Analisis Pengaruh Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Utara Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1

Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, landasan teori dan review

penelitian terdahulu sebagaimana telah dikemukakan maka hubungan antar
variabel dapat digambarkan melalui model kerangka konsep penelitian pada gambar
3.1 berikut ini :
Belanja Daerah (X)

Belanja
Langsung
( X1 )
P4

P1
P5
Belanja Tidak

Langsung
( X2 )

P2

Pendapatan
Asli Daerah( Z)

P7

Kemandirian
Keuangan
Daerah
( Y)

P6

P3
Jumlah
Penduduk

( X3 )

Variabel Independen

Variabel Intervening Variabel Dependen

Gambar 3.1
Kerangka Konseptual
Dalam gambar di atas menunjukkan variabel independen yaitu belanja
langsung, belanja tidak langsung dan Jumlah Penduduk serta variabel dependen
yaitu kemandirian keuangan daerah dan penadapatan asli daerah menjadi variabel

37
Universitas Sumatera Utara

38

intervening dalam penelitian ini. Variabel independen ini diprediksi akan
mempengaruhi variabel dependen dalam arti peningkatan dan penurunan yaitu
belanja langsung, belanja tidak langsung dan Jumlah Penduduk akan menaikkan

atau menurunkan kemandirian keuangan daerah.
Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan
jasa; dan belanja modal diprediksi akan mempengaruhi pendapatan asli daerah.
Dalam merealisasikan pengadaan barang jasa pemerintah, bagi pihak penyedia
barang dan jasa akan membutuhkan perijinan yang diperoleh dengan membayar
pajak dan retribusi daerah, hal ini tentunya akan meningkatkan pendapatan asli
daerah.
Begitu juga halnya dengan belanja tidak langsung yang terdiri dari belanja
pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi basil, bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga diprediksi juga mempengaruhi pendapatan asli
daerah. Dengan dikucurkannya bantuan sosial kepada masyarakat tentu
memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Jumlah Penduduk akan berpengaruh terhadap Kemandirian Keuangan
melalui Pendapatan Asli Daerah.Sidik (2002) menyebutkan bahwa Pajak daerah
merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Kemudian penelitian
yang dilakukan Meilina (2014) menyimpulkan bahwa pajak daerah memberikan
kontribusi paling besar terhadap kemandirian keuangan daerah. Karenanya diduga
penerimaan pajak daerah akan berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan asli
daerah dan berimplikasi terhadap kemandirian keuangan daerah.


Universitas Sumatera Utara

39

3.2

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijelaskan dan digambarkan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1

:

Belanja daerah (diproksi dengan belanja langsung dan belanja tidak
langsung), jumlah penduduk dan pendapatan asli daerah secara simultan
dan parsial berpengaruh langsung terhadap kemandirian keuangan
daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.


H2

:

Belanja daerah (diproksi dengan belanja langsung dan belanja tidak
langsung) dan jumlah penduduk berpengaruh tidak langsung terhadap
kemandirian keuangan daerah melalui pendapatan asli daerah sebagai
variabel intervening pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1

Jenis Penelitian
Jenispenelitian


yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

kausalitas.Desain penelitian kausalitas adalah desain penelitian yang disusun
untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antar variabel
(Sanusi, 2011 : 14).
4.2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini peneliti


memperolehnya dari Perpustakaan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara yang
beralamat di Jalan Asrama No 179, Medan disamping juga menggunakan laporan dan
pertanggungjawaban APBD Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara, sekaligus
mengakses situs www.BPS.go.id dan www.djpk.kemenkeu.go.id. Penelitian dilakukan
dengan waktu yang bertahap (bulan September 2015-Juni 2016).
4.3

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan dari subyek penelitian, dan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota di
Propinsi Sumatera Utara dengan jumlah 33 kabupaten/kota yang terdiri dari 25
kabupaten dan 8 kota (tabel 4.1). Sampel adalah beberapa anggota atau bagian
yang dipilih dari populasi yang ingin diteliti, karena teknik sampling
menggunakan sampel jenuh (sensus), maka seluruh elemen populasi menjadi

40
Universitas Sumatera Utara

41


sampel penelitian yaitu sampel sebanyak 33 Kabupaten/Kota (tabel 4.1), periode
amatan penelitian selama 5 tahun (2010-2014), sehingga unit analisis observasi
menjadi 165 sampel (5 x 33 = 165).
Tabel 4.1
Daftar Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2010-2014
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

33

Nama Kabupaten/Kota
Kabupaten Nias
Kabupaten Mandailing Natal
Kabupaten Tapanuli Selatan
Kabupaten Tapanuli Tengah
Kabupaten Tapanuli Utara
Kabupaten Toba Samosir
Kabupaten Labuhan Batu
Kabupaten Asahan
Kabupaten Simalungun
Kabupaten Dairi
Kabupaten Karo
Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Langkat
Kabupaten Nias Selatan
Kabupaten Humbang Hasundutan
Kabupaten Pakpak Barat
Kabupaten Samosir

Kabupaten Serdang Badagai
Kabupaten Batubara
Kabupaten Padang Lawas Utara
Kabupaten Padang Lawas
Kabupaten Labuhan Batu Selatan
Kabupaten Labuhan Batu Utara
Kabupaten Nias Utara
Kabupaten Nias Barat
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Pematang Siantar
Kota Tebing Tinggi
Kota Medan
Kota Binjai
Kota Padang Sidimpuan
Kota Gunung Sitoli

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kabupaten_dan_kota_di_Sumatera_Utara
diakses pada tanggal 11 Nopember 2015, pukul 19.32 WIB.

