Hubungan Antara Kombinasi Hemodialisis (HD) Hemoperfusi (HP) Dengan Gangguan Mineral Tulang Pasien Hemodialisis Reguler Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort
prospektif.
3.2 Tempat dan Waktu
3.2.1

Tempat
Penelitian dilakukan di unit hemodialisis Rumah Sakit Haji Adam
Malik dan jejaringnya diMedan, Sumatera Utara.

3.2.2

Waktu
Pengambilan sampel dilakukan mulai periode Desember 2013
sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3 Subjek Penelitian
Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam

Malik dan jejaringnya di Medan, Sumatera Utara. Mulai periode Desember
2013 sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.4 Kriteria
3.4.1 Kriteria Inklusi
Penderita PGK dengan Hemodialisis reguler (≥ 3 bulan), usia ≥ 17
tahun, riwayat gangguan mineral tulang, bersedia ikut dalam penelitian
mulai Desember 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
Pasien yang tidak bersedia dilakukan pemeriksaan, menderita tumor,
trombositopenia, leukopenia, HD tidak teratur

19
Universitas Sumatera Utara

3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam
Malik dan jejaringnya diMedan, Sumatera Utara.
3.5.2 Sampel
Penderita PGK dengan hemodialisis reguler dikombinasi dengan

hemoperfusi yang sesuai kriteria besar sampel.
3.5.3 Besar Sampel

Z
n

(1 / 2 )

Po (1  Po )  Z (1  ) ) Pa (1  Pa )

Po  Pa 2



2

Dimana :
Z (1 / 2)

= deviat baku alpha. utk  = 0,05 maka nilai baku normalnya


1,96
Z (1  )

= deviat baku alpha. utk  = 0,10 maka nilai baku normalnya
1,282

P0 = proporsi PGK dengan Hemodialisi 0,029(sumber)
Pa = perkiraan proporsi PGK dengan Hemodialisi yang diteliti,

sebesar = 0,229
P0  P0

= beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,20

Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 17 orang.
3.6 Bahan dan Prosedur Penelitian


Seluruh subjek penelitian dimintakan persetujuan untuk mengikuti

penelitian.



Dilakukan pencatatan nama, umur dan jenis kelamin (Identitas)



Terhadap semua subjek penelitian yang termasuk dalam penelitian
dilakukan pemeriksaan laboratorium kalsium serum, phosphor serum dan
hormon parathyroid sebelum dilakukan kombinasi hemodialisis /
hemoperfusi.

20
Universitas Sumatera Utara



Subjek penelitian mendapatkan kombinasi hemodialisis / hemoperfusi
setiap 2 minggu selama 3 bulan, jadwal HD/HF terlampir.




Kombinasi hemodialisis / hemoperfusi dilakukan selama 2 jam



Subjek penelitian tetap menjalani hemodialisis regular sesuai jadwal.



Setelah subjek penelitian selesai mendapatkan kombinasi hemodialisis /
hemoperfusi selama 3 bulan sebelum hemodialisis berikutnya dilakukan
pemeriksaan laboratorium kalsium serum, phosphor serum dan hormon
parathyroid yang kedua.

 Jadwal penelitian dan protokol:

3.7 Identifikasi Sampel
3.7.1 Variabel bebas : Kombinasi Hemodialisis dan Hemoperfusi.

3.7.2 Variabel tergantung : Gangguan mineral tulang (kalsium serum,
phosphor serum, dan hormon paratiroid)
3.8 Etika Penelitian
Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang ditanda tangani oleh
Prof. Dr. Sotomo Kasiman, SpPD, SpJP (K)dengan nomor surat 466/
KOMET/FK USU/2015.
Informed concern diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang
bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan
mengenai maksud dan tujuan penelitian ini.

21
Universitas Sumatera Utara

3.9 Definisi Operasional
Penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis (PGK-HD) yaitu penyakit ginjal
stadium akhir berdasarkan data dari rekam medis yang telah menjalani
hemodialisis selama ≥ 3 bulan.
Hemoperfusi (HP) adalah mengalirnya darah melalui material yang menyerap
berbagai zat terlarut.

