BAB II TINJUAN PUSATAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 2.1 URAIAN TEORITIS 2.1.1 Perkembangan Entrepreneurship - Pengaruh Spirit Of Entrepreneur Terhadap Kinerja Usaha Para Pelaku UKM Tenant Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU

BAB II TINJUAN PUSATAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

2.1 URAIAN TEORITIS

2.1.1 Perkembangan Entrepreneurship

  Istilah entrepreneurship baru mulai terkenal dalam kosakata bisnis pada tahun 1980-an, walaupun istilah entrepreneurship telah muncul pada abad ke-18 ketika ekonom Prancis Richard Cantillon mengiatkan entrepreneur dengan aktivitas menanggung resiko dalam perekoomian. Pada tahun 1800-an, J.B Say memperkenalkan istilah entrepreneurship dalam diskusi entrepreneur sebagai orang yang memindahkan sumber daya ekonomi dari area yang produktiitasnya rendah ke area yang produktiitasnya tinggi. (Zimmer, Scarborough, & Wilson, 2008).

  Menurut Hendro, (2011:23) entrepreneurship berkembang berdasarkan yang jelas mengenai entrepreneurship. Terjemahan bebas dari entrepreneur adalah orang yang berani memutuskan dan mengambil resiko dari suatu pekerjaan, proyek, ide, atau lebih pilihan di mana semua pilihannya memiliki manfaat dan resiko yang berbeda.

  Entrepreneur adalah seseorang yang berusaha berpikir beda, seperti

  Marcopolo, Christoper Columbus, dan lain-lain. Columbus berpikir bahwa ada suatu keinginan untuk keluar dari keadaannya yang monoton sehingga ia terus mencari sesuatu yang berbeda dan baru. Entrepreneurship berubah makna dari sekedar mengambil resiko menjadi menjual menfaat untuk menukar resiko yang akan terjadi. Bila manfaat sebuah pekerjaan itu lebih besar dari resiko yang ditawarkan kepada orang lain yang akan mendanainya, maka itulah suatu makna menjadi Entrepreneur.

  Kata entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, entre berarti “antara” dan

  

prendre berarti “mengambil”. Kata ini pada dasarnya digunakan untuk

  menggambarkan orang-orang yang berani mengambil resiko dan memulai sesuatu yang beru. Selanjutnya, pengertian entrepreneurship diperluas hingga mencakup inovasi. Melalui inovasi menuculah kebaharuan yang dapat berbentuk produk baru hingga sistem distribusi baru. Produk baru misalnya, tidak mesti terkait dengan teknologi canggih karena produk yang sederhana juga dapat meyajikan kebaharuan, contohnya rasa baru pada produk makanan. (Wijatno, 2009:1)

2.1.2 Defenisi Entreprenurship

  Sejauh ini, juga telah terdapat defenisi mengenai entrepreneurship yang Roberts, dan Grousbeck (1994) memandang entrepreneurship sebagai suatu pendekatan manajemen dan mendefenisikannya sebagai “pengejaran peluang tanpa memperhatikan sumber daya yang dikendalikan saat ini”. Schraam (2006) mendefenisakan entrepreneurship sebagai proses seseorang atau sekelompok orang memikul resiko ekonomi untuk menciptakan organisasi baru yang akan mengeksploitasikan teknologi baru atau proses inovasi yang menghasilkan nilai untuk orang lain. Baringer & Ireland (2008) mendefenisikan entrepreneurship sebagai proses seorang individu mengejar peluang tanpa memperhatikan sumber daya yang dimiliki saat ini. Hisrich, Peters, dan Shepherd (2008) memberikan defenisi entrepreneurship sebagai “proses penciptaan kekayaan incremental. Karena entrepreneurship ditemui di semua profesi, defenisi di atas dipandang terbatas (Wijatno, 2009:2).

  Menurut Suryana (2013:2) Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya. Sedangkan menurut Zimmerer (1996), “”Entrepreneurship is the result of disciplined, systematic

  

procces of applying creativity and innovations to needs and opportunities in the

marketplace”.

  Defenisi lain mengenai kewirausahaan menurut Soeharto Prawirokusumo (Suryana, 2013:2), kewirausahaan merupakan displin ilmu tersendiri yang independen dan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang

  1. Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan (body of knowledge) yang utuh dan nyata, yaitu terdapat teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.

