Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016 Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah survei dengan pendekatan potong lintang (cross
sectional), yang bertujuan menganalisis tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan kemandirian lanjut usia meliputi: usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan fisik,
kondisi kesehatan mental dan aktivitas sosial, dimana pengukuran atau pengamatan
dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali
waktu) (Sugiyono, 2013).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Aek Raru wilayah kerja Puskesmas
Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai dengan pengajuan judul, survei lokasi
penelitian, mempersiapkan proposal, konsultasi proposal, seminar proposal dan
penelitian, dilakukan pada bulan Januari sampai Juli 2016.

42

Universitas Sumatera Utara

43

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia berjumlah 207 orang
di desa Aek Raru wilayah kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara (data puskesmas tahun 2015).
3.3.2 Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji
hipotesis proporsi populasi tunggal sebagai berikut : (Lemeshow,1997)
z1

n

/2

Po Qo
( Pa


z1

PaQa)

2

Po ) 2

Keterangan :
n

= Besar sampel minimal
= Nilai deviasi standar pada

5 % = 1,96

z1-

= Nilai deviasi standar pada


10 % = 1,282

Po

= Proporsi lansia (0,5)

Pa

= Proporsi Lansia yang mandiri yang diharapkan 70% = 0,7

n

= 61,4 (Besar sampel minimal)

z1-

/2

Besar sampel penelitian ini sebanyak 62 orang menggunakan teknik

pengambilan acak sederhana dengan cara tabel acak (simple random sampling).
Selain itu responden yang dipilih harus memenuhi kriteria inklusi yaitu dapat
berkomunikasi dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

44

3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari
sumber datanya dengan cara wawancara langsung kepada responden dengan
berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan.
3.4.2

Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari catatan atau dokumen dari Puskesmas

Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara serta data-data
lainnya yang mendukung data hasil penelitian.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan, agar layak
digunakan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana
kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel terikat dan
variabel bebas dalam suatu penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di Desa
Sionggoton dengan jumlah 30 orang.
a. Uji Validitas
Kelayakan menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian
diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dengan mengukur korelasi antar
item variabel menggunakan rumus teknik korelasi corrected item total, dengan

Universitas Sumatera Utara

45

ketentuan nilai koefisien korelasi (r) >0,361, maka

butir instrumen tersebut


dikatakan valid (Hidayat, 2010).
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat di percaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan
koefisien cronbach alpha, apabila nilai cronbach alpha > 0,60, maka alat ukur
tersebut reliabel.
Tabel 3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Item Pertanyaan
rtabel
Pertanyaan kesehatn fisik no 1
0,3610
Pertanyaan kesehatn fisik no 2
0,3610

Pertanyaan kesehatn fisik no 3
0,3610
Pertanyaan kesehatn fisik no 4
0,3610
Pertanyaan kesehatn fisik no 5
0,3610
Pertanyaan kesehatn fisik no 6
0,3610
Pertanyaan kesehatn fisik no 7
0,3610
Pertanyaan kesehatn fisik no 8
0,3610
Pertanyaan kesehatn fisik no 9
0,3610
Pertanyaan kesehatn fisik no10
0,3610
Pertanyaan kesehatn fisik no11
0,3610
Pertanyaan kesehatn fisik no12
0,3610

Cronbach’s Alpha = 0,953
Pertanyaan kesehatn Mental 1
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 2
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 3
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 4
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 5
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 6
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 7
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 8
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 9
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 10

0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 11
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 12
0,3610
Pertanyaan kesehatn Mental 13
0,3610

rhitung
0,626
0,960
0,673
0,805
0,920
0,677
0,793
0,840
0,851
0,708
0,673

0,784

Ket
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,824
0,795
0,916
0,896
0,744
0,830
0,799
0,971
0,507
0,587
0,691
0,736
0,750