Gangguan mineral tulang (GMT) adalah suatu sindrom klinik yang terjadi
akibat gangguan sistemik pada metabolisme mineral dan tulang pada penyakit
ginjal kronik, berupa kelainan kalsium, phosphor, dan hormon paratiroid.
Hiperfosfatemia adalah kadar fosfat darah > 4,6 mg/dl. Kadar fosfat darah
normal adalah 2,5 – 4,5 mg/dl. Pada pasien hemodialisis atau dialisis peritoneal,
kadar fosfat darah hendaknya dipertahankan antara 3,5 – 5,5 mg/dl.
Hipokalsemia adalah kadar kalsium total darah < 8 mg/dl. Kadar kalsium total
darah normal adalah 8,4 – 9,5 mg/dl
Hiperkalsemia adalah kadar kalsium total darah > 10 mg/dl.
Produk kalsium-fosfat (calcium-phosphorus product, Ca x P product) adalah
hasil perkalian antara kadar fosfat darah (dalam mg/dl) dan kadar kalsium total
darah (mg/dl). Nilai produk kalsium-fosfat ini harus dipertahankan < 55 mg2/dl2.
Hiperparatiroid sekunder adalah kadar hormon paratiroid intak (HPTi) lebih
dari normal pada PGK. Kadar HPTi pada populasi normal berkisar antara 10,4 –
68 pg/ml. Kadar ini terdapat pada turnovver yang normal. Pada PGK nilai ini
bervariasi karena adanya peningkatan resistensi skelet terhadap HPTi, sehingga
kadar optimalnya tergantung pada derajat PGK.

22
Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1. Kadar optimal HPTi pada PGK

Stdium PGK

Rentang LFG

Target HPTi

(ml/men/1,73 m2)
3

30 – 59

35 – 70 pg/ml

4
5

15 – 29

< 15 atau dialisis

70 – 110 pg/ml
150 – 300 pg/ml

3.10 Kerangka Operasional
Pasien Hemodialisis reguler

Kadar Kalsium,or serum dan Hormon Paratiroid

Hemodialisis dikombinasi
dengan Hemoperfusi

Kadar Kalsium, Phosphor serum dan Hormon Paratiroid

23
Universitas Sumatera Utara

3.11 Analisis Data
3.11.1


Analisis uji T berpasangan jika data dua kelompok berdistribusi
normal, sebaliknya digunakan uji Wilcoxon.

3.11.2

Analisis bivariat: untuk melihat hubungan HD/HP dengan marker
gangguan mineral tulang menggunakan uji korelasi Pearson jika
data kedua variabel berdistribusi normal, jika sebaliknya digunakan
korelasi spearman.

3.11.3

Data diolah dengan statistik komputer.

24
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Selama periode penelitian di ruang Instalasi Hemodialisis RSUP H. Adam
Malik Medan dan jejaringnya diperoleh 20 subjek penelitian dengan diagnosis
penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis reguler ≥ 3 bulan, yang
bersedia ikut dalam penelitian dan telah dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan laboratorium. Subjek berjenis kelamin pria sebanyak
16 pasien (80%), berjenis kelamin wanita sebanyak 4 pasien (20%), dan
rentang usia antara 29 – 79 tahun dengan rerata ± SD adalah 47,40 ± 11,58
tahun. Rerata tinggi badan adalah 164,35 ± 6,41 cm dan rerata berat badan
adalah 63,64 ± 10,53 kg dengan rerata BMI 23,54 ± 4,02 kg/m2 disertai subjek
dengan status BMI underweight 2 orang (10%), normoweight 7 orang (35%),
overweight 11 orang (55%). Rerata lamanya hemodialisis 2,78 ± 2,24 tahun
dengan klasifikasi lama hemodialisis kurang dari sama dengan 5 tahun
sebanyak 17 pasien dan lama hemodialisis lebih dari 5 tahun sebanyak 3
pasien, dengan etiologi penyakit kronik terdiri dari DM 3 pasien (15%) dan
non DM 17 pasien (85%). Pada parameter laboratorium dengan rerata Calcium
sebelum dimulai kombinasi 8,80 ± 0,94 mg/dL, rerata phosphor sebelum
dimulai kombinasi 7,67 ± 2,48 mg/dL, dan rerata hormon parathyroid 502,69 ±
489,57 pg/ml (Tabel 4.1).

