Strategi Pembelajaran Dalam Perspektif G (1)

Strategi Pembelajaran Dalam Perspektif Gender
Deni Pujianto
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jurai Siwo Metro
E-mail: denipujianto21@gmail.com
Abstrak
Permasalahan mengenai persamarataan antara laki-laki dan perempuan telah lama dibahas.
Tidakhanya dikalangan orang dewasa akan tetapi dikalangan anak-anak hal ini telah dibicarakan
untuk menemukan kepahaman ditengah-tengah kebimbangan dua bagian yang bisa dikatakan sama
tapi beda yaitu laki-laki dan perempuan. Banyak hal yang dipertimbangkan dari perspektif gender,
seperti tugas dan tanggung jawab antara ayah dengan ibu yang mana hal ini menimbulkan banyak
kontrofersial pemahaman dalam hal tertentu, apakah dibedakan ataukah disamakan. Dampak dari
permasalahan tersebut seperti pada dewasa ini masih sedikit wadah kegiatan untuk koreografer
perempuan sehingga jarang kita saksikan pertunjukan karya tari koreografer perempuan, namun
demikian beberapa pertunjukan tari di Yogyakarta dan Surakarta pernah menyajikan karya
koreografer perempuan dengan mengangkat tema gender. Koreografer Setyastuti, Inong, dan Maruti
menggelar karyanya dengan tema berbagai sudut kehidupan perempuan Indonesia, dan
menggambarkan peran perempuan pada masa kolonial. Karya tari beberapa koreografer tersebut
menarik untuk dicermati dari sudut pandang permasalahan gender.
Dalam dunia pendidikan penting untuk memahami berbagai hal yang berkaitan dengan
perspektif gender. Hal tersebut berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang memandang
kesetaraan gender. Istilah gender mengacu pada makna sosial, budaya, dan biologis. Perspektif

gender mengarah pada suatu pandangan atau pemahaman tentang peran perempuan dibedakan
secara kodrati, dan peran gender yang ditetapkan secara sosial budaya. Perbedaan gender akan
menjadi masalah jika perbedaan itu mengakibatkan ketimpangan perlakuan dalam masyarakat serta
ketidakadilan dalam hak dan kesempatan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Strategi
pembelajaran yang sesuai dengan persamaan perspektif gender tentu akan memberikan model
pembelajaran yang jelas dalam pelaksanaan bagi wanita maupun laki-laki dalam proses
pembelajaran. namun tidak lupa dari asas kesesuaian dalam penggunaan model pembelajaran
dengan keadaan peserta didik.
Kata Kunci: Perspektif gender, permasalahan gender, model pembelajaran.
Abstrack
Problems regarding persamarataan between men and women has long been discussed.
Tidakhanya among adults but among children this has been discussed to find kepahaman amidst
vacillation two parts that can be said to be equal but different from that of men and women. Many
things are considered from a gender perspective, such as the duties and responsibilities between the
1

father and mother in which it raises many controversial understanding in a particular case,
whether distinguished or confused. The impact of these problems as they do today still a little
container choreographer activities for women so rarely we see a dance performance
choreographed female, however some dance performances in Yogyakarta and Surakarta never

presents choreographed by women with the theme of gender. Choreographer Setyastuti, Inong, and
Maruti hold his work with the theme of various angles lives of Indonesian women, and describes
the role of women in the colonial period. The few choreographed dance piece is interesting to
observe from the standpoint of gender issues.
In education it is important to understand the various issues related to gender perspective.
This is related to the implementation of learning that looked at gender equality. Gender refers to the
social meanings, cultural, and biological. The gender perspective leads to a view or understanding
of the role of women distinguished by nature, and gender roles are defined socially and culturally.
Gender differences will be a problem if those differences lead to inequality of treatment in the
community as well as inequities in rights and opportunities for both men and women. Learning
strategies appropriate to the gender equality perspective will certainly provide a clear learning
model in the implementation of women and men in the learning process. but do not forget of the
principle of suitability in the use model of learning by the state of learners.
Keywords: Gender perspective, gender issues, learning model
A.