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Universitas Sumatera Utara

46

14

Pertanyaan kesehatn Mental 14

0,3610

0,751

Valid

Tabel 3.1 (Lanjutan)
No
1
2
3
4
5
6

Item Pertanyaan
rtabel
Cronbach’s Alpha = 0, ,958
Pertanyaan aktifitas sosial no 1
0,3610
Pertanyaan aktifitas sosial no 2
0,3610
Pertanyaan aktifitas sosial no 3
0,3610
Pertanyaan aktifitas sosial no 4
0,3610
Pertanyaan aktifitas sosial no 5
0,3610
Pertanyaan aktifitas sosial no 6
0,3610
Cronbach’s Alpha = 0,953

rhitung
0,755
0,727
0,678
0,854
0,850
0,775

Ket
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas diperoleh hasil bahwa nilai
corrected item total correlation lebih besar dari 0,3610, sehingga pertanyaan masingmasing variabel dikatakan valid. Selain itu berdasarkan nilai cronbach’s alpha
diperoleh nilai > 0,6 sehingga dapat diketahui bahwa pertanyaan reliabel.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel
Variabel penelitian terdiri dari variabel independen yaitu usia, jenis kelamin,
kondisi kesehatan fisik, kondisi kesehatan mental dan aktivitas sosial dan variabel
dependen yaitu kemandirian lansia.
3.5.2

Definisi Operasional

1. Usia adalah lama waktu hidup lanjut usia yang dihitung dari sejak lahir sampai
ulang tahun terakhir yang dihitung berdasarkan tahun.

Universitas Sumatera Utara

47

2. Jenis Kelamin adalah ciri yang membedakan lanjut usia antara laki-laki dengan
perempuan.
3. Kesehatan fisik adalah seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal pada lanjut
usia.
4. Kesehatan mental adalah kondisi selalu merasa puas dengan apa yang ada pada
dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira,
santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan pada lanjut
usia.
5. Aktivitas Sosial adalah keaktifan lansia dalam berbagai kegiatan sosial.
6. Kemandirian lansia adalah kemampuan atau keadaan dimana individu (lanjut
usia) mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri dalam kehidupan
sehari-hari tanpa bergantung dengan orang lain. Kemandirian di ukur
menggunakan indeks Katz dalam Kushariyadi (2012) berdasarkan pada evaluasi 6
pertanyaan seperti: makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat
tidur dan mengontrol buang air besar/buang air kecil.

3.6 Metode Pengukuran
3.6.1

Variabel Independen
Pengukuran variabel bebas meliputi usia, jenis kelamin, kesehatan fisik,

kesehatan mental dan aktivitas sosial sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

48

1.

Usia adalah lama waktu hidup lanjut usia yang dihitung dari sejak lahir sampai
ulang tahun terakhir yang dihitung berdasarkan tahun, berdasarkan skala ordinal
umur dibagi atas :
0 = 60-74 tahun
1 = 75-90 tahun

2. Jenis kelamin adalah ciri yang membedakan lanjut usia antara laki-laki dengan
perempuan, berdasarkan skala nominal jenis kelamin dibagi atas :
0 = Laki-laki
1 = Perempuan
3. Kesehatan fisik, pengukuran variabel kesehatan fisik terhadap kemandirian lanjut
usia berdasarkan skala ordinal, dari 12 pernyataan yang diajukan, dengan
menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban:
Ya diberi skor 0
Tidak diberi skor 1
Dikategorikan menjadi 2 (baik, tidak baik) dengan skor sebagai berikut :
1

= Baik, jika responden menjawab dengan skor 0-5

0

= Tidak Baik, jika responden menjawab dengan skor 6-12

4. Kesehatan mental, pengukuran variabel kesehatan mental terhadap kemandirian
lanjut usia berdasarkan skala ordinal, dari 14 pernyataan yang diajukan, dengan
menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban:
Ya diberi skor 1

Universitas Sumatera Utara

49

Tidak diberi skor 0
Dikategorikan menjadi 2 (baik, tidak baik) dengan skor sebagai berikut :
1

= Baik, jika responden menjawab dengan skor 7-14

0

= Tidak Baik, jika responden menjawab dengan skor 0-6

5. Aktivitas Sosial, pengukuran variabel aktivitas sosial terhadap kemandirian lanjut
usia berdasarkan skala ordinal, dari 6 pernyataan yang diajukan, dengan
menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban:
Ya diberi skor 1
Tidak diberi skor 0
Dikategorikan menjadi 2 (baik, tidak baik) dengan skor sebagai berikut :
1

= Baik, jika responden menjawab dengan skor 3-6

0

= Tidak Baik, jika responden menjawab dengan skor 0-2

3.6.2 Variabel Dependen (Kemandirian Lansia)
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal: makan, kontinen (mengontrol buang air besar dan buang air kecil),
berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Pengukuran tingkat kemandirian
pada kondisi ini mengacu kepada Indeks Katz dalam Kushariyadi (2012) :
1. Mandi (spon, pancuran, bak)
Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian tubuh (seperti : punggung/ekstrimitas
yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya. Tergantung/tidak mandiri :

