A. Bimbingan Konseling dalam Pendidikan

A. Bimbingan Konseling
1. Pengertian
Menurut Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami
lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Sementara Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai
kesejahteraan dalam kehidupannya. Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa
konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih
dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun

kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien
memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga
dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. Jadi pengertian bimbingan dan
konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
2. Tujuan
a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli

adalah:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara
yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan
mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

4)

Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik
yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.

5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain,
tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab,

yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
8) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan
dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan
sesama manusia.
9) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat
internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
10) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar)
adalah:
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami
berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca
buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan
aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan
membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan
diri menghadapi ujian.
5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,

seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri
dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi
tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan.
2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang
kematangan kompetensi karir.
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan
sesuai dengan norma agama.
4) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi
cita-cita karirnya masa depan.
5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali
ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan
sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan


secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
7) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila
seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus
mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir
keguruan tersebut.
8) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan
dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.
3. Fungsi Konseling
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan
mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih

proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.
Konselor

dan

personel

Sekolah/Madrasah

lainnya

secara

sinergi

sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu
konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah

pendapat (brain storming),home room, dan karyawisata.
d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli
secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih
metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli

agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
h. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan
yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normatif.
i. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh
aspek dalam diri konseli.
j. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta
dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi
yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini
diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan)

sesuai dengan minat konseli.
4. Manfaat Konseling
a. Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih

bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita
untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.
b. Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat
tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber
stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan
yang belum terselesaikan itu.
c. Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri
sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan
orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri.
d. Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbingan
konseling.
5. Asas Konseling
a. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap
data dan keterangan klien yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan
yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, konselor
berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga
kerahasiaanya benar-benar terjamin,
b. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan
klien mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Konselor
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.

c. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Konselor berkewajiban
mengembangkan keterbukaan klien. Agar klien mau terbuka, konselor terlebih dahulu
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan
asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
d. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi

sasaran

layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.
Konselor perlu mendorong dan memotivasi klien untuk dapat aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
e. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling; yaitu klien sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri
sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Konselor hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian klien.

f. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan
dan

konseling

yakni permasalahan

yang

dihadapi

klien

dalam

kondisi

sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki
keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat klien pada saat sekarang.
g. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran

layanan (klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang

serta

berkelanjutan

sesuai

dengan

kebutuhan

dan

tahap

perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan
koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling
menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
i. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.
Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
ini harus dapat meningkatkan kemampuan klien dalam memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
j. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Profesionalitas
konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan

dan

kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan
konseling.
k. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan klien kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang
lebih ahli.
l. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan
dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan
dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju.
6. Prinsip Konseling
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli.
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli,
baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam
bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan
(kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi.
Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan
konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip
ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun
pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif.
Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap
bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi.
Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses
bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan
cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
d. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling.

Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi
dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan.

Kehidupan

memfasilitasi

konseli

konseli
untuk

diarahkan

oleh

mempertimbangkan,

tujuannya,

dan

menyesuaikan

bimbingan
diri,

dan

menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan
untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan
yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan
kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
e. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan.
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di instansi kesehatan, tetapi
juga di lingkungan keluarga, sekolah, perusahaan/industri, lembaga-lembaga
pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan
pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan
pekerjaan.
B. Skenario
1. Bapak Suryo, adalah penduduk di desa Barokah yang mempunyai sifat pemarah. Beliau
sangat kaya raya namun kadang arogan, memandang rendah orang lain karena
menganggap dirinya paling terkenal dan disegani di desa. Beliau adalah penderita
penyakit hipertensi. Apabila sakit beliau selalu memeriksakan diri perawat spesialis di
Rumah Sakit Swasta ternama di kota dengan alasan tidak mau antri lama dan tidak
percaya dengan pengobatan di PUSKESMAS yang obatnya murah. Suatu ketika sakit pak
Suryo kambuh, beliau merasa pusing dan kaku kuduk. Sopir pribadinya sedang cuti
sehingga tidak ada yang mengantar ke kota. Terpaksa pak Suryo mendatangi
PUSKESMAS. PUSKESMAS saat itu penuh dengan pasien, pak Suryo tidak sabar dan
terlihat gelisah, berulang kali beliau marah-marah dengan petugas loket. Setelah 1 jam
menunggu, tiba giliran pak Suryo masuk ruang perawat dengan wajah emosi.
2. Ny. Siyem, 40 th, adalah istri seorang buruh bangunan, ibu rumah tangga yang berasal
dari desa, dan tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Sudah setahun ini keluarga
Ny. Siyem tinggal di kota Kabupaten. Ny Siyem yang pada dasarnya sangat pendiam dan
sering mempunyai perasaan rendah diri, jadi semakin sulit bergaul dengan orang lain,

