Pengaruh Pelatihan Ronde Keperawatan terhadap Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan Chapter III VI
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis Quasi-
eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menguji hubungan
sebab akibat atau mencari pengaruh dari suatu intervensi terhadap populasi tanpa
adanya randomisasi penentuan subjek penelitian. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah nonequivalent control group pre-post test design yang
dilakukan dengan memberikan perlakuan pada kedua atau lebih kelompok group
bertujuan untuk membandingkan hasil intervensi sebelum dan sesudah diberikan
(Wood & Heber, 2014). Adapun rancangan dalam penelitian ini dapat
digambarkan dalam bentuk skema berikut:
Skema 3.1. Rancangan Design Penelitian
Pretests
R1 :
O1
R2 :
O3
Intervensi
X
Posttest
O2
O5
O4
Keterangan :
R1 = Responden kelompok yang menerima intervensi ronde keperawatan
(kelompok intervensi)
R2 = Responden kelompok yang tidak menerima intervensi ronde keperawatan
(kelompok kontrol)
X =
Intervensi berupa ronde keperawatan pada kelompok intervensi
Universitas Sumatera Utara
O1 = Kinerja perawat sebelum ronde keperawatan kelompok intervensi
O2 = Kinerja perawat sesudah ronde keperawatan kelompok intervensi
O3 = Kinerja perawat sebelum ronde keperawatan kelompok kontrol
O4 = Kinerja perawat sesudah ronde keperawatan kelompok kontrol
O5=
Kinerja perawat sesudah pelatihan ronde keperawatan kelompok intervensi
dan kontrol
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Royal Prima Medan. Pelaksanaan
penelitian dilaksanakan pada bulan 10 November sampai dengan 10 Desember
2016. Peneliti ingin mengetahui secara empiris pengaruh pelatihan ronde
keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di
Rumah Sakit Royal Prima Medan.
3.3.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat
inap lantai 9 dan lantai 10 Rumah Sakit Royal Prima Medan dimana jumlah
perawat di ruang rawat inap lantai 9 sebanyak 38 orang dan perawat di ruang
rawat inap lantai 10 sebanyak 36 orang. Perawat yang bertugas di ruang rawat
inap lantai 9 sebagai kelompok kontrol sedangkan perawat yang bertugas di ruang
rawat inap lantai 10 sebagai kelompok intervensi.
Universitas Sumatera Utara
3.3.1. Besar Sampel
Jumlah sampel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan
power analysis. Power analysis digunakan untuk memastikan signifikan hasil
studi. Ada tiga komponen untuk menghitung sampel size yang diinginkan yaitu:
dengan menggunakan significance criterion, alfa (α), sample size (N), population
effect size, gamma (γ), power (1-β) (Polit & Beck, 2012). Ketika tidak ada
penelitian sebelumnya yang relevan, peneliti menggunakan ketentuan berdasarkan
efek kecil, menengah, atau efek yang besar. Studi keperawatan memiliki efek
sederhana (kecil-menengah) (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini menggunakan
alfa level (α) = .05, medium effect size (γ) = .50 dan power (1-β) = .80. Maka
sampel penelitian untuk perawat dengan tabel power analysis berjumlah 64 orang
yaitu 32 perawat pada kelompok kontrol dan 32 perawat pada kelompok
intervensi.
3.3.2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik
purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu
pertimbangan. Pengambilan sampel dengan kriteria inklusi: 1) Rentang usia 21-45
tahun, 2) Masa kerja lebih dari 3 bulan sebagai perawat, 3) Pendidikan minimal
D-III keperawatan, dan 4) Perawat yang bekerja di ruang rawat inap. Jumlah
perawat di ruang rawat inap lantai 9 sebanyak 38 orang dan yang memenuhi
kriteria inklusi untuk dijadikan sampel sebanyak 32 orang demikian juga jumlah
perawat di ruang rawat inap lantai 10 sebanyak 36 orang dan yang memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 32 orang sehingga 32 orang yang dijadikan sampel.
Universitas Sumatera Utara
3.4.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data tentang kinerja perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan dan karakteristik perawat dikumpulkan oleh peneliti. Intervensi
ronde keperawatan dilakukan oleh perawat setelah mendapat pelatihan ronde
keperawatan. Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan.
3.4.1. Tahap Persiapan
Tahap penelitian ini dimulai dengan mengurus izin tempat penelitian
dengan mengajukan surat permohonan penelitian dari pimpinan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ditujukan ke bagian pendidikan
dan penelitian Rumah Sakit Royal Prima Medan. Setelah mendapat surat
persetujuan dari bidang Diklat Rumah Sakit Royal Prima Medan, surat pengantar
izin penelitian diberikan ke ruangan rawat inap lantai 9 dan ruangan rawat inap
lantai 10. Penelitian dimulai setelah memperoleh izin dari Kepala Bidang
Keperawatan dan Kepala ruangan untuk memulai penelitian.
Sebelum melakukan intervensi, peneliti memilih responden sesuai dengan
kriteria sampel yang ditetapkan. Perawat yang berada di ruangan rawat inap lantai
9 sebagai kelompok kontrol sebanyak 32 orang dan perawat di ruangan rawat inap
lantai 10 sebagai kelompok intervensi sebanyak 32 orang. Peneliti juga
menjelaskan kepada responden bagaimana prosedur penelitian yang akan
dilakukan, dalam hal ini, peneliti menjelaskan kepada kelompok kontrol tidak
diberikan perlakuan (intervensi) ronde keperawatan selama proses penelitian
berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Tahap pelaksanaan
Tahap awal sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan
tentang penelitian yang akan dilakukan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
serta manfaat penelitian, kemudian meminta persetujuan (informed consent).
Setelah responden bersedia menjadi responden penelitian, maka kegiatan pretest
dilakukan.
1. Pretest
Sebelum memberikan intervensi, peneliti melakukan pengukuran untuk
mengidentifikasi kinerja perawat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dengan menggunakan kuesioner kinerja perawat. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara membagikan kuesioner kepada responden.
2. Intervensi ronde keperawatan
Pelaksanaan pelatihan ronde keperawatan dilakukan dalam sehari pada
kelompok intervensi sebanyak 32 responden dibagi dalam tiga sesi yaitu
1) sesi pertama, dibagikan modul ronde keperawatan. Setelah itu dilakukan
pemberian materi ronde keperawatan selama 20-30 menit. Materi ronde
keperawatan dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan rujukan pada ronde
keperawatan seperti pengertian ronde keperawatan, tujuan ronde keperawatan,
manfaat ronde keperawatan, mekanisme ronde keperawatan dan langkah-langkah
ronde keperawatan, 2) sesi kedua dilakukan selama 10 menit untuk berdiskusi
atau tanya jawab terkait dengan materi ronde keperawatan yang sudah diberikan
di sesi pertama, 3) sesi ketiga dilakukan selama 20 menit untuk demonstrasi
pelaksanaan ronde keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Posttest
Pengukuran kinerja perawat dilakukan pada minggu ke-4 setelah pelatihan
ronde keperawatan diberikan. Pengumpulan data menggunakan instrumen
kuesioner kinerja perawat. Data yang telah ada kemudian di dokumentasikan ke
lembar tabulasi data dan dianalisis dengan uji statistik
Universitas Sumatera Utara
3.5.
