Pengaruh Motivasi Dan Peran Pemuda Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Di Kabupaten Batubara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengembangan UKM sudah banyak dilaksanakan.
Peneliti menemukan beberapa penelitian yang mengangkat tentang pengembangan
UKM. Penelitian tersebut antara lain adalah :
Hardani Widihastuti dan Aprih Santoso, (2012) melakukan penelitian
dengan judul “Model Pengembangan Kinerja UKM Berbasis Industri Kreatif’.
Penelitian ini menemukan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan kinerja UKM yaitu inovasi produk dan kinerja tenaga penjualan.
Kinerja tenaga penjualan memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja
penjualan dibandingkan inovasi produk. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perusahaan yang ingin meningkatkan kinerja penjualannya perlu
membangun atau menciptakan tenaga penjualan yang efektif dan memiliki kinerja
baik sehingga dapat diandalkan.
Arief Rahmana, (2012) melakukan penelitian dengan judul “Strategi
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Sektor Industri Pengolahan”.
Penelitian menunjukkan Rumusan strategi pengembangan UKM didasarkan pada
2 (dua) pendekatan, yaitu strategi berdasarkan analisis diagram kartesius SWOT
dan kombinasi strategi matrik SWOT. Pertama, berdasarkan diagram kartesius

SWOT diperoleh hasil bahwa UKM berada pada kuadran IV dengan strategi

14
Universitas Sumatera Utara

diversifikasi. Implementasi strategi diversifikasi ini caranya adalah UKM
melakukan diversifikasi produk-produk presisi dengan menggunakan teknologi
CNC, CAD, dan CAM untuk spare part mesin-mesin industri besar dengan
kualitas yang tidak kalah bersaing dengan produk-produk impor. Kedua,
berdasarkan analisis kombinasi strategi kuantitatif diperoleh hasil bahwa prioritas
strategi yang sebaiknya diterapkan oleh UKM adalah strategi ST, yaitu strategi
menggunakan kekuatan (strength) untuk mengatasi ancaman (threat).
Edy Suandi Hamid dan Y. Sri Susilo, (2011) melakukan penelitian dengan
judul “Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta”. Hasil Penelitian menunjukan ada beberapa masalah yang
dihadapi oleh UKM di Provinsi DIY, yaitu pemasaran, modal dan pendanaan,
inovasi dan pemanfaatan TIK, pemakaian bahan baku.

2.2. Usaha Kecil dan Menengah
2.2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Beberapa

lembaga

atau

instansi

bahkan

Undang-Undang

(UU)

memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah
Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM),
Badan Pusat Statistik (BPS), dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang
disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil


Universitas Sumatera Utara

(UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp
1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha
milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp
200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan
kunatitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah
tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha
yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil
adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima

ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah
adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan
bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk

Universitas Sumatera Utara

tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Dari beberapa definisi yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa
definisi UKM adalah usaha berskala kecil baik yang mempunyai badan hukum
ataupun tidak dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 100 orang, dengan jumlah
kekayaan bersih mencapai Rp 50.000.000 (lima puluh juta) sampai dengan Rp.
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) diluar tanah dan bangunan dengan
pendapatan maksimal Rp 1.000.000.000,00 sampai dengan Rp 50.000.000.000,00
per tahun.
Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi
4 (empat) kelompok yaitu : (Rahmana, 2009)
1. Livelihood Activities, merupakan


UKM

yang digunakan sebagai

kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai
sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi
belum memiliki sifat kewirausahaan
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Tujuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batubara Nomor 11 Tahun 2014
tentang pengelolaan Usaha Kecil dan Menengah yaitu :
a. Mewujudkan struktur perekonomian daerah yang seimbang, berkembang

dan berkeadilan
b. Menumbuh dan menegembangkan kemampuan UKM yang tangguh dan
mandiri
c. Meningkatkan peran UKM dalam pembangunan daerah
d. Menciptakan lapangan kerja
e. Pemerataan pendapatan yang berkeadilan
f. Menumbuhkan pertumbuhan ekonomi daerah ; dan
g. Pengentasan kemiskinan.

