BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perusahaan (Studi pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Utara)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kinerja Perusahaan

  Kinerja merupakan gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misinya. Dengan kata lain, kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Menurut Mulyadi (2001:337) “Kinerja adalah keberhasilan personil, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.”

  Kinerja perusahaan adalah fungsi hasil-hasil pekerjaan/kegiatan yang ada dalam perusahaan yang dipengaruhi faktor intern dan ekstern organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan selama periode waktu tertentu (Pabundu Tika, 2006:122). Kinerja perusahaan merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai perusahaan maka perlu dilakukan pengukuran kinerja. Kinerja perusahaan merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya dan menjelaskan operasionalnya. Pengukuran kinerja sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Untuk menghasilkan mencapainya. Apabila suatu perusahaan melakukan aktivitas bisnisnya dengan baik, maka akan memperoleh kinerja perusahaan yang baik.

  Pada umumnya kinerja perusahaan diukur melalui ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada satu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Kinerja keuangan dinilai berdasarkan ukuran-ukuran angka dalam satuan nilai uang. Sedangkan kinerja non keuangan dinilai tidak berdasarkan ukuran-ukuran angka dalam satuan nilai uang.

  Menurut Moorman dan Rust (1999), kinerja perusahaan dapat diukur dari efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan (cost), penjualan

  

(sales) , laba (profit), pangsa pasar (market share), kepuasan pelanggan,

loyalitas pelanggan, pengembangan produk baru dan kreativitas produk baru.

  Dalam hal ini, efisiensi biaya yang dimaksud adalah dengan meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya. Pada penjualan (sales) kinerja penjualan dievaluasi dengan mengukur pencapaian kuota setiap produk. Sedangkan laba (profit) dimana kebutuhan untuk memperoleh sumber daya (biasanya dari pendapatan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa) pada tingkat yang lebih besar daripada menggunakan sumber daya tersebut. Dan pertumbuhan pangsa pasar (market share) yang berguna untuk mengetahui

  Indikator kinerja perusahaan berikutnya adalah kepuasan pelanggan yaitu tingkat kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan. Selanjutnya loyalitas pelanggan yaitu pelanggan yang akan mengulang kembali pembelian atau dapat dikatakan sebagai pelanggan setia sementara beberapa pelanggan lain hanya membeli dalam jumlah besar atau hanya pada promosi. Pengembangan produk baru dan kreativitas produk baru merupakan kemampuan perusahaan untuk cepat dalam mengembangkan produk baru yang memberikan keuntungan bagiperusahaan dan kreativitas serta inovasi perusahaan dalam membuat produk yang akan menciptakan keuntungan berkelanjutan bagi perusahaan.

2.1.2 Sistem Pengendalian Manajemen

  Pengendalian manajemen adalah alat bagi para manajer, yang menggunakannya dalam interaksi diantara mereka dengan bawahan.

  Pengendalian ini bertujuan mendorong, membantu dan memotivasi manajer dan karyawan untuk melaksanakan strategi organisasi dan untuk mematuhi kebijakan organisasi dalam pelaksanaan tersebut. Peran manajemen dalam pengendalian dinamakan pengendalian manajemen dan sistem yang digunakan untuk melakukan hal ini seperti menganalisis informasi, mengevaluasinya dan memanfaatkannya bersama saran-sarana lain untuk mengendalikan kegiatan dinamakan sistem pengendalian manajemen.

  Menurut Supriyono (2000:27) sistem pengendalian manajemen adalah organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi, dimana sistem pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan proses. Mulyadi dan Setiawan (2001:3) mendefinisikan sistem pengendalian manajemen sebagai suatu sistem yang digunakan untuk merencanakan berbagai kegiatan perwujudan visi organisasi melalui misi yang telah dipilih dan untuk mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana kegiatan tersebut.

  Jadi, sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien melalui para manajernya. Dua unsur yang penting dalam sistem pengendalian manajemen adalah struktur dan proses sitem pengendalian manajemen.