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu kinerja
perawat dan variabel independen dalam penelitian ini adalah pelatihan ronde
keperawatan.
Variabel
Variabel
Independen
Pelatihan ronde
keperawatan
Tabel 3.1 Variabel dan Defenisi Operasional
Defenisi
Alat ukur dan
Hasil ukur
Operasional
cara ukur
Skala
Suatu kegiatan
yang bertujuan
untuk mengatasi
masalah
keperawatan
klien yang
dilaksanakan oleh
perawat dengan
pasien terlibat
aktif dalam
diskusi dengan
membahas
masalah
keperawatan serta
mengevaluasi
hasil tindakan
yang telah
dilakukan
Panduan pelatihan
ronde
keperawatan dan
demonstrasi
ronde
keperawatan
Hasil dari apa
yang telah
dikerjakan oleh
perawat
pelaksana
meliputi:
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Penggunaan
waktu kerja
4. Kerjasama
Kuesioner kinerja 1. Kinerja rendah Interval
(skor 40-80)
perawat
2. Kinerja cukup
40 pernyataan
(skor 81-121)
menggunakan
3.
Kinerja
tinggi
skala likert
(skor122-160)
(tidak pernah =
Varibel
Dependen
Kinerja perawat
1,
kadangkadang= 2,
sering= 3, selalu
= 4)
Universitas Sumatera Utara
3.6.
Metode Pengukuran
Penggunaan alat ukur dalam penelitian harus bersifat validitas dan
reabilitas, alat ukur ini dapat berbentuk arahan dan bimbingan dengan pertanyaan:
apakah alat ukur yang digunakan tersebut sudah dapat mengukur apa yang akan
diukur, apakah alat ukur tersebut sudah mencakup semua atau sebagian fenomena
yang akan diukur, apakah semua item yang ada didalam instrument tersebut sudah
mampu dipahami oleh semua responden, apakah didalam item tersebut tidak ada
istilah yang bias atau memiliki arti ganda.
3.6.1. Instrumen
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa instrumen
dari Aitken (2010) yang dimodifikasi. Instrumen karakteristik responden berupa
data demografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja. Instrumen
kinerja perawat berisi 40 pernyataan yang dibuat berdasarkan 4 subvariabel yang
terdiri dari kualitas, kuantitas, penggunaan waktu kerja dan kerjasama. Kuesioner
ini menggunakan model skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban,
yaitu tidak pernah dilakukan (1), kadang-kadang dilakukan (2), sering dilakukan
(3) dan selalu dilakukan (4). Cara pemberian skor pada pertanyaan yang diajukan
adalah nilai 4 untuk “selalu dilakukan”, nilai 3 untuk “sering dilakukan”, nilai 2
untuk “kadang-kadang dilakukan” dan nilai 1 untuk “tidak pernah dilakukan”.
Skor kinerja perawat yang tertinggi adalah 160 dan skor kinerja perawat yang
terendah adalah 40.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2. Validitas Alat Ukur
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Tujuan dari Content Validity Index (CVI) adalah
menilai relevansi dari masing-masing item terhadap apa yang akan di ukur oleh
peneliti. Para ahli diberikan pertanyaan dan diminta pendapatnya tentang data
demografi dan kuesioner kinerja perawat. Content Validity Index (CVI) adalah
penilaian/beban maksimum melalui tenaga ahli dari tiap keterkaitan item. Tenaga
ahli diminta untuk mengevaluasi item individu pada pengukuran yang baru seperti
halnya keseluruhan instrumen. Dua hal yang penting dalam mengevaluasi adalah
apakah item individu relevan dan sesuai dalam keterkaitan, dan apakah item yang
diambil bersama-sama cukup mengukur semua dimensi yang dibangun (Polit &
Beck, 2012).
Suatu prosedur umumnya mempunyai tenaga ahli yang menilai materi
pada empat skala poin keterkaitan. Ada beberapa variasi label dari 4 poin, tetapi
skala yang paling sering digunakan sebagai berikut: 1 = tidak relevan, 2 = agak
relevan, 3 = cukup relevan, 4 = sangat relevan. Kemudian, untuk masing-masing
item, item CVI dihitung sebanyak jumlah tenaga ahli yang memberi
penilaian/beban maksimum 3 atau 4, dibagi dengan banyaknya tenaga ahli yang
merupakan proporsi yang menyetujui keterkaitan. Sebagai contoh, suatu item
dinilai “sungguh” atau “sangat” relevan oleh 4 dari 5 penilai yang akan membuat
suatu I-CVI .80, yang mana dipertimbangkan suatu nilai dapat diterima (Polit &
Beck, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Expert terdiri tiga orang lulusan S2 Administrasi Keperawatan. Expert
menerima kuesioner kinerja perawat untuk dilakukan penilaian. Penilaian masingmasing instrumen terdiri dari empat kategori: kategori 1 relevance (relevan)
terdiri dari: 1 = item tidak relevan, 2 = item perlu banyak revisi, 3 = item relevan
tetapi perlu sedikit revisi, 4 = item sudah relevan. Kategori 2 clarity (kejelasan)
terdiri dari: 1 = item tidak jelas, 2 = item perlu banyak revisi agar jelas, 3 = item
jelas tetapi perlu sedikit revisi, dan 4 = item sudah jelas. Kategori 3 simplicity
(kesederhanaan) terdiri dari 1= item tidak sederhana, 2 = item perlu banyak revisi
agar sederhana, 3 = item sederhana tetapi perlu sedikit revisi, dan 4 = item sudah
sederhana. Kategori 4 ambiguity (ambiguitas) terdiri dari: 1 = item sangat ambigu,
2 = item perlu beberapa revisi, 3 = tidak ambigu tetapi perlu sedikit revisi, dan 4 =
item mempunyai makna yang jelas. Instrumen kinerja perawat terdiri dari 40 item
meliputi kualitas, kuantitas, penggunaan waktu kerja dan kerjasama.
