lainnya.
Bauji
yang
diinokulasi
b. Bobot Kering Akar, Bobot Kering
kering daun, indeks panen dan bobot kering
Daun, Indeks Panen dan Bobot
jemur umbi, tetapi keduanya tidak menunjukkan
Kering Jemur Umbi
adanya interaksi.
Berdasarkan sidik ragam, kultivar
Hasil pengamatan terhadap bobot kering daun,
kedelai
dan
inokulasi
Trichoderma
sp
indeks panen dan bobot kering jemur umbi dapat
menunjukkan pengaruh nyata terhadap bobot
dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Bobot kering akar (g/tanaman), bobot kering daun (g/tanaman), indeks panen dan bobot kering jemur
umbi (g/tanaman) pada berbagai kultivar bawang merah
Kultivar
Bobot kering akar
Bobot kering
daun
Bima Brebes
1.03 a
2.33 d
Bauji
1.17 a
4.31 a
Biru Lancor
1.33 a
3.78 ab
Bima
1.33 a
3.72 ab
Bima Nganjuk
1.17 a
3.81 ab
67
Indeks panen
0.53 cdefg
0.73 a
0.66 abc
0.64 abcd
0.61 abcde
Bobot kering
jemur umbi
23.33 g
75.33 a
71.67 ab
61.78 ab
28.56 fg
Bali Tabanan
Crok Kuning
Kuning
Katumi
Kuning Tablet
Manjoung
Mentes
Pikatan
Super Biru
Sembrani
Trisula Brebes
Thailand
Tajuk
Tiron
Trisula
1.00 a
1.17 a
0.89 a
0.95 a
1.11 a
1.28 a
1.06 a
1.17 a
1.33 a
1.34 a
1.00 a
1.22 a
1.28 a
1.00 a
1.06 a
2.84 cd
3.17 bc
2.59 cd
3.12 bc
2.89 cd
2.78 cd
2.98 cd
2.89 cd
3.28 cd
2.95 cd
3.17 bc
3.25 bc
2.92 cd
2.89 cd
3.17 bc
0.68 ab
0.58 bcde
0.47 fgh
0.69 ab
0.51 defgh
0.59 bcde
0.48 efgh
0.57 bcdef
0.60 bcde
0.65 abcde
0.39 h
0.43 gh
0.53 defgh
0.58 bcdef
0.61 bcde
45.61 cdef
45.28 cdef
22.56 g
56.45 bcd
38.45 defg
42.94 cdef
46.23 cdef
43.39 cdef
44.78 cdef
46.67 cdef
33.09 efg
51.89 cde
44.39 cdef
34.89 efg
46.95 cdef
Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf nyata 5%
Bobot kering daun yang tertinggi
Tabanan, Katumi, dan Sembrani. Sedangkan
terlihat pada kultivar Bauji. Hasil tersebut tidak
nilai indeks panen terendah terlihat pada kultivar
berbeda nyata dengan bobot kering daun pada
Trisula Brebes. Nilai tersebut tidak berbeda
kultivar Biru Lancor, Bima dan Bima Nganjuk.
nyata dengan kultivar Kuning, Kuning tablet,
Sedangkan bobot kering daun terendah terlihat
Mentes, Thailand, dan Tajuk.
pada kultivar Bima Brebes. Hasil tersebut tidak
Bobot kering jemur umbi tertinggi
berbeda nyata dengan kultivar Bali Tabanan,
terlihat pada kultivar Bauji. Hasil ini tidak
Kuning, Kuning Tablet, Manjoung, Mentes,
berbeda nyata dengan hasil pada kultivar Biru
Pikatan, Super Biru, Sembrani, Tajuk, dan Tiron.
Lancor, dan Bima. Bobot kering jemur umbi
Nilai indeks panen tertinggi dijumpai
terendah dijumpai pada kultivar Kuning, yang
pada kultivar Bauji. Nilai tersebut tidak berbeda
nilainya tidak berbeda nyata dengan Bima
nyata dengan nilai indeks panen pada kultivar
Brebes, Bima Nganjuk, Kuning Tablet, Trisula
Biru Lancor, Bima, Bima Nganjuk, Bali
Brebes, dan Tiron.
Inokulasi Trichoderma sp. memberikan nilai yang lebih tinggi pada variabel bobot kering
daun dan bobot kering jemur umbi.
Tabel 3. Bobot kering akar (g/tanaman), bobot kering daun (g/tanaman), indeks panen dan bobot kering jemur
umbi (g/tanaman) pada perlakuan inokulasi Trichoderma sp.
Inokulasi
Bobot kering akar Bobot kering daun Indeks panen
Trichoderma sp.
Tanpa inokulasi
1.11 a
2.95 b
0.57 a
Trichoderma sp.
Dengan inokulasi
1.18 a
3.33 a
0.56 a
Trichoderma sp.
68
Bobot kering jemur
umbi
41.02 b
49.40 a
Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf nyata 5%
Agar diperoleh hasil panen yang tinggi, tanaman
budidaya harus dapat membagikan hasil
asimilasinya dalam kuantitas yang sebesar
mungkin ke organ-organ yang mempunyai nilai
ekonomi, tanpa mempengaruhi kualitas atau
kemampuan untuk dipanen (Gardner, dkk.,
2008)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kultivar
hasil panen ekonomis dan hasil panen pertanian
Bauji memberikan nilai bobot kering daun dan
Dari data hasil penelitian didapatkan bahwa pada
bobot kering umbi yang tertinggi dibanding
variabel pengamatan bobot kering daun dan
kultivar lainnya, hal tersebut menggambarkan
bobot kering jemur umbi inokulasi Trichoderma
besarnya fotosintat yang dihasilkan dan
sp memberikan nilai yang lebih tinggi dibanding
dimanfaatkan untuk pembentukan organ-organ
yang tidak diinokulasi. Hal ini menunjukkan
penting tersebut.
Daun merupakan organ
bahwa inokulasi Trichoderma sp mampu
tanaman yang berperan paling utama dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini
berlangsungnya proses fotosintesis (Ansar,
sesuai dengan pernyataan Sharma et al. (2012)
2012),
budidaya
bahwa beberapa strain Trichoderma kompeten
tanaman bawang merah ditentukan kemampuan
rizosfer ditunjukkan mempunyai pengaruh
tanaman dalam memproduksi umbi. Dengan
langsung pada tanaman, menambah potensi
mempunyai nilai indeks panen yang tertinggi
pertumbuhan dan serapan nutrisinya, efisiensi
dibanding kultivar lainnya, dapat digambarkan
penggunaan pupuk, persentase dan kecepatan
bahwa distribusi asimilat ke hasil ekonomi dan
perkecambahan biji, dan stimulasi ketahanan
kemampuan
untuk
tanaman terhadap kerusakan biotik dan abiotik.
menampung asimilat pada kultivar Bauji adalah
Selain dapat secara langsung mempengaruhi
yang paling efisien (Ansar, 2012), karena indeks
patogen tanaman, beberapa isolat Trichoderma
hasil panen merupakan hasil bagi antara hasil
diketahui
panen secara ekonomi dengan hasil biologis .