  Struktur merupakan hubungan antara komponen yang dinyatakan dalam bentuk organisasi dan sifat informasi yang mengalir diantara unit-unit tersebut. Komponen-komponen ini saling berkaitan dengan lainnya yang secara bersama-sama membentuk sistem. Setiap komponen dalam struktur memiliki fungsi tertentu untuk mencapai tujuan sistem. Struktur pengendalian manajemen dalam suatu organisasi didasarkan pada tanggung jawab atas jabatannya disebut dengan responsibility centers (pusat-pusat pertanggungjawaban) (Mulyadi, 2001:3).

  Pusat-pusat pertanggungjawaban merupakan bagian-bagian dalam atas aktivitas dalam bagian tersebut. Menurut Supriyono (2000:36) terdapat unsur-unsur yang terbagi dalam kelompok struktur yaitu: struktur organisasi, aliran informasi dan pendelegasian wewenang.

  Proses pengendalian manajemen merupakan seperangkat tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa organisasi bekerja sesuai dengan tujuan yang melibatkan interaksi dalam sebuah organisasi. Proses pengendalian manajemen yang diukur (Anthony dan Govindarajan, 2005:19) meliputi penyusunan program (pemograman), penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran dan pelaporan dan analisis.

  Penyusunan program (pemograman) adalah proses pembuatan keputusan mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan taksiran jumlah sumber-sumber yang akan dialokasikan untuk setiap program tersebut (Supriyono 2001:2). Dengan demikian pemograman yang tepat akan berdampak pada pengelolaan sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien.

  Tahap kedua dalam proses pengendalian manajemen yaitu penyusunan anggaran. Menurut Supriyono (2001:82) anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber- sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.

  Penyusunan anggaran adalah proses penentuan peran setiap manajer dalam Dalam proses penyusunan anggaran, manajer pusat pertanggungjawaban berperan serta dalam menyusun usulan anggran serta mengadakan negosiasi dengan manajer diatasnya yang memberikan peran kepadanya. Oleh karena itu, anggaran yang sudah disahkan merupakan kesanggupan atau komitmen manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran tersebut..

  Setelah penyusunan program dan anggaran, tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan dan pengukuran.Pelaksanaan merupakan implementasi antara rencana dalam bentuk kegiatan maupun biaya. Bila manajemen menginginkan ada kesesuaian antara rencana dengan realisasi, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah konsistensi pelaksanaan dengan rencana baik program maupun penganggaran. Artinya kedua hal tersebut dapat dipedomani dalam melaksanakan kegiatan, bila tidak maka akan terjadi penyimpangan.

  Sementara itu pengukuran berhubungan dengan penilaian dan pengendalian kegiatan berdasarkan program dan anggaran yang ditetapkan.

  Selama tahun anggaran, manajer melakukan program atau bagian dari program yang menjadi tanggung jawabnya. Laporan yang dibuat hendaknya dapat menyediakan informasi tentang anggaran dan realisasinya baik itu informasi untuk mengukur kinerja keuangan maupun non keuangan, informasi internal maupun eksternal. dan analisis. Dalam tahap ini data akuntansi disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laaporan kinerja pusat pertanggungjawaban digunakan sebagai dasar untuk pengendalian. Pengendalian ini berupa analisis terhadap penyimpangan dari pelaksanaan anggaran. Atas dasar hasil analisis, manajer pusat pertanggungjawaban dapat segera merumuskan tindakan perbaikan.

  Menurut Mulyadi (2001:6) struktur dan proses merupakan dua hal yang membangun sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen menyediakan struktur yang memungkinkan proses perencanaan dan implementasi rencana. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagai sistem, struktur dan proses sistem pengendalian manajemen keduanya saling berinteraksi, dimana ketercapaian tujuan organisasi dapat tercapai. Salah satu tujuan organisasi yaitui peningkatan kinerja.

2.1.3 Budaya Organisasi

  Budaya merupakan nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan bersama yang diikuti dan dihormati. Pada tingkat organisasional, budaya merupakan seperangkat asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan, nilai- nilai dan persepsi yang dimiliki para anggota kelompok dalam suatu organisasi yang membentuk dan mempengaruhi sikap dan perilaku kelompok yang bersangkutan (Indriantoro, 2000). Silk (1995) mendefinisikan budaya sebagai cara bagaimana kita akan melakukan sesuatu pada saat ini, yang penekanannya menjelaskan tentang sikap yang terwujud melalui sebuah sikap dalam peraturan atau prosedur di dalam suatu organisasi. Budaya menuntun orang untuk mengetahui tindakan yang benar dan salah, mengganggu atau tidak, menyenangkan orang atau tidak ketika melakukan segala sesuatu saat ini.