Hasil Content Validity Index (CVI) expert pertama dari instrumen kinerja
perawat = 0,95. Empat puluh item pernyataan yang dinilai diperoleh 38 item
relevan (nilai 3 dan 4) dan 2 item dinyatakan tidak relevan (nilai 1 dan 2) yaitu
item 2 dan 3. Hasil Content Validity Index (CVI) expert kedua dari instrumen
kinerja perawat = 1,00. Empat puluh item pernyataan dinilai, diperoleh 40 item
relevan (nilai 3 dan 4). Hasil Content Validity Index (CVI) expert ketiga dari
instrumen kinerja perawat = 1,00. Empat puluh item pernyataan dinilai, diperoleh
40 item relevan (nilai 3 dan 4).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penilaian ke 3 expert tersebut dapat disimpulkan bahwa para
ahli memahami konsep kinerja perawat. Hasil yang didapatkan dari ketiga Expert
diperoleh hasil CVI kuesioner kinerja perawat = 0,98 selanjutnya peneliti dapat
melaksanakan pilot study.
3.6.3. Reliabilitas Alat Ukur
Koefisien reliabilitas adalah indikator yang penting dari suatu mutu
instrumen. Pengukuran yang tidak dapat dipercaya bila tidak menyediakan tes
yang cukup dari hipotesis peneliti. Jika data tidak benar terhadap konfirmasi dari
prediksi, kemungkinan adalah instrumen tidak reliabel. Interpretasi untuk
membandingan tingkatan kelompok, koefisien berkisar 0,70 pada umumnya
adekuat, walaupun koefisien 0.80 atau yang lebih besar sangat diinginkan (Polit
dan Beck, 2012).
Pilot study penelitian dilakukan pada sekelompok perawat. Menurut Polit
dan Beck (2012) menyatakan pilot study dapat digunakan sebagai versi skala kecil
atau uji coba dalam merancang untuk menguji metode yang digunakan dalam
penelitian yang lebih luas dan lebih teliti. Pilot study berguna untuk mengetahui
instrumen tersebut cukup handal atau tidak, komunikatif, dan dapat dipahami.
Hasil CVI instrumen yang sudah valid diuji coba (pilot study) untuk
mengetahui kehandalan instrumen, menilai pemahaman dan persepsi responden
tentang instrumen. Uji instrumen ini dilakukan pada 30 orang perawat di Rumah
Sakit Martha Friska Medan. Hasil Pilot study yang telah dilakukan menggunakan
instrumen kinerja perawat diperoleh nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,84 > 0,80
sehingga dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai kuesioner penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.7.
Metode Analisis Data
Metode analisa data yang dilakukan meliputi:
3.7.1 Pengolahan Data.
Data yang telah dikumpulkan melalui lembar isian penelitian akan diolah
melalui empat tahapan yaitu: 1) Editing. Melakukan pemeriksaan terhadap
kelengkapan, kejelasan dan relevansi daftar isian kuesioner kinerja perawat,
2) Coding merupakan kegiatan pengkodean atau pengklarifikasian data.
Memberikan kode untuk masing-masing kelas data yang diperoleh dari sumber
data yang telah diperiksa kelengkapannya, 3) Entry atau memasukkan data dari
hasil instrumen penelitian kinerja perawat kedalam komputer melaui program
komputer yaitu statistik, 4) Cleaning melakukan pemeriksaan kembali terhadap
data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
3.7.2 Analisis Data
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
persentasi variabel penelitian seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi perbedaan
kinerja perawat sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan
uji beda 2 mean. Uji beda 2 mean yang digunakan adalah uji Paired T-Test
digunakan untuk membandingkan dua kelompok atau dua sampel yang saling
berpasangan dan uji Independent T-Test digunakan untuk membandingkan dua
kelompok yang berbeda atau dua kelompok yang tidak saling ketergantungan atau
tidak berpasangan. Uji statistik inidinyatakan bermakna jika nilai pvalue 0,05)
maka H 0 diterima yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
perawat sebelum dan sesudah penelitian ronde keperawatan pada kelompok
kontrol.
4.3.4.
Perbedaan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada Kelompok
Intervensi
Hasil analisa data dengan menggunakan uji Paired t test yaitu untuk
mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.5
Perbedaan Kinerja Perawat Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Ronde Keperawatan pada Kelompok Intervensi di Rumah Sakit
Royal Prima Medan (n=32)
Kinerja Perawat
Sebelum pelatihan
Sesudah pelatihan
n
32
32
Mean
90,84
122,47
SD
22,21
23,29
Pvalue
0,00
Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa kinerja perawat
sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok intervensi
didapat perbedaan nilai mean -31,62 dan nilai signifikansi pvalue=0,00 (p < 0,05)
maka H a diterima yaitu ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat
sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok intervensi yang
artinya terdapat pengaruh ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Universitas Sumatera Utara
4.3.5.
Perbedaan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Sebelum Pelatihan pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi
Hasil analisa data dengan menggunakan uji Independent test yaitu untuk
mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
sebelum pelatihan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 4.6 Perbedaan Kinerja Perawat pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi Sebelum Pelatihan Ronde Keperawatan
di Rumah Sakit Royal Prima Medan (N=64)
Kinerja Perawat
Kelompok kontrol
Kelompok intervensi
n
32
32
Mean
92,94
90,84
Std. Deviation
26,21
22,21
Pvalue
0,09
Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa kinerja perawat
sebelum mendapatkan pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol
didapat rata-rata nilai mean 92,94 sedangkan pada kelompok intervensi rata-rata
nilai mean 90,84 sehingga diperoleh perbedaan nilai mean -1,96. Standar deviasi
sebelum pelatihan pada kelompok kontrol 26,21 dan pada kelompok intervensi
22,21. Nilai signifikansi p value = 0,09 (p>0,05) maka H 0 diterima yaitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat sebelum pelatihan
ronde keperawatan pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi.
Universitas Sumatera Utara
4.3.6.
Perbedaan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Sesudah Pelatihan pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi
Hasil analisa data dengan menggunakan uji Independent test yaitu untuk
mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
sesudah pelatihan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 4.7 Perbedaan Kinerja Perawat pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi Sesudah Pelatihan Ronde Keperawatan di
Rumah Sakit Royal Prima Medan (N=64)
Kinerja Perawat
Kelompok kontrol
Kelompok intervensi
N
32
32
Mean
94,91
122,47
Std. Deviation
26,18
23,28
Pvalue
0,00
Hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa kinerja perawat
setelah mendapatkan pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol didapat
rata-rata nilai mean 94,91 sedangkan pada kelompok intervensi rata-rata nilai
mean 122,47 sehingga diperoleh perbedaan nilai mean 27,56. Standar deviasi
setelah pelatihan pada kelompok kontrol 26,18 dan pada kelompok intervensi
23,28. Nilai signifikansi p value = 0,00 (p< 0,05) maka H a diterima yaitu ada
perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat sesudah pelatihan ronde
keperawatan pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi yang artinya
terdapat pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1.
Kinerja Perawat Sebelum dan Sesudah Pelatihan Ronde Keperawatan
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Kinerja perawat kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan
pelatihan ronde keperawatan menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan
perbedaan nilai mean -31,62 dan nilai (p=0.00 atau p0.05).