fitohormonal tanaman inangnya, yang akan
Menurut Gardner dkk. (2008),
hasil panen
menghasilkan perbaikan pertumbuhan tanaman
biologis menggambarkan penimbunan berat
dan toleransi terhadap stress (Martinez-Medina
kering total dari sistem suatu tanaman sedangkan
et al., 2014)
sedangkan
keberhasilan
pengguna
asimilat
digunakan untuk menyatakan volume atau berat
organ-organ tanaman yang menyusun produk
yang bernilai ekonomi atau pertanian. Data hasil
tersebut diperkuat dengan nilai bobot kering
jemur umbi yang tertinggi juga ditemukan pada
kultivar Bauji.
juga
mempengaruhi
Untuk menentukan
II. Pemilihan kultivar bawang merah yang
tingkat
jaringan
hasil
memberikan respon positif dan negatif
berbagai kultivar bawang merah pada perlakuan
terhadap inokulasi Trichoderma sp.
inokulasi Trichoderma sp., digunakan variabel
bobot kering jemur umbi tanpa inokulasi
69
Trichoderma sp. Nilai bobot kering jemur yang
jemur umbi yang lebih rendah dari nilai rata-rata
lebih besar dari nilai rata-rata menunjukkan
menunjukkan tingkat hasil rendah. Hasil tersebut
tingkat hasil tinggi. Sedangkan nilai bobot kering
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tingkat hasil umbi berbagai kultivar bawang merah pada perlakuan inokulasi Trichoderma sp.
Bobot kering jemur (g/tanaman)
Tingk Hasil (TI)
Δ hasil
Kultivar
Tanpa Inokulasi Dengan Inokulasi
Tinggi
Rendah
(TI)
(I)
Bima Brebes
27.22
19.44
*
-13.80
Bauji
68.33
82.33
*
27.31
Biru Lancor
61.33
82.00
*
20.31
Bima
53.33
70.22
*
12.31
Bima Nganjuk
25.33
31.78
*
-15.69
Bali Tabanan
51.78
39.44
*
10.76
Crok Kuning
41.78
48.78
*
0.76
Kuning
14.44
30.67
*
-26.58
Katumi
53.22
59.67
*
12.20
Kuning Tablet
28.22
48.67
*
-12.80
Manjoung
43.44
42.44
*
2.42
Mentes
46.78
45.67
*
5.76
Pikatan
36.78
50.00
*
-4.24
Super Biru
34.67
54.89
*
-6.35
Sembrani
43.89
49.44
*
2.87
Trisula Brebes
34.00
32.17
*
-7.02
Thailand
50.44
53.33
*
9.42
Tajuk
35.67
53.11
*
-5.35
Tiron
28.89
40.89
*
-12.13
Trisula
40.89
53.00
*
-0.13
Rerata
41.02
Untuk memilih dan menentukan kultivar yang
hasil pengamatan perlakuan dengan inokulasi
memberikan respon positif dan negatif maka
dan tanpa inokulasi Trichoderma sp. Selanjutnya
data hasil penelitian pada variabel pengamatan
dilakukan pembobotan (scoring) untuk memilih
bobot kering akar, bobot kering umbi, bobot
dan menentukan kultivar yang termasuk kategori
kering daun, Indek Panen dan bobot kering
tanggap positif atau tanggap negatif. Hasilnya
jemur umbi dilihat perubahan (peningkatan atau
dapat dilihat pada tabel 5.
penurunan) yang terjadi akibat inokulasi
Trichoderma sp., dengan mencari selisih data
Tabel 5. Ketanggapan berbagai kultivar bawang merah pada perlakuan inokulasiTrichoderma sp.
70
Kultivar
Bima Brebes
Bauji
Biru Lancor
Bima
Bima Nganjuk
Bali Tabanan
Crok Kuning
Kuning
Katumi
Kuning Tablet
Manjoung
Mentes
Pikatan
Super Biru
Sembrani
Trisula Brebes
Thailand
Tajuk
Tiron
Trisula
Rerata
BK
akar
2
2
4
4
5
5
5
6
3
5
5
3
5
5
1
4
5
5
4
3
4.05
Pembobotan (scoring)
BK
BK
Ind
umbi
daun
panen
3
1
3
6
3
4
2
2
2
3
6
2
1
4
1
4
2
4
3
5
2
3
4
3
3
2
3
3
4
3
1
2
1
3
1
3
3
5
3
2
4
2
6
2
5
3
2
3
4
2
4
5
4
5
3
4
3
4
4
4
3.25
3.15
3
Rerata
BKJ
umbi
1
5
6
5
4
1
4
5
4
6
2
2
5
6
3
2
3
5
4
4
3.85
2
4
3.2
4
3
3.2
3.8
4.2
3
4.2
2.2
2.4
4.2
3.8
3.4
2.8
3.6
4.8
3.6
3.8
3.46
Tanggap
Pos
Tanggap
Neg
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Keterangan: BK = Bobot kering oven BKJ = Bobot kering jemur
Berdasarkan hasil tersebut, kultivar bawang
Trichoderma sp. dan mempunyai hasil tinggi,
merah yang diuji dikelompokkan kedalam
(4) kultivar yang tanggap negatif terhadap
empat kelompok, yaitu (1) kultivar yang tanggap
inokulasi Trichoderma sp. dan mempunyai hasil
positif terhadap inokulasi Trichoderma sp. dan
rendah. Kultivar-kultivar bawang merah yang
mempunyai hasil tinggi, (2) kultivar yang
masuk dalam keempat kelompok tersebut dapat
tanggap positif terhadap inokulasi Trichoderma
dilihat pada tabel 6.
sp. dan mempunyai hasil rendah, (3) kultivar
yang tanggap negatif terhadap inokulasi
Tabel 6. Pengelompokan kultivar bawang merah berdasarkan tanggapannya terhadap inokulasi Trichoderma sp.
Hasil Tinggi
Hasil Rendah
Tanggap positif
Bauji, Bima, Crok Kuning,
Kuning, Kuning Tablet, Pikatan,
Thailand
Super Biru, Tajuk, Tiron, Trisula
Tanggap negatif
Biru Lancor, Bali Tabanan,
Katumi, Manjoung, Mentes,
71
Bima Brebes, Bima Nganjuk,
Trisula Brebes
Sembrani
KESIMPULAN
Dari
hasil
dapat
didapatkan empat kelompok kultivar, yaitu
disimpulkan bahwa inokulasi Trichoderma sp
tanggap positif, hasil tinggi (Bauji, Bima, Crok
dapat meningkatkan pertumbuhan dengan
Kuning, Thailand); tanggap positif, hasil rendah
meningatkan nilai hasil berbagai variabel
(Kuning, Kuning Tablet, Pikatan, Super Biru,
pengamatan. Hasil bawang merah pada
Tajuk, Tiron, Trisula); tanggap negatif, hasil
budidaya di tanah pasir pantai dipengaruhi oleh
tinggi (Biru Lancor, Bali Tabanan, Katumi,
tanggapan berbagai kultivar bawang merah
Manjoung, Mentes, Sembrani) dan tanggap
terhadap inokulasi Trichoderma sp. Berdasarkan
negatif, hasil rendah (Bima Brebes, Bima
hasil
Nganjuk, Trisula Brebes).
pengamatan
penelitian
dan
ini
analisis
statistik
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada DPRM -KEMENRISTEKDIKTI yang telah membantu biaya penelitian
Anonim. 2015. Budidaya Pertanian. Prospek
DAFTAR PUSTAKA
Agribisnis Bawang Merah Kabupaten
Al-Omran, A.M., A.M. Falatah, A.S. Sheta
and A.R. Al-Harbi. 2004. Clay deposits
Bantul.
for water management of sandy soils.