  2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi permulaan usaha/ventura

  

(venture start-up) dan perkembangan usaha (venture-growth), ini jelas tidak

  termasuk dalam kerangka bidang materi manajemen umum (framework

  

general management course) yang memisahkan antara manajemen dan

pemilik usaha.

  3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan suatu yang baru dan berbeda (ability to

  created new and different things).

4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dan pendapatan atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.

  Menurut Hendro (2011:29) kewirausahaan adalah padanan kata dari

  

entrepreneurship dalam bahasa Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman,

ondernemen dalam bahasa Belanda. Sedangkan di Indonesia diberi nama

  Kewirausahaan. Menurut Peggy Kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif yang membangun value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh banyak orang.

  Dapat kita simpulkan bahwa Entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk mengelola suatu yang ada dalam diri Anda untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bisa meningkatkan taraf hidup Anda di masa mendatang. (Hendro, 2011:30)

  

(entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil

  resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertimbangan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan menggabungkan sumber- sumber daya yang diperlukan sehingga sumber-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan. Walaupun banyak orang mengagas ide bisnis hebat, banyak di antara mereka tidak pernah mengambil tindakan apapun atas ide tersebut. Ini berbeda dengan seorang wirausahawan.

  Kewirausahaan adalah kemampuan seseorang dalam berfikir kreatif, berani mengambil resiko dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan dan peluang yang ada.

2.1.3 Karakteristik Kewirausahaan

  Ciri dan watak kewirausahaan menurut Meredith (Suryana, 2013:22) mengemukakan enam ciri dan watak kewirausahaan yang dijelaskan pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1 Ciri dan Watak Kewirausahaan

  Karakteristik Watak

  Memiliki kepercayaan diri yang kuat, 1. ketidakbergantungan terhadap orang lain dan

  Percaya diri dan optimis individualitas.

  Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi 2. laba, mempunyai dorongan kuat, tekun dan

  Berorientasi pada tugas dan hasil tabah, bertekad kerja keras serta inisiatif, dan memiliki bisnis plan atau perencanaan.

3. Berani mengambil resiko Mampu mengambil resiko yang wajar.

  dan menyukai tantangan Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi

  4. dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran Kepemimpinan dan kritik.

  5. Inovatif, kreatif, dan fleksibel.

  Keorisinalitasan Memiliki visi dan perspektif terhadap masa 6. Berorientasi masa depan depan.

  Sumber : Suryana (2013:22)

  Menurut Scarborough dan Zimmerer (Suryana, 2013:23), terdapat delapan karakteristik kewirausahaan yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

  1. Rasa tanggung jawab (desire for responsibility), yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu berkomitmen dan wawas diri.

  2. Memilih resiko yang moderat (preference for moderate risk), yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya selalu menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi.

  3. Percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri (confidance in their ability to

  

succses), yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang dimilikinya

untuk memperoleh kesuksesan.

  4. Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback), yaitu selalu menghendaki adanya umpan balik dengan segera, ingin cepat berhasil.

  5. Semangat dan kerja keras (high level of energy), yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

  6. Berorientasi ke dapan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan dan 7.

  Memiliki keterampilan berorganisasi (skill at organizing), yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptak nilai tambah.

  8. Menghargai prestasi (value of achievement over money), yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.

2.1.4 Spirit Of Entrepreneur

  Menurut Hendro (2011:174) Semangat (Spirit) dan gairah merupakan hal yang menarik untuk dijelaskan secara lebih detail. Tampaknya sama namun intinya berbeda. Mari kita uraikan apa itu semangat dan apa itu gairah.

  Semangat : energi untuk mengerjakan suatu pekerjaan karena ada keinginan dan hasrat untuk mencapainya, yaitu adanya unsur manfaat dan tujuan.

  Gairah : energi yang diperlukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan karena ada unsur kecintaan, kesukaan dan hobi didalamnya (love). Jadi, bukan semata-mata karena ada manfaat dan tujuannya saja.

  Sumber energi yang dibutuhkan dalam kegiatan kewirausahaan atau kegiataan apapun adalah mempunyai semangat (ada harapan) dan gairah untuk mengerjakannya. Kedua-duanya adalah satu dan menjadi sumber energi (motivasi) dalam berwirausaha. Kunci penting dalam menciptakan semangat kewirausahaan itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

  1. Figur bagi seseorang guna membangkitkan semangat; karena melihat orang itu 2.

  Suka mencari tantangan baru untuk menciptakan gairah, yaitu cinta akan kewirausahaan.