Kinerja perawat merupakan prestasi yang ditujukan oleh perawat dalam
melaksanakan tugasnya sehingga menghasilkan output yang baik kepada
organisasi, perawat dan pasien dalam kurun waktu tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada
kelompok intervensi sebelum pelatihan ronde keperawatan mayoritas kinerja
rendah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa perawat 31,25% menyatakan
“kadang-kadang” melakukan pengkajian head to toe sejak pasien tiba di ruangan
dalam waktu 1x24 jam dan 28,12% menyatakan “tidak pernah” melakukan
pengkajian dengan alasan bahwa pengkajian itu sudah dilakukan oleh dokter yang
memeriksa
pasien.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian bahwa perawat juga tidak teratur memeriksa
kondisi pasien 46,87% yang menyatakan “kadang-kadang” dan perawat yang
menyatakan “tidak pernah” melakukan 9,37% dengan alasan mereka sudah lelah
sehingga terlewati satu tahap menilai kondisi pasien. Perawat dalam hal
menegakkan diagnosa keperawatan dan perubahan perkembangan diagnosa
keperawatan menyatakan “kadang-kadang” dilakukannya 53,12% dengan alasan
keluhan utama pasien belum mencerminkan kondisi penyakitnya. Berdasarkan
hasil
respon
perawat
53,12%
menyatakan
“kadang-kadang”
melakukan
pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga, dengan alasan perawat
memiliki beban kerja yang berlebihan sehingga tidak mempunyai waktu untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Manurung (2012)
di Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang
menjelaskan bahwa kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
belum optimal untuk pengkajian dan evaluasi tindakan keperawatan. Hal yang
sama juga disampaikan pada hasil penelitian Bangun (2012) di RSUD Pirngadi
Medan yang menjabarkan bahwa kinerja perawat sebanyak 52,6% pada kategori
kurang baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan pada kelompok intervensi sesudah
pelatihan mayoritas berada pada kategori kinerja tinggi. Hal ini menunjukkan
pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
Universitas Sumatera Utara
mengalami peningkatan karena pelatihan yang sudah dilakukan kepada responden
sehingga berdampak pada kinerja perawat.
Menurut Simamora (2012), manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya
program pelatihan terhadap perawat berdampak pada perbaikan atau peningkatan
kinerja perawat yang menghasilkan tujuan efisiensi dan efektifitas pelayanan
diantaranya meningkatkan kepuasan kerja perawat, mengurangi ketidakhadiran
dan keluar masuknya karyawan, memperbaiki metode dan sistem kerja,
menaikkan kesejahteraan penghasilan, mengurangi biaya lembur, mengurangi
biaya pemeliharaan peralatan keperawatan, mengurangi keluhan perawat,
mengurangi
kecelakaan
kerja,
memperbaiki
komunikasi,
meningkatkan
pengetahuan perawat, memperbaiki moral perawat dan menimbulkan kerjasama
yang lebih baik.
Selain itu ada beberapa faktor karakteristik responden yang juga
berpengaruh terhadap kinerja perawat. Menurut Ilyas (2001), kinerja individu
dalam organisasi dipengaruhi oleh faktor individu seperti umur, pendidikan, masa
kerja dan pengalaman kerja. Pada penelitian ini faktor individu perawat
menunjukkan 62,50% perawat yang bertugas berusia 21–35 tahun, dan 37,50%
mempunyai masa kerja 1–2 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia perawat
masih termasuk usia produktif dan masih muda, dan masa kerja perawat yang
relatif baru 1–2 tahun juga berdampak terhadap pengalaman kerjanya, sehingga
pengalaman kerja di ruang rawat inap dapat berimplikasi terhadap hasil kerja
perawat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hasibuan (2003), umur dapat mempengaruhi kondisi fisik,
mental kemampuan kerja dan tanggung jawab karena bertambahnya usia
seseorang maka semakin berkualitas kinerjanya dengan bertindak lebih hati-hati
dan memiliki rasa tanggungjawab yang lebih tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Selain itu faktor pendidikan juga sangat berperan terhadap kinerja perawat, namun
perawat pelaksana secara umum berpendidikan diploma, sehingga secara strata
pendidikan sama, namun yang membedakan pengalaman kerja dan pelatihan yang
pernah diikuti. Menurut Siagian (2000), yang menyatakan bahwa pendidikan
merupakan pengalaman yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan kualitas
kepribadaian seseorang, dimana semakin tingginya tingkat pendidikan dan
pelatihan yang sering di ikuti maka semakin besar keinginan untuk memanfaatkan
pegetahuan dan keterampilan.
Hal ini sejalan dengan teori Gibson et al. (2003), kinerja pada dasarnya
adalah yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh staf pelayanan. Kinerja
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi.
Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian
dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Menurut telaah peneliti dari hasil penelitian bahwa kinerja perawat masih
rendah disebabkan kurangnya motivasi perawat dalam bekerja dimana kinerja
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, menentukan diagnosa
keperawatan dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan masih kurang
tergambar dari respon perawat dalam menanggapi dan memberikan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
kepada pasien masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian ini masih
ada perawat menyatakan “kadang-kadang” melakukan pengkajian head to toe
sejak pasien tiba di ruangan dalam waktu 1x24 jam dan 28,12% menyatakan
“tidak pernah” melakukan pengkajian dengan alasan bahwa pengkajian itu sudah
dilakukan oleh dokter yang memeriksa pasien. Berdasarkan hasil penelitian,
perawat juga tidak teratur memeriksa kondisi pasien 46,87% yang menyatakan
“kadang-kadang” dan perawat yang menyatakan “tidak pernah” melakukan 9,37%
dengan alasan mereka sudah lelah sehingga terlewati satu tahap menilai kondisi
pasien. Respon perawat dalam hal menegakkan diagnosa keperawatan dan
memperbaiki perkembangan diagnosa keperawatan menyatakan “kadang-kadang”
melakukannya 53,12% dengan alasan keluhan utama pasien belum mencerminkan
kondisi penyakitnya. Berdasarkan hasil respon perawat 53,12% menyatakan
“kadang-kadang” melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga,
dengan alasan perawat memiliki beban kerja yang berlebihan sehingga tidak
mempunyai waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga. Selain itu, perawat jarang mengikuti pelatihan–pelatihan serta perawat
kurang mampu menggali masalah pasien yang belum terkaji dikarenakan masih
banyaknya perawat yang dalam pekerjaannya masih dan harus menunggu
instruksi profesi lain dalam perawatan pasien sehingga dapat mempengaruhi
kebebasan perawat untuk pengambilan keputusan tentang perawatan pasien.
Universitas Sumatera Utara
5.2.