2.2.3. Kinerja Industri Kecil dan Menengah di Indonesia
UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan
dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya
tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi
pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan
dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan
dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya
penanggulangan masalah-masalah tersebut. (Rahmana, 2008)

Universitas Sumatera Utara


UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4
(empat) hal, yaitu :
1. Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods),
khususnya yang tidak tahan lama,
2. Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam
aspek pendanaan usaha,
3. Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti
hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan
4. Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan
kerja di sektor formal.

UKM di Indonesia mempunyai Peran yang penting sebagai penopang
perekonomian. Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada
dasarnya adalah sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat
beberapa fungsi utama UKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu :
(Rahmana, 2008)

1. Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak
tertampung di sektor formal.
2. Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik

Bruto (PDB), dan
3. Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai
jenis produk yang dihasilkan sektor ini.

Universitas Sumatera Utara

Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa asek, yaitu (1)
nilai tambah, (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor.
Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai Tambah
Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun
2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk
Domestik Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai
PDB UKM atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat
sebesar Rp 287,7 triliun dari tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun.
UKM memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB Indonesia. Bilai
dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006 kontribusi Usaha Kecil sebesar
37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan Usaha Besar sebesar
46,7 persen.


2. Unit Usaha dan Tenaga Kerja
Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha
atau 99,98 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah
tenaga kerjanya mencapai 85,4 juta orang.

3. Ekspor UKM
Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami
peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun pada
tahun 2006. Namun demikian Perannya terhadap total ekspor non migas

Universitas Sumatera Utara

nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1
persen pada tahun 2006.

2.2.4. Kemitraan Usaha dan Masalahnya
Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk
melakukan restrukturisasi dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi
permintaan konsumen yang makin spesifik, berubah dengan cepat, produk

berkualitas tinggi, dan harga yang murah . Salah satu upaya yang dapat
dilakukan UKM adalah melalui hubungan kerjasama dengan Usaha Besar
(UB). Kesadaran akan kerjasama ini telah melahirkan konsep supply chain
management (SCM) pada tahun 1990-an. Supply chain pada dasarnya
merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama
bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan
pemakai akhir. Pentingnya persahabatan, kesetiaan, dan rasa saling percaya
antara industri yang satu dengan lainnya untuk menciptakan ruang pasar
tanpa pesaing, yang kemudian memunculkan konsep blue ocean strategy.
(Rahmana, 2008)

Kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam hal ini antara UKM
dan UB, dikenal dengan istilah kemitraan (Peraturan Pemerintah No. 44
Tahun 1997 tentang Kemitraan). Kemitraan tersebut harus disertai pembinaan
UB terhadap UKM yang memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat, dan saling menguntungkan.Kemitraan merupakan suatu strategi

Universitas Sumatera Utara

bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu

untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
saling membesarkan. Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang
dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan
kelemahan

usahanya,

memulai

membangun

strategi,

melaksanakan,

memonitor, dan mengevaluasi sampai target tercapai. Pola kemitraan antara
UKM dan UB di Indonesia yang telah dibakukan, menurut UU No. 9 Tahun
1995 tentang Usaha Kecil dan PP No. 44 Tahun 1997 tentang kemitraan,
terdiri atas 5 (lima) pola, yaitu : (1).Inti Plasma, (2).Subkontrak, (3).Dagang
Umum, (4).Keagenan, dan (5).Waralaba.