Arid Land Research and Management I:
(diakses 24 Mei 2015)
Ansar, M. 2012. Pertumbuhan dan hasil
17l - I 83.
Ambarwati, E. dan P. Yudono.
bawang
2003.
merah
pada
keragaman
Keragaan stabilitas hasil bawang merah.
ketinggian tempat. Disertasi. Program
Ilmu Pertanian. 10 ( 2): 1 - 10
Pascasarjana, Fak Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Anonim. 1983. Pedoman bercocok tanam
padi,
palawija,
Departemen
Chang, Y.C., Chang, Y.C., Baker R., Kleifeld,
sayur-sayuran.
Pertanian,
O., Chet, I. 1986. Increased growth of
Satuan
plants in the presence of the biological
Pengendali BIMAS, Jakarta
Anonim.
2011.
control agent Trichoderma harzianum.
Nilai Ekonomi Dan
Identifikasi Usahatani Lahan Pasir
Pantai
Di
Plant Dis 70: 145 -148
Ditjen BP Hortikultura.
Kabupaten
2004.
Bantul. http://geoenviron.blogspot.co.id
pengembangan
/2011/05/nilai-ekonomi-dan-
bawang merah di lahan sub optimal
identifikasi.html
(lahan pasir) dalam upaya peningkatan
72
inovasi
Prospek
teknologi
pendapatan petani.
nitrogen
Jurnal Litbang
- 374
Fisiologi tanaman budidaya.
Keswani, C., Mishra, S., Sarma, B.K., Singh,
Penerbit Universitas Indonesia (UI-
S.P. and Singh, H.B. 2014. Unraveling
Press). Jakarta
the efficient applications of secondary
Ginting, K.E., Lahay, R.R. dan Hanum, C.
metabolites of various Trichoderma spp.
Respons pertumbuhan dan
produksi
terhadap
pasir pantai Samas. BPPS 11 (4B): 361
Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell.
2013.
lambat
pertumbuhan dan hasil cabai di lahan
Provinsi Jawa Tengah 11 (234)
2008.
lepas
bawang
merah
Mini
(Allium
review.
Appl
Microbiol
Biotechnol. 98: 533 - 544
ascalonicum L.) terhadap pemberian
pupuk NPK dan Tithonia diversifolia.
Martinez-Medina, A., Alguacil, M.DM.,
Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3):
Pascual, J.A., and Van Wees, S.C.M.
853 – 863
2014. Phytohormone profiles induced
Harman, GE. 2000. Myths and dogmas of
by Trichoderma isolates correspond
biocontrol. Changes in perceptions
with their biocontrol and plant growth-
derived from research on Trichoderma
promoting activity on melon plants. J
harzianum T-22. Plant Dis 84: 377 -
Chem Ecol 40: 804 – 815
Rahayu, E. dan N. Berlian V.A.
393
Bawang Merah. Penebar Swadaya.
Harman, GE, Howell, CR, Viterbo, A, Chet I,
Jakarta
Lorito, M. 2004. Trichoderma species
–
opportunistic,
symbionts.
plant
Rajiman. 2009. Pengaruh pemupukan NPK
Reviews.
terhadap hasil bawang merah di lahan
avirulent
Nature
pasir pantai. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
Microbiology 2: 43 - 56
Harman, GE.
2006.
1996.
5 (1): 52 - 60
Overview of
Sharma, P., Patel, A.N., Saini, M.K. and
mechanisms and uses of Trichoderma
spp. Phytopathology 96: 190 - 194
Deep, S. 2012. Field demonstration of
Iriani, E. 2013. Prospek pengembangan
Trichoderma harzianum as a plant
inovasi teknologi bawang merah di
growth promoter in wheat (Triticum
lahan sub optimal (lahan pasir) dalam
aestivum L.). Journal of Agricultural
upaya peningkatan pendapatan petani.
Science 4 (8): 65 – 73
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah.
Shivanna, M B, Manchanahally S M, Koji K
11(2): 231 - 243
and Mitsuro H. 1995. Influence of
Kastono, D, Tohari, S. Kabirun, dan Dja'farSiddieq.
1998.
Kajian
Zoysiagrass rhizosphere fungal isolates
pemberian
on growth and yield of soybean plants.
mikroorganisme efektif dan pupuk
Mycoscience 36: 25 – 30
73
Wibowo, 1988. Budidaya Bawang Putih,
harzianum
on
microelement
Bawang Merah dan Bawang Bombay.
concentration and increased growth of
Penebar Swadaya. Jakarta
cucumber plants. Plant Soil 235: 235 -
Widodo, A.S.
2015.
242
Pendapatan dan
produksi potensial usahatani konservasi
lahan pantai di Kabupaten Bantul.
Jurnal Agraris 1(1): 1 – 5
Yedidia I, Srivastva AK, Kapulnik Y, Chet I.
2001.
Effect
of
Trichoderma
74
Trichoderma sp. PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN PASIR PANTAI
Tuti Setyaningrum1), Didik Indradewa2), Achmadi Priyatmojo2), Endang Sulistyaningsih2)
1) Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
2) Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
E-mail : tutisetia18@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah memilah kultivar bawang merah mendasarkan
tanggapannya terhadap inokulasi Trichoderma sp. pada budidaya di tanah pasir pantai. Percobaan pot
ini merupakan percobaan faktorial, terdiri atas dua faktor yang disusun dalam rancangan acak
kelompok lengkap (RAKL) dan diulang sebanyak tiga kali. Adapun kedua faktor tersebut adalah
berbagai kultivar bawang merah (20 kultivar) yang merupakan faktor pertama, dan faktor kedua
adalah inokulasi isolat Trichoderma sp., terdiri atas dua aras yaitu tanpa inokulasi dan diinokulasi
isolat Trichoderma sp. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dilanjutkan uji jarak
berganda Duncan (DMRT). Pemilahan dan pemilihan respon kultivar bawang merah terhadap
inokulasi Trichoderma sp. digunakan metode pembobotan (skoring). Penentuan kelas interval
mengikuti aturan Sturges. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis statistik didapatkan empat
kelompok kultivar, yaitu tanggap positif, hasil tinggi (Bauji, Bima, Crok Kuning, Thailand); tanggap
positif, hasil rendah (Kuning, Kuning Tablet, Pikatan, Super Biru, Tajuk, Tiron, Trisula); tanggap
negatif hasil tinggi (Biru Lancor, Bali Tabanan, Katumi, Manjoung, Mentes, Sembrani) dan tanggap
negatif, hasil rendah (Bima Brebes, Bima Nganjuk, Trisula Brebes).