  3. Kepepet atau keterpaksaan karena harus tetap bertahan (survive) dan hidup.

  Semangat bisa muncul karena keinginan untuk tetap bertahan hidup.

  4. Keinginan untuk memperbaiki taraf hidup yang lebih baik lagi; tidak ingin miskin selamanya.

  5. Mengalami kegagalan dalam meniti karir perkerjaan dan mengambil jalan pintas untuk semangat menjadi wirausahawan.

  6. Memang cita-cita sejak kecil untuk menjadi wirausahawan.

  7. Kenyamanan dan financial freedom-nya.

  Menurut Suryana (2008:3) Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang memiliki jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan, dengan ciri-ciri : (1) penuh percaya diri; (2) memiliki inisiatif; (3) memiliki motif berprestasi; (4) memiliki jiwa kepemimpinan; dan (5) berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (oleh karena itu menyukai tantangan).

  Jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship dapat mendorong suksesnya seseorang terutama pada era globalisasi dan informasi karena kriteria yang dibutuhkan oleh pasar adalah para lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan. Krisis ekonomi yang menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh bahkan berkurang karena bangkrut. Hal ini menuntut para lulusan harus mampu berperan sebagai pencipta kerja.

  Entrepreneur memiliki banyak kesamaan dengan sifat kerakter pemimpin

  dan seringkali dikotraskan dengan manajer dan administrator yang lebih

  

methodical dan kurang mengambil resiko. Kemampuan seorang entrepreneur

  memiliki kepribadian untuk menanggung resiko, mengambil inisiatif, menciptakan visi, dan mengarahkan orang lain untuk mengikuti arahan tidak mudah dipelajari ataupun mendapatkannya.

  Nickels (2005:176) menyebutkan untuk mendapatkan kemampuan- kemampuan tersebut seorang entrepreneur harus memiliki Spirit Of Entrepreneur, yaitu : 1.

  Self – Directed (Mengarahkan Diri)

  Entrepreneur hendaknya bersikap menyenangkan dan memiliki

  disiplin diri yang tinggi walaupun meruapakan pemilik usaha dan penanggung jawab akan keberhasilan maupun kegagalan usaha.

  2. Self – Nurturing (Percaya Diri)

  Entrepreneur harus percaya akan ide yang didapatnya walaupun tidak

  ada orang yang memikirkannya, dan harus melengkapi antusiasme entrepreneur.

  3. Action-Oriented (Berorientasi Pada Tindakan) Gagasan bisnis yang luar biasa belumlah cukup tanpa adanya semangat untuk mewujudkan, mengaktualisasikan, dan mewujudkan impian menjadi kenyataan. Highly-Energitic (Energik)

  Ini bisnis anda, dan anda harus emosional, mental, dan fisik mampu bekerja lama dan keras.

  5. Tolerant of Uncertainty (Toleran Terhadap Ketidakpastian)

  Entrepreneur sukses dengan menempuh resiko-resiko yang telah

  diperhitungkan sebelumnya. Kewirausahaan tidak ditujukan bagi orang-orang yang suka memilih keadaan atau takut untuk menerima kegagalan. Tips bagi

  entrepreneur yang potensial: a.

  Bekerja dengan orang lain, dan pelajari bagaimana mereka mendapatkan uang b.

  Research your market, tetapi jangan dilakukan dalam jangka waktu lama c. Mulailah usaha anda ketika anda telah memiliki pelanggan. Sebagai permulaan, jadikan usaha anda sebagai usaha sampingan dahulu.

  d.

  Susun suatu tujuan spesifik tetapi jangan terlalu tinggi karena dalam memulai usaha, aspek yang paling tersita adalah aspek keuangan anda.

  e.

  Rencanakan beberapa tujuan anda dalam time schedule f. Biasakan diri anda bergaul dengan orang yang lebih pintar, misalnya seorang akuntan atau direktur yang tertarik dengan usaha anda dan bisa memberi jawaban pertanyaan anda seputar usaha yang dilakukan.

  g.