Universitas Sumatera Utara

50

bantuan lebih dari satu bagian tubuh, bantuan diberikan saat masuk dan keluar
dari kamar mandi atau tidak mampu mandi sendiri.
2. Berpakaian
Mandiri : mengambil pakaian dari rak lemari (memakai dan melepaskan pakaian),
mengikat (mengatur pengikat dan melepas ikatan). Tergantung/tidak mandiri :
tidak mampu memakai pakaian atau sebagian tidak mampu memakai pakaian
3. Ke kamar kecil (toilet)
Mandiri : mampu masuk dan keluar dari kamar kecil, membersihkan organ
ekskresi. Tergantung/tidak mandiri : menerima bantuan dari orang lain saat masuk
dan keluar dari kamar kecil.
4. Berpindah
Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur secara mandiri serta berpindah
tempat duduk dan bangkit dari kursi secara mandiri. Tergantung/tidak mandiri :
bantuan dari orang lain saat naik atau turun dari tempat tidur atau kursi.
5. Kontinen ( mengontrol buang air besar dan buang air kecil)
Mandiri : Berkemih (buang air kecil) dan defekasi (buang air besar) dikontrol
sendiri. Tergantung/tidak mandiri : Inkontinesia parsial atau total pada
perkemihan (buang air kecil) dan defekasi (buang air besar).
6

Makan
Mandiri : mengambil makanan dari piring dan ketepatan memasukkan makanan
ke mulut. Tergantung/tidak mandiri : bantuan orang lain dalam hal makan, tidak
mampu makan sama sekali atau makan per parental.

Universitas Sumatera Utara

51

Klasifikasi tingkat kemandirian lansia :
1

= Mandiri : jika skor 6.

0 = Tidak mandiri : jika skor 0-5.

3.7 Metode Analisis Data
Pengolahan data akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1.

Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui secara deskriptif variabel yang
diteliti dan disajikan dalam table distribusi frekuensi untuk mengetahui
karakteristik dan distribusi data.

2.

Analisis Bivariat dilakukan mengetahui hubungan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen menggunakan uji Chi Square ( 2) dengan
tingkat kemaknaan p 0,05) sehingga Ho diterima. Artinya
tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kemandirian lansia.
4.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek
Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
Analisis hubungan jenis kelamin dengan kemandirian lanjut usia dapat dilhat
pada Tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa
Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No

1
2

Jenis Kelamin

Laki-laki
Perempuan

Kemandirian Lanjut
Usia
Tidak
Mandiri
Mandiri
f
%
f
%
14
46,7
16 53,3
5
15,6
27 84,4

Total
p
f
30
32

%
100
100

0,008

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 30 orang lansia yang berjenis
kelamin laki-laki yang mandiri sebanyak 14 orang (46,7%) dan yang tidak mandiri
sebanyak 16 orang (53,3%) sedangkan dari 32 orang lansia yang berjenis kelamin
perempuan yang mandiri sebanyak 5 orang (15,6%) dan yang tidak mandiri sebanyak
27 orang (84,4%).
Berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat dengan Chi Square pada tingkat
kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,008 (p < 0,05) sehingga Ho ditolak. Artinya
ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kemandirian lansia.

Universitas Sumatera Utara

63

4.3.3 Hubungan Kesehatan Fisik dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek
Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
Analisis hubungan kesehatan fisik dengan kemandirian lanjut usia dapat dilhat
pada Tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12 Hubungan Kesehatan Fisik dengan Kemandirian Lanjut Usia di
Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan
Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No

1
2

Kesehatan Fisik

Baik
Tidak Baik

Kemandirian Lanjut
Usia
Tidak
Mandiri
Mandiri
f
%
f
%
12
50
12
50
7
18,4
31 81,6

Total
p
f
24
38

%
100
100

0,009

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa dari 24 orang lansia yang
memiliki kesehatan fisik baik yang mandiri sebanyak 12 orang (50%) dan yang tidak
mandiri sebanyak 12 orang (50%) sedangkan dari 38 orang lansia yang memiliki
kesehatan fisik tidak baik yang mandiri sebanyak 7 orang (18,4%) dan yang tidak
mandiri sebanyak 31 orang (81,6%).
Berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat dengan Chi Square pada tingkat
kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,009 (p < 0,05) sehingga Ho ditolak. Artinya
ada hubungan yang bermakna antara kesehatan fisik dengan kemandirian lansia.

