Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Efektivitas Pengendalian Intern Dan Good Governance Terhadap Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Skpd Di Kota Medan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah menjelaskan bahwa entitas pelaporan adalah
unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas akuntansi
adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh
karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara
Pasal 9 menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna
anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya
mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan
laporan
keuangan
Dengan
Kementerian
Negara/Lembaga
yang dipimpinnya.
demikian, setiap instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan
serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya.
Dalam rangka pertanggungjawaban tersebut diperlukan penerapan sistem
pelaporan keuangan agar informasi yang disampaikan dalam laporan
keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Untuk itu, pengembangan akuntansi sektor publik sangat diperlukan guna
1
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan yang digunakan untuk
mengambil kebijakan dan keputusan.
Dalam pengelolaan keuangan negara, transparansi dan akuntabilitas
dalam pelaporan adalah hal yang diutamakan. Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan
bahwa
bentuk
dan
isi
laporan
pertanggungjawaban
pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut,
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang
sekarang menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang
mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan
keuangan pemerintah di Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 mewajibkan laporan
keuangan
direviu oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
sebelum diserahkan kepada BPK untuk diaudit. Reviu atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tersebut dilakukan oleh Inspektorat
Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/ Kota. Laporan Keuangan yang disajikan
harus berdasarkan
sistem pengendalian intern yang memadai dan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk mencapai pengelolaan
2
Universitas Sumatera Utara
keuangan
negara
yang
efektif,
efisien,
transparan,
dan
akuntabel,
Menteri/Pimpinan Lembaga Negara, Gubernur, dan Bupati/Walikota wajib
melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
Pemerintah daerah yang tujuan rencana kerjanya sudah termaktub dalam
rencana kerja untuk jangka waktu yang sudah ditentukan yang selanjutnya
dibuatlah Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) untuk
mendukung pelaksanaan rencana kerja tersebut. Untuk mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan dalam rencana kerja, kepala daerah melaksanakan
beberapa fungsi yaitu perencanaan, penyusunan staf, pengarahan dan
pengendalian.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008
menyatakan bahwa pengendalian intern meliputi berbagai kebijakan yaitu,
(1) terkait dengan catatan keuangan, (2) memberikan keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar
akuntansi pemerintah, serta penerimaan dan pengeluaran telah sesuai dengan
otorisasi yang memadai, (3) memberikan keyakinan yang memadai atas
keamanan aset yang berdampak material pada laporan keuangan pemerintah.
Hasil pemeriksaan keuangan disajikan dalam tiga kategori, yaitu: opini,
laporan
hasil
pemeriksaan SPI, dan laporan hasil pemeriksaan atas
kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan
perundang-undangan. Pada
Semester I Tahun 2014, BPK melakukan pemeriksaan keuangan Tahun
2013 pada 456 LKPD. BPK memberikan opini WTP atas 153 LKPD, opini
WDP atas 276 LKPD, opini TW atas 9 LKPD, dan opini TMP atas 18 LKPD.
3
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan atas 1 LKPD Tahun 2012, BPK memberikan opini TMP. (IHPS I
2014)
Penyebab LKPD memperoleh opini TW, laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar sesuai dengan SAP, di antaranya: akun aset tetap,
kas, belanja modal, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) yang
berdampak
material
terhadap kewajaran laporan
keuangan. Penyebab
LKPD memperoleh opini TMP pada umumnya laporan keuangan tidak dapat
diyakini kewajarannya dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP.