  Budaya organisasi merupakan salah satu sistem pengendalian informal dalam perusahaan. Sistem pengendalian informal tercermin dalam kebijakan- kebijakan tidak tertulis seperti budaya organisasi. Budaya ini mencakup proses-proses yang tidak dapat diucapkan untuk memotivasi para manajer guna mengambil tindakan-tindakan yang dikehendaki, dan mencegah serta memperbaiki karyawan dan unit-unit organisasi dari tindakan-tindakan yang tidak layak. Budaya organisasi dapat dikatakan sebagai sebuah perekat sosial yang mengikat para anggota suatu organisasi melalui nilai-nilai yang dijunjung tinggi bersama. Dikatakan sebagai perekat sosial, karena setiap orang memiliki karakteristik dan kepribadian yang berbeda, maka diperlukan adanya perekat sosial untuk mengatasi perbedaan tersebut.

  Menurut Pabundu (2006:4), budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah adaptasi eksternal dan masalah internal. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi jika para anggota organisasi memiliki kesamaan pengertian dengan menganut nilai dan keyakinan yang sama. Nilai atau keyakinan yang dianut bersama tersebut berbeda dengan organisasi lain. Hal ini didukung oleh pendapat Robbins (dalam Jaghargh, 2012:31) yang menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota organisasi yang membedakan organisasi tersebut berbeda dengan organisasi lain.

  Tujuan memahami budaya organisasi adalah agar para manajer, praktisi bisnis atau siapapun yang terlibat di dalam organisasi bisa mengatur, merencanakan, mengendalikan dan jika perlu merubah budaya tersebut dengan harapan organisasi dapat mencapai tujuan lebih baik. Kartono (1994), menyatakan bahwa bentuk kebudayaan yang muncul pada kelompok- kelompok kerja di perusahaan dapat berasal dari berbagai macam sumber seperti dari stratifikasi kelas sosial buruh atau pegawai, sumber teknis dan jenis pekerjaan, iklim psikologis perusahaan yang diciptakan oleh pemilik perusahaan dan para direktur atau manajer yang melatarbelakangi kelompok kecil informal seperti buruh.

  Menurut Robbins Robbins (dalam Jaghargh, 2012:31), budaya organisasi didasarkan pada karakteristik berikut ini :

  1) Inovasi dan pengambilan resiko

  Sejauh mana karyawan dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko dalam pekerjaan.

  Arah Sejauh mana organisasi dengan jelas menciptakan sasaran dan harapan mengenai prestasi.

  3) Integritas

  Tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

  4) Dukungan dari manajemen

  Tingkat sejauh mana para pimpinan member komunikasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka.

  5) Kontrol

  Jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan.

  6) Identitas

  Tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya.

  7) Sistem Imbalan

  Tingkat sejauh mana alokasi imbalan, seperti kenaikan gaji/ promosi didasarkan atas kriteria prestasi karyawan.

  8) Toleransi terhadap konflik

  Tingkat sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.

  Pola-pola komunikasi Tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.

2.1.4 Penelitian terdahulu

  Penelitian terdahulu menjelaskan hubungan dari kajian empiris antar variabel penelitian berdasarkan pendapat dan hasil penelitian sebelumnya.

  Penelitian tersebut dijadikan pedoman untuk melihat hubungan variabel dalam penelitian ini.

  Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan kinerja perusahaan, antara lain.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Variabel Hasil

  2 Djakatara (2013)

  Firm Performance (Joint Venture)

  Dependen:

  Management Control System

  Independen :

  3 Porporato (2006)

  Kinerja Perusahaan Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh positif dan sigifikan terhadap kinerja perusahaan PT.PLN (Persero) Cabang Gorontalo.