Pendahuluan
Wacana tentang perempuan di dalam seni pertunjukan Indonesia terkondisi oleh batasan

pemahaman sosok tubuh perempuan itu sendiri. Dalam proses koreografi maupun kehadirannya

selalu terkait dengan norma patriarki, baik di dalam sistem kebudayaan Indonesia, kepemerintahan,
agama, dan sosial budaya. Hal ini dilandasi oleh berbagai ragam individu, kelompok, atau
spesialisasi budaya lokal dan dalam pengaruh global. Oleh sebab itu masih sering kita jumpai
tulisan yang membahas perempuan dalam pandangan yang masih androsentris (bias lelaki),
kemudian dalam karya tari ciptaan koreografer perempuan memunculkan tema tentang kehidupan
perempuan. Menurut Tinker seperti yang dikutip Susanti menyatakan bahwa kaum perempuan
dipandang dari berbagai sisi masih sering mendapat perlakuan yang tidak adil karena kedudukan
perempuan khususnya di Indonesia masih mengalami subordinasi, perendahan, pengabaian,
eksploitasi, dan pelecehan seksual, bahkan tindak kekerasan.
Tampaknya kita perlu mencermati masalah perempuan dalam suatu pandangan yang
berorientasi gender dan memberi tempat yang prioritas untuk kebutuhan perempuan yang
diharapkan dapat merubah realitas untuk kesetaraan gender. Untuk mengubah kondisi tersebut maka
diperlukan perspektif gender dalam melihat persoalan perempuan dan mencari solusinya “Gender”
sebagai pembebasan perempuan untuk mengembalikan perempuan pada hakikinya. Perubahan
2

sosial yang selama ini bersifat endosentris dapat dilihat sebagai ketimpangan struktural dalam
perspektif gender. Perbedaan fundamental dari kategori biologis antara laki-laki dan perempuan
yang pada hakekatnya tidak perlu dipertanyakan, tetapi pada tingkat sosiokultural, perbedaan
fundamental tersebut seolah-olah diterima sebagai “kebenaran”. Padahal kultur adalah hasil dari

suatu konsensus dan setiap konsensus tidak pernah selesai atau berhenti di titik final, termasuk
dalam hubungan laki-laki dan perempuan.
Perbedaan laki-laki dan perempuan memang final, namun jika hal itu diterapkan di tingkat
sosiokultural, yang terjadi adalah distorsi, bias, atau bahkan ketimpangan dan ketidakadilan
Permasalahan gender yang dipengaruhi oleh perubahan sosial, maupun kultur budaya disikapi para
koreografer perempuan dengan menciptakan karya tari yang mempunyai tema gender. Hasil
koreografi tersebut sebagai media dalam mengekspresikan realita kehidupan perempuan dan
sebagai wadah keluh kesah para perempuan karena mendapat perlakuan yang tidak adil oleh lakilaki. Beberapa pertunjukan tari yang diamati merupakan sebuah jawaban dari kehidupan perempuan
dalam berkesenian, para koreografer perempuan mencoba berperan aktif dalam merespon
perkembangan peran gender, dan memanfaatkan peluang untuk mengungkapkan ide-ide kreatifnya
ke dalam karya tari. Ide kreatif koreografer perempuan dalam menciptakan karya tari
menggambarkan realita kehidupan secara kodrati sebagai perempuan, dan ungkapan tentang
ketidakadilan perlakuan laki-laki terhadap perempuan di masa kolonial.
B.

Hakikat Strategi Pembelajaran
Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh

para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan kemampuan pengawas dalam
rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran

dan bimbingan di sekolah/satuan pendidikan. Secara spesifik pengawas satuan pendidikan harus
memiliki kemampuan untuk membantu guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran, serta
dapat memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.1 Strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan
pembelajaran.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai
cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah
strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan
atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. strategi pembelajaran juga dipahami sebagai ryang
1 Surya Dharma, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya (2008), p. 4.