Hal tersebut disebabkan oleh pembatasan lingkup pemeriksaan, kelemahan
pengelolaan yang material pada akun aset tetap, kas, piutang, persediaan,
investasi permanen dan nonpermanen, aset lainnya, belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, serta belanja modal. (IHPS I 2014)
Hasil pemeriksaan keuangan Semester I Tahun 2014 atas 456 LKPD
Tahun 2013 menunjukkan adanya 5.103 kasus kelemahan SPI yang terdiri
atas tiga kategori temuan, yaitu: kelemahan sistem pengendalian akuntansi
dan pelaporan sebanyak 1.829 kasus, kelemahan sistem pengendalian
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja sebanyak 2.174 kasus, serta
kelemahan struktur pengendalian intern sebanyak 1.100 kasus. (IHPS I 2014)
Pengendalian
intern
sangat
meningkatnya tuntutan masyarakat
penting
atas
seiring
dengan
penyelenggaraan
semakin
pemerintahan
yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel, mengingat terjadi kerugian
negara/daerah akibat tidak efektifnya pengendalian intern.
4
Universitas Sumatera Utara
Kasus mengenai kelemahan sistem pengendalian intern Kota Medan
berjumlah 10 kasus, 4 kasus tentang kelemahan sistem pengendalian
akuntansi dan pelaporan, 6 kasus mengenai sistem pengendalian pelaksanaan
APBD dan 0 kasus mengenai kelemahan struktur pengendalian intern. (IHPS
I 2014)
Kasus-kasus
kelemahan
SPI
pada
umumnya
terjadi,
karena:
pejabat/pelaksana yang bertanggungjawab lalai dan tidak cermat dalam
menyajikan laporan keuangan, belum optimal dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya sesuai tupoksi masing-masing, belum sepenuhnya
memahami ketentuan yang berlaku, lemah dalam melakukan pengawasan
dan pengendalian kegiatan, kurangnya koordinasi dengan
pihak-pihak
terkait, serta kelemahan pada sistem aplikasi yang digunakan. Selain itu,
kasus kelemahan SPI, terjadi karena: pejabat yang berwenang belum
menyusun dan menetapkan kebijakan yang formal untuk suatu prosedur atau
keseluruhan prosedur, kurang cermat dalam melakukan perencanaan dan
kegiatan, serta belum optimal dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK RI
atas LHP sebelumnya. (IHPS I 2014)
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan Sumatera Utara,
memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP) kepada Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Pemerintah Kota Medan Tahun
anggaran 2010. Opini ini diberikan karena terdapat penyelesaian pada laporan
keuangan Pemko Medan untuk TA 2010. Namun ada pengecualian terhadap
laporan masalah asset Pemko Medan yang harus dibenahi. Walikota Medan
5
Universitas Sumatera Utara
Rahudman Harahap menyatakan perolehan opini WDP dari BPK ini akan
dijadikan motivasi jajarannya untuk lebih meningkatkan pengelolaan
keuangan Pemko Medan. Selain itu, kedepannya akan dibentuk tim khusus
laporan keuangan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan.
(www.waspada.co.id)
Anggota DPRD Medan yang tergabung dalam Panitia khusus (Pansus)
Ranperda Kota Medan tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota
Medan 2012 berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daeraah (LKPD)
menuding pengelolaan keuangan Pemko Medan sangat buruk bahkan
amburadul. Pasalnya, dalam laporan keuangan terjadi dua mata anggaran
yang berbeda. Seperti laporan yang disampaikan Busral, anggaran di Dinas
Pariwisata Tahun 2012 sebesar Rp 29 M lebih dan realisasi sebesar Rp 22
M lebih. Sementara dalam laporan yang disampaikan BPKD Pemko Medan
Irwan Ritonga terdapat perbedaan yakni Rp 30 M lebih dan realisasi Rp 26
M lebih. Dari laporan keuangan yang disampaikan beberapa Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) berbeda dengan laporan BPKD.“Ini membuktikan
kinerja BPKD dengan SKPD sangat bobrok dan tak ada kordinasi. Hal ini
cukup berbahaya dan harus disikapi serius dan SKPD harus diingatkan
supaya tidak memberikan laporan asal asalan”, tegas CP.Laporan yang
disampaikan BPKD merupakan laporan administrasi sedangkan yang
disampaikan
SKPD merupakan yang riil (fakta). Untuk itu, perbedaan
laporan harus disikapi serius. (www.deltapariranews.com)
6
Universitas Sumatera Utara
Akibat yang ditimbulkan oleh tidak efektifnya pengendalian intern,
membutuhkan peran pimpinan instansi pemerintah dan auditor internal untuk
menjaga efektifitas pengendalian intern sebagai ikhtiar dalam meningkatkan
kualitas
informasi
laporan
keuangan
dan
mencegah
tindak
KKN.