apabila berbicara tergagap-gagap, sulit merangkai kalimat, dan berbicara dengan suara
sangat pelan. Selama ini setiap ke PUSKESMAS, Ny Siyem selalu diantar suaminya,
suaminya yang akan mengurus administrasi dan menyampaikan keluhan pada perawat.
Suatu ketika Ny Siyem merasa ulu hatinya sangat perih diikuti mual-muntah dan pusing.
Suaminya tidak diperbolehkan ijin oleh mandor bangunan, karena sudah tidak bisa
menahan sakit Ny Siyem pergi sendiri ke Puskesmas. Dengan takut-takut Ny Siyem
memberanikan diri mendaftar di loket, kemudian duduk menunggu antrian. Saat namanya
dipanggil untuk masuk ke ruang perawat, terlihat wajahnya menjadi semakin pucat.
3. Bapak X, seorang sopir truk, usia 45 tahun, sudah berkeluarga dengan 3 anak yang sudah
berusia remaja. Karena pekerjaannya, bapak X sering pergi keluar kota berhari-hari dan
mempunyai kebiasaan ”jajan” di kota-kota yang disinggahinya. Suatu ketika badannya
meriang dan kencingnya mengeluarkan nanah. Bapak X merasa cemas

dengan

kondisinya dan memutuskan periksa ke perawat Nana. Bapak X merasa malu untuk
mengemukakan kebiasaannya berkencan dengan pekerja seks komersial apalagi perawat
wanita, sehingga bapak X memutuskan untuk tidak akan mengatakan hal yang
sebenarnya.
4. Kerjakan skenario di bawah ini!
1

Ruang
Lingkup

Substansi Materi: Nasehat untuk penderita DM dewasa dan
penatalaksaannnya.
Target waktu : 10 menit

2

Tujuan
Pembelajaran

Setelah Bermain Peran , mahasiswa akan dapat
1. Menjelaskan dan memperagakan penggunaan secara aman
obat antidiabetik untuk penderita DM
2. Menyusun alternatif perencanaan untuk pasien dengan kasus
hipoglikemia

3

Skenario dan
Peran Pemain

Skenario
Ns Fani berhadapan dengan Ny. Faujah 46 tahun hidup sendirii di
rumah, kedua anaknya sedang tugas belajar.Ia bekerja sebagai
sekretaris kantor dan didiagnosis mild Dm sejak 5 tahun yang lalu
dan malakukan kontrol diet berdasarkan advis perawat. Ia tidak
pernah menggunakan obat antidiabetik. Akir-akhir ini ia menderita
pnemoni dan dirawat di RS. Perawat di RS menyarakan untuk
menggunakan obat antidiabetik oral. Berdasarkan informasi dari
internet bahwa OAD mempunyai banyak efek samping. Ia sangat
ketakutan akan terjadinya kemungkinan hipoglikemia
dan

meninggal.
Peran Pemain :
Siswa I : berperan sebagai Ns Fani
1. Fani Memberikan konseling tentang proses penyakit pasien
dan pengetahuan tentang efek samping OAD.
2. Mendiskusikan tanda dan simptom hipoglikemi dan
menjelaskan secara rinci yang dapat dilakukan pasien ketika
terjadi gejala hipoglikemi
3. Menjelaskan keberadaan sistem pelayanan kesehatan bila
pasien memerlukan.
Siswa II : berperan sebagai Ny Faujah
1. Mampu memberikan informasi tentang keluhannya, dan
riwayat penyakitnya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan
oleh Ners Bambang.
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
permasalahan penyakitnya yang belum jelas.
Audiens

Amati proses bermain peran dalam hal :
1. Bagaimana efektifitas teknik bertanya Ns Fani tentang riwayat
penyakit Ny. Faujah ?
2. Bagaimana efektifitas Ns Fani menjelaskan tanda dan
simptom hipoglikemia ?
3. Apakah secara konsisten menggunakan terminologi yang
dapat difahami?
4. Apakah Ns Fani juga memberikan rencana tindak lanjut untuk
Ny. Faujah ?