Universitas Sumatera Utara

64

4.3.4 Hubungan Kesehatan Mental dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa
Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
Analisis hubungan kesehatan mental dengan kemandirian lanjut usia dapat
dilihat pada Tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13 Hubungan Kesehatan Mental dengan Kemandirian Lanjut Usia di
Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No

1
2

Kesehatan Mental

Baik
Tidak Baik

Kemandirian Lanjut
Usia
Tidak
Mandiri
Mandiri
f
%
f
%
12
48
13
52
7
18,9
30 81,1

Total
p
f
25
37

%
100
100

0,015

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat dari 25 orang lansia yang memiliki
kesehatan mental baik yang mandiri sebanyak 12 orang (48%) dan yang tidak mandiri
sebanyak 13 orang (52%), sedangkan dari 37 orang lansia yang memiliki kesehatan
mental tidak baik yang mandiri sebanyak 7 orang (18,9%) dan yang tidak mandiri
sebanyak 30 orang (81,1%).
Berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat dengan Chi Square pada tingkat
kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,015 (p < 0,05) sehingga Ho ditolak. Artinya
ada hubungan yang bermakna antara kesehatan mental dengan kemandirian lansia.

Universitas Sumatera Utara

65

4.3.5 Hubungan Aktifitas Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek
Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
Analisa hubungan aktifitas sosial dengan kemandirian lanjut usia dapat dilihat
pada Tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14 Hubungan Aktifitas Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa
Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No

1
2

Aktifitas Sosial

Baik
Tidak Baik

Kemandirian Lanjut
Usia
Tidak
Mandiri
Mandiri
f
%
f
%
13
48,1
14 51,9
6
17,1
29 82,9

Total
p
f
27
35

%
100
100

0,009

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat dari 27 orang lansia yang memiliki
aktifitas sosial baik yang mandiri sebanyak 13 orang (48,1%) dan yang tidak mandiri
sebanyak 14 orang (51,9%), sedangkan dari 35 orang lansia yang memiliki aktifitas
sosial tidak baik yang mandiri sebanyak 6 orang (17,1%) dan yang tidak mandiri
sebanyak 29 orang (82,9%).
Berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat dengan Chi Square pada tingkat
kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,009 (p < 0,05) sehingga Ho ditolak. Artinya
ada hubungan yang bermakna antara aktifitas sosial dengan kemandirian lansia.
4.4 Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik berganda, analisis ini
bertujuan untuk mengetahui variabel independen mana yang paling dominan

Universitas Sumatera Utara

66

hubungannya dengan variabel dependen. Variabel independen yang memenuhi
kriteria untuk dimasukkaan dalam analisis multivariat adalah variabel independen
yang memiliki nilai p < 0,25. Dalam penelitian ini variabel yang memenuhi syarat
untuk dimasukkan dalam regresi logistik berganda adalah variabel jenis kelamin,
kesehatan fisik, kesehatan mental, dan aktifitas fisik . Tahap selanjutnya keempat
variabel ini dimasukkan menjadi kandidat untuk dilakukan analisis multivariat.
Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan model terbaik untuk menentukan
variabel dominan yang berhubungan dengan kemandirian lansia dengan metode enter
seperti pada tabel 4.15 berikut :
Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia Di Desa Aek Raru Wilayah
Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang
Lawas Utara Tahun 2016
No
Variabel Independen
B
Sig.
Exp (B)
1

Jenis Kelamin

-1,526

0,038

0,217

2

Kesehatan Fisik

1,905

0,011

6,722

3

Kesehatan Mental

1,380

0,059

3,974

4

Aktifitas Sosial

1,642

0,024

5,165

Constant

-0,971

Berdasarkan tabel 4.15 diatas, dapat kita ketahui hasil uji regresi logistik
berganda terlihat hanya ada 4 variabel yang memiliki pengaruh (signifikan) terhadap
kemandirian lansia, yaitu variabel jenis kelamin, kesehatan fisik, kesehatan mental
dan aktifitas sosial.