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 PP No. 60 Tahun 2008 diamanahkan
agar pimpinan instansi pemerintah menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk
penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya.
Efektifvitas penerapan pengendalian intern dalam organisasi akan
menghasilkan atau menjamin pelaksanaan pembukuan secara obyektif, benar
dan dapat dipercaya sehingga dapat menghasilkan informasi laporan
keuangan yang berkualitas. Dengan adanya pengendalian intern akan mampu
mengurangi tingkat kecurangan-kecurangan yang terjadi baik dalam pihak
internal maupun pihak eksternal.
Perkembangan teknologi dan ekonomi merupakan acuan dasar dalam
mewujudkan
pengelolaan
keuangan
pemerintahan yang baik yang disebut
daerah,
sehingga
terciptanya
Good Governance. Dengan
tercapainya tujuan dari pemerintahan yang baik diharapkan nantinya setiap
daerah/wilayah di Indonesia bisa menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan
yang baik khususnya keuangan. Pengelolaan keuangan yang baik sangat
mendukung dalam hal pembangunan daerah sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan yang diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat. Salah
7
Universitas Sumatera Utara
satunya adalah dengan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah
secara jujur dan tanpa rekayasa.
Namun faktanya, masih banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi
pada publik/masyarakat tentang kebenaran dari laporan keuangan tersebut.
Seperti berita yang di kutip dari media online, Pemko Medan kembali
menjadi kabupaten/kota terkorup di antara seluruh pemerintah daerah di
Sumatera Utara (Sumut). Hal tersebut terungkap dalam Refleksi Akhir Tahun
2014 Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Sumut di
Penang Corner, Rabu (31/12) Sore. Menurut Direktur Eksekutif FITRA
Sumut, Rurita Ningrum, tabulasi yang dilakukan atas Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester (IHPS) II tahun 2009-2013, pihak Pemko Medan
memiliki 121 kasus dengan
jumlah
kerugian negara senilai Rp182,948
miliar yang belum sesuai dan masih dalam proses tindak lanjut oleh BPK,
serta 157 kasus dengan jumlah kerugian negara Rp4,296 miliar yang belum
ditindaklanjuti oleh BPK. "Dari IHPS II BPK tahun 2009-2013, Kota Medan
telah menyebabkan kerugian negara terbesar di wilayah Sumut, yakni
berkisar Rp187,245 miliar," ujarnya. "Jika kinerja penegak hukum seperti ini,
FITRA khawatir tuduhan bahwa pejabat-pejabat yang bertanggungjawab
atas temuan BPK ini, menjadi ATM-nya (obyek pemerasan, red) dari aparat
hukum itu adalah benar. Untuk itu, mari kita sama-sama melihat hal ini dan
mengawasinya," sebutnya. (www.limakoma.com)
Permasalahan lain yang terjadi adalah, seluruh aparatur Pemko Medan
harus benar-benar direformasi baik pola pikirnya, budaya kerjanya dan
8
Universitas Sumatera Utara
perilakunya, termasuk penguasaan teknologi informasi dan komunikasi agar
mampu menghadirkan tata birokrasi yang benar-benar mampu diaplikasikan
kepada masyarakat, kata Wali Kota Medan diwakili Asisten Umum
Pemerintahan Setdakot Medan Ikhwan Habibi Daulay. “Selama ini birokrasi
terkenal dengan kerumitan, tidak efisien, menyulitkan dan bahkan
terdapatnya pungutan liar. Kini kita semua harus bertekad untuk
menghilangkan stigma yang buruk tersebut dengan pelayanan prima dan
pelayanan yang memudahkan masyarakat,” ungkapnya. Menurut dia, salah
satu output reformasi birokrasi adalah pelayanan yang lebih baik, jelas dan
tidak bertele-tele. Reformasi birokrasi dalam bentuk konkritnya menjadikan
Pemko Medan sebagai pemerintahan yang good governance. Ikhwan
menegaskan agar seluruh instansi di lingkungan Pemko Medan berproses
melaksanakan
reformasi
birokrasi,
guna
mewujudkan
tata
kelola
pemerintahan yang baik dengan. Faktor utama dan aktor utama yang turut
berperan dalam mewujudkan hal itu tentunya aparatur penyelenggara
pemerintahan.(www.analisadaily.com)
Penelitian Permana (2011) dengan Judul Pengaruh Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Dan Implikasinya Pada Akuntabilitas (Survei Pada Dinas Kota
Bandung). Kesimpulan dari penelitan tersebut adalah Standar Akuntansi
Pemerintahan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah di dinas Kota Bandung.