3

mengarahkan setiap bagian dari pengalaman belajar, seperti satuan atau pelajaran dalam suatu mata
pelajaran.2 Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan
dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang
pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan

suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses
pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi
yang terbaik. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dirumuskan
guru dalam rangka membelajar-kan Siswa-siswanya.
Setelah memahami tahapan belajar mengajar, maka strategi yang perlu dirumuskan guru
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Hadirkan Suasana Hati, Strategi Menyiapkan Psikis dan Fisik Siswa dalam Memulai
Pembelajaran.

Menghadirkan suasana hati yang bersih, saat akan membuka sampai menutup

pembelajaran perlu dilakukan guru. Hal ini akan berdampak terhadap tampilan guru yang terlihat
bersahabat serta kelihatan lebih santai tidak tegang. Yang memungkinkan siswa merasa terayomi
dan merasa nyaman selama pembelajaran yang dilakukan guru. Sikap respek dan empati guru
sangat dibutuhkan ketika menghadapi siswa saat baru memasuki kelas atau akan memasuki kelas.
Perhatian guru terhadap kondisi siswa, kondisi ruangan belajar, perlengkapan belajar siswa,
kebersihan papan tulis, dan atau kesiapan peralatan LCD, serta terhadap ganggung-gangguan kecil
yang mungkin perlu dihilangkan sebelum pembelajaran di mulai dengan harapan penyampaian
materi pelajaran dapat berjalan dengan lancar.
2.


Sampaikan bahwa Materi Pelajaran itu Penting dan Semenantang Mungkin
Penyampaian bahwa materi itu penting untuk memecahkan permasalahan siswa dikemudian

hari perlu disampaikan kepada siswa, yang tentunya merupakan motivasi eksternal bagi siswa untuk
lebih bersemangat mempelajarinya. Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang instruktur, guru,
widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan
pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi penyampaian
pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan pembelajaran. Konsep dasar strategi belajar mengajar ini
meliputi hal-hal: (1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2)
menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih
prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan
2 Muhammad Yaumi, Desain Strategi Pembelajaran Untuk Mengembangkan Kecerdasan
Verbal-Linguistik Peserta Didik, Vol. 2 No. 1 (2015), p. 189.

4

belajar mengajar.3 Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak

dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi
bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Newman dan Mogan strategi dasar
setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing adalah sebagai berikut.
1. Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang
harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan
aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
2. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai
sasaran.
3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal
sampai akhir.
4. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan
untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.
Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran
Beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik atau taktik
dalam pembelajaran.
1. Metode
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk

mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
2. Pendekatan
Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada
guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
3. Teknik
3 nik Mohd Rahimi Nik Yusoff, Mohamed Amin Embi, And Zamri Mahamod, Hubungan
Gender dengan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dalam kalangan Pelajar Sekolah Menengah
Agama di Terengganu, vol. 5 (2008), p. 132.

5

Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu
metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien.

Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi
dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang
banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang
terbatas.
4. Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik
sifatnya lebih individual, walaupun dua orang samasama menggunakan metode ceramah dalam
situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya
dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan
mudah dipahami. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi pembelajaran
yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana
menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan
metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan
penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu
dengan yang lain.
Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa
diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan belajar
mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan
prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat

dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang
dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya sesuai
dengan yang diharapkan. Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang
diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus
dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas
dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Kedua, memilih cara pendekatan belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita
memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam
6

memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua
orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu
menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara
atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan
sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh
mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.
Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem
penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan
dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan
termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru.
C.

Konsep Gender
Gender berasal dari bahasa Latin, yaitu “genus”, berarti tipe atau jenis. Gender adalahsifat dan

perilaku yang dilekatkan pada laki- laki dan perempuan yang dibentuk secara sosialmaupunbudaya.