1. Pola pertama, yaitu Inti Plasma
Merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB sebagai inti
membina dan mengembangkan UKM yang menjadi plasmanya dalam
menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis
manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan
teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha.
Dalam hal ini, UB mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social
responsibility) untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai mitra
usaha untuk jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara

2. Pola kedua, yaitu Subkontrak
Merupakan hubungan kemitraan UKM dan UB, yang didalamnya
UKM memproduksi komponen yang diperlukan oleh UB sebagai bagian dari
produksinya.Subkontrak

sebagai

suatu

sistem

yang

menggambarkan

hubungan antara UB dan UKM, di mana UB sebagai perusahaan induk
(parent firma) meminta kepada UKM selaku subkontraktor untuk
mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung
jawab penuh pada perusahaan induk. Selain itu, dalam pola ini UB
memberikan bantuan berupa kesempatan perolehan bahan baku, bimbingan
dan kemampuan teknis produksi, penguasaan teknologi, dan pembiayaan.

3. Pola ketiga, yaitu Dagang Umum
Merupakan hubungan kemitraan UKM dan UB, yang di dalamnya UB
memasarkan hasil produksi UKM atau UKM memasok kebutuhan yang
diperlukan oleh UB sebagai mitranya.Dalam pola ini UB memasarkan produk
atau menerima pasokan dari UKM untuk memenuhi kebutuhan yang
diperlukan oleh UB.

4. Pola keempat, yaitu Keagenan
Merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB, yang di
dalamnya UKM diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa UB
sebagai mitranya. Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan, di mana
pihak prinsipal memproduksi atau memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain

Universitas Sumatera Utara

(agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan
menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.

5. Pola kelima, yaitu Waralaba
Merupakan hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba
memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi
perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan
manajemen.Dalam pola ini UB yang bertindak sebagai pemberi waralaba
menyediakan penjaminan yang diajukan oleh UKM sebagai penerima
waralaba kepada pihak ketiga.

Kemitraan dengan UB begitu penting buat pengembangan UKM.
Kunci keberhasilan UKM dalam persaingan baik di pasar domestik maupun
pasar global adalah membangun kemitraan dengan perusahaan-perusahaan
yang besar. Pengembangan UKM memang dianggap sulit dilakukan tanpa
melibatkan partisipasi usaha-usaha besar. Dengan kemitraan UKM dapat
melakukan ekspor melalui perusahaan besar yang sudah menjadi eksportir,
baru setelah merasa kuat dapat melakukan ekspor sendiri. Disamping itu,
kemitraan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan antara
UKM dan UB.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tumbuh
kembangnya UKM di Indonesia tidak terlepas dari fungsinya sebagai mitra
dari UB yang terikat dalam suatu pola kemitraan usaha.

Universitas Sumatera Utara

Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan
kemitraan diantaranya adalah: (Rahmana, 2008)

(1) Meningkatkatnya produktivitas.
(2) Efisiensi.
(3) Jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.
(4) Menurunkan resiko kerugian.
(5) Memberikan social benefit yang cukup tinggi, dan
(6) meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.

Kemanfaatan kemitraan dapat ditinjau dari 3 (tiga) sudut pandang.
Pertama, dari sudut pandang ekonomi, kemitraan usaha menuntut efisiensi,
produktivitas, peningkatan kualitas produk, menekan biaya produksi,
mencegah fluktuasi suplai, menekan biaya penelitian dan pengembangan, dan
meningkatkan daya saing. Kedua, dari sudut moral, kemitraan usaha
menunjukkan upaya kebersamaan dam kesetaraan. Ketiga, dari sudut
pandang soial-politik, kemitraan usaha dapat mencegah kesenjangan sosial,
kecemburuan sosial, dan gejolah sosial-politik.Kemanfaatan ini dapat dicapai
sepanjang kemitraan yang dilakukan didasarkan pada prinsip saling
memperkuat, memerlukan, dan menguntungkan.

Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya
kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya.Pelakupelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar

Universitas Sumatera Utara

etikan bisnis yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam
menjalankan kemitraan. Menurut Keraf (1995) etika adalah sebuah refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik sebagai pribadi
maupun sebagai kelompok. Dengan demikian, keberhasilan kemitraan usaha
tergantung pada adanya kesamaan nilai, norma, sikap, dan perilaku dari para
pelaku yang menjalankan kemitraan tersebut.