9
Universitas Sumatera Utara
Darwanis dkk (2012) yang mengatakan bahwa penerapan good
governance signifikan terhadap kualitas informasi keuangan. Pelaksanaan
good governance pada SKPD di Kota Banda Aceh dijalankan dengan
mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan yang baik, seperti transparansi
(keterbukaan), akuntabilitas, partisipasi, keadilan, dan kemandirian, sehingga
sumber daya daerah yang berada dalam pengelolaan pemerintah benar-benar
mencapai tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kemajuan rakyat.
Penerapan
prinsip-prinsip
good
governance
dalam
penyelenggaraan
kepemerintahan juga tidak lepas dari masalah akuntabilitas dan tranparansi
dalam
pengelolaan keuangan daerah sebagai acuan dalam menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas.
Indriya (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian
intern pemerintah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
dengan koefisien determinasi 69,90%. Secara langsung, sistem pengendalian
intern pemerintah tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan,
sementara
kualitas
laporan
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap
akuntabilitas keuangan. Hal ini berarti semakin baik sistem pengendalian
intern pemerintah maka kualitas laporan keuangan semakin tinggi, dan
semakin tinggi kualitas laporan keuangan maka akuntabilitas keuangan
semakin tinggi.
Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Efektivitas Pengendalian Intern dan Good Governance
10
Universitas Sumatera Utara
Terhadap Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Di Kota Medan.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dibuat perumusan
masalah sebagai berikut:
Apakah
penerapan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan,
efektivitas
pengendalian intern dan good governance berpengaruh secara parsial
dan simultan terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan SKPD di
Kota Medan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas pengendalian intern
terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan good governance
terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) di Kota Medan.
11
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan standar akuntansi
pemerintahan,
efektivitas
pengendalian intern dan
good
governance terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk pemerintah Kota Medan, hasil penelitian ini dapat
mendorong
agar
lebih
menyadari
pentingnya
penyajian
informasi laporan keuangan yang berkualitas dan menjadi
sumbangan pemikiran dan acuan dalam menentukan kebijakan
operasional
keuangan
yang
dalam
berhubungan
mewujudkan
dengan
tata
kualitas
kelola
laporan
keuangan
pemerintahan yang baik.
2. Untuk penulis, diharapkan dapat memberikan dorongan ke arah
yang lebih baik dan mampu meningkatkan pemahaman terkait
dengan kualitas laporan keuangan daerah.
3. Untuk masyarakat umum, mendorong agar lebih peduli dengan
informasi laporan keuangan dari pemerintah,
sehingga
berpartisipasi dalam mengawasi dan mendorong peningkatan
kinerja keuangan pemerintah.
12
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi
terutama bagi yang mempunyai minat untuk mengkaji faktor
penentu kualitas informasi laporan keuangan dalam menunjang
penyelenggaraan sistem penyusunan pelaporan keuangan yang
lebih baik, dengan menambahkan variabel-variabel lain yang
belum diteliti.