Kata kunci: bawang merah, kultivar , Trichoderma sp., tanah pasir pantai
RESPONSE AND RESULTS OF RED ONION CULTIVAR TO INOCULATION OF
Trichoderma sp. ON COASTAL SANDY LAND CULTIVATION
ABSTRACT
The purpose of this research is to sort out onion cultivars based on their response to Trichoderma sp
inoculation, on the coastal sandy land cultivation. This pot experiment is a factorial experiment,
consisting of two factors arranged in a randomized complete block design (RCBD) and repeated
three times. The two factors are various cultivars of onion (20 cultivars) as the first factor, and the
second factor is inoculation of Trichoderma sp isolates which is consist of two levels i.e. without
inoculation and inoculated of Trichoderma sp. isolates. The observed data was analyzed by ANOVA
and DMRT. Onion cultivar response to inoculation of Trichoderma sp, sorted and selected using the
scoring method. The interval class is determined by Sturges rule. Based on observations and statistical
analysis, four cultivar groups were obtained, there are positive responses with high yield (Bauji, Bima,
62
Crok Kuning, Thailand); positive responses with low yield (Kuning, Kuning Tablet, Pikatan, Super
Biru, Tajuk, Tiron, Trisula); negative responses with high yields (Biru Lancor, Bali Tabanan, Katumi,
Manjoung, Mentes, Sembrani) and negative responses with low yields (Bima Brebes, Bima Nganjuk,
Trisula Brebes).
Keywords: onion, cultivar, Trichoderma sp., coastal sandy land
PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan
sebagai peluang pengembangan. Peningkatan
salah satu komoditas hortikultura penting bagi
produksi bawang merah dapat ditempuh melalui
masyarakat karena memiliki nilai ekonomis
perluasan
tinggi, baik ditinjau dari sisi pemenuhan
produktivitas (Iriani, 2013).
konsumsi nasional, sumber penghasilan petani,
Sebagai alternatif perluasan areal, salah satu
maupun potensinya sebagai penghasil devisa
lahan marjinal yang memiliki potensi tinggi
negara (Rajiman, 2009; Iriani, 2013). Di
untuk dikembangkan di Indonesia adalah lahan
Indonesia dikenal banyak varietas lokal bawang
pantai.
merah yang ditanam di beberapa tempat. Setiap
dibudidayakan di lahan pasir pantai, (Anonim,
varietas bawang merah memiliki karakteristik
2015). Berdasarkan sifat fisik dan biologi tanah
berbeda, termasuk morfologi dan kandungan
lahan pantai memiliki beberapa kendala,
gizi (Wibowo, 1988). Demikian juga daya
sehingga produktivitas lahannya rendah (Al-
adaptasi dan stabilitas hasil setiap varietas tidak
Omran et al, 2004; Ginting et al., 2013). Untuk
sama
mendukung
(Ambarwati
dan Yudono,
2003).
areal
Beraneka
baru
serta
ragam
pertumbuhan
peningkatan
tanaman
tanaman
bisa
yang
Perkiraan kebutuhan konsumsi bawang merah
dibudidayakan pada lahan tersebut, sangat
di Indonesia tahun 2016 – 2025 adalah 976.683;
diperlukan aplikasi teknologi. Selain dengan
994.378; 1.022.751; 1.038.092; 1.067.527;
penambahan bahan organik, salah satu yang
1.083.540; 1.114.077; 1.130.788; 1.177.179;
dapat
1.194.837 (ton) (Sumber : Ditjen BP
produktivitas lahan adalah dengan penambahan
Hortikultura, 2004). Sejalan dengan peningkatan
mikroorganisme yang menguntungkan untuk
jumlah penduduk yang pada tahun 2025
memacu pertumbuhan tanaman agar tanah pasir
diperkirakan akan mencapai 299 juta orang,
tersebut dapat lebih berpotensi untuk budidaya
pasokan bawang merah yang harus terealisasi
tanaman (Kastono et al., 1998). Mikroorganisme
untuk
domestik
menguntungkan tersebut dikenal sebagai plant-
diproyeksikan meningkat menjadi 1.541.737 ton
growth promoting rhizobacteria (PGPR) atau
(Sumber: Ditjen BP Hortikultura 2004). Hal
plant-growth promoting fungi (PGPF) yang
tersebut merupakan tantangan, sekaligus juga
meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui
memenuhi
kebutuhan
63
dilakukan
untuk
memperbaiki
berbagai mekanisme. Di antara jamur, spesies
banyak macamnya. Beberapa hal yang
Trichoderma diketemukan mampu memacu
membedakan varietas satu dengan yang lain
pertumbuhan
sebagai
biasanya didasarkan pada bentuk, ukuran, warna,
pengendali hayati (Shivanna et al., 1995;
kekenyalan, aroma umbi, umur tanaman,
Keswani et al., 2014). Alternatif upaya
ketahanan terhadap penyakit serta hujan, dan
peningkatan kuantitas dan kualitas produk
lain-lain (Rahayu dan Berlian, 1996). Menurut
pertanian khususnya bawang merah dapat
Ambarwati dan Yudono (2003), daya adaptasi
dilakukan dengan pemanfaatan Trichoderma sp.
dan stabilitas hasil setiap varietas tidak sama.
sebagai agens pemacu pertumbuhan tanaman di
Varietas yang mempunyai potensi hasil tinggi
lahan pasir pantai. Dengan mengaplikasikan
pada suatu lokasi belum tentu tetap tinggi
PGPF, khususnya Trichoderma sp. pada
hasilnya pada lokasi yang lain.
tanaman,
selain
budidaya bawang merah di lahan pasir pantai
Lahan pasir pantai memiliki beberapa
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bawang
kelebihan untuk lahan pertanian, yaitu luas, datar,
merah dari segi kuantitas juga kualitas.
jarang banjir, sinar matahari melimpah, dan
Permasalahan yang perlu dikaji lebih
permukaan airnya dangkal. Persiapan lahan pasir
lanjut yaitu tanggapan berbagai kultivar bawang
pantai cukup sederhana hanya dengan membuat
merah terhadap inokulasi Trichoderma sp.
bedengan tidak dibuat parit-parit yang dalam,
belum adanya pemilahan kultivar bawang merah
sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari
mendasarkan tanggapannya terhadap inokulasi
pengolahan tanah (Rajiman, 2009). Selain
Trichoderma sp. pada budidaya di tanah pasir
memiliki beberapa kelebihan, ciri utama lahan
pantai.
pasir pantai yang bertekstur pasir, kandungan
Bawang merah dapat tumbuh pada
hara rendah, mudah tererosi oleh angin yang
kisaran jenis tanah yang luas, yang penting
sangat kencang serta suhu udara yang tinggi,
memiliki aerasi baik, subur dan mampu
merupakan
menyediakan
dan
dikembangkan untuk budidaya tanaman pangan
mempertahankannya dalam waktu relatif lama
maupun hortikultura, khususnya bawang merah.