Pengaruh Pelatihan Ronde Keperawatan Terhadap Kinerja Perawat
Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima
Medan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja
perawat antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah periode
intervensi, hasil ini dapat dibuktikan dengan hasil uji statistik diperoleh perbedaan
nilai mean 27,56 dan nilai (p=0.00
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis Quasi-
eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menguji hubungan
sebab akibat atau mencari pengaruh dari suatu intervensi terhadap populasi tanpa
adanya randomisasi penentuan subjek penelitian. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah nonequivalent control group pre-post test design yang
dilakukan dengan memberikan perlakuan pada kedua atau lebih kelompok group
bertujuan untuk membandingkan hasil intervensi sebelum dan sesudah diberikan
(Wood & Heber, 2014). Adapun rancangan dalam penelitian ini dapat
digambarkan dalam bentuk skema berikut:
Skema 3.1. Rancangan Design Penelitian
Pretests
R1 :
O1
R2 :
O3
Intervensi
X
Posttest
O2
O5
O4
Keterangan :
R1 = Responden kelompok yang menerima intervensi ronde keperawatan
(kelompok intervensi)
R2 = Responden kelompok yang tidak menerima intervensi ronde keperawatan
(kelompok kontrol)
X =
Intervensi berupa ronde keperawatan pada kelompok intervensi
Universitas Sumatera Utara
O1 = Kinerja perawat sebelum ronde keperawatan kelompok intervensi
O2 = Kinerja perawat sesudah ronde keperawatan kelompok intervensi
O3 = Kinerja perawat sebelum ronde keperawatan kelompok kontrol
O4 = Kinerja perawat sesudah ronde keperawatan kelompok kontrol
O5=
Kinerja perawat sesudah pelatihan ronde keperawatan kelompok intervensi
dan kontrol
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Royal Prima Medan. Pelaksanaan
penelitian dilaksanakan pada bulan 10 November sampai dengan 10 Desember
2016. Peneliti ingin mengetahui secara empiris pengaruh pelatihan ronde
keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di
Rumah Sakit Royal Prima Medan.
3.3.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat
inap lantai 9 dan lantai 10 Rumah Sakit Royal Prima Medan dimana jumlah
perawat di ruang rawat inap lantai 9 sebanyak 38 orang dan perawat di ruang
rawat inap lantai 10 sebanyak 36 orang. Perawat yang bertugas di ruang rawat
inap lantai 9 sebagai kelompok kontrol sedangkan perawat yang bertugas di ruang
rawat inap lantai 10 sebagai kelompok intervensi.
Universitas Sumatera Utara
3.3.1. Besar Sampel
Jumlah sampel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan
power analysis. Power analysis digunakan untuk memastikan signifikan hasil
studi. Ada tiga komponen untuk menghitung sampel size yang diinginkan yaitu:
dengan menggunakan significance criterion, alfa (α), sample size (N), population
effect size, gamma (γ), power (1-β) (Polit & Beck, 2012). Ketika tidak ada
penelitian sebelumnya yang relevan, peneliti menggunakan ketentuan berdasarkan
efek kecil, menengah, atau efek yang besar. Studi keperawatan memiliki efek
sederhana (kecil-menengah) (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini menggunakan
alfa level (α) = .05, medium effect size (γ) = .50 dan power (1-β) = .80. Maka
sampel penelitian untuk perawat dengan tabel power analysis berjumlah 64 orang
yaitu 32 perawat pada kelompok kontrol dan 32 perawat pada kelompok
intervensi.
3.3.2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik
purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu
pertimbangan. Pengambilan sampel dengan kriteria inklusi: 1) Rentang usia 21-45
tahun, 2) Masa kerja lebih dari 3 bulan sebagai perawat, 3) Pendidikan minimal
D-III keperawatan, dan 4) Perawat yang bekerja di ruang rawat inap. Jumlah
perawat di ruang rawat inap lantai 9 sebanyak 38 orang dan yang memenuhi
kriteria inklusi untuk dijadikan sampel sebanyak 32 orang demikian juga jumlah
perawat di ruang rawat inap lantai 10 sebanyak 36 orang dan yang memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 32 orang sehingga 32 orang yang dijadikan sampel.
Universitas Sumatera Utara
3.4.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data tentang kinerja perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan dan karakteristik perawat dikumpulkan oleh peneliti. Intervensi
ronde keperawatan dilakukan oleh perawat setelah mendapat pelatihan ronde
keperawatan. Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan.
3.4.1. Tahap Persiapan
Tahap penelitian ini dimulai dengan mengurus izin tempat penelitian
dengan mengajukan surat permohonan penelitian dari pimpinan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ditujukan ke bagian pendidikan
dan penelitian Rumah Sakit Royal Prima Medan. Setelah mendapat surat
persetujuan dari bidang Diklat Rumah Sakit Royal Prima Medan, surat pengantar
izin penelitian diberikan ke ruangan rawat inap lantai 9 dan ruangan rawat inap
lantai 10. Penelitian dimulai setelah memperoleh izin dari Kepala Bidang
Keperawatan dan Kepala ruangan untuk memulai penelitian.
Sebelum melakukan intervensi, peneliti memilih responden sesuai dengan
kriteria sampel yang ditetapkan. Perawat yang berada di ruangan rawat inap lantai
9 sebagai kelompok kontrol sebanyak 32 orang dan perawat di ruangan rawat inap
lantai 10 sebagai kelompok intervensi sebanyak 32 orang. Peneliti juga
menjelaskan kepada responden bagaimana prosedur penelitian yang akan
dilakukan, dalam hal ini, peneliti menjelaskan kepada kelompok kontrol tidak
diberikan perlakuan (intervensi) ronde keperawatan selama proses penelitian
berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Tahap pelaksanaan
Tahap awal sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan
tentang penelitian yang akan dilakukan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
serta manfaat penelitian, kemudian meminta persetujuan (informed consent).
Setelah responden bersedia menjadi responden penelitian, maka kegiatan pretest
dilakukan.
1. Pretest
Sebelum memberikan intervensi, peneliti melakukan pengukuran untuk
mengidentifikasi kinerja perawat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dengan menggunakan kuesioner kinerja perawat. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara membagikan kuesioner kepada responden.
2. Intervensi ronde keperawatan
Pelaksanaan pelatihan ronde keperawatan dilakukan dalam sehari pada
kelompok intervensi sebanyak 32 responden dibagi dalam tiga sesi yaitu
1) sesi pertama, dibagikan modul ronde keperawatan. Setelah itu dilakukan
pemberian materi ronde keperawatan selama 20-30 menit. Materi ronde
keperawatan dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan rujukan pada ronde
keperawatan seperti pengertian ronde keperawatan, tujuan ronde keperawatan,
manfaat ronde keperawatan, mekanisme ronde keperawatan dan langkah-langkah
ronde keperawatan, 2) sesi kedua dilakukan selama 10 menit untuk berdiskusi
atau tanya jawab terkait dengan materi ronde keperawatan yang sudah diberikan
di sesi pertama, 3) sesi ketiga dilakukan selama 20 menit untuk demonstrasi
pelaksanaan ronde keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Posttest
Pengukuran kinerja perawat dilakukan pada minggu ke-4 setelah pelatihan
ronde keperawatan diberikan. Pengumpulan data menggunakan instrumen
kuesioner kinerja perawat. Data yang telah ada kemudian di dokumentasikan ke
lembar tabulasi data dan dianalisis dengan uji statistik
Universitas Sumatera Utara
3.5.