4.1.2. Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (HD) / Hemoperfusi (HP)
Terhadap mineral tulang pada pasien hemodialisis reguler yang
mengalami gangguan mineral tulang
Pada tabel 4.2.1 dapat kita lihat gambaran status mineral tulang pada
subjek penelitian sebelum kombinasi dan setelah kombinasi Hemodialisis/
Hemoperfusi. Dari 20 subjek yang diamati 1 subjek keluar dari penelitian.

25
Universitas Sumatera Utara

Dilakukan Analisis uji T berpasangan jika data dua kelompok berdistribusi
normal, sebaliknya jika tidak normal digunakan uji Wilcoxon.

Tabel 4.1 Karakteristik dasar subjek penelitian
Variabel

Jumlah

Jenis Kelamin (n)
 Pria

16 (80%)

 Wanita

4 (20%)

Umur (tahun)

47,40 ± 11,59

Tinggi badan (cm)

164,35 ± 6,41

Berat Badan (kg)

63,64 ± 10,53
2

Body Mass Index (kg/m )

23,54 ± 4,02

Lama hemodialisis (tahun)

2,78 ± 2,24

Etiologi
 DM

3 (15%)

 Non DM

17 (85%)

Laboratorium
 Calcium serum (mg/dl)

8,80 ± 0,94

 Phosphor serum (mg/dl)

7,67 ± 2,48

 Hormon Parathyroid (pg/ml)
 Produk Calcium-phosphat (mg2/dl2)

502,69 ± 489,57
67,94±23,64

Dari 19 subjek yang diamati terlihat bahwa rerata calcium serum
sebelum dimulai kombinasi adalah 8,80 ± 0,96 mg/dldan rerata calcium serum
setelah kombinasi adalah 8,77±0.94 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05
berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata calcium serum sebelum
dengan sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. Untuk parameter
phosphor serum mempunyai rerata sebelum kombinasi adalah 7,80±2,47 mg/dl
dan rerata setelah kombinasi 6,98±2,94 mg/dl. Secara statistik didapatkan
p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara phosphor serum sebelum
dengan sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. (Tabel 4.2.1).
26
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (HD) / Hemoperfusi (HP)
Terhadap status mineral tulang.
N

Sebelum

Sesudah

P

serum

19

8,80±0,96

8,77±0.94

0,892

serum

19

7,80±2,47

6,98±2,94

0,153

Variabel
Calcium
(mg/dl)
Phosphor
(mg/dl)

*Significant (p0,05 berarti tidak ada
perbedaan bermakna antara rerata hormon paratiroid serum sebelum dengan
sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (HD) / Hemoperfusi (HP)
terhadap hormon paratiroid pada pasien hemodialisis reguler
yang mengalami gangguan mineral tulang
Variabel

N

Sebelum

Hormon

19

524,20±493,18

Sesudah
630,75±666,08

P
0,051

paratiroid
serum (pg/ml)
*Significant (p0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata
produk kalsium phosphat sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis /
Hemoperfusi. (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (HD) / Hemoperfusi (HP)
Terhadap produk kalsium phosphat (Ca x P) pada pasien
hemodialisis reguler yang mengalami gangguan mineral
tulang
Variabel
Produk

kalsium

N

Sebelum

19

69,13±23,67

Sesudah
61,40±24,85

P
0,116

phosphat (Ca x P)
(mg2/dl2)
*Significant (p 5 tahun adalah
28
Universitas Sumatera Utara