Karena dibentuk oleh sosial dan budaya setempat, maka gender tidak berlaku selamanya tergantung
kepada waktu (tren) dan tempatnya.4 Gender juga sangat tergantung kepada tempat atau wilayah,
misalnya kalau di sebuah desa perempuan memakai celana dianggap tidak pantas, maka di tempat
lain bahkan sudah jarang menemukan perempuan memakai rok. Karena bentukan pula, maka
gender bisa dipertukarkan. Misalnya kalau dulu pekerjaan memasak selalu dikaitkan dengan
perempuan, maka sekarang ini sudah mulai banyak lakilaki yang malu karena tidak bisa mengurusi
dapur atau susah karena harus tergantung kepada perempuan untuk tidak kelaparan. Hubungan
gender ialah hubungan sosial antara laki-laki dengan perempuan yang bersifat saling membantu
atau sebaliknya,
serta memiliki banyak perbedaan dan ketidaksetaraan. Hubungan gender berbeda dari waktu ke
waktu, dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lain, akibat perbedan suku, agama, status
sosial maupun nilai (tradisi dan norma yang dianut). Sejarah perbedaan gender (gender differences)
antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang, contohnya melalui
proses sosialisasi, ajaran keagamaan serta kebijakan negara, sehingga perbedaan-perbedaan
tersebutseolah-olah dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan pembelajaran.
Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya

4 Zubaidah Amir, “Pengaruh Perbedaan Gender Dan Keterampilan Kerja Terhadap
Produktivitas Pada Pt. Pilbara Insulation Southeast Asia”, Marwah, Vol. Xii No. 1 (2013), P. 18.

7

relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin
berbeda antara urusa yang satu dengan yang lain.
d.

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Gender
Pendidikan yang adil gender adalah pendidikan yang mengintegrasikan perspektif adil gender

dalam pembelajaran. Lebih jelasnya pendidikan yang adil gender merupakan suatu proses
transformasi ilmu pengetahuan di sekolah yang dilakukan oleh para pengajar kepada siswa dalam
proses pembelajaran yang memberikan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam peluang
(akses), partisipasi, kesempatan memberikan keputusan serta manfaat. 5 Sedangkan Integrasi
perspektif adil gender adalah suatu usaha untuk menanamkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan
gender pada peserta didik melalui proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan akan menjadi adil
gender apabila pengarusutamaaan gender (PUG) di bidang pendidikan dijalankan dengan baik.
Pengarusutamaan gender merupakan sebuah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah guna
menghilangkan ketidak adilan gender.
Hartian Silawati dalam jurnal perempuan mengatakan bahwa pengarusutamaan gender
merupakan strategi untuk mencapai kesetaraan gender dan keadilan gender. Memasuki era
reformasi, pemerintah Indonesia menyempurnakan istilah Kantor Meneg UPW menjadi Kantor
Meneg Pemberdayaan Perempuan (Meneg PP), dan pada 2000 pemerintah mengeluarkan Inpres
No.9/2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan. Kebijakan ini merupakan
penajaman dari amanat konstitusi UUD 1945 Pasal 4 dan 27, yang diterjemahkan dalam TAP MPR
No.IV tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara, dan disusun dalam rencana strategis berupa
Undang-Undang No.22/2000 tentang Program Pembangunan Nasional.
Secara khusus Propenas memuat 26 program yang responsive gender yang tersebut di sektor
hukum, ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.6 Diatas telah dijelaskan bahwa
PUG merupakan suatu kebijakan untuk menghilangkan ketidakadilan gender di berbagai bidang
kehidupan. Seperti halnya dalam bidang pendidikan, PUG dalam bidang pendidikan akan berjalan
dengan baik jika didukung oleh perangkat seperti modul, materi ajar, sarana pendukung pengajaran
baik di pendidikan umum maupun pendidikan yang berada dibawah naungan lembaga keagamaan,
baik yang berada di bawah pengelola agama maupun yang dikelola masyarakat. Pendidikan
kesetaraan gender harus dimulai sejak dini. Pengadaannya dapat diselenggarakan dalam bentuk
kerja sama antara kantor Depdiknas. Untuk lebih jelasnya penelitian ini memiliki kerangka berpikir
sebagai berikut : 7
5 Daryati, “Integrasi Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas
(Studi Kasus Pada Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Surakarta)”, jurnal sosialitas, vol. 2 No. 1
(2012), p. 4.
6 zubaidah Amir mz, “Perspektif Gender Dalam Pembelajaran Matematika”, Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung, vol. XII No. 1 (2013), p. 4.
7 Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, p. 13–29.