Banyak prasyarat dalam melakukan kemitraan usaha antara UKM dan
UB, diantaranya adalah harus adanya komitmen yang kuat diantara pihakpihak yang bermitra. Kemitraan usaha memerlukan adanya kesiapan yang
akan bermitra, terutama pada pihak UKM yang umumnya tingkat manajemen
usaha dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang rendah, agar
mampu berperan seabagai mitra yang handal. Pembenahan manajemen,
peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pemantapan organisasi usaha
mutlak harus diserasikan dan diselaraskan, sehingga kemitraan usaha dapat
dijalankan memenuhi kaidah-kaidah yang semestinya. (Rahmana, 2008)

Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari
kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata
atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan
berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak
didasari oleh etika bisnis (nilai, moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka

Universitas Sumatera Utara

dapat menyebabkan kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berjalan tidaknya kemitraan
usaha, dalam hal ini antara UKM dan UB, tergantung pada kesetaraan nilainilai, moral, sikap, dan perilaku dari para pelaku kemitraan. Atau dengan
perkataan lain, keberhasilan kemitraan usaha tergantung pada adanya
kesetaran budaya organisasi.

2.3. Pengertian Motivasi
Motif berasal dari bahasa latin yaitu movere yang artinya bergerak. Motif
yang diistilahkan needs adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan
(Ahmadi, 1999). Perilaku manusia senantiasa dilatarbelakangi motif dan motivasi.
Beragamnya motif dan motivasi mewarnai kehidupan manusia, misalnya makan
karena lapar, ingin mendapat kasih sayang, ingin diterima lingkungan dan
sebagainya (Ahmadi, 1998).
Motivasi menurut Winkel (1997) adalah sebagai daya penggerak dari
dalam diri individu dengan maksud mencapai kegiatan tertentu dan untuk
mencapai tujuan tertentu. Chaplin (1999) mendefinisikan motivasi sebagai
variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di
dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan
menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran.
Walgito (2002) menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang terdapat
dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat

Universitas Sumatera Utara

dan dorongan ini biasanya tertuju pada suatu tujuan tertentu. Sejalan dengan
pendapat diatas, Suryabrata (2000) menyatakan motivasi suatu keadaan dalam diri
individu yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
guna mencapai suatu tujuan.
Motivasi yang dimiliki seseorang seseorang dapat dilihat dari melalui
tingkah lakunya. Hal ini seperti beberapa definisi motivasi (Steers dan Porter,
1991) yaitu :
…..the contemporary (immediate) influence on the direction,
vigor, and persistence of action (Atkinson, 1964)
…..motivation has to do with a set dependent/independent
variable relationship that explain the direction, amplitude, and
persistence of individual’s behavior, holding constant the effects
of aptitude, skill, and understanding of the task, and the
constraints operating in the environment. (Campbell & Pritchard,
1976).
Menurut George R. dan Leslie W, (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993)
mengatakan bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high degree
of effort ….” yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja lebih berprestasi.
Sedang Ravianto (1986) dalam bukunya ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi kinerja, yaitu atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan
dan peraturan, imbalan jasa uang, jenis pekerjaan.
McClelland (1987), mendefinisikan motivasi sebagai suatu kebutuhan
yang bersifat sosial, kebutuhan yang muncul akibat pengaruh eksternal.
McClelland kemudian membagi kebutuhan tersebut menjadi tiga, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement), Kebutuhan Berkuasa (Need for
Power), Kebutuhan Berteman (Need for Affiliation).
1. The Need for Achievement (n-ach) – Kebutuhan akan Prestasi / Pencapaian
Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki
pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang
tinggi.