8,53

± 1,77 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada

perbedaan bermakna antara rerata calcium serum sesudah kombinasi
Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD. Untuk parameter phosphor,
rerata phosphor serum setelah kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun
adalah 6,54 ± 2,57 mg/dl dan rerata phosphor serum setelah kombinasi dengan
lama HD > 5 tahun adalah 9,33 ± 1,84 mg/dl. Secara statistik didapatkan
p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata phosphor serum
sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD. Untuk
parameter hormon paratiroid, rerata hormon paratiroid serum setelah
kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun adalah 502,45 ± 609,21mg/dl
dan rerata Calcium serum setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah
1315,03 ± 612,68 mg/dl. Secara statistik didapatkan p
5 tahun adalah 81,83±31,30 mg2/dl2. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti
tidak ada perbedaan bermakna antara rerata produk calcium phosphor (Ca x P)
sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD (Tabel
4.4).

29
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5 Perbedaan Status Mineral Tulang dan hormon paratiroid pada
pasien PGK dengan gangguan mineral tulang Setelah Kombinasi
Hemodialisis/Hemoperfusi Berdasarkan lama HD.


Variabel

5

tahun

> 5 tahun (n=3)

P

(n=16)
Calcium serum (mg/dl)

8,81 ± 0,80

8,53 ± 1,77

0,646

Phosphor serum (mg/dl)

6,54 ± 2,57

9,33 ± 1,84

0,094

Hormon paratiroid serum

502,45 ± 609,21

1315,03±612,68

0,049*

57,57±22,61

81,83±31,30

0,124

(pg/ml)
Produk kalsium phosphat
(Ca x P) (mg2/dl2)
*Significant (p0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata calcium serum sesudah
kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk parameter
phosphor, rerata phosphor serum setelah kombinasi HD/HP dengan DM adalah
7,90±2,54 mg/dl dan rerata phosphor serum setelah kombinasi dengan non DM
adalah 6,87±2,71 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada
perbedaan bermakna antara rerata phosphor serum sesudah kombinasi
Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk parameter hormon
paratiroid, rerata hormon paratiroid serum setelah kombinasi HD/HP dengan DM
adalah 259,15±141,20 mg/dl dan rerata hormon parathyroid serum setelah
kombinasi dengan non DM adalah 674,47±691,80 mg/dl. Secara statistik

30
Universitas Sumatera Utara

didapatkan p>0,05 berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata
hormon paratiroid serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan
etiologi PGK. Untuk parameter produk calcium phosphor (Ca x P), rerata produk
calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi HD/HP dengan DM adalah
69,16±20,16 mg2/dl2, rerata produk calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi
dengan non DM adalah 60,49±25,71 mg2/dl2. Secara statistik didapatkan p>0,05
berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata produk calcium phosphor (Ca
x P) sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK (Tabel
4.5).
Tabel 4.6 Perbedaan Status Mineral Tulang dan hormon paratiroid pada
pasien PGK dengan gangguan mineral tulang Setelah Kombinasi
Hemodialisis/Hemoperfusi Berdasarkan Etiologi PGK.
Variabel

DM (n=2)

Non DM (n=17)

Calcium serum

8,80±0,28

8,77±1,00

0,968

Phosphor serum

7,90±2,54

6,87±2,71

0,619

Parathyroid serum

259,15±141,20 674,47±691,80

0,420

Produk

69,16±20,16

0,654

calcium

60,49±25,71

P

phosphat (Ca x P)
4.2 Pembahasan
Gangguan mineral dan tulang pada penyakit ginjal kronik ialah suatu
sindrom klinik yang terjadi akibat gangguan sistemik pada metabolisme
mineral dan tulang pada penyakit ginjal kronik. GMT-PGK merupakan kodisi
yang sering terjadi. Insiden GMT-PGK terus bertambah seiring dengan
bertambahnya insiden PGK. GMT-PGK terbukti ikut berperan dalam
morbiditas, mortalitas, serta kualitas hidup penderita PGK, baik langsung
maupun tidak langsung. Bukti-bukti terakhir memperlihatkan adanya
peningkatan risiko kardiovaskuler penderita PGK sebagai akibat terjadinya
GMT. Oleh karenanya, penatalaksanaan yag tepat terhadap GMT-PGK akan