(Ansar, 2012). Tanah yang ideal untuk
Kendala lain yang muncul di lahan pasir pantai
pertumbuhan dan produksi bawang merah
adalah suhu tanah yang tinggi di siang dan sore
adalah tanah subur dan banyak mengandung
hari. Berbagai macam kendala yang muncul di
bahan organik atau humus, karena akan
lahan
mendorong perkembangan umbi sehingga hasil
menggunakan faktor produksi yang lebih baik
bawang merah menjadi lebih tinggi. Tanah
dalam kuantitas maupun kualitas (Widodo,
dengan kondisi drainase dan aerasi yang baik
2015)
air
yang
cukup
pasir
kendala
pantai
utama
menuntut
apabila
petani
sangat diutamakan (Anonim, 1983). Varietas
Trichoderma sp. adalah jamur yang
bawang merah yang ditanam di Indonesia cukup
hidup bebas, sangat interaktif dalam lingkungan
64
akar, tanah, dan daun (Harman et al., 2004).
(Chang
Merupakan salah satu genus jamur yang sangat
meningkatkan serapan nutrisi tanaman (Yedidia
popular, tersedia sebagai jamur pemacu
et.al., 2001) dan penggunaan pupuk (Harman,
pertumbuhan tanaman (PGPF) dan agens
2000). Sifat – sifat tersebut dianggap menjadi
pengendali hayati (Keswani et al., 2014). Selain
dasar bagaimana Trichoderma mempunyai
kemampuan Trichoderma sp. untuk menyerang
pengaruh menguntungkan pada pertumbuhan
atau
dan perkembangan tanaman.
menghambat
pertumbuhan
patogen
tanaman secara langsung, yang mengindikasikan
et.al.,
Tujuan
1986;
Harman,
penelitian
ini
2000),
adalah
bahwa jamur tersebut dapat menginduksi
mempelajari tanggapan beberapa kultivar
ketahanan sistemik dan lokal terhadap berbagai
bawang merah terhadap inokulasi Trichoderma
patogen tanaman, strain-strain tertentu juga
sp. di tanah pasir pantai serta memilah kultivar
mempunyai
pada
bawang merah mendasarkan tanggapannya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terhadap inokulasi Trichoderma sp. di tanah
(Harman et al., 2004; Harman, 2006).
pasir pantai. Sedangkan manfaat
Trichoderma sp. umum terdapat dalam tanah
diharapkan bisa diambil antara lain adalah
dan ekosistem perakaran (Harman et al., 2004).
memberikan sumbangan informasi ilmiah
Trichoderma sp. yang telah lama dikenal
tentang inokulasi Trichoderma
menunjukkan kemampuannya untuk me-
tanaman bawang merah
pengaruh
substansial
yang
sp. pada
ningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman
METODE PENELITIAN
Percobaan dilaksanakan mulai bulan
Tiron dan Trisula) dan inokulasi isolat
Januari sampai Maret 2017, di lahan pasir pantai
Trichoderma sp. yang merupakan faktor kedua,
di daerah Samas, Bantul, Yogyakarta. Percobaan
terdiri atas dua aras yaitu I0 (tanpa inokulasi
pot ini merupakan percobaan faktorial, terdiri
isolat Trichoderma sp.) dan I1 ( diinokulasi
atas dua faktor yang disusun dalam rancangan
isolat Trichoderma sp.). Bahan yang digunakan
acak kelompok lengkap (RAKL) dan diulang
adalah benih bawang merah, inokulan PGPF
sebanyak tiga kali. Adapun kedua faktor tersebut
(Trichoderma sp. yang didapatkan dari rhizosfer
adalah berbagai kultivar bawang merah yang
melon di Klaten (Febrianto, 2015)), bahan
merupakan faktor pertama, terdiri atas 20
organik (pupuk kandang kotoran sapi), pupuk N-
kultivar (Bima Brebes, Bauji, Biru Lancor,
P-K, polibag, serta bahan-bahan kimia yang
Bima, Bima Nganjuk, Bali Tabanan, Crok
digunakan untuk analisis biokimia. Alat-alat
Kuning, Kuning, Katumi, Kuning Tablet,
yang digunakan adalah alat-alat budidaya
Manjoung, Mentes, Pikatan, Super Biru,
pertanian dan alat-alat pengukur berbagai
Sembrani, Trisula Brebes, Thailand, Tajuk,
parameter
65
pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
I . Karakter agronomis kultivar-kultivar
yang diinokulasi Trichoderma sp.
Menurut Gardner dkk. (2008), proses
yang
penting
dalam
Sedangkan pada variabel pengamatan bobot
kering akar, bobot kering daun, indeks panen
dan
dan bobot kering jemur umbi menunjukkan
adalah
tidak terjadi interaksi antara berbagai kultivar
yang
dengan inokulasi Trichoderma sp. Hasil
berlangsung secara terus menerus sepanjang
pengamatan terhadap bobot kering umbi, bobot
daur hidup dan bergantung pada tersedianya
kering akar, bobot kering daun, indeks panen
meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi
dan bobot kering jemur umbi dapat dilihat pada
pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang
Tabel 1 sampai Tabel 3.
perkembangbiakan
pertumbuhan
mendukung.
dan
suatu
kehidupan
variabel pengamatan bobot kering umbi.
spesies
perkembangan,
Penimbunan
berat
kering
a. Bobot Kering Umbi
umumnya digunakan sebagai petunjuk yang
Berdasarkan sidik ragam, terdapat
memberikan ciri pertumbuhan. Perkembangan
interaksi antara kultivar bawang merah dengan
tanaman merupakan suatu kombinasi dari
inokulasi Trichoderma sp. dalam mem-
sejumlah proses yang kompleks yaitu proses
pengaruhi bobot kering umbi. Inokulasi
pertumbuhan dan diferensiasi yang mengarah
Trichoderma
pada akumulasi berat kering.
meningkatkan bobot kering umbi, seperti pada
sp.
ternyata
tidak
selalu
Hasil sidik ragam terhadap variabel
beberapa kultivar bawang merah, yaitu Bima
bobot kering akar, bobot kering daun, bobot
Brebes, Biru Lancor, Bima, Bima Nganjuk,
kering umbi, indeks panen dan bobot kering
Crok Kuning, Katumi, Manjoung, Mentes dan
jemur umbi menunjukkan bahwa interaksi
Super Biru.
antara kultivar bawang merah dengan inokulasi
Trichoderma sp. berpengaruh nyata terhadap
Tabel 1. Bobot kering umbi (g/ tanaman) pada berbagai kultivar bawang merah dan inokulasi Trichoderma sp.