Orang

yang

memiliki

n-ach

tinggi

biasanya

selalu

ingin

menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi.
Sebab-sebab seseorang memiliki n-ach yang tinggi di antaranya
adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang
timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan. Tentunya
imbalan yang paling memuaskan bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat.
McClelland juga mengartikan motivasi berprestasi sebagai standard of
exellence yaitu kecenderungan individu untuk mencapai prestasi secara optimal
(McClelland,1987). Selanjutnya menurut Haditono (Kumalasari, 2006), Motivasi
berprestasi adalah kecenderungan untuk meraih prestasi dalam hubungan dengan
nilai standar keunggulan. Motivasi berprestasi ini membuat prestasi sebagai
sasaran itu sendiri. Individu yang dimotivasi untuk prestasi tidak menolak
penghargaan itu, tidak sungguh-sungguh merasa senang jika dalam persaingan
yang berat ia berhasil memenangkannya dengan jerih payah setelah mencapai
standar yang ditentukan. Individu yang mempunyai dorongan berprestasi tinggi
umumnya suka menciptakan risiko yang lunak yang bisa memerlukan cukup
banyak kekaguman dan harapan akan hasil yang berharga, keterampilan dan

Universitas Sumatera Utara

ketetapan hatinya yang menunjukkan suatu kemungkinan yang masuk akal
daripada hasil yang dicapai dari keuntungan semata. Jika memulai suatu
pekerjaan, individu yang mempunyai dorongan prestasi tinggi ingin mengetahui
bagaimana pekerjaannya, ia lebih menyukai aktivitas yang memberikan umpan
balik yang cepat dan tepat.
2. The Need for Authority and Power (n-pow) – Kebutuhan akan Kekuasaan
Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk mengatur atau
memimpin orang lain. Menurut Mclelland, ada dua jenis kebutuhan akan
kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial. Contoh dari kekuasaan pribadi adalah seorang
pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa mengatur orang
lain dan mengarahkan ke mana perusahaannya akan bergerak. Sedangkan
kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh pemimpin seperti
Nelson Mandela, yang memiliki kekuasaan dan menggunakan kekuasaannya
tersebut untuk kepentingan sosial, seperti misalnya perdamaian.
3. The Need for Affiliation (n-affil) – Kebutuhan akan Afiliasi / Keanggotaan
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk
mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang
merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya. McClelland mengatakan
bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas seseorang.
Sebab, jika seseorang merasa ingin disukai, maka akan melakukan apapun agar
orang lain suka akan keputusannya.

Universitas Sumatera Utara

Pengembangan karir (career development) menurut Mondy meliputi
aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur
karir yang direncanakan. Selanjutnya ada beberapa prinsip pengembangan karir
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pengembangan karir. Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan
yang berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada
aktivitas rencana pengembangan formal.
2. Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan
pekerjaan yang spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisor akan
berbeda dengan skill yang dibutuhkan untuk menjadi middle manager.
3. Pengembangan

akan

terjadi

hanya

jika

seorang

individu

belum

memperoleh skill yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut
dikembangkan lebih lanjut oleh seorang individu maka individu yang telah
memiliki skill yang dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru.
4. Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi
dengan mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang
rasional. (Mondy, 1993,p.362 dan 376) Pengembangan karir (career
development) meliputi perencanaan karir (career planning) dan manajemen
karir (career management). Memahami pengembangan karir dalam sebuah
organisasi membutuhkan suatu pemeriksaan atas dua proses, yaitu bagaimana
masing-masing individu merencanakan dan menerapkan tujuan-tujuan

Universitas Sumatera Utara

karirnya (perencanaan karir) dan bagaimana organisasi merancang dan
menerapkan program- program pengembangan karir/manajemen karir.

2.4.Peran Pemuda
Pemuda atau generasi muda sering digunakan dalam kehidupan dan istilah
sehari-hari. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang
mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan
emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik
saat ini maupun masa datang. Selain itu pemuda mempunyai peran sebagai agent
of change bahwa pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu
dikembangkan selain itu itu juga berperan sebagai perubahan negara dan bangsa
ini.
Pemuda merupakan bagian dari masyarakat sosial yang mempunyai
pengaruh terhadap regenerasi dalam kehidupan masyarakat.Pemuda memiliki
identitas potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani
pembangunan Negara bangsa dan agama.Selain itu pemuda mempunyai peran
sebagai agen of change bahwa pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan
yang perlu dikembangkan selain itu juga berperan sebagai peubahan negara dan
bangsa ini. (Mico, 2012)
Pemuda adalah orang dewasa yang berumur 16-30 tahun menurut UndangUndang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan. Pemuda merupakan sosok
generasi penerus bangsa, sebagai agen of change (gerakan perubahan), bahkan