31
Universitas Sumatera Utara

sangat berperan dalam mengurangi mortalitas dan morbiditas, serta
peningkatan kualitas hidup penderita PGK.
Hemoperfusi efektif membuang toksin atau molekul berukuran sedang
besar akan tetapi tidak efektif membuang toksin molekul kecil, fosfat dan
hormon paratiroid termasuk molekul ukuran sedang-besar, oleh karena itu
dilakukan kombinasi Hemodialisis/ Hemoperfusi. Kidney Disease Outcomes
Quality Initiative (KDOQI) merekomendasikan penilaian gangguan mineral
tulang pasien hemodialisis regular dengan menilai Kalsium serum, fosfor
serum, dan paratiroid hormon.
Penelitian

ini

menilai

Gangguan

Mineral

Tulang

pasien

hemodialisis reguler setelah menjalani kombinasi Hemodialisis/Hemoperfusi
(HD/HP) selama 3 bulan. Parameter yang dinilai adalah kalsium serum, fosfat
serum, dan hormon paratiroid. Sebelumnya belum pernah ada penelitian yang
menilai Gangguan Mineral Tulang pada pasien hemodialisis reguler yang
menjalani kombinasi HD/HP serta menilai secara bersamaan ketiga parameter
tersebut.
Pada penelitian ini, dari 20 subjek yang awalnya ikut dalam
penelitian ini, 1 subjek penelitian keluar dari penelitian Dari 19 subjek yang
diamati terlihat bahwa rerata calcium serum sebelum dimulai kombinasi adalah
8,80 ± 0,96 mg/dldan rerata calcium serum setelah kombinasi adalah 8,77±0.94
mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna
antara rerata calcium serum sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis /
Hemoperfusi. Untuk parameter phosphor serum mempunyai rerata sebelum
kombinasi adalah 7,80±2,47 mg/dl dan rerata setelah kombinasi 6,98±2,94
mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna
antara phosphor serum sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis /
Hemoperfusi. Untuk parameter hormon paratiroid terlihat bahwa rerata hormon
paratiroid serum sebelum dimulai kombinasi adalah 524,20 ± 493,18 pg/ml dan
rerata hormon paratiroid serum setelah kombinasi adalah 630,75 ± 666,08
pg/ml. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna

32
Universitas Sumatera Utara

antara rerata hormon paratiroid serum sebelum dengan sesudah kombinasi
Hemodialisis / Hemoperfusi.
Pada hasil diatas bisa kita lihat bahwa setelah kombinasi HD/HP terjadi
peningkatan hormon paratiroid serum serta penurunan kadar kalium dan fosfor
serum, walaupun secara statistik tidak signifikan bermakna. Peneliti berharap
dengan kombinasi HD/HP adalah terjadi penurunan kadar fosfat serum dan
penurunan kadar hormon paratiroid sehingga akan menstabilkan kadar kalsium
serum. Hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan adalah terjadinya
peningkatan hormon paratiroid dan penurunan kadar kalsium. Hasil ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh chen dan kawan-kawan,
dimana mereka melakukan penelitian tentang kombinasi HD/HP di Cina.
Penelitian mereka dilakukan pada 100 pasien hemodialisis reguler dibagi
menjadi dua grup, grup pertama dilakukan kombinasi HD/HP seminggu sekali
dan grup ke dua melakukan hemodialisis tiga kali seminggu, lalu dievaluasi
selama dua tahun. Dari penelitian tersebut didapatkan penurunan rerata hormon
paratiroid sebanyak 20,58%, dan nilainya lebih rendah jika dibandingkan
dengan grup ke dua (10.8±2.7 vs. 15.4±6.6, p0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata
produk kalsium phosphat sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis /
Hemoperfusi. Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan dimana peneliti
mengharapkan penuruan produk kalsium fosfat, walaupun secara statistik tidak
bermakna. Produk kalsium fosfat kami lakukan analisis karena parameter ini