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu kinerja
perawat dan variabel independen dalam penelitian ini adalah pelatihan ronde
keperawatan.
Variabel
Variabel
Independen
Pelatihan ronde
keperawatan
Tabel 3.1 Variabel dan Defenisi Operasional
Defenisi
Alat ukur dan
Hasil ukur
Operasional
cara ukur
Skala
Suatu kegiatan
yang bertujuan
untuk mengatasi
masalah
keperawatan
klien yang
dilaksanakan oleh
perawat dengan
pasien terlibat
aktif dalam
diskusi dengan
membahas
masalah
keperawatan serta
mengevaluasi
hasil tindakan
yang telah
dilakukan
Panduan pelatihan
ronde
keperawatan dan
demonstrasi
ronde
keperawatan
Hasil dari apa
yang telah
dikerjakan oleh
perawat
pelaksana
meliputi:
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Penggunaan
waktu kerja
4. Kerjasama
Kuesioner kinerja 1. Kinerja rendah Interval
(skor 40-80)
perawat
2. Kinerja cukup
40 pernyataan
(skor 81-121)
menggunakan
3.
Kinerja
tinggi
skala likert
(skor122-160)
(tidak pernah =
Varibel
Dependen
Kinerja perawat
1,
kadangkadang= 2,
sering= 3, selalu
= 4)
Universitas Sumatera Utara
3.6.
Metode Pengukuran
Penggunaan alat ukur dalam penelitian harus bersifat validitas dan
reabilitas, alat ukur ini dapat berbentuk arahan dan bimbingan dengan pertanyaan:
apakah alat ukur yang digunakan tersebut sudah dapat mengukur apa yang akan
diukur, apakah alat ukur tersebut sudah mencakup semua atau sebagian fenomena
yang akan diukur, apakah semua item yang ada didalam instrument tersebut sudah
mampu dipahami oleh semua responden, apakah didalam item tersebut tidak ada
istilah yang bias atau memiliki arti ganda.
3.6.1. Instrumen
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa instrumen
dari Aitken (2010) yang dimodifikasi. Instrumen karakteristik responden berupa
data demografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja. Instrumen
kinerja perawat berisi 40 pernyataan yang dibuat berdasarkan 4 subvariabel yang
terdiri dari kualitas, kuantitas, penggunaan waktu kerja dan kerjasama. Kuesioner
ini menggunakan model skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban,
yaitu tidak pernah dilakukan (1), kadang-kadang dilakukan (2), sering dilakukan
(3) dan selalu dilakukan (4). Cara pemberian skor pada pertanyaan yang diajukan
adalah nilai 4 untuk “selalu dilakukan”, nilai 3 untuk “sering dilakukan”, nilai 2
untuk “kadang-kadang dilakukan” dan nilai 1 untuk “tidak pernah dilakukan”.
Skor kinerja perawat yang tertinggi adalah 160 dan skor kinerja perawat yang
terendah adalah 40.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2. Validitas Alat Ukur
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Tujuan dari Content Validity Index (CVI) adalah
menilai relevansi dari masing-masing item terhadap apa yang akan di ukur oleh
peneliti. Para ahli diberikan pertanyaan dan diminta pendapatnya tentang data
demografi dan kuesioner kinerja perawat. Content Validity Index (CVI) adalah
penilaian/beban maksimum melalui tenaga ahli dari tiap keterkaitan item. Tenaga
ahli diminta untuk mengevaluasi item individu pada pengukuran yang baru seperti
halnya keseluruhan instrumen. Dua hal yang penting dalam mengevaluasi adalah
apakah item individu relevan dan sesuai dalam keterkaitan, dan apakah item yang
diambil bersama-sama cukup mengukur semua dimensi yang dibangun (Polit &
Beck, 2012).
Suatu prosedur umumnya mempunyai tenaga ahli yang menilai materi
pada empat skala poin keterkaitan. Ada beberapa variasi label dari 4 poin, tetapi
skala yang paling sering digunakan sebagai berikut: 1 = tidak relevan, 2 = agak
relevan, 3 = cukup relevan, 4 = sangat relevan. Kemudian, untuk masing-masing
item, item CVI dihitung sebanyak jumlah tenaga ahli yang memberi
penilaian/beban maksimum 3 atau 4, dibagi dengan banyaknya tenaga ahli yang
merupakan proporsi yang menyetujui keterkaitan. Sebagai contoh, suatu item
dinilai “sungguh” atau “sangat” relevan oleh 4 dari 5 penilai yang akan membuat
suatu I-CVI .80, yang mana dipertimbangkan suatu nilai dapat diterima (Polit &
Beck, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Expert terdiri tiga orang lulusan S2 Administrasi Keperawatan. Expert
menerima kuesioner kinerja perawat untuk dilakukan penilaian. Penilaian masingmasing instrumen terdiri dari empat kategori: kategori 1 relevance (relevan)
terdiri dari: 1 = item tidak relevan, 2 = item perlu banyak revisi, 3 = item relevan
tetapi perlu sedikit revisi, 4 = item sudah relevan. Kategori 2 clarity (kejelasan)
terdiri dari: 1 = item tidak jelas, 2 = item perlu banyak revisi agar jelas, 3 = item
jelas tetapi perlu sedikit revisi, dan 4 = item sudah jelas. Kategori 3 simplicity
(kesederhanaan) terdiri dari 1= item tidak sederhana, 2 = item perlu banyak revisi
agar sederhana, 3 = item sederhana tetapi perlu sedikit revisi, dan 4 = item sudah
sederhana. Kategori 4 ambiguity (ambiguitas) terdiri dari: 1 = item sangat ambigu,
2 = item perlu beberapa revisi, 3 = tidak ambigu tetapi perlu sedikit revisi, dan 4 =
item mempunyai makna yang jelas. Instrumen kinerja perawat terdiri dari 40 item
meliputi kualitas, kuantitas, penggunaan waktu kerja dan kerjasama.
Hasil Content Validity Index (CVI) expert pertama dari instrumen kinerja
perawat = 0,95. Empat puluh item pernyataan yang dinilai diperoleh 38 item
relevan (nilai 3 dan 4) dan 2 item dinyatakan tidak relevan (nilai 1 dan 2) yaitu
item 2 dan 3. Hasil Content Validity Index (CVI) expert kedua dari instrumen
kinerja perawat = 1,00. Empat puluh item pernyataan dinilai, diperoleh 40 item
relevan (nilai 3 dan 4). Hasil Content Validity Index (CVI) expert ketiga dari
instrumen kinerja perawat = 1,00. Empat puluh item pernyataan dinilai, diperoleh
40 item relevan (nilai 3 dan 4).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penilaian ke 3 expert tersebut dapat disimpulkan bahwa para
ahli memahami konsep kinerja perawat. Hasil yang didapatkan dari ketiga Expert
diperoleh hasil CVI kuesioner kinerja perawat = 0,98 selanjutnya peneliti dapat
melaksanakan pilot study.