Kultivar
Bima Brebes
Bauji
Biru Lancor
Bima
Bima Nganjuk
Bali Tabanan
Crok Kuning
Kuning
Katumi
Tanpa Inokulasi
4.33 efg
12.00 b
11.75 bc
9.17 bcde
12.00 b
6.50 cdefg
6.28 defg
2.58 g
9.00 bcde
Inokulasi
3.33 fg
18.93 a
8.50 bcdef
8.72 bcdef
5.08 defg
10.08 bcd
5.83 defg
3.72 efg
8.89 bcdef
66
% Peningkatan
-0.23
0.58
-0.28
-0.05
-0.58
0.55
-0.07
0.44
-0.01
Rerata
3.83
15.47
10.13
8.95
8.54
8.29
6.06
3.15
8.95
Kuning Tablet
Manjoung
Mentes
Pikatan
Super Biru
Sembrani
Trisula Brebes
Thailand
Tajuk
Tiron
Trisula
Rerata
3.92 efg
8.50 bcdef
4.08 efg
4.92 defg
7.75 bcdefg
5.33 defg
2.67 g
2.50 g
2.67 g
5.08 defg
5.08 defg
6.31
4.33 efg
4.00 efg
3.33 fg
5.72 defg
6.00 defg
12.89 b
2.67 g
4.42 efg
8.11 bcdefg
5.50 defg
8.67 bcdef
6.94
0.10
-0.53
-0.18
0.16
-0.23
1.42
0.00
0.77
2.04
0.08
0.71
4.13
6.25
3.71
5.32
6.88
9.11
2.67
3.46
5.39
5.29
6.88
(+)
Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf nyata 5% ,
(+) : ada interaksi
Bobot kering umbi tertinggi dijumpai pada
dan Trisula yang tidak diinokulasi Trichoderma
kultivar
dengan
sp. juga tidak berbeda nyata dengan kultivar
Trichoderma sp. Bobot kering umbi yang
Bima Brebes, Bima Nganjuk, Crok Kuning,
terendah terlihat pada kultivar Thailand yang
Kuning, Kuning Tablet, Manjoung, Mentes,
tidak diinokulasi Trichoderma sp. dan bobot
Pikatan, Super Biru, Trisula Brebes, Thailand,
tersebut tidak berbeda nyata dengan kultivar
Tajuk dan Tiron yang diinokulasi Trichoderma
Bima Brebes, Bali Tabanan, Crok Kuning,
sp. Dilihat dari persentase peningkatan bobot
Kuning, Kuning Tablet, Mentes, Pikatan, Super
kering umbi, kultivar Tajuk mempunyai nilai
Biru, Sembrani, Trisula Brebes, Tajuk, Tiron,
yang tertinggi dibanding kultivar lainnya.
Bauji
yang
diinokulasi
b. Bobot Kering Akar, Bobot Kering
kering daun, indeks panen dan bobot kering
Daun, Indeks Panen dan Bobot
jemur umbi, tetapi keduanya tidak menunjukkan
Kering Jemur Umbi
adanya interaksi.
Berdasarkan sidik ragam, kultivar
Hasil pengamatan terhadap bobot kering daun,
kedelai
dan
inokulasi
Trichoderma
sp
indeks panen dan bobot kering jemur umbi dapat
menunjukkan pengaruh nyata terhadap bobot
dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Bobot kering akar (g/tanaman), bobot kering daun (g/tanaman), indeks panen dan bobot kering jemur
umbi (g/tanaman) pada berbagai kultivar bawang merah
Kultivar
Bobot kering akar
Bobot kering
daun
Bima Brebes
1.03 a
2.33 d
Bauji
1.17 a
4.31 a
Biru Lancor
1.33 a
3.78 ab
Bima
1.33 a
3.72 ab
Bima Nganjuk
1.17 a
3.81 ab
67
Indeks panen
0.53 cdefg
0.73 a
0.66 abc
0.64 abcd
0.61 abcde
Bobot kering
jemur umbi
23.33 g
75.33 a
71.67 ab
61.78 ab
28.56 fg
Bali Tabanan
Crok Kuning
Kuning
Katumi
Kuning Tablet
Manjoung
Mentes
Pikatan
Super Biru
Sembrani
Trisula Brebes
Thailand
Tajuk
Tiron
Trisula
1.00 a
1.17 a
0.89 a
0.95 a
1.11 a
1.28 a
1.06 a
1.17 a
1.33 a
1.34 a
1.00 a
1.22 a
1.28 a
1.00 a
1.06 a
2.84 cd
3.17 bc
2.59 cd
3.12 bc
2.89 cd
2.78 cd
2.98 cd
2.89 cd
3.28 cd
2.95 cd
3.17 bc
3.25 bc
2.92 cd
2.89 cd
3.17 bc
0.68 ab
0.58 bcde
0.47 fgh
0.69 ab
0.51 defgh
0.59 bcde
0.48 efgh
0.57 bcdef
0.60 bcde
0.65 abcde
0.39 h
0.43 gh
0.53 defgh
0.58 bcdef
0.61 bcde
45.61 cdef
45.28 cdef
22.56 g
56.45 bcd
38.45 defg
42.94 cdef
46.23 cdef
43.39 cdef
44.78 cdef
46.67 cdef
33.09 efg
51.89 cde
44.39 cdef
34.89 efg
46.95 cdef
Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf nyata 5%
Bobot kering daun yang tertinggi
Tabanan, Katumi, dan Sembrani. Sedangkan
terlihat pada kultivar Bauji. Hasil tersebut tidak
nilai indeks panen terendah terlihat pada kultivar
berbeda nyata dengan bobot kering daun pada
Trisula Brebes. Nilai tersebut tidak berbeda
kultivar Biru Lancor, Bima dan Bima Nganjuk.
nyata dengan kultivar Kuning, Kuning tablet,
Sedangkan bobot kering daun terendah terlihat
Mentes, Thailand, dan Tajuk.
pada kultivar Bima Brebes. Hasil tersebut tidak
Bobot kering jemur umbi tertinggi
berbeda nyata dengan kultivar Bali Tabanan,
terlihat pada kultivar Bauji. Hasil ini tidak
Kuning, Kuning Tablet, Manjoung, Mentes,
berbeda nyata dengan hasil pada kultivar Biru
Pikatan, Super Biru, Sembrani, Tajuk, dan Tiron.
Lancor, dan Bima. Bobot kering jemur umbi
Nilai indeks panen tertinggi dijumpai
terendah dijumpai pada kultivar Kuning, yang
pada kultivar Bauji. Nilai tersebut tidak berbeda
nilainya tidak berbeda nyata dengan Bima
nyata dengan nilai indeks panen pada kultivar
Brebes, Bima Nganjuk, Kuning Tablet, Trisula
Biru Lancor, Bima, Bima Nganjuk, Bali
Brebes, dan Tiron.
Inokulasi Trichoderma sp. memberikan nilai yang lebih tinggi pada variabel bobot kering
daun dan bobot kering jemur umbi.
Tabel 3. Bobot kering akar (g/tanaman), bobot kering daun (g/tanaman), indeks panen dan bobot kering jemur
umbi (g/tanaman) pada perlakuan inokulasi Trichoderma sp.
Inokulasi
Bobot kering akar Bobot kering daun Indeks panen
Trichoderma sp.
Tanpa inokulasi
1.11 a
2.95 b
0.57 a
Trichoderma sp.
Dengan inokulasi
1.18 a
3.33 a
0.56 a
Trichoderma sp.
68
Bobot kering jemur
umbi
41.02 b
49.40 a
Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf nyata 5%
Agar diperoleh hasil panen yang tinggi, tanaman
budidaya harus dapat membagikan hasil
asimilasinya dalam kuantitas yang sebesar
mungkin ke organ-organ yang mempunyai nilai
ekonomi, tanpa mempengaruhi kualitas atau
kemampuan untuk dipanen (Gardner, dkk.,
2008)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kultivar
hasil panen ekonomis dan hasil panen pertanian
Bauji memberikan nilai bobot kering daun dan
Dari data hasil penelitian didapatkan bahwa pada
bobot kering umbi yang tertinggi dibanding
variabel pengamatan bobot kering daun dan
kultivar lainnya, hal tersebut menggambarkan
bobot kering jemur umbi inokulasi Trichoderma
besarnya fotosintat yang dihasilkan dan
sp memberikan nilai yang lebih tinggi dibanding
dimanfaatkan untuk pembentukan organ-organ
yang tidak diinokulasi. Hal ini menunjukkan
penting tersebut.