  Jangan takut gagal. New entrepreneur must be ready to run out of time a

  few time before they succeed (Nickels, 2005:177)

  Menurut Hendro (2011:28) faktor-faktor yang menstimulus “Spirit Of

  Entrepreneurship”, yaitu:

  Perubahan Teknologi Berkembangnya teknologi dan semakin canggihnya teknologi akan meciptakan produk, suasana, dan gaya hidup yang berbeda.

2. Perubahan Struktur Pemerintah dan Politik

  Perubahan politik akan mempengaruhi perubahan struktur pemerintahaan, yang berujung pada perubahan peraturan, kebijakan, dan arah perekonomian, sehingga muncullah sebuah gap kebutuhan akan produk.

3. Intrepreneurship

  Kemampuan intrepreneurship (entrepreneur di dalam sebuah perusahaan intrenal) yang semakin baik dan kuat akan memunculkan gairah entrepreneur.

  Hal ini disebebkan karena kreativitas, inovasi, ketatnya persaingan, perubahan organisasi, dan lain-lain. Jadi, organisasi secara tidak langsung mengembangkan jiwa entrepreneurship seseorang.

2.1.5 Kinerja Usaha

  Kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauhmana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi . Ivancevich (Ranto, 2007:19)

  Jenis kinerja dapat diklasifikasikan sebagai kinerja manusia, kinerja mesin dan kinerja organisasi dimana hasil kegiatan dilaksanakan secara efisien dan efektif.. Dalam menilai kinerja yang efektif dapat mempengaruhi dua hal yaitu produktivitas dan kualitas kerja yang dapat dinilai dengan melakukan langkah – umpan balik, dan adanya akuntabilitas yang jelas. Dessler (Ranto, 2007:19) Menurut Kotter dan Hesket (Ranto, 2007:19) jenis kinerja terdiri dari dua yaitu (1) kinerja ekonomis, menghasilkan etos kerja yang kuat dan berkualitas, dan (2) kinerja unggul, menghasilkan produk unggulan.

  Kinerja usaha para pengusaha adalah serangkaian capaian hasil kerja dalam melakukan kegiatan usaha, baik dalam pengembangan produktivitas maupun kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Kinerja usaha yaitu semangat kerja, kualitas kerja, produk unggulan, dan keberhasilan usaha yang mempunyai hubungan signifikan terhadap kinerja pengusaha.

  1. Semangat kerja Semangat kerja adalah dorongan yang muncul dalam diri seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga kinerja yang dihasilkan adalah maksimal dan terdapat nilai – nilai keberhasilan bagi usaha.

  2. Kualitas Kerja Kegiatan usaha yang dijalankan dapat berjalan secara efektif dan efisisen dan menghasilkan etos kerja yang berkualitas serta mengahsilkan produk unggulan.

  3. Produk unggulan Produk unggulan merupakan hasil kegiatan usaha yang merupakan hasil dari rangsangan yang disajikan kepada konsumen melalui interaksi antara pengusaha dan konsumen. Hasil kegiatan usaha merupakan produk lainnya.

  4. Keberhasilan Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana usaha telah berjalan dengan lancar dilihat melalui keuntungan, jumlah penjualan dan pertumbuhan usaha.

  Cara memasuki dunia usaha :

  Menurut Suryana (2013:126) ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai atau memasuki usaha baru atau bisnis baru, yaitu mancakup hal-hal berikut.

1. Merintis usaha baru

  Merintis usaha baru dilakukan dengan membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis, yaitu mencakup perusahaan berikut: a.

  Perusahaan milik sendiri/perorangan (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang.

  b.

  Persekutuan (partnership), yaitu kerja sama (asosiasi) antara dua orang atau lebih.

  c.

  Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal berupa saham.

  Membeli perusahaan orang lain (buying).

  Membeli perusahaan orang lain, yaitu dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisasikan oleh orang lain dengan nama (goodwill) dan organisasi usaha yang sudah ada. Membeli perusahaan orang lain pasti ada keuntungan dan kerugian, baik secara

  goodwill maupun finansial.

3. Kerja sama manajemen (franchising).

  Waralaba (franchising) ialah kerja sama antara terwaralaba (franchisee) dengan pewaralaba (franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakn usaha (waralaba). Kerja sama ini biasanya dengan dukungan awal, seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi, penetapan standar, promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber permodalan.