Universitas Sumatera Utara

67

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda, juga dapat diketahui bahwa
variabel dominan pada penelitian ini adalah variabel kesehatan fisik, karena variabel
ini memiliki nilai Exp(B) yang paling besar, yaitu 6,722. Artinya, lansia yang
memiliki kesehatan fisik baik 6,72 kali lebih mandiri dibanding lansia yang memiliki
kesehatan fisik kurang baik.
Berdasarkan hasil regresi logistik berganda maka dapat diketahui model
persamaan regresi logistik adalah sebagai berikut :
Y = - 4,022 + 1,526 X1 + 1,905 X2 + 1,380 X3 + 1,642 X4
Keterangan

: Y : Kemandirian Lansia
X1 : Jenis Kelamin
X2 : Kesehatan Fisik
X3 : Kesehatan Mental
X4 : Aktifitas Sosial

Dengan demikian, probabilitas untuk kemandirian lansia adalah

sebagai

berikut:
P=

=
Bila jenis kelamin perempuan, kesehatan fisik kurang baik, kesehatan mental

kurang dan aktifitas sosial kurang baik maka probabilitas kemandirian lansia adalah :
Y = - 4,022 + 1,9526 (0) + 1,905 (0) + 1,380 (0) + 1,642 (0) = -0,971

P=

= 0,199

Universitas Sumatera Utara

68

Berarti, probabilitas untuk lansia untuk mandiri adalah 19,9 %. Hal ini berarti
probabilitas seseorang lansia yang berjenis kelamin perempuan, memiliki kesehatan
fisik, kesehatan mental dan aktifitas sosial kurang baik untuk mandiri sebesar 19,9%.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Usia dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru
Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten
Padang Lawas Utara Tahun 2016
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p= 0,338 hasil ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar usia dengan kemandirian lanjut usia di
desa Aek Raru, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Dewi (2013) yang
mengatakan ada hubungan antara usia dengan kemandirian lanjut usia. dimana
semakin meningkatnya usia maka semakin berkurangnya kemampuan lansia dalam
beraktifitas sehari-hari.
Namun hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rinajumita (2011)
yang mengatakan tidak ada hubungan antara usia lansia dengan kemandirian lanjut
usia di kecamatan Payakumbuh Utara. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil
penelitian Syurandhari (2015). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan
Komnaslansia (2005) yang mengatakan dengan meningkatnya usia maka secara
alamiah akan terjadi penurunan kemampuan fungsi untuk merawat diri sendiri
maupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, dan akan semakin bergantung
pada orang lain.
Tidak adanya hubungan antara usia dengan kemandirian lansia berdasarkan
hasil penelitian dikarenakan lansia yang berumur 60-74 tahun dengan lansia yang
berumur 75-90 tahun sama sama cenderung tidak mandiri. Hal ini dikarenakan

69
Universitas Sumatera Utara

70

kondisi kesehatan fisik lansia yang memang sudah terganggu, keadaan mental lansia
yang juga kurang baik, serta aktifitas sosialnya yang masih kurang di masyarakat.
Dari 32 lansia yang berumur 60-74 tahun sebanyak 21 lansia tidak mandiri serta dari
30 lansia yang berumur 75-90 tahun sebanyak 22 lansia tidak mandiri. Berdasarkan
hasil penelitian juga diperoleh informasi lansia yang brumur 75-90 tahun lebih
banyak mengalami gangguan tekanan darah, gangguan pada leher selain itu juga
kebanyakan lansia yang berumur 75-90 tahun banyak mengalami gangguan tidur,
serta mengalami ketergantungan obat, gangguan punggung.
Lansia yang telah memasuki usia 60 tahun keatas adalah lansia resiko tinggi.
Hal ini akan menghalangi penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat
kemandirian lansia. Tidak mandirinya lansia ini disebabkan umur lansia. Masa
pensiun lansia yang terjadi saat umur semakin tua menyebabkan menurunnya
pendapatan lansia.
Jika dilihat dari umur lansia, sebenarnya lansia masih produktif namun karena
keadaan lansia yang tidak mandiri ini disebabkan karena rendahnya pendidikan
lansia, pembatasan umur dalam bekerja dan kecakapan/ kecekatan dalam bekerja
membuat mereka tidak mencari pekerjaan. Pekerjaan yang bisa dilakukan lansia di
desa Aek Raru antara lain memperbaiki kerusakan ringan dirumah, membantu
pekerjaan rumah tangga, serta menjaga cucu (Sulandari, 2009).
Selain itu dijaman sekarang hubungan orang muda dan orang tua semakin
renggang. Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh waktunya,
sehingga mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua.