Universitas Sumatera Utara

adapun yang menyebutkan bahwa pemuda itu sosok yang berjiwa demokratis,
pribadi yang kadang egois, serta ingin mendapatkan pengakuan terhadap
pemikiran dan kemampuan yang dimilikinya.
Peran pemuda dalam masyarakat mencoba mengembangkan pemikiran
yang kreatif dan inovatif, misalnya ikut berpartisipasi dalam organisasi
masyarakat serta ingin dilibatkan dalam Peran proses pengambilan kebijakan
pemerintah dan mampu melakukan sosialisasi terhadap pemberdayaan khusus
bagi masyarakat. Masyarakat itu sendiri menjadi wadah bagi para pemuda untuk
menuangkan pemikiran ide kreatif dan inovatif.
Pemuda yang kerap indentik agen perubahan (agent of change), karena
memiliki jiwa dan sikap mental yang bisa menciptakan sebuah iklim perubahan
kearah yang lebih baik, memiliki kemampuan sosialisasi ditengah kehidupan
masyarakat, mampu memecahakan polemik sosial, mampu beradaptasi dengan
kehidupan sosial dan mampu meningkatkan pembangunan bangsa menjadi lebih
baik dan tertata sesuai dengan nilai-nilai estetika.
pemuda (youth) dalam kamus websternya sebagai “the time of life between
childhood and maturity, early maturity, the state of being young or immature or
inexperienced, the freshness and vitality characteristic of a young person. (sebuah
kehidupan yang berdiri direntang masa kanak-kanak dan masa dewasa dimasa
inilah seorang pemuda bersifat labil, kontrol emosi dan kestabilan pendirian masih
bisa dipengaruhi oleh pihak luar. Seorang pemuda mempunyai ciri khas yang
menggambarkan seperti apa yang terlihat kepribadian).

Universitas Sumatera Utara

Padahal hakikatnya adalah bahwa masa depan suatu bangsa terletak di
tangan pemuda, artinya merekalah yang akan menggantikan generasi sebelumnya
dalam memimpin bangsa . Oleh karena itu pemuda perlu diberi bekal berupa ilmu
pengetahuan dengan cara memberikan mereka pendidikan baik formal maupun
informal, baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi. Pembangunan yang
dilakukan oleh generasi muda merupakan rangkaian gerak perubahan menuju
kemajuan.Didalam pembangunan nasional, bukan hanya pembangunan fisik saja
yang diperlukan melainkan membawa mereka agar terciptanya perubahan sosial.
Mico (2012), Dalam hubungannya dengan sosialisasi generasi muda
khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan
dapat dijadikan contoh untuk generasi muda. Pada garis besarnya, pemuda
mempunyai Peran sebagai berikut :
1.

Agent of change. Pemuda bertugas untuk mengadakan perubahanperubahan dalam masyarakat ke arah perubahan yang lebih baik. Perubahan
yang bersifat kemanusiaan

2.

Agent of development. Pemuda bertugas atau melancarkan atau melaksankan
pembangunan di segala bidang, baik bersifat fisik maupun non fisik.

3.