13
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah menjelaskan bahwa entitas pelaporan adalah
unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas akuntansi
adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh
karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara
Pasal 9 menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna
anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya
mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan
laporan
keuangan
Dengan
Kementerian
Negara/Lembaga
yang dipimpinnya.
demikian, setiap instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan
serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya.
Dalam rangka pertanggungjawaban tersebut diperlukan penerapan sistem
pelaporan keuangan agar informasi yang disampaikan dalam laporan
keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Untuk itu, pengembangan akuntansi sektor publik sangat diperlukan guna
1
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan yang digunakan untuk
mengambil kebijakan dan keputusan.
Dalam pengelolaan keuangan negara, transparansi dan akuntabilitas
dalam pelaporan adalah hal yang diutamakan. Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan
bahwa
bentuk
dan
isi
laporan
pertanggungjawaban
pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut,
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang
sekarang menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang
mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan
keuangan pemerintah di Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 mewajibkan laporan
keuangan
direviu oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
sebelum diserahkan kepada BPK untuk diaudit. Reviu atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tersebut dilakukan oleh Inspektorat
Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/ Kota. Laporan Keuangan yang disajikan
harus berdasarkan
sistem pengendalian intern yang memadai dan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk mencapai pengelolaan
2
Universitas Sumatera Utara
keuangan
negara
yang
efektif,
efisien,
transparan,
dan
akuntabel,
Menteri/Pimpinan Lembaga Negara, Gubernur, dan Bupati/Walikota wajib
melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
Pemerintah daerah yang tujuan rencana kerjanya sudah termaktub dalam
rencana kerja untuk jangka waktu yang sudah ditentukan yang selanjutnya
dibuatlah Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) untuk
mendukung pelaksanaan rencana kerja tersebut. Untuk mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan dalam rencana kerja, kepala daerah melaksanakan
beberapa fungsi yaitu perencanaan, penyusunan staf, pengarahan dan
pengendalian.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008
menyatakan bahwa pengendalian intern meliputi berbagai kebijakan yaitu,
(1) terkait dengan catatan keuangan, (2) memberikan keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar
akuntansi pemerintah, serta penerimaan dan pengeluaran telah sesuai dengan
otorisasi yang memadai, (3) memberikan keyakinan yang memadai atas
keamanan aset yang berdampak material pada laporan keuangan pemerintah.
Hasil pemeriksaan keuangan disajikan dalam tiga kategori, yaitu: opini,
laporan
hasil
pemeriksaan SPI, dan laporan hasil pemeriksaan atas
kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan
perundang-undangan. Pada
Semester I Tahun 2014, BPK melakukan pemeriksaan keuangan Tahun
2013 pada 456 LKPD. BPK memberikan opini WTP atas 153 LKPD, opini
WDP atas 276 LKPD, opini TW atas 9 LKPD, dan opini TMP atas 18 LKPD.
3
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan atas 1 LKPD Tahun 2012, BPK memberikan opini TMP. (IHPS I
2014)
Penyebab LKPD memperoleh opini TW, laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar sesuai dengan SAP, di antaranya: akun aset tetap,
kas, belanja modal, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) yang
berdampak
material
terhadap kewajaran laporan
keuangan. Penyebab
LKPD memperoleh opini TMP pada umumnya laporan keuangan tidak dapat
diyakini kewajarannya dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP.
Hal tersebut disebabkan oleh pembatasan lingkup pemeriksaan, kelemahan
pengelolaan yang material pada akun aset tetap, kas, piutang, persediaan,
investasi permanen dan nonpermanen, aset lainnya, belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, serta belanja modal. (IHPS I 2014)
Hasil pemeriksaan keuangan Semester I Tahun 2014 atas 456 LKPD
Tahun 2013 menunjukkan adanya 5.103 kasus kelemahan SPI yang terdiri
atas tiga kategori temuan, yaitu: kelemahan sistem pengendalian akuntansi
dan pelaporan sebanyak 1.829 kasus, kelemahan sistem pengendalian
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja sebanyak 2.174 kasus, serta
kelemahan struktur pengendalian intern sebanyak 1.100 kasus. (IHPS I 2014)
Pengendalian
intern
sangat
meningkatnya tuntutan masyarakat
penting
atas
seiring
dengan
penyelenggaraan
semakin
pemerintahan
yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel, mengingat terjadi kerugian
negara/daerah akibat tidak efektifnya pengendalian intern.