Universitas Sumatera Utara

71

5.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek
Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan chi square diperoleh nilai
p = 0,008, hal ini berarti bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kemandirian lanjut usia di desa Aek Raru wilayah kerja puskesmas Langkimat. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi (2013) yang juga mengatakan
bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kemandirian lanjut usia. Namun
hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rinajumita (2011) yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kemandirian
lanjut usia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Darmojo (2004), bahwa terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan kamandirian lansia. Lansia laki-laki memiliki
tingkat ketergantungan lebih besar dibandingkan wanita, dan ini akan terus meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Kehidupan dalam susunan keluarga (family living
arrangement) dapat dilihat bahwa wanita lebih banyak yang mandiri. Dapat dilihat
dalam masyarakat bahwa lebih banyak wanita yang ditinggalkan suaminya, yang
dapat membesarkan anak-anaknya sampai berhasil.
Berdasarkan hasil penelitian, lansia laki-laki cenderung lebih mandiri
dibandingkan dengan lansia perempuan. Dari 30 orang lansia yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 14 lansia mandiri, sedangkan dari 32 lansia yang berjenis kelamin
perempuan hanya sebanyak 5 lansia yang mandiri. Kebanyakan responden laki-laki
yang tidak mandiri terjadi karena responden laki-laki yang tidak terbiasa dengan

Universitas Sumatera Utara

72

pekerjaan rumah. Hal ini dipengaruhi oleh tradisi daerah setempat, dimana laki-laki
hanya bertugas mencari uang sedangkan untuk pekerjaan yang menyangkut mengurus
rumah dan keluarga adalah tanggung jawab istri sebagai ibu rumah tangga.
Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara
lansia laki-laki dan wanita. Misalnya: lansia laki-laki sering menderita sakit hipertrofi
prostat, maka wanita mungkin menghadapi osteoporosis. Berdasarkan hasil
penelitian juga diperoleh bahwa lansia laki-laki cenderung mengalami gangguan pada
kepala, hidung, dada, pencernaan, nyeri buang air dan ketergantungan obat dalam
tiga bulan terakhir dibanding perempuan. Untuk lansia perempuan, cenderung
mengalami gangguan kesehatan berupa tekanan darah, gangguan nafsu makan,
gangguan pada telinga, gangguan pada leher, punggung, pencernaan dan gangguan
tidur.
Pada lansia perempuan, datangnya menopause bagi perempuan akan
menimbulkan perasaan tidak berguna, karena mereka tidak dapat bereproduksi lagi.
Inti dari kewanitaan adalah keberhasilan seorang wanita untuk mengisi peranannya
sebagai seorang ibu dan seorang istri. Dengan asumsi tersebut menopause merupakan
kejadian paling penting dan yang paling banyak menimbulkan masalah bagi wanita.

5.3 Hubungan Kesehatan Fisik dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek
Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
Hasil analisis hubungan antara kondisi kesehatan dengan kemandirian diperoleh
bahwa responden mandiri dengan kesehatan fisik baik hanya sebanyak 12 orang

Universitas Sumatera Utara

73

sedangkan responden tidak mandiri dengan kesehatan fisik tidak baik sebanyak 31
orang. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia (p < 0,05).
Berdasarkan hasil uji bivariat diperoleh nilai p = 0,009 , hal ini berarti bahwa terdapat
hubungan antara kesehatan fisik dengan kemandirian lanjut usia di Desa Aek Raru.
Berdasarkan hasil penelitian secara umum kondisi gangguan kesehatan fisik yang
dirasakan oleh responden yaitu tekanan darah (66,1%) dimana responden banyak
mengalami penyakit tekanan dara tinggi, gangguan kepala (64,5%) seperti pusing dan
sakit kepala, gangguan hidung (61,3%) seperti flu dan sinusitis, gangguan telinga
berupa kemampuan pendengaran menurun (61,3%), dada seperti sesak nafas(64,5%),
punggung (56,5%) seperti nyeri, masalah pencernaan (62,9%) seperti sering BAB
(diare), nyeri saat buang air kecil dan ketergantungan obat (59,7%) serta mengalami
gangguan tidur (64,5%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi (2013) yang mengatakan
ada hubungan antara kesehatan fisik dengan kemandirian lanjut usia. Secara teori
lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka yang secara
fisik dan psikis memiliki kesehatan yang cukup prima. Persentase yang paling tinggi
adalah mereka yang mempunyai kesehatan baik. Dengan kesehatan yang baik mereka
bisa melakukan aktivitas apa saja dalam kehidupannya sehari-hari seperti mengurus
dirinya sendiri, bekerja dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Darmojo (2004)
bahwa kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan
sehingga dapat melakukan Aktivitas Kehidupan sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara

74

Kesehatan fisik orang lanjut usia sangat berpengaruh terhadap kemandirian
karena tingkat kesehatan mengalami perubahan yang bersifat sangat umum seperti
waktu respon yang lambat yang menyebabkan lanjut usia kurang percaya diri
sehingga mereka tergantung pada orang lain. Hal ini disebabkan kemampuan
motorik, termasuk perubahan kekuatan fisik dan kecepatan dalam bergerak,
bertambahnya waktu yang diperlukan untuk belajar ketrampilan, konsep dan prinsip
baru dan ada kecenderungan sikapnya menjadi canggung dan kikuk (Hurlock,1994)
Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis Dengan
berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia
merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Kondisi
kesehatan mental lanjut usia menunjukkan bahwa pada umumnya lanjut usia di
daerah tersebut tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Lansia merasa tidak
senang dan bahagia dalam masa tuanya, karena berbagai kebutuhan hidup dasar tidak
terpenuhi, dan merasa sangat sedih, sangat kawatir terhadap keadaan lingkungannya.
Dalam sosialisasi terkait urusan di masyarakat kurang aktif (Suryani 1999 diacu
dalam Suhartini 2009).
Masalah umum yang dialami lanjut usia berhubungan dengan kesehatan fisik,
yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit. Menurut data SKRT (Survey Kesehatan
Rumah Tangga) tahun 2010 dimana angka kesakitan penduduk usia 55 tahun keatas
masih tinggi yaitu sebesar 31,11% (Depkes RI, 2010).
Selanjutnya para lansia yang menikmati masa tuanya dengan tetap beraktivitas
sesuai dengan kondisi fisiknya dan tetap berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya

Universitas Sumatera Utara

75

melalui keadaan yang diadakan di lingkungan tempat tinggalnya akan merasa
dihargai, lebih semangat dan bergairah dalam hidupnya (Suwarti, 2004).

5.4

Hubungan Kesehatan Mental dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa
Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
Menurunnya kondisi mental ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif.

Zainudin (2002). Berdasarkan hasil penelitian mayoritas lanjut usia pada kategori
kesehatan mental tidak baik terhadap kemandirian lanjut usia. Hasil uji bivariat
dengan uji statistik chi square menunjukkan variabel kesehatan mental berpengaruh
terhadap kemandirian lanjut usia (p = 0,015). Dari data penelitian tentang kesehatan
mental menunjukkan sebagian besar lanjut usia di desa Aek Raru adalah pada
kategori tidak baik (59,7%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Depkes RI (2000) yaitu Kemunduran
psikologis pada lanjut usia juga terjadi yaitu ketidakmampuan untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain : sindroma
lepas jabatan, sedih yang berkepanjangan. Hubungan antara kesehatan mental dengan
kemandirian lansia terjadi karena lansia yang memiliki kesehatan mental baik
cenderung mandiri jika dibandingkan dengan lansia yang memiliki kasehatan mental
tidak baik. Dari 59,7% lansia yang memiliki kesehatan mental yang tidak baik hanya
sebesar 18,9% lansia yang mandiri.
Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali
mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara

Universitas Sumatera Utara

76

lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal
ini dikenal apa yang disebut disengagement theory, yaitu berarti ada penarikan diri
dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat
mensukseskan proses menua. Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat
sekarang, yang justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan
sosial) yang dianggap lebih penting dan meyakinkan. Masyarakat sendiri menyambut
hal ini secara positif.
Masalah mental yang dialami oleh lansia di desa Aek Raru adalah sebagian
besar responden merasa tidak puas dengan kehidupan yang dijalani, selain itu para
lansia cenderung meninggalkan kesenangan/minta dan aktifitas yang biasa dilakukan
hal ini dikarenakan keadaan fisik lansia yang tidak mendukung, sebagian responden
juga merasa bosan karena tidak melaksanakan aktifitas yang berarti, diganggu pikiran
yang tidak dapat diungkapkan, lansia juga merasa takut sesuatu akan terjadi padanya,
merasa tidak berdaya dalam menjalani hidup serta mempunyai masalah daya ingat
lansia juga lebih suka untuk tinggal dirumah dari pada keluar rumah.
Kondisi kesehatan mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi lanjut
usia yang lain seperti kondisi ekonomi, yang menyebabkan lanjut usia tidak dapat
bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kondisi sosial yang menyebabkan
kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat. Menurut Hidayat
(2007) manusia terdiri dari bio, psiko dan spiritual yang selalu berkembang dari masa
bayi sampai tua. Secara alamiah dengan bertambahnya usia maka kemampuan
jaringan untuk memepertahankan struktur dan fungsi normal akan hilang secara