3.6.3. Reliabilitas Alat Ukur
Koefisien reliabilitas adalah indikator yang penting dari suatu mutu
instrumen. Pengukuran yang tidak dapat dipercaya bila tidak menyediakan tes
yang cukup dari hipotesis peneliti. Jika data tidak benar terhadap konfirmasi dari
prediksi, kemungkinan adalah instrumen tidak reliabel. Interpretasi untuk
membandingan tingkatan kelompok, koefisien berkisar 0,70 pada umumnya
adekuat, walaupun koefisien 0.80 atau yang lebih besar sangat diinginkan (Polit
dan Beck, 2012).
Pilot study penelitian dilakukan pada sekelompok perawat. Menurut Polit
dan Beck (2012) menyatakan pilot study dapat digunakan sebagai versi skala kecil
atau uji coba dalam merancang untuk menguji metode yang digunakan dalam
penelitian yang lebih luas dan lebih teliti. Pilot study berguna untuk mengetahui
instrumen tersebut cukup handal atau tidak, komunikatif, dan dapat dipahami.
Hasil CVI instrumen yang sudah valid diuji coba (pilot study) untuk
mengetahui kehandalan instrumen, menilai pemahaman dan persepsi responden
tentang instrumen. Uji instrumen ini dilakukan pada 30 orang perawat di Rumah
Sakit Martha Friska Medan. Hasil Pilot study yang telah dilakukan menggunakan
instrumen kinerja perawat diperoleh nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,84 > 0,80
sehingga dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai kuesioner penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.7.
Metode Analisis Data
Metode analisa data yang dilakukan meliputi:
3.7.1 Pengolahan Data.
Data yang telah dikumpulkan melalui lembar isian penelitian akan diolah
melalui empat tahapan yaitu: 1) Editing. Melakukan pemeriksaan terhadap
kelengkapan, kejelasan dan relevansi daftar isian kuesioner kinerja perawat,
2) Coding merupakan kegiatan pengkodean atau pengklarifikasian data.
Memberikan kode untuk masing-masing kelas data yang diperoleh dari sumber
data yang telah diperiksa kelengkapannya, 3) Entry atau memasukkan data dari
hasil instrumen penelitian kinerja perawat kedalam komputer melaui program
komputer yaitu statistik, 4) Cleaning melakukan pemeriksaan kembali terhadap
data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
3.7.2 Analisis Data
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
persentasi variabel penelitian seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi perbedaan
kinerja perawat sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan
uji beda 2 mean. Uji beda 2 mean yang digunakan adalah uji Paired T-Test
digunakan untuk membandingkan dua kelompok atau dua sampel yang saling
berpasangan dan uji Independent T-Test digunakan untuk membandingkan dua
kelompok yang berbeda atau dua kelompok yang tidak saling ketergantungan atau
tidak berpasangan. Uji statistik inidinyatakan bermakna jika nilai pvalue 0,05)
maka H 0 diterima yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
perawat sebelum dan sesudah penelitian ronde keperawatan pada kelompok
kontrol.
4.3.4.
Perbedaan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada Kelompok
Intervensi
Hasil analisa data dengan menggunakan uji Paired t test yaitu untuk
mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.5
Perbedaan Kinerja Perawat Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Ronde Keperawatan pada Kelompok Intervensi di Rumah Sakit
Royal Prima Medan (n=32)
Kinerja Perawat
Sebelum pelatihan
Sesudah pelatihan
n
32
32
Mean
90,84
122,47
SD
22,21
23,29
Pvalue
0,00
Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa kinerja perawat
sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok intervensi
didapat perbedaan nilai mean -31,62 dan nilai signifikansi pvalue=0,00 (p < 0,05)
maka H a diterima yaitu ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat
sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok intervensi yang
artinya terdapat pengaruh ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Universitas Sumatera Utara
4.3.5.
Perbedaan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Sebelum Pelatihan pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi
Hasil analisa data dengan menggunakan uji Independent test yaitu untuk
mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
sebelum pelatihan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 4.6 Perbedaan Kinerja Perawat pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi Sebelum Pelatihan Ronde Keperawatan
di Rumah Sakit Royal Prima Medan (N=64)
Kinerja Perawat
Kelompok kontrol
Kelompok intervensi
n
32
32
Mean
92,94
90,84
Std. Deviation
26,21
22,21
Pvalue
0,09
Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa kinerja perawat
sebelum mendapatkan pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol
didapat rata-rata nilai mean 92,94 sedangkan pada kelompok intervensi rata-rata
nilai mean 90,84 sehingga diperoleh perbedaan nilai mean -1,96. Standar deviasi
sebelum pelatihan pada kelompok kontrol 26,21 dan pada kelompok intervensi
22,21. Nilai signifikansi p value = 0,09 (p>0,05) maka H 0 diterima yaitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat sebelum pelatihan
ronde keperawatan pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi.
Universitas Sumatera Utara
4.3.6.
Perbedaan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Sesudah Pelatihan pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi
Hasil analisa data dengan menggunakan uji Independent test yaitu untuk
mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
sesudah pelatihan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 4.7 Perbedaan Kinerja Perawat pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi Sesudah Pelatihan Ronde Keperawatan di
Rumah Sakit Royal Prima Medan (N=64)
Kinerja Perawat
Kelompok kontrol
Kelompok intervensi
N
32
32
Mean
94,91
122,47
Std. Deviation
26,18
23,28
Pvalue
0,00
Hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa kinerja perawat
setelah mendapatkan pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol didapat
rata-rata nilai mean 94,91 sedangkan pada kelompok intervensi rata-rata nilai
mean 122,47 sehingga diperoleh perbedaan nilai mean 27,56. Standar deviasi
setelah pelatihan pada kelompok kontrol 26,18 dan pada kelompok intervensi
23,28. Nilai signifikansi p value = 0,00 (p< 0,05) maka H a diterima yaitu ada
perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat sesudah pelatihan ronde
keperawatan pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi yang artinya
terdapat pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1.
Kinerja Perawat Sebelum dan Sesudah Pelatihan Ronde Keperawatan
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Kinerja perawat kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan
pelatihan ronde keperawatan menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan
perbedaan nilai mean -31,62 dan nilai (p=0.00 atau p0.05).