4
Universitas Sumatera Utara
Kasus mengenai kelemahan sistem pengendalian intern Kota Medan
berjumlah 10 kasus, 4 kasus tentang kelemahan sistem pengendalian
akuntansi dan pelaporan, 6 kasus mengenai sistem pengendalian pelaksanaan
APBD dan 0 kasus mengenai kelemahan struktur pengendalian intern. (IHPS
I 2014)
Kasus-kasus
kelemahan
SPI
pada
umumnya
terjadi,
karena:
pejabat/pelaksana yang bertanggungjawab lalai dan tidak cermat dalam
menyajikan laporan keuangan, belum optimal dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya sesuai tupoksi masing-masing, belum sepenuhnya
memahami ketentuan yang berlaku, lemah dalam melakukan pengawasan
dan pengendalian kegiatan, kurangnya koordinasi dengan
pihak-pihak
terkait, serta kelemahan pada sistem aplikasi yang digunakan. Selain itu,
kasus kelemahan SPI, terjadi karena: pejabat yang berwenang belum
menyusun dan menetapkan kebijakan yang formal untuk suatu prosedur atau
keseluruhan prosedur, kurang cermat dalam melakukan perencanaan dan
kegiatan, serta belum optimal dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK RI
atas LHP sebelumnya. (IHPS I 2014)
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan Sumatera Utara,
memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP) kepada Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Pemerintah Kota Medan Tahun
anggaran 2010. Opini ini diberikan karena terdapat penyelesaian pada laporan
keuangan Pemko Medan untuk TA 2010. Namun ada pengecualian terhadap
laporan masalah asset Pemko Medan yang harus dibenahi. Walikota Medan
5
Universitas Sumatera Utara
Rahudman Harahap menyatakan perolehan opini WDP dari BPK ini akan
dijadikan motivasi jajarannya untuk lebih meningkatkan pengelolaan
keuangan Pemko Medan. Selain itu, kedepannya akan dibentuk tim khusus
laporan keuangan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan.
(www.waspada.co.id)
Anggota DPRD Medan yang tergabung dalam Panitia khusus (Pansus)
Ranperda Kota Medan tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota
Medan 2012 berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daeraah (LKPD)
menuding pengelolaan keuangan Pemko Medan sangat buruk bahkan
amburadul. Pasalnya, dalam laporan keuangan terjadi dua mata anggaran
yang berbeda. Seperti laporan yang disampaikan Busral, anggaran di Dinas
Pariwisata Tahun 2012 sebesar Rp 29 M lebih dan realisasi sebesar Rp 22
M lebih. Sementara dalam laporan yang disampaikan BPKD Pemko Medan
Irwan Ritonga terdapat perbedaan yakni Rp 30 M lebih dan realisasi Rp 26
M lebih. Dari laporan keuangan yang disampaikan beberapa Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) berbeda dengan laporan BPKD.“Ini membuktikan
kinerja BPKD dengan SKPD sangat bobrok dan tak ada kordinasi. Hal ini
cukup berbahaya dan harus disikapi serius dan SKPD harus diingatkan
supaya tidak memberikan laporan asal asalan”, tegas CP.Laporan yang
disampaikan BPKD merupakan laporan administrasi sedangkan yang
disampaikan
SKPD merupakan yang riil (fakta). Untuk itu, perbedaan
laporan harus disikapi serius. (www.deltapariranews.com)
6
Universitas Sumatera Utara
Akibat yang ditimbulkan oleh tidak efektifnya pengendalian intern,
membutuhkan peran pimpinan instansi pemerintah dan auditor internal untuk
menjaga efektifitas pengendalian intern sebagai ikhtiar dalam meningkatkan
kualitas
informasi
laporan
keuangan
dan
mencegah
tindak
KKN.