Universitas Sumatera Utara

77

perlahan – lahan. Pada masa tua ini manusia akan mengalami perubahan baik fisik,
mental dan sosial. Dari segi mental manusia akan mengalami depresi.
Menurut Subini depresi merupakan gangguan mood yang sering terjadi pada
lansia. Depresi bisa terjadi pada lansia disebabkan lansia merasa terasing dari
keluarganya dan merasa kesepian. Jika seorang lansia tidak mendapat dukungan dari
keluarga mereka akan mengalami episode mayor dari depresi yaitu gambaran
melankolis, merasa rendah diri, perasaan tidak berdaya, dan hal yang paling
mengancam adalah keinginan untuk bunuh diri. Selain itu juga menurut beberapa ahli
lainnya bahwa dukungan dari keluarga sangatlah membantu dalam mencegah dan
mengatasi depresi pada lansia. Selain itu menurut Freeman keluarga juga mempunyai
tugas dalam pemeliharaan para anggotanya dan saling memelihara dan saling
mempertahankan hubungan timbal balik (Astuti, 2010).

5.5 Hubungan Aktifitas Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek
Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat
Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan chi square diperoleh hasil
(p = 0,009), hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara aktifitas sosial dengan
kemandirian lanjut usia di desa Aek Raru. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
sebesar 56,5% lansia yang memiliki aktifitas sosial tidak baik. Hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian Rinajumita (2011) yang mengatakan bahwa tidak
ada hubungan antara aktifitas sosial dengan kemandirian lansia.

Universitas Sumatera Utara

78

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil riset tim dokter Universitas Harvard,
bahwa aktivitas sosial dan kegiatan produktif dapat meningkatkan kualitas,
kemampuan dan usia hidup seseorang. Mereka yang lebih aktif secara sosial ternyata
lebih sedikit yang meninggal dan lebih mandiri dibanding mereka yang kurang aktif
(Depkes RI, 2005).
Aktivitas sosial merupakan salah satu dari aktivitas sehari – hari yang dilakukan
oleh lansia. Lansia yang sukses adalah lansia yang mempunyai aktivitas sosial di
lingkungannya. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas sosial
yang dikemukan oleh Marthuranath pada tahun (2004) dalam Activities of Daily
Living Scale for Elderly People adalah lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya bersama lansia lainnya atau orang-orang terdekat, menjalankan hobi serta
aktif dalam aktivitas kelompok. Aktivitas sosial merupakan kegiatan yang dilakukan
bersama dengan masyarakat di lingkungan sekitar (Napitupulu, 2010).
Berdasarkan

hasil

penelitian

di

ketahui

bahwa

sebagian

responden

melaksanakan ibadah wajib,ibadah wajib ini dilaksanakan sebagian besar dirumah,
responden yang seluruhnya beragama islam tidak semua melaksanakan ibadah wajib
di masjid akibat keterbatasan fisik yang dialami, sehingga aktifitas sosial yang terjalin
dengan masyarakat lain masih kurang. Selain itu responden juga membaca kitab suci
paling tidak satu kali dalam sehari namun ibadah wajib yang dilakukan responden
sebagian di rumah, namun untuk ceramah agama sebagian responden tidak pernah
mengikuti ceramah agama padahal ceramah agama bisa meningkatkan interaksi
responden dengan orang lain.

Universitas Sumatera Utara

79

Kondisi hubungan sosial dan komunikasi lansia yang mandiri hampir
seluruhnya berada pada kategori aktif. Mereka yang beragama Islam aktif dalam
perkumpulan keagamaan, seperti beribedah solat di masjid dan pengajian setiap
bulan. Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh orang lansia saja, tetapi juga dihadiri
oleh warga setempat yang belum lansia. Mereka berkumpul bersama untuk
melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini didukung oleh teori pertukaran social
dimana mereka melakukan kegiatan yang cara pencapaiannya dapat berhasil jika
dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain.
Responden beranggapan jika responden aktif dalam kegiatan sosial, mereka
merasa masih dianggap dan dihargai jika ikut dalam kegiatan-kegiatan yang
diadakan. Sebaliknya mereka akan merasa tidak

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMPASI KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA TAHUN 2011.

0 1 10

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kemandirian Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2012

0 0 17

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kemandirian Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2012

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kemandirian Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2012

0 0 10

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 18

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 11

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 2 30

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

1 3 5

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 31