8

a.

Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus

bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta
memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya. Metode ceramah merupakan metode yang
sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh
beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru
biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan
ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan
materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar
dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
b. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari
jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi
merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai
metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun
dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat
menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
C.

Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu

permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab
pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini
banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses
pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan metode yang sulit
diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah
diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal
waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat
menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab,
dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari. Terdapat
bemacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain,
diskusi Kelas, diskusi Kelompok kecil, simposium, diskusi panel
9

d.

Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuatseakan-akan. Sebagai

metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat
digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat
dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh
simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk
upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk
mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi
akan sangat bermanfaat.
e.

Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas

dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan
resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya. Jenis-jenis
tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun
laporan, dan tugas di laboratorium. Langkah-langkah menggunakan metode tugas/resitasi: fase
pemberian tugas, langkah pelaksanaan tugas, fase pertanggungjawaban tugas
f.

Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi

langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan
siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini
terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.
g.

Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengan27 dung pengertian

bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun
dibagi atas kelompok-kelompok kecil (subsub kelompok
h.

Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar

tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
I.

Metode Sistem Regu (Team Teaching)
Team Teaching pada dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama

mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak
macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan
orang luar yang diangga perlu sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
10

J.

Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan atau

keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan
bakat/inisiatif siswa untuk berpiki, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat
kewajaran dari metode Drill.
Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka strategi pembelajaran dalam perspektif gender
yaitu pembelajaran yang memberikan kebebasan dalam penggunaan strategi untuk proses
pembelajaran sesuai denga keadaan siswa. Maka ketika adanya kesetaraan kebebasan ini,
hendaknya tidak ada pemaksaan dalam pemilihan model pembelajaran. Baik siswa pria, atau
wanita, strategi yang diterapkan menyesuaikan keadaan masing-masing. Misalnya tidak harus sama
antara strategi yang digunakan oleh pria atau wanita dalam pembelajaran tertentu, akan tetapi
masing-masing menyesuaikan[.]
REFERENSI
Daryati, “Integrasi Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi
Kasus Pada Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Surakarta)”, jurnal sosialitas, vol. 2 No. 1,
2012, p. 4.
Muhammad Yaumi, Desain Strategi Pembelajaran Untuk Mengembangkan Kecerdasan VerbalLinguistik Peserta Didik, vol. 2 No. 1, 2015, p. 189.
Nik Mohd Rahimi Nik Yusoff, Mohamed Amin Embi, And Zamri Mahamod, Hubungan Gender
dengan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dalam kalangan Pelajar Sekolah Menengah
Agama di Terengganu, vol. 5, 2008, p. 132.
Surya Dharma, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, 2008, p. 4.
Zubaidah Amir, “Pengaruh Perbedaan Gender Dan Keterampilan Kerja Terhadap Produktivitas
Pada Pt. Pilbara Insulation Southeast Asia”, marwah, vol. XII No. 1, 2013.
Zubaidah AmirMZ, “Perspektif Gender Dalam Pembelajaran Matematika”, Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung, vol. XII No. 1, 2013, p. 4.

11