Agent of modernization. Pemuda bertindak dan bertugas sebagai pelopor
dalam pembaharuan. Maksudnya pemuda pemuda dapat memilih mana yang
perlu diubah dan mana yang masih tetap dipertahankan.
Jurang pemisah antar golongan akan musnah jika kita memandang semua

golongan itu sebagai totalitas (orang tua, pemuda, anak-anak). Dengan demikian

Universitas Sumatera Utara

tidak ada pertentangan antara pemuda, orang dewasa (generasi tua) dan anakanak, secara fundamental. Tidak ada generasi yang menganggap dirinya pelindung
generasi sekarang atau yang akan datang. Semuanya bertanggung jawab atas
keselamatan kesejahteraan, kelangsungan generasi sekarang dan yang akan
dating.Kalaupun perbedaan dalam kematangan befikir, dalam menghayati makna
hidup dan kehidupan ini semata-mata disebabkan oleh tingkat kedewasaannya
saja. Melainkan perbedaan antara kelompok-kelompok yang ada, antara generasi
tua dan generasi muda misalnya, hanya terletak pada derajat dan ruang lingkup
tanggung jawabnya.
Keberadaan pemuda ditengah masyarakat harus bisa bergerak melalui
jalan advokasi kepada masyarakat secara langsung. Artinya pemuda turun
langsung masuk ke sektor masyarakat secara langsung dan memberikan
penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya penataan pembangunan bagsa
yang lebih baik.
Taufiq (2013), Para ahli berbeda pendapat dalam mengungkap peran
pemuda, perbedaan itu setidaknya terjadi pada pengungkapan istilah dan jumlah
item dari peran-peran itu. Dalam hal ini setidaknya ada lima peran pemuda adalah
sebagai berikut :
1. Pemuda sebagai dinamisator. Dinamisator dalam bahasa sederhananya adalah
penggerak. Pemuda diartikan juga sebagai komunitas penduduk yang
mempunyai pikiran-pikiran muda seperti kreatif, inovatif dan desduktrif.
Pikiran-pikiran pemuda tersebut maka pemuda akan senantiasa mempunyai

Universitas Sumatera Utara

kemauan dan kemampuan, Ketika kemauan dan kemampuan itu bersatu maka
pemuda akan menjadi penggerak.
2. Pemuda sebagai katalisator. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
terkadang masih ada gap (jarak). Gap ini bisa terjadi dalam wujud
ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan, bisa juga dalam
bentuk begitu lamanya jarak waktu antara perencanaan dan pelaksanaan.
Dalam kontek gap seperti di atas, pemuda dengan jiwanya yang selalu kreatif,
inovatif, dan desduktrif bisa menempatkan diri sebagai katalisator
(penghubung yang mempercepat) kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan
serta ketepatan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan.
3. Pemuda sebagai motivator. Pembangunan merupakan tanggung jawab semua
elemen masyarakat, kita tidak boleh membebankan pelaksanaan pembangunan
hanya kepada pemerintah. Dalam kontek ini pemuda harus memerankan diri
sebagai

motivator

(pendorong)

kepada

semua

elemen

masyarakat

untuk maubersama-sama bahu-membahu melaksanakan dan mensukseskan
pembangunan.
4. Pemuda sebagai inovator. Dalam kajian psikologi pemuda mempunyai
karakteristik selalu berpikir rasional dan ideal, karena karakteristik itulah
pembaharuan-pembaharuan sering muncul dari pemuda. Karakteristik yang
akhirnya melahirkan semangat inovasi harus juga merambah ke sektor
pelaksanaan pembangunan. Pemuda dengan jiwa yang tidak pernah puas
terhadap satu keberhasilan akan selalu mencari keberhasilan kedua, ketiga dan

Universitas Sumatera Utara

seterusnya. Pemuda dengan jiwa inovasinya tidak akan merasa puas dan
berdiam diri dengan suatu system yang telah mencapai angka keberhasilan
100% tetapi akan selalu berimprovisasi mencari sebuah system yang bisa
menghantarkan keberhasilan ke angka 1000%.
5. Pemuda sebagai evaluator. Derap langkah proses pembangunan yang
dilakukan semua pihak tentu tidak boleh lepas dari kontrol kaum intelektual
muda (pemuda) yang secara kapabilitas mereka lebih mengetahui indikatorindikator penyimpangan, penyelewengan, kegagalan, dan manipulasi lainnya
dalam kegiatan pembangunan. Bentuk kontrol sebagai bagian dari wujud
evaluasi hendaknya dilakukan secara efektif, efisien dan tidak berdampak
negatif