Daun merupakan organ
bahwa inokulasi Trichoderma sp mampu
tanaman yang berperan paling utama dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini
berlangsungnya proses fotosintesis (Ansar,
sesuai dengan pernyataan Sharma et al. (2012)
2012),
budidaya
bahwa beberapa strain Trichoderma kompeten
tanaman bawang merah ditentukan kemampuan
rizosfer ditunjukkan mempunyai pengaruh
tanaman dalam memproduksi umbi. Dengan
langsung pada tanaman, menambah potensi
mempunyai nilai indeks panen yang tertinggi
pertumbuhan dan serapan nutrisinya, efisiensi
dibanding kultivar lainnya, dapat digambarkan
penggunaan pupuk, persentase dan kecepatan
bahwa distribusi asimilat ke hasil ekonomi dan
perkecambahan biji, dan stimulasi ketahanan
kemampuan
untuk
tanaman terhadap kerusakan biotik dan abiotik.
menampung asimilat pada kultivar Bauji adalah
Selain dapat secara langsung mempengaruhi
yang paling efisien (Ansar, 2012), karena indeks
patogen tanaman, beberapa isolat Trichoderma
hasil panen merupakan hasil bagi antara hasil
diketahui
panen secara ekonomi dengan hasil biologis .
fitohormonal tanaman inangnya, yang akan
Menurut Gardner dkk. (2008),
hasil panen
menghasilkan perbaikan pertumbuhan tanaman
biologis menggambarkan penimbunan berat
dan toleransi terhadap stress (Martinez-Medina
kering total dari sistem suatu tanaman sedangkan
et al., 2014)
sedangkan
keberhasilan
pengguna
asimilat
digunakan untuk menyatakan volume atau berat
organ-organ tanaman yang menyusun produk
yang bernilai ekonomi atau pertanian. Data hasil
tersebut diperkuat dengan nilai bobot kering
jemur umbi yang tertinggi juga ditemukan pada
kultivar Bauji.
juga
mempengaruhi
Untuk menentukan
II. Pemilihan kultivar bawang merah yang
tingkat
jaringan
hasil
memberikan respon positif dan negatif
berbagai kultivar bawang merah pada perlakuan
terhadap inokulasi Trichoderma sp.
inokulasi Trichoderma sp., digunakan variabel
bobot kering jemur umbi tanpa inokulasi
69
Trichoderma sp. Nilai bobot kering jemur yang
jemur umbi yang lebih rendah dari nilai rata-rata
lebih besar dari nilai rata-rata menunjukkan
menunjukkan tingkat hasil rendah. Hasil tersebut
tingkat hasil tinggi. Sedangkan nilai bobot kering
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tingkat hasil umbi berbagai kultivar bawang merah pada perlakuan inokulasi Trichoderma sp.
Bobot kering jemur (g/tanaman)
Tingk Hasil (TI)
Δ hasil
Kultivar
Tanpa Inokulasi Dengan Inokulasi
Tinggi
Rendah
(TI)
(I)
Bima Brebes
27.22
19.44
*
-13.80
Bauji
68.33
82.33
*
27.31
Biru Lancor
61.33
82.00
*
20.31
Bima
53.33
70.22
*
12.31
Bima Nganjuk
25.33
31.78
*
-15.69
Bali Tabanan
51.78
39.44
*
10.76
Crok Kuning
41.78
48.78
*
0.76
Kuning
14.44
30.67
*
-26.58
Katumi
53.22
59.67
*
12.20
Kuning Tablet
28.22
48.67
*
-12.80
Manjoung
43.44
42.44
*
2.42
Mentes
46.78
45.67
*
5.76
Pikatan
36.78
50.00
*
-4.24
Super Biru
34.67
54.89
*
-6.35
Sembrani
43.89
49.44
*
2.87
Trisula Brebes
34.00
32.17
*
-7.02
Thailand
50.44
53.33
*
9.42
Tajuk
35.67
53.11
*
-5.35
Tiron
28.89
40.89
*
-12.13
Trisula
40.89
53.00
*
-0.13
Rerata
41.02
Untuk memilih dan menentukan kultivar yang
hasil pengamatan perlakuan dengan inokulasi
memberikan respon positif dan negatif maka
dan tanpa inokulasi Trichoderma sp. Selanjutnya
data hasil penelitian pada variabel pengamatan
dilakukan pembobotan (scoring) untuk memilih
bobot kering akar, bobot kering umbi, bobot
dan menentukan kultivar yang termasuk kategori
kering daun, Indek Panen dan bobot kering
tanggap positif atau tanggap negatif. Hasilnya
jemur umbi dilihat perubahan (peningkatan atau
dapat dilihat pada tabel 5.
penurunan) yang terjadi akibat inokulasi
Trichoderma sp., dengan mencari selisih data
Tabel 5. Ketanggapan berbagai kultivar bawang merah pada perlakuan inokulasiTrichoderma sp.
70
Kultivar
Bima Brebes
Bauji
Biru Lancor
Bima
Bima Nganjuk
Bali Tabanan
Crok Kuning
Kuning
Katumi
Kuning Tablet
Manjoung
Mentes
Pikatan
Super Biru
Sembrani
Trisula Brebes
Thailand
Tajuk
Tiron
Trisula
Rerata
BK
akar
2
2
4
4
5
5
5
6
3
5
5
3
5
5
1
4
5
5
4
3
4.05
Pembobotan (scoring)
BK
BK
Ind
umbi
daun
panen
3
1
3
6
3
4
2
2
2
3
6
2
1
4
1
4
2
4
3
5
2
3
4
3
3
2
3
3
4
3
1
2
1
3
1
3
3
5
3
2
4
2
6
2
5
3
2
3
4
2
4
5
4
5
3
4
3
4
4
4
3.25
3.15
3
Rerata
BKJ
umbi
1
5
6
5
4
1
4
5
4
6
2
2
5
6
3
2
3
5
4
4
3.85
2
4
3.2
4
3
3.2
3.8
4.2
3
4.2
2.2
2.4
4.2
3.8
3.4
2.8
3.6
4.8
3.6
3.8
3.46
Tanggap
Pos
Tanggap
Neg
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Keterangan: BK = Bobot kering oven BKJ = Bobot kering jemur
Berdasarkan hasil tersebut, kultivar bawang
Trichoderma sp. dan mempunyai hasil tinggi,
merah yang diuji dikelompokkan kedalam
(4) kultivar yang tanggap negatif terhadap
empat kelompok, yaitu (1) kultivar yang tanggap
inokulasi Trichoderma sp. dan mempunyai hasil
positif terhadap inokulasi Trichoderma sp. dan
rendah. Kultivar-kultivar bawang merah yang
mempunyai hasil tinggi, (2) kultivar yang
masuk dalam keempat kelompok tersebut dapat
tanggap positif terhadap inokulasi Trichoderma
dilihat pada tabel 6.
sp. dan mempunyai hasil rendah, (3) kultivar
yang tanggap negatif terhadap inokulasi
Tabel 6. Pengelompokan kultivar bawang merah berdasarkan tanggapannya terhadap inokulasi Trichoderma sp.