  Entrepreneur dalam memasuki arena bisnis atau memulai usaha baru,

  dituntut tidak hanya memiliki kemampuan tetapi juga harus memiliki ide dan kemauan yang terwujud dalam bentuk produk yang laku di pasar. Seorang pengusaha dalam merintis usaha baru, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu mencakup hal-hal berikut:

  1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.

  Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih.

  3. Tempat usaha yang akan dipilih.

  4. Organisasi yang akan digunakan.

  5. Jaminan usaha yang akan diperoleh.

  6. Lingkungan usaha yang akan berpengaruh.

2.1.6 Ruang Lingkup Usaha Kecil dan Menengah

2.1.6.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah

  Banyak orang yang kurang jelas tentang batasan dan jenis usaha. Dalam penentuan batasan ini orang cenderung melihatnya kepada modal awal, asset, dan pendapatan pertahun. Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam perjalanan sejarahnya telah berkembang dan berubah-ubah sesuai situasi perekonomian dan kebijakan pemerintah. Usaha Kecil pertama kali diatur dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1995, Usaha Menengah sesuai Instruksi Presiden No. 10 Tahun 1999 dan terakhir dirubah dengan Undang Undang No.20 Tahun 2008 tentang UKM, sebagai berikut : a.

  Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud sampai dengan paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta hingga maksimum Rp 2,5 milyar b.

  Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai diatur dalam undang-undang. Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta hingga paling banyak Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2,5 miliar sampai paling tinggi Rp 50 miliar.

2.1.6.2 Ciri-ciri Usaha Kecil

  Ciri-ciri yang dimiliki oleh usaha kecil adalah sebagai berikut : 1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap dan tidak gampang berubah.

  2. Lokasi/tempat usaha umumya sudah menetap tidak berpindah-pindah.

  3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga.

  4. Sudah memiliki izin usaha dan persayaratan legalitas lainnya temasuk NPWP.

  5. Sebagaian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti

2.1.6.3 Ciri-Ciri Usaha Menengah

  Ciri-ciri yang dimiliki oleh menengah adalah sebagai berikut : 1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih tertatur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.

  2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akutansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auiditing dan penilain atau pemeriksaaan termasuk oleh perbankan.

  3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharan kesehatan dan lain-lain.

  4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dan lain-lain.

  5. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.

  6. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

2.1.6.4 Kekuatan Dan Kelemahan Usaha Kecil Dan Menengah

  Manajerial yang tidak kompeten.

  b.

  Kurang memberi perhatian.

  c.

  Sistem kontrol yang lemah.

  Menurut Alma (2005) dapat dikatakan ada empat (4) faktor umum yang mempengaruhi kegagalan usaha kecil, yaitu : a.

  Kurangnya modal.

  Sedangkan yang mempengaruhi keberhasilan usaha kecil ada empat (4) faktor dasar yaitu : a.

  Kerja keras, motivasi, dan dedikasi.

  b.

  Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan.

  c.

  Kompetensi manajerial.

  d.

  Keberuntungan.

  d.

  Kombinasi antara kekuatan dan kelemahan tersebut sangat menentukan kemampuan UKM dalam menghadapi tantangan-tantangan yang aktual saat ini yaitu perkembangan produk dan teknologi informasi yang pesat, akses ke pasar dan persaingan semakin bebas.

2.2 Penelitian Terdahulu

  Menurut Anggereani (2009), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh

  

Spirit Of Entrepreneur dan Motivation Terhadap Kinerja Usaha Para Pengusaha

  Butik Di Sun Plaza Medan”. Dengan menggunatakan Metode Analisis Regresi Linear Berganda. Menyimpulkan bahwa : 1.

  Terdapat pengaruh yang signifikan antara Spirit Of Entrepreneur dan Motivation terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Sun Plaza.

  2. Berdasarkan Uji F disimpulkan bahwa variabel Spirit Of Entrepreneur (X

  1 ),

  dan Motivation (X

  2 ) secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan

  terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Sun Plaza Medan dengan nilai atau dibawah 0,05.