Kinerja perawat merupakan prestasi yang ditujukan oleh perawat dalam
melaksanakan tugasnya sehingga menghasilkan output yang baik kepada
organisasi, perawat dan pasien dalam kurun waktu tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada
kelompok intervensi sebelum pelatihan ronde keperawatan mayoritas kinerja
rendah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa perawat 31,25% menyatakan
“kadang-kadang” melakukan pengkajian head to toe sejak pasien tiba di ruangan
dalam waktu 1x24 jam dan 28,12% menyatakan “tidak pernah” melakukan
pengkajian dengan alasan bahwa pengkajian itu sudah dilakukan oleh dokter yang
memeriksa
pasien.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian bahwa perawat juga tidak teratur memeriksa
kondisi pasien 46,87% yang menyatakan “kadang-kadang” dan perawat yang
menyatakan “tidak pernah” melakukan 9,37% dengan alasan mereka sudah lelah
sehingga terlewati satu tahap menilai kondisi pasien. Perawat dalam hal
menegakkan diagnosa keperawatan dan perubahan perkembangan diagnosa
keperawatan menyatakan “kadang-kadang” dilakukannya 53,12% dengan alasan
keluhan utama pasien belum mencerminkan kondisi penyakitnya. Berdasarkan
hasil
respon
perawat
53,12%
menyatakan
“kadang-kadang”
melakukan
pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga, dengan alasan perawat
memiliki beban kerja yang berlebihan sehingga tidak mempunyai waktu untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Manurung (2012)
di Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang
menjelaskan bahwa kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
belum optimal untuk pengkajian dan evaluasi tindakan keperawatan. Hal yang
sama juga disampaikan pada hasil penelitian Bangun (2012) di RSUD Pirngadi
Medan yang menjabarkan bahwa kinerja perawat sebanyak 52,6% pada kategori
kurang baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan pada kelompok intervensi sesudah
pelatihan mayoritas berada pada kategori kinerja tinggi. Hal ini menunjukkan
pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
Universitas Sumatera Utara
mengalami peningkatan karena pelatihan yang sudah dilakukan kepada responden
sehingga berdampak pada kinerja perawat.
Menurut Simamora (2012), manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya
program pelatihan terhadap perawat berdampak pada perbaikan atau peningkatan
kinerja perawat yang menghasilkan tujuan efisiensi dan efektifitas pelayanan
diantaranya meningkatkan kepuasan kerja perawat, mengurangi ketidakhadiran
dan keluar masuknya karyawan, memperbaiki metode dan sistem kerja,
menaikkan kesejahteraan penghasilan, mengurangi biaya lembur, mengurangi
biaya pemeliharaan peralatan keperawatan, mengurangi keluhan perawat,
mengurangi
kecelakaan
kerja,
memperbaiki
komunikasi,
meningkatkan
pengetahuan perawat, memperbaiki moral perawat dan menimbulkan kerjasama
yang lebih baik.
Selain itu ada beberapa faktor karakteristik responden yang juga
berpengaruh terhadap kinerja perawat. Menurut Ilyas (2001), kinerja individu
dalam organisasi dipengaruhi oleh faktor individu seperti umur, pendidikan, masa
kerja dan pengalaman kerja. Pada penelitian ini faktor individu perawat
menunjukkan 62,50% perawat yang bertugas berusia 21–35 tahun, dan 37,50%
mempunyai masa kerja 1–2 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia perawat
masih termasuk usia produktif dan masih muda, dan masa kerja perawat yang
relatif baru 1–2 tahun juga berdampak terhadap pengalaman kerjanya, sehingga
pengalaman kerja di ruang rawat inap dapat berimplikasi terhadap hasil kerja
perawat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hasibuan (2003), umur dapat mempengaruhi kondisi fisik,
mental kemampuan kerja dan tanggung jawab karena bertambahnya usia
seseorang maka semakin berkualitas kinerjanya dengan bertindak lebih hati-hati
dan memiliki rasa tanggungjawab yang lebih tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Selain itu faktor pendidikan juga sangat berperan terhadap kinerja perawat, namun
perawat pelaksana secara umum berpendidikan diploma, sehingga secara strata
pendidikan sama, namun yang membedakan pengalaman kerja dan pelatihan yang
pernah diikuti. Menurut Siagian (2000), yang menyatakan bahwa pendidikan
merupakan pengalaman yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan kualitas
kepribadaian seseorang, dimana semakin tingginya tingkat pendidikan dan
pelatihan yang sering di ikuti maka semakin besar keinginan untuk memanfaatkan
pegetahuan dan keterampilan.
Hal ini sejalan dengan teori Gibson et al. (2003), kinerja pada dasarnya
adalah yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh staf pelayanan. Kinerja
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi.
Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian
dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Menurut telaah peneliti dari hasil penelitian bahwa kinerja perawat masih
rendah disebabkan kurangnya motivasi perawat dalam bekerja dimana kinerja
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, menentukan diagnosa
keperawatan dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan masih kurang
tergambar dari respon perawat dalam menanggapi dan memberikan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
kepada pasien masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian ini masih
ada perawat menyatakan “kadang-kadang” melakukan pengkajian head to toe
sejak pasien tiba di ruangan dalam waktu 1x24 jam dan 28,12% menyatakan
“tidak pernah” melakukan pengkajian dengan alasan bahwa pengkajian itu sudah
dilakukan oleh dokter yang memeriksa pasien. Berdasarkan hasil penelitian,
perawat juga tidak teratur memeriksa kondisi pasien 46,87% yang menyatakan
“kadang-kadang” dan perawat yang menyatakan “tidak pernah” melakukan 9,37%
dengan alasan mereka sudah lelah sehingga terlewati satu tahap menilai kondisi
pasien. Respon perawat dalam hal menegakkan diagnosa keperawatan dan
memperbaiki perkembangan diagnosa keperawatan menyatakan “kadang-kadang”
melakukannya 53,12% dengan alasan keluhan utama pasien belum mencerminkan
kondisi penyakitnya. Berdasarkan hasil respon perawat 53,12% menyatakan
“kadang-kadang” melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga,
dengan alasan perawat memiliki beban kerja yang berlebihan sehingga tidak
mempunyai waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga. Selain itu, perawat jarang mengikuti pelatihan–pelatihan serta perawat
kurang mampu menggali masalah pasien yang belum terkaji dikarenakan masih
banyaknya perawat yang dalam pekerjaannya masih dan harus menunggu
instruksi profesi lain dalam perawatan pasien sehingga dapat mempengaruhi
kebebasan perawat untuk pengambilan keputusan tentang perawatan pasien.
Universitas Sumatera Utara
5.2.
Pengaruh Pelatihan Ronde Keperawatan Terhadap Kinerja Perawat
Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima
Medan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja
perawat antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah periode
intervensi, hasil ini dapat dibuktikan dengan hasil uji statistik diperoleh perbedaan
nilai mean 27,56 dan nilai (p=0.00