Hasil Tinggi
Hasil Rendah
Tanggap positif
Bauji, Bima, Crok Kuning,
Kuning, Kuning Tablet, Pikatan,
Thailand
Super Biru, Tajuk, Tiron, Trisula
Tanggap negatif
Biru Lancor, Bali Tabanan,
Katumi, Manjoung, Mentes,
71
Bima Brebes, Bima Nganjuk,
Trisula Brebes
Sembrani
KESIMPULAN
Dari
hasil
dapat
didapatkan empat kelompok kultivar, yaitu
disimpulkan bahwa inokulasi Trichoderma sp
tanggap positif, hasil tinggi (Bauji, Bima, Crok
dapat meningkatkan pertumbuhan dengan
Kuning, Thailand); tanggap positif, hasil rendah
meningatkan nilai hasil berbagai variabel
(Kuning, Kuning Tablet, Pikatan, Super Biru,
pengamatan. Hasil bawang merah pada
Tajuk, Tiron, Trisula); tanggap negatif, hasil
budidaya di tanah pasir pantai dipengaruhi oleh
tinggi (Biru Lancor, Bali Tabanan, Katumi,
tanggapan berbagai kultivar bawang merah
Manjoung, Mentes, Sembrani) dan tanggap
terhadap inokulasi Trichoderma sp. Berdasarkan
negatif, hasil rendah (Bima Brebes, Bima
hasil
Nganjuk, Trisula Brebes).
pengamatan
penelitian
dan
ini
analisis
statistik
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada DPRM -KEMENRISTEKDIKTI yang telah membantu biaya penelitian
Anonim. 2015. Budidaya Pertanian. Prospek
DAFTAR PUSTAKA
Agribisnis Bawang Merah Kabupaten
Al-Omran, A.M., A.M. Falatah, A.S. Sheta
and A.R. Al-Harbi. 2004. Clay deposits
Bantul.
for water management of sandy soils.
Arid Land Research and Management I:
(diakses 24 Mei 2015)
Ansar, M. 2012. Pertumbuhan dan hasil
17l - I 83.
Ambarwati, E. dan P. Yudono.
bawang
2003.
merah
pada
keragaman
Keragaan stabilitas hasil bawang merah.
ketinggian tempat. Disertasi. Program
Ilmu Pertanian. 10 ( 2): 1 - 10
Pascasarjana, Fak Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Anonim. 1983. Pedoman bercocok tanam
padi,
palawija,
Departemen
Chang, Y.C., Chang, Y.C., Baker R., Kleifeld,
sayur-sayuran.
Pertanian,
O., Chet, I. 1986. Increased growth of
Satuan
plants in the presence of the biological
Pengendali BIMAS, Jakarta
Anonim.
2011.
control agent Trichoderma harzianum.
Nilai Ekonomi Dan
Identifikasi Usahatani Lahan Pasir
Pantai
Di
Plant Dis 70: 145 -148
Ditjen BP Hortikultura.
Kabupaten
2004.
Bantul. http://geoenviron.blogspot.co.id
pengembangan
/2011/05/nilai-ekonomi-dan-
bawang merah di lahan sub optimal
identifikasi.html
(lahan pasir) dalam upaya peningkatan
72
inovasi
Prospek
teknologi
pendapatan petani.
nitrogen
Jurnal Litbang
- 374
Fisiologi tanaman budidaya.
Keswani, C., Mishra, S., Sarma, B.K., Singh,
Penerbit Universitas Indonesia (UI-
S.P. and Singh, H.B. 2014. Unraveling
Press). Jakarta
the efficient applications of secondary
Ginting, K.E., Lahay, R.R. dan Hanum, C.
metabolites of various Trichoderma spp.
Respons pertumbuhan dan
produksi
terhadap
pasir pantai Samas. BPPS 11 (4B): 361
Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell.
2013.
lambat
pertumbuhan dan hasil cabai di lahan
Provinsi Jawa Tengah 11 (234)
2008.
lepas
bawang
merah
Mini
(Allium
review.
Appl
Microbiol
Biotechnol. 98: 533 - 544
ascalonicum L.) terhadap pemberian
pupuk NPK dan Tithonia diversifolia.
Martinez-Medina, A., Alguacil, M.DM.,
Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3):
Pascual, J.A., and Van Wees, S.C.M.
853 – 863
2014. Phytohormone profiles induced
Harman, GE. 2000. Myths and dogmas of
by Trichoderma isolates correspond
biocontrol. Changes in perceptions
with their biocontrol and plant growth-
derived from research on Trichoderma
promoting activity on melon plants. J
harzianum T-22. Plant Dis 84: 377 -
Chem Ecol 40: 804 – 815
Rahayu, E. dan N. Berlian V.A.
393
Bawang Merah. Penebar Swadaya.
Harman, GE, Howell, CR, Viterbo, A, Chet I,
Jakarta
Lorito, M. 2004. Trichoderma species
–
opportunistic,
symbionts.
plant
Rajiman. 2009. Pengaruh pemupukan NPK
Reviews.
terhadap hasil bawang merah di lahan
avirulent
Nature
pasir pantai. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
Microbiology 2: 43 - 56
Harman, GE.
2006.
1996.
5 (1): 52 - 60
Overview of
Sharma, P., Patel, A.N., Saini, M.K. and
mechanisms and uses of Trichoderma
spp. Phytopathology 96: 190 - 194
Deep, S. 2012. Field demonstration of
Iriani, E. 2013. Prospek pengembangan
Trichoderma harzianum as a plant
inovasi teknologi bawang merah di
growth promoter in wheat (Triticum
lahan sub optimal (lahan pasir) dalam
aestivum L.). Journal of Agricultural
upaya peningkatan pendapatan petani.
Science 4 (8): 65 – 73
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah.
Shivanna, M B, Manchanahally S M, Koji K
11(2): 231 - 243
and Mitsuro H. 1995. Influence of
Kastono, D, Tohari, S. Kabirun, dan Dja'farSiddieq.
1998.
Kajian
Zoysiagrass rhizosphere fungal isolates
pemberian
on growth and yield of soybean plants.
mikroorganisme efektif dan pupuk
Mycoscience 36: 25 – 30
73
Wibowo, 1988. Budidaya Bawang Putih,
harzianum
on
microelement
Bawang Merah dan Bawang Bombay.
concentration and increased growth of
Penebar Swadaya. Jakarta
cucumber plants. Plant Soil 235: 235 -
Widodo, A.S.
2015.
242
Pendapatan dan
produksi potensial usahatani konservasi
lahan pantai di Kabupaten Bantul.
Jurnal Agraris 1(1): 1 – 5
Yedidia I, Srivastva AK, Kapulnik Y, Chet I.
2001.
Effect
of
Trichoderma
74