  Dependen:

  Sistem Pengendalian Manajemen

  Independen :

  4. Hubungan langsung antara management control system terhadap kinerja perusahaan lebih tinggi dibandingkan hubungan tidak langsungnya melalui motivasi karyawan.

  1 Christiani dan Hatane (2014)

  3. Motivasi karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

  2. Management control system berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi karyawan.

  1. Management control system berpengaruh positif dan signifikan

  Firm Performance

  Dependen:

  Employee Motivation

  Intervening :

  Management

  Independen :

  Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (Joint Venture).

  4 Nugrahani Independen :

  1. Sistem pengendalian manajemen (2013) Sistem berpengaruh positif dan signifikan Pengendalian terhadap kinerja perusahaan.

  Manajemen

  2. Pengendalian internal tidak

  Dependen: berpengaruh terhadap kinerja Kinerja Perusahaan perusahaan.

  dan pengendalian internal secara simultan terdapat pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

  5 Durendez dan Independen :

  1. Budaya organisasi yang inovatif Garcia (2008) Innovative Culture berpengaruh positif terhadap kinerja dan Management perusahaan.

  Control System

  2. Sistem pengendalian manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja

  Dependen: Firm Performance perusahaan.

  6 Maiga (2004) Independen : Sistem pengendalian manajemen Management memiliki hubungan yang signifikan Control System

  Dependen: dengan conformance quality dan

  Manufacture tingkat yang lebih tinggi conformance Performance quality ditemukan terkait dengan kepuasan pelanggan. Juga, conformance quality memediasi hubungan antara sistem pengendalian manajemen dan kepuasan pelanggan.

  7 Ahnisa (2012) Independen :

  1. Perusahaan yang menerapkan Sistem sistem pengendalian manajemen Pengendalian lebih berhasil daripada mereka yang Manajemen tidak memiliki sistem pengendalian.

  Dependen:

  2. Dalam situasi ketidakpastian Kinerja Perusahaan lingkungan, perusahaan yang berhasil daripada mereka yang menerapkan kontrol diagnostic.

  3. Modernisasi sistem pengendalian akan memberikan kinerja yang lebih tinggi daripada perusahaan yang masih menggunakan sistem pengendalian tradisional.

  8 Papat et al Independen :

  1. Belief system berpengaruh positif (2012) Keranka Levers of terhadap organizational learning

  Control (LOC) dan Organizational

  2. Boundary system berhubungan Learning positif dengan organizational

  Dependen: Kinerja Perusahaan learning.

  3. Diagnostic control system berpengaruh positif terhadap organizational learning.

  4. Interactive control system berpengaruh positif terhadap organizational learning.

  5. Organizational learning berpegaruh positif terhadap organizational performance.

  9 Shahzad et al Independen : Budaya Organisasi berpengaruh positif (2012) Organizational terhadap kinerja karyawan yang Culture berdampak pada kinerja perusahaan.

  Dependen:

  Organizational

  Performance

  10 Soedjono Independen :

  1. Budaya organisasi berpengaruh (2005) Budaya Organisasi signifikan dan positif terhadap Dependen: kinerja organisasi.

  Kinerja Organisasi dan Kepuasan

  2. Kinerja organisasi berpengaruh Karyawan signifikan dan positif terhadap kepuasan kerja karyawan.

  3. Budaya organisasi berengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan kerja karyawan.

  4. Budaya organisasi melalui kinerja organisasi, tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.

  11 Rose et al Independen : Hasil keseluruhan menunjukkan (2008) Organizational bahwa perusahaan multinasional

  Culture

  Dependen: Amerika dan Malaysia memiliki

  Firm Performance hubungan yang signifikan antara semua empat dimensi budaya dan kinerja organisasi.

  12 Rizki dan Independen : Budaya organisasi sebagai nilai yang Pratiwi (2007) Komitmen diyakini oleh anggota organisasi harus

  Organisasi, Budaya Organisasi, dibangun disesuaikan dengan strategi Kepuasan Kerja yang akan diterapkan oleh perusahaan,

  Dependen:

  Kinerja Organisasi karena budaya organisasi yang baik dapat dijadikansebagai keunggulan kompetitif bagi perusahaan yang akan lebih sulit ditiru oleh pesaing dibandingkan dengan keunggulan kompetitif yang sifatnya fisik.