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 PP No. 60 Tahun 2008 diamanahkan
agar pimpinan instansi pemerintah menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk
penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya.
Efektifvitas penerapan pengendalian intern dalam organisasi akan
menghasilkan atau menjamin pelaksanaan pembukuan secara obyektif, benar
dan dapat dipercaya sehingga dapat menghasilkan informasi laporan
keuangan yang berkualitas. Dengan adanya pengendalian intern akan mampu
mengurangi tingkat kecurangan-kecurangan yang terjadi baik dalam pihak
internal maupun pihak eksternal.
Perkembangan teknologi dan ekonomi merupakan acuan dasar dalam
mewujudkan
pengelolaan
keuangan
pemerintahan yang baik yang disebut
daerah,
sehingga
terciptanya
Good Governance. Dengan
tercapainya tujuan dari pemerintahan yang baik diharapkan nantinya setiap
daerah/wilayah di Indonesia bisa menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan
yang baik khususnya keuangan. Pengelolaan keuangan yang baik sangat
mendukung dalam hal pembangunan daerah sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan yang diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat. Salah
7
Universitas Sumatera Utara
satunya adalah dengan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah
secara jujur dan tanpa rekayasa.
Namun faktanya, masih banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi
pada publik/masyarakat tentang kebenaran dari laporan keuangan tersebut.
Seperti berita yang di kutip dari media online, Pemko Medan kembali
menjadi kabupaten/kota terkorup di antara seluruh pemerintah daerah di
Sumatera Utara (Sumut). Hal tersebut terungkap dalam Refleksi Akhir Tahun
2014 Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Sumut di
Penang Corner, Rabu (31/12) Sore. Menurut Direktur Eksekutif FITRA
Sumut, Rurita Ningrum, tabulasi yang dilakukan atas Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester (IHPS) II tahun 2009-2013, pihak Pemko Medan
memiliki 121 kasus dengan
jumlah
kerugian negara senilai Rp182,948
miliar yang belum sesuai dan masih dalam proses tindak lanjut oleh BPK,
serta 157 kasus dengan jumlah kerugian negara Rp4,296 miliar yang belum
ditindaklanjuti oleh BPK. "Dari IHPS II BPK tahun 2009-2013, Kota Medan
telah menyebabkan kerugian negara terbesar di wilayah Sumut, yakni
berkisar Rp187,245 miliar," ujarnya. "Jika kinerja penegak hukum seperti ini,
FITRA khawatir tuduhan bahwa pejabat-pejabat yang bertanggungjawab
atas temuan BPK ini, menjadi ATM-nya (obyek pemerasan, red) dari aparat
hukum itu adalah benar. Untuk itu, mari kita sama-sama melihat hal ini dan
mengawasinya," sebutnya. (www.limakoma.com)
Permasalahan lain yang terjadi adalah, seluruh aparatur Pemko Medan
harus benar-benar direformasi baik pola pikirnya, budaya kerjanya dan
8
Universitas Sumatera Utara
perilakunya, termasuk penguasaan teknologi informasi dan komunikasi agar
mampu menghadirkan tata birokrasi yang benar-benar mampu diaplikasikan
kepada masyarakat, kata Wali Kota Medan diwakili Asisten Umum
Pemerintahan Setdakot Medan Ikhwan Habibi Daulay. “Selama ini birokrasi
terkenal dengan kerumitan, tidak efisien, menyulitkan dan bahkan
terdapatnya pungutan liar. Kini kita semua harus bertekad untuk
menghilangkan stigma yang buruk tersebut dengan pelayanan prima dan
pelayanan yang memudahkan masyarakat,” ungkapnya. Menurut dia, salah
satu output reformasi birokrasi adalah pelayanan yang lebih baik, jelas dan
tidak bertele-tele. Reformasi birokrasi dalam bentuk konkritnya menjadikan
Pemko Medan sebagai pemerintahan yang good governance. Ikhwan
menegaskan agar seluruh instansi di lingkungan Pemko Medan berproses
melaksanakan
reformasi
birokrasi,
guna
mewujudkan
tata
kelola
pemerintahan yang baik dengan. Faktor utama dan aktor utama yang turut
berperan dalam mewujudkan hal itu tentunya aparatur penyelenggara
pemerintahan.(www.analisadaily.com)
Penelitian Permana (2011) dengan Judul Pengaruh Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Dan Implikasinya Pada Akuntabilitas (Survei Pada Dinas Kota
Bandung). Kesimpulan dari penelitan tersebut adalah Standar Akuntansi
Pemerintahan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah di dinas Kota Bandung.