  3. Koefisien korelasi yang menunjukkan keeratan hubungan antara Spirit Of

  

Entrepreneur dan Motivation terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di

  Sun Plaza adalah kurang erat ditandai dengan R = 0,405 dan besarnya R 2 = 0,144, artinya 14,4% kinerja usaha para pengusaha butik di Sun Plaza dipengaruhi oleh Spirit Of Entrepreneur dan Motivation dan 85,6% dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  Menurut Ikramuddin (2010), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh

  

Spirit Of Entrepreneur dan Motivation Terhadap Kinerja Usaha Para Pengusaha

  Kerajianan Rotan Di Kota Lhokseumawe”. Dengan menggunakan Metode Analisis Regresi Linear Berganda. Menyimpulkan bahwa:

  Temuan dari hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor spirit of

  

entrepreneur (X1) dan motivation (X2) mempengaruhi kinerja usaha pengusaha

  industri kerajinan rotan di Kota Lhokseumawe. Oleh karena itu kedua variabel tersebut harus menjadi prioritas yang harus diperhitungkan dalam meningkatkan kinerja usaha para pengusaha dalam berwirausaha. Dan motivation (X2) merupakan faktor yang paling memberi pengaruh terhadap kinerja usaha pengusaha industri kerajinan di kota Lhokseumawe. Ini memberikan informasi kepada pengambil kebijakan serta pihak terkait lainnya untuk terus memberikan motivasi melalui pemberian pelatihan-pelatihan kepada pelaku usaha, penyediaan bahan baku, penyediaan modal usaha, menampung dan mempromosikan produk- produk kerajinan rotan kepasar yang lebih luas (domestik dan global market).

  Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha pada Usaha Produk Tekstil di Kabupaten Bandung”. Dengan menggunakan metode Analaisis Jalur (Path

  Analysis). Menyimpulkan bahwa : 1.

  Jiwa Kewirausahaan yang dimiliki oleh para pemilik usaha kecil produk tekstil di Kabupaten Bandung berada dalam kategori relatif cukup tinggi.

  2. Keberhasilan Usaha dalam hal ini adalah tingkat kepuasan akan keberhasilan usaha yang terdiri daripada usaha kecil produk tekstil di Kabupaten Bandung cukup tinggi, hal ini didukung oleh jiwa kewirausahaan yang cukup tinggi.

  3. Jiwa kewirausahaan secara simultan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pada usaha kecil produk tekstil di Kabupaten Bandug. Selain itu keberhasilan usaha dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak ikut diteliti. Secara parsial jiwa kewirausahaan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pada usaha kecil produk tekstil di Kabupaten Bandung.

2.3 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual atau kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan. Suatu kerangka pemikiran akan menghubungkan secara teoretis antar variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dan terikat. (Sekaran dalam Sumarni dan Wahyuni, 2006:27).

  Setiap pengusaha bertujuan untuk berhasil dalam usahanya yang dalam berusaha dan mencapai kinerja usaha yang maksimal. Kinerja usaha adalah ukuran bagi pengusaha dalam menentukan prestasi dan dilihat dari semangat kerja, kualitas kerja, produk unggulan dan keberhasilan. Dalam mencapai kinerja usaha yang maksimal diperlukan faktor pendorong dalam diri pengusaha, yaitu suatu semangat yang dikenal dengan Spirit Of Entrepreneur.

  Seorang pengusaha dengan penerapan Spirit Of Entrepreneur pada dirinya akan berpengaruh terhadap kinerja usaha yang dibangun oleh seorang wirausahawan. Artinya pengusaha yang memiliki Spirit Of Entrepreneur yang baik, maka akan memiliki kinerja usaha yang tinggi.

  Pada dasarnya Spirit Of Entrepreneur dalam penelitian ini dirumuskan sebagai semangat dan watak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin atau pemilik usaha yang berkaitan dengan pengelolaan usaha. Menurut Nickels (2005)

  

Spirit Of Entrepreneur terdiri dari Self-Directed, Self-Nurturing, Action-Oriented,

Highly-Energic, Tolerant of Uncertainty. Dan menurut Hendro (2011) Perubahan

  Teknologi, Perubahan Struktur Pemerintah dan Politik, dan Intrepreneurship.

  Self-Directed, menurut Nickels (2005:176), adalah Entrepreneur

  hendaknya bersikap menyenangkan dan memiliki displin diri yang tinggi walaupun merupakan pemilik usaha dan penanggung jawab akan keberhasilan maupun kegagalan usaha. Menurut Anggereani (2009) secara parsial variabel Self-

  

Directed memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha para

pelaku usaha.