terhadap

laju

pembangunan. Audensi,

dengar

pendapat,

dan

dialog merupakan alternatif yang bisa dipilih pemuda dalam menyampaikan
hasil evaluasi pembangunan.
Kelima peran pemuda tersebut akan berhasil guna dan berdaya guna dalam
proses pembangunan ketika ada komitmen dan konsistensi pemudauntuk
senantiasa melakukan perubahan dan perbaikan demi kesejahteraan masyarakat,
tidak terjebak pada ranah pragmatisme yang mengungkung idealisme dan
rasionalisme, tidak mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok, tidak
juga menjadi alat politik dari sebuah kelompok. Hal ini perlu dipertegas
mengingat praktek-praktek in-idealisme, dan in-konsistensi semakin sering
muncul

kepermukaan.Untuk

mengathui

tingkatan

partisipasi

dan

peran

masyarakat setiap individu atau anggota kelompok yang diberikan oleh Chapin

Universitas Sumatera Utara

dalam Slamet, (1994) sebagai berikut: Pertama, keanggotaan dalam organisasi
atau lembaga tersebut. Kedua,frekuensi kehadiran (attendence) dalam pertemuan
pertemuan yang diadakan. Ketiga, sumbangan/iuran yang diberikan. Keempat,
Keanggotaan dalam kepengurusan. Kelima, kegiatan yang diikuti dalam tahap
program yang direncanakan. Keenam, keaktifan dalam diskusi pada setiap
pertemuan yang diadakan.
Pemuda sebagai salah satu penggerak bangsa ini memiliki beberapa
kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang tua. Pertama, kelebihan dari segi
kekuatan fisik dan psikologi, pemuda memiliki kelebihan dalam kekuatan
fisiknya. Seorang pemuda memiliki kekuatan fisik yang prima dan energik
dibandingkan orang tua. Kelebihan selanjutnya adalah kekuatan semangat yang
kuat. Semangat untuk bergerak,dan berubah yang mampu menggerakan mereka
untuk berkontribusi bagi integritas diri serta ruang dan waktu yang meliputi
dirinya. Yang ketiga adalah masa muda adalah masa subur idealisme. Banyak
peristiwa besar dalam sejarah terlahir karena idealisme masa muda. Semangat
kemerdekaan yang telah mengantarkan negeri ini bebas dari penjajahan adalah
karena gelora idealisme anak-anak muda masa itu. Dengan segala potensi yang
dimiliki oleh pemuda diharapkan mampu untuk memainkan perannannya untuk
memajukan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

2.5. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian adalah dasar pemikiran dari penelitian yang
disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telah kepustakaan. Oleh karena itu,
kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan
dasar dalam pemikiran. Uraian dalan kerangka pemikiran menjelaskan hubungan
dan keterkaitan antar variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian dijelaskan
secara mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti, sehingga dapat
dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan penelitian. Kerangka berpikir juga
menggambarkan alur pemikiran penelitian dan memberikan penjelasan kepada
pembaca mengapa ia mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam
hipotesis. Kerangka berpikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukan alur
pikir peneliti serta keterkaitan antar variabel yang diteiti. (Riduwan, 2005)
MOTIVASI
(X1)
Kebutuhan akan Prestasi
Kebutuhan akan kekuasaan
Kebutuhan akan Afiliasi
PENGEMBANGAN UKM
(Y)
PERAN PEMUDA
(X2)
Sebagai Dinamisator
Sebagai Katalisator
Sebagai Motivator
Sebagai Inovtor
Sebagai Evaluator

Universitas Sumatera Utara

2.6. Hipotesis
Ha1 : Motivasi berpengaruh terhadap pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM)
Ha2 : Peran pemuda berpengaruh terhadap pengembangan usaha kecil dan
menengah di Kabupaten Batubara

Universitas Sumatera Utara