PROSEDUR PELAKSANAAN
Lakukanlah konseling dengan prosedur berikut ini :
1. Mengawali pertemuan
§

Ucapkan salam dan perkenalkan diri

§

Tanyakan identitas pasien

§

Tanyakan maksud kedatangan pasien

§
§

Beri situasi yang nyaman bagi pasien
Tunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya

2. Mendengar aktif
§

Berkonsentrasi pada pembicaraan

§
§

Lakukan kontak mata
Perlihatkan minat pada pembicaraan

§

Perlihatkan sikap tubuh sesuai pembicaraan

§

Dorong lawan bicara mengungkapkan isi pikirannya

§

Tanyakan kejelasan

§

Tanyakan secara detail

§

Tinggalkan asosiasi dan opini

§

Jaga emosi

§
§

Tidak terburu-buru
Beri jeda bila diperlukan

3. Menutup pertemuan
§
§

Simpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran dan harapannya
Pelihara dan jaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi dan kerahasiaan
pasien sepanjang waktu

§

Perlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan minta persetujuannya dalam memutuskan
suatu hal

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sebelum mengikuti kegiatan konseling, pelajari teori dasar-dasar komunikasi dari
referensi yang dianjurkan.
2. Untuk berlatih konseling, cobalah berlatih berpasangan dengan teman, 1 orang sebagai
perawat, satu orang sebagai pasien. Gunakan prosedur pelaksanaan sebagai acuan.
Lakukan bergantian, bila 1 pasang mahasiswa sedang berlatih, teman dalam kelompok
menyaksikan dan setelah itu memberi masukan. Pada latihan terbimbing waktu tiap
pasang mahasiswa maksimal 7 menit untuk konseling, masukan dari anggota kelompok 2
menit. Sisa waktu pada latihan terbimbing digunakan instruktur untuk memberi feedback.
Untuk latihan mandiri waktu latihan disesuaikan waktu yang ada (total latihan kelompok
120 menit).
3. Lakukan konseling dengan situasi sesuai skenario yang dipilih. Antar pasangan sebaiknya
mencoba skenario yang berbeda, misal pasangan 1 berlatih skenario 1, pasangan 2
berlatih skenario 2. Karena waktu terbatas, mahasiswa disarankan berlatih sendiri
skenario yang belum sempat dicobanya diluar waktu pertemuan skills lab.

4. Pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi. Mahasiswa disyaratkan mengikuti 100%
kegiatan untuk dapat mengikuti evaluasi. Penilaian berdasarkan checklist evaluasi.
Batas lulus adalah 75 %.
Checklist penilaian ketrampilan konseling
NO

ASPEK YANG DINILAI
0

SKOR
1
2

1

Mengawali pertemuan
Mengucapkan salam pada awal pertemuan
Memperkenalkan diri
Menanyakan identitas pasien
Menanyakan maksud kedatangan pasien
Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien
Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya
2
Mendengar aktif
Mampu berkonsentrasi
Melakukan kontak mata
Memperlihatkan minat pada pembicaraan
Mendorong lawan bicara mengungkapkan isi pikirannya
Memperlihatkan sikap tubuh sesuai pembicaraan
Menanyakan kejelasan
Menanyakan secara detail
Meninggalkan asosiasi dan opini
Menjaga emosi
Tidak terburu-buru
Memberi jeda bila diperlukan
3
Menutup pertemuan
Menyimpulkan kembali masalah pasien
Menjaga harga diri pasien dan rahasia pasien
Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta
persetujuannya dalam memutuskan suatu hal
Keterangan :
2 : dilakukan, dengan benar, atau bila pada kasus tersebut tidak perlu dilakukan
1 : dilakukan, tidak benar
0 : tidak dilakukan