33
Universitas Sumatera Utara

merupakan salah satu indikator dari Gangguan mineral tulang yang
direkomendasika oleh KDOQI.
Peneliti ingin mengetahui apakah kalsim serum, fosfat serum, dan hormon
paratiroid serum setelah kombinasi dipengaruhi atau tidak oleh lamanya
Hemodialisis yang dijalani pasien dan etiologi PGK. Berdasarkan lamanya
hemodialisis didapatkan rerata Calcium serum setelah kombinasi HD/HP
dengan lama HD ≤ 5 tahun adalah 8,81 ± 0,80 mg/dl dan rerata Calcium serum
setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah 8,53 ± 1,77 mg/dl.
Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara
rerata calcium serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan
lamanya HD. Untuk parameter phosphor, rerata phosphor serum setelah
kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun adalah 6,54 ± 2,57 mg/dl dan
rerata phosphor serum setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah
9,33

± 1,84 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada

perbedaan bermakna antara rerata phosphor serum sesudah kombinasi
Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD. Untuk parameter hormon
paratiroid, rerata hormon paratiroid serum setelah kombinasi HD/HP dengan
lama HD ≤ 5 tahun adalah 502,45 ± 609,21mg/dl dan rerata Calcium serum
setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah 1315,03 ± 612,68 mg/dl.
Secara statistik didapatkan p 5 tahun
adalah 81,83±31,30 mg2/dl2. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak
ada perbedaan bermakna antara rerata produk calcium phosphor (Ca x P)
sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD.
Berdasarkan etiologi PGK didapatkan rerata Calcium serum setelah kombinasi
HD/HP dengan DM adalah 8,80±0,28 mg/dl dan rerata Calcium serum setelah
kombinasi dengan non DM adalah 8,77±1,00 mg/dl. Secara statistik didapatkan

34
Universitas Sumatera Utara

p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata calcium serum
sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk
parameter phosphor, rerata phosphor serum setelah kombinasi HD/HP dengan
DM adalah 7,90±2,54 mg/dl dan rerata phosphor serum setelah kombinasi
dengan non DM adalah 6,87±2,71 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05
berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata phosphor serum sesudah
kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk parameter
hormon paratiroid, rerata hormon paratiroid serum setelah kombinasi HD/HP
dengan DM adalah 259,15±141,20 mg/dl dan rerata hormon parathyroid serum
setelah kombinasi dengan non DM adalah 674,47±691,80 mg/dl. Secara
statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara
rerata hormon paratiroid

serum sesudah kombinasi Hemodialisis /

Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk parameter produk calcium phosphor
(Ca x P), rerata produk calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi HD/HP
dengan DM adalah 69,16±20,16 mg2/dl2, rerata produk calcium phosphor (Ca
x P) setelah kombinasi dengan non DM adalah 60,49±25,71 mg2/dl2. Secara
statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata
produk calcium phosphor (Ca x P) sesudah kombinasi Hemodialisis /
Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Kemungkinan peningkatan hormon
paratiroid

berdasarkan

lama

hemodialisis

disebabkan

karena

faktor

kronisitasnya dimana semakin lama menjalani hemodialisis maka semakin
tinggi kadar hormon paratiroid serumnya.
Penggunaan kombinasi HD/HP sebagai salah satu pilihan managemen
gangguan mineral tulang pada pasien PGK dengan hemodialisis reguler
memerlukan penelitian lanjutan yang melibatkan sampel yang lebih luas dan
waktu penerapan kombinasi HD/HP yang lebih lama sehingga mendapatkan
hasil yang lebih representatif.

35
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kombinasi HD/HP menurunkan kadar fosfat serum dan meningkatkan
kadar hormon paratiroid tetapi tidak bermakna secara statistik
5.2 Saran
Memerlukan penelitian lanjutan yang melibatkan sampel yang lebih luas
dengan karakteristik yang disesuaikan dan waktu penerapan kombinasi HD/HP
yang lebih lama sehingga mendapatkan hasil yang lebih representatif.

36
Universitas Sumatera Utara