9
Universitas Sumatera Utara
Darwanis dkk (2012) yang mengatakan bahwa penerapan good
governance signifikan terhadap kualitas informasi keuangan. Pelaksanaan
good governance pada SKPD di Kota Banda Aceh dijalankan dengan
mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan yang baik, seperti transparansi
(keterbukaan), akuntabilitas, partisipasi, keadilan, dan kemandirian, sehingga
sumber daya daerah yang berada dalam pengelolaan pemerintah benar-benar
mencapai tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kemajuan rakyat.
Penerapan
prinsip-prinsip
good
governance
dalam
penyelenggaraan
kepemerintahan juga tidak lepas dari masalah akuntabilitas dan tranparansi
dalam
pengelolaan keuangan daerah sebagai acuan dalam menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas.
Indriya (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian
intern pemerintah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
dengan koefisien determinasi 69,90%. Secara langsung, sistem pengendalian
intern pemerintah tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan,
sementara
kualitas
laporan
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap
akuntabilitas keuangan. Hal ini berarti semakin baik sistem pengendalian
intern pemerintah maka kualitas laporan keuangan semakin tinggi, dan
semakin tinggi kualitas laporan keuangan maka akuntabilitas keuangan
semakin tinggi.
Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Efektivitas Pengendalian Intern dan Good Governance
10
Universitas Sumatera Utara
Terhadap Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Di Kota Medan.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dibuat perumusan
masalah sebagai berikut:
Apakah
penerapan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan,
efektivitas
pengendalian intern dan good governance berpengaruh secara parsial
dan simultan terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan SKPD di
Kota Medan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas pengendalian intern
terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan good governance
terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) di Kota Medan.
11
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan standar akuntansi
pemerintahan,
efektivitas
pengendalian intern dan
good
governance terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk pemerintah Kota Medan, hasil penelitian ini dapat
mendorong
agar
lebih
menyadari
pentingnya
penyajian
informasi laporan keuangan yang berkualitas dan menjadi
sumbangan pemikiran dan acuan dalam menentukan kebijakan
operasional
keuangan
yang
dalam
berhubungan
mewujudkan
dengan
tata
kualitas
kelola
laporan
keuangan
pemerintahan yang baik.
2. Untuk penulis, diharapkan dapat memberikan dorongan ke arah
yang lebih baik dan mampu meningkatkan pemahaman terkait
dengan kualitas laporan keuangan daerah.
3. Untuk masyarakat umum, mendorong agar lebih peduli dengan
informasi laporan keuangan dari pemerintah,
sehingga
berpartisipasi dalam mengawasi dan mendorong peningkatan
kinerja keuangan pemerintah.
12
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi
terutama bagi yang mempunyai minat untuk mengkaji faktor
penentu kualitas informasi laporan keuangan dalam menunjang
penyelenggaraan sistem penyusunan pelaporan keuangan yang
lebih baik, dengan menambahkan variabel-variabel lain yang
belum diteliti.
13
Universitas Sumatera Utara