2.2 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan studi dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka berikut ini dapat dikemukakan suatu kerangka konseptual. Dalam penelitian ini, variabel independen adalah Sistem Pengendalian Manajemen dan Budaya Organisasi .Sedangkan variabel dependennya adalah Kinerja Perusahaan. Kerangka yang dimaksud dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Sistem Pengendalian Manajemen (X

  1 )

  Kinerja Perusahaan (Y) Budaya Organisasi (X )

  2 Kinerja merupakan gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, misi serta visinya (Zhang dan McCullough, maupun non finansial yang merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh manajemen suatu organisasi untuk menjamin sumber daya yang diperoleh digunakan secara efektif dan efisien dalam usaha mencapai tujuan organisasi (Tatikonda dan Tatikonda, 1998).

  Sistem pengendalian manajemen adalah suatu mekanisme baik formal maupun informal yang didesain untuk menciptakan kondisi yang mampu meningkatkan peluang pencapaian harapan output yang diinginkan dengan memfokuskan pada tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan dan perilaku yang diinginkan. Pada penelitian Porporato (2006), menunjukkan bahwa sistem pengendalian manajemen dapat menurunkan ketidakpastian dan berkontribusi pada pengambilan keputusan dimana kemudian akan meningkatkan kinerja.

  Kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh budaya organisasi. Budaya organsiasi sebagai suatu persepsi umum yang dimiliki oleh seluruh anggota organisasi, sehingga setiap pegawai yang menjadi anggota organisasi akan mempunyai nilai, keyakinan dan perilaku sesuai dengan organisasi. Pegawai atau karyawan merupakan penggerak operasi organisasi, jika kinerja pegawai baik, maka kinerja organisasi juga akan meningkat.

  Robbins (dalam Jaghargh, 2012:30) mengungkapkan bahwa budaya organisasi yang kuat diperlukan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja karyawan yang pada akhirnya akan berpengaruh pula pada kinerja organisasi secara bahwa ada pengaruh signifikan dari budaya organisasi terhadap kinerja organisasi.

  Dan penelitian yang dilakukan Shahzad (2012) juga menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan yang berdampak pada kinerja perusahaan.

  Menurut Anthony dan Govindarajan (2008:114), pengendalian formal dalam suatu perusahaan terdiri dari sistem pengendalian manajemen dan aturan-aturan.

  Sedangkan salah satu pengendalian informal perusahaan adalah budaya organisasi. Keselarasan pengendalian formal dengan pengendalian informal dapat mempermudah perusahaan dalam mencapai tujuannya. Bila sistem pengendalian manajemen dan budaya organisasi berjalan dengan baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara bersama-sama.

2.3 Hipotesis

  Berdasarkan hubungan antara landasan teori, kerangka konseptual terhadap perumusan masalah maka hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan dalam penelitian ini yang diajukan yaitu : Sistem Pengendalian Manajemen dan Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Utara baik secara parsial maupun simultan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci Pada Pupuk Urea Terhadap Ketersediaan N-Total dan Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 1 10

BAB II DASAR TEORI - Rancang Bangun Band Pass Filter Dengan Metode Hairpin Menggunakan Saluran Mikrostrip Untuk Frekuensi 2,4-2,5 GHZ

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bunga Kecombrang - Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Menggunakan Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior Jack) sebagai Pewarna

0 2 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori kepuasan 2.1.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan - Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

0 0 13

Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

0 0 14

1. Nama Usaha - Pengaruh Spirit Of Entrepreneur Terhadap Kinerja Usaha Para Pelaku UKM Tenant Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU

0 0 13

BAB II TINJUAN PUSATAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 2.1 URAIAN TEORITIS 2.1.1 Perkembangan Entrepreneurship - Pengaruh Spirit Of Entrepreneur Terhadap Kinerja Usaha Para Pelaku UKM Tenant Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Spirit Of Entrepreneur Terhadap Kinerja Usaha Para Pelaku UKM Tenant Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU

0 0 8

Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perusahaan (Studi pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Utara)

0 1 20