  Self-Nurturing, menurut Nickels (2005:176), adalah Entrepreneur harus

  dan harus antusias. Menurut Anggereani (2009) secara parsial variabel Self-

  

Nurturing memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha para

pelaku usaha.

  Action-Oriented, menurut Nickels (2005:176), adalah gagasan bisnis yang

  luar biasa belumlah cukup tanpa adanya semangat untuk menwujudkan, mengaktualisasikan, dan mewujudkan impian menjadi kenyataan. Menurut

  Anggereani (2009) secara parsial variabel Action-Oriented memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha para pelaku usaha.

  Highly-Energitic, menurut Nickels (2005:176), Ini bisnis anda, dan anda

  harus emosionel, mental, dan fisik mampu bekerja lama dan keras. Menurut Anggereani (2009) secara parsial variabel Highly-Energitic memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha para pelaku usaha.

  Tolerant of Uncertainty, menurut Nickels (2005:176), Entrepreneur sukses dengan menempuh resiko-resiko yang telah diperhitungkan sebelumnya.

  Kewirausahaan tidak ditujukan bagi orang-orang yang suka memilih keadaan atau takut untuk menerima kegagalan. Menurut Anggereani (2009) secara parsial variabel Tolerant of Uncertainty memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha para pelaku usaha.

  Perubahan Teknologi, menurut Hendro (2011:28), Berkembangnya teknologi dan semakin canggihnya teknologi akan meciptakan produk, suasana, dan gaya hidup yang berbeda. Perubahan Struktur Pemerintah dan Politik, struktur pemerintahaan, yang berujung pada perubahan peraturan, kebijakan, dan arah perekonomian, sehingga muncullah sebuah gap kebutuhan akan produk.

  Intrepreneurship, menurut Hendro (2011:28), Kemampuan

intrepreneurship (entrepreneur di dalam sebuah perusahaan intrenal) yang

  semakin baik dan kuat akan memunculkan gairah entrepreneur. Hal ini disebebkan karena kreativitas, inovasi, ketatnya persaingan, perubahan organisasi, dan lain-lain. Jadi, organisasi secara tidak langsung mengembangkan jiwa entrepreneurship seseorang.

  Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyusun 8 (delapan) variabel yang menurut peneliti paling mempengaruhi Kinerja usaha dan dapat digambarkan sebaga berikut:

  Self-Directed (X )

  1 Self-Nurturing (X 2 ) Action-Oriented (X 3 ) Highly – Energitic (X

  4 ) Tolerant of Uncertainty

  Kinerja Usaha (Y) (X )

5 Perubahan Teknologi

  (X 6 ) Perubahan Struktur Pemerintah dan Politik

  (X 7 ) Intrepreneurship (X )

  8 Gambar : 2.1

Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

  Hipotesis menurut Erlina (2011 : 41), adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan jawaban sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.

  Berdasarkan perumusan masalah sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Spirit Of Entrepreneur Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kinerja Usaha Para Pelaku UKM Tenant Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU.

Dokumen yang terkait

1. Hasil sidik ragam tinggi semai S. alba - Respons Pertumbuhan Tanaman dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid terhadap Variasi Naungan dan Salinitas pada Mangrove Sonneratia alba Smith

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Kekasaran Permukaan Enamel Gigi Pada Penggunaan Karbamid Peroksida 16% Dan Jus Buah Stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai Bahan Pemutih Gigi

0 0 16

Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci Pada Pupuk Urea Terhadap Ketersediaan N-Total dan Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 1 10

Lampiran 3 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN EFEKTIFITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DLAM PERSALINAN DAN PEMBERIAN ASI EKLUSIF DI KECAMATAN BILAH BARAT PUSKESMAS SUKA MAKMUR KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2013

0 0 45

EFEKTIFITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PERSALINAN DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN BILAH BARAT PUSKESMAS SUKA MAKMUR KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2013 TESIS

0 0 19

BAB II DASAR TEORI - Rancang Bangun Band Pass Filter Dengan Metode Hairpin Menggunakan Saluran Mikrostrip Untuk Frekuensi 2,4-2,5 GHZ

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bunga Kecombrang - Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Menggunakan Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior Jack) sebagai Pewarna

0 2 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori kepuasan 2.1.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan - Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

0 0 13

1. Nama Usaha - Pengaruh Spirit Of Entrepreneur Terhadap Kinerja Usaha Para Pelaku UKM Tenant Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU

0 0 13