Universitas Sumatera Utara

42

Universitas Sumatera Utara

43

4.4

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan suatu
cara untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang terkait dengan
penelitian. Metode ini ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi laporan, buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, dan data-data yang relevan dengan penelitian tersebut (Ridwan,
2008). Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari arsip
perpustakaan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara.

4.5

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap suatu

variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan
peneliti untuk mengukur atau memanipulasinya (Sularso, 2003).
4.5.1. Variabel Independen
1.

Belanja Langsung (X1)
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara

langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan (dalam satuan trilyun rupiah)
dengan skala rasio.
2.

Belanja Tidak Langsung (X2)
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan (dalam satuan trilyun
rupiah) dengan skala rasio.

Universitas Sumatera Utara

44

3.

Jumlah Penduduk (X3)
Jumlah penduduk adalah jumlah semua orang yang berdomisili di wilayah

kabupaten/kota Sumatera Utara selama enam bulan atau lebih dan atau mereka
yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap, (dalam satuan
ratusan jiwa) dengan skala rasio.
4.5.2. Variabel Intervening
Pendapatan Asli Daerah (Z)
Pendapatan asli daerah adalah merupakan semua penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (dalam satuan trilyun rupiah) dengan skala rasio.
4.5.3. Variabel Dependen
Kemandirian Keuangan Daerah (Y)
Kemandirian keuangan daerah yaitu kemampuan pemerintah daerah dalam
membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat. Rasio kemandirian ditunjukkan oleh besarnya pendapatan asli daerah
dibandingkan dengan total pendapatan daerah yang diukur dengan skala rasio
dalam satuan persen.
Ikhtisar definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini
ditunjukkan melalui matriks sebagaimana tersebut dalam Tabel 4.2.

Universitas Sumatera Utara

45

Tabel 4.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel
Penelitian
Independen
Belanja
langsung
(X1)

Parameter

Jumlah
anggaran
yang
dianggarkan
terkait
secara
langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan

Anggaran
belanja Rasio
langsung kabupaten/kota
Propinsi Sumatera Utara
TA 2010-2014
(trilyunan rupiah)
Anggaran belanja tidak Rasio
langsung kabupaten/kota
Propinsi Sumatera Utara
TA 2010-2014
(trilyunan rupiah)
Angka
Rasio

Belanja tidak Jumlah
anggaran
yang
langsung
dianggarkan tidak terkait secara
(X2)
langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan
Jumlah
Penduduk
(X3)

Skala
Ukur

Definisi Operasional

Jumlah semua orang yang
berdomisili
di
wilayah
kabupaten/kota Sumatera Utara (ratusan jiwa)
selama enam bulan atau lebih
dan
atau
mereka
yang
berdomisili kurang dari enam
bulan tetapi bertujuan menetap.

Intervening
Pendapatan Jumlah
penerimaan
yang
Asli Daerah diperoleh daerah dari sumbersumber dalam wilahnya sendiri
(Z)
yang
dipungut
berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku
Dependen
Kemandirian
Keuangan
Kemampuan pemerintah daerah
Daerah
dalam
membiayai
sendiri
(Y)
kegiatan pemerintahannya.

Anggaran
pendapatan Rasio
asli
daerah
kabupaten/kota Propinsi
Sumatera Utara tahun
2010-2014
(trilyunan rupiah)

=Pendapatan Asli Daerah Rasio
Total Pendapatan Daerah
(%)

Universitas Sumatera Utara

46

4.6.

Metode Analisis Data
Metode Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, uji

asumsi klasik dan uji hipotesis. Hipotesis diuji dengaan analisis linear berganda
dan analisis jalur (path analyisis). Ghozali (2013:96) mengatakan “Analisis
regresi berganda adalah hubungan dua variabel atau lebih serta menunjukkan arah
hubungan antara variabel dependen dan variabel independen”. Menurut Ghozali
(2013: 249), “Analisis jalur merupakan perluasan jalur dari analisis regresi linear
berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir
hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan
sebelumnya berdasarkan teori”.
Untuk hipotesis 1
Y = α + β1X1 + β2X2 +β3X3 + β4Z + ε .................... (1)
Untuk hipotesis 2
Z = α + β1X1 + β2X2+β3X3 + ε ...............................(2)
Keterangan :

Y

= kemandirian keuangan daerah

Z

= pendapatan asli daerah

X1

= belanja langsung

X2

= belanja tidak langsung

X3

= jumlah penduduk

β1, β2, β3, β4

= koefisien regresi

α

= konstanta

ε

= error

Universitas Sumatera Utara

47

4.6.1. AnalisisStatistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
variabel penelitian serta ringkasan data-data penelitian seperti belanja langsung,
belanja tidak langsung, jumlah penduduk, pendapatan asli daerah dan kemandirian
keuangan daerah. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, standar deviasi dan skewness
(kemencengan distribusi).

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji asumsi
klasik. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah pool data yaitu gabungan
cross sectional dan time series sehingga uji autokorelasi tidak dibutuhkan dalam
pengujian penelitian ini. Uji Autokorelasi yaitu data yang digunakan pada data
runtun waktu (time series). Uji ini bertujuan umtuk melihat apakah dalam suatu
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Uji Autokorelasi dapat dilakukan
dengan uji Durbin-Watson (DW), Ghozali (2013). Uji asumsi klasik yang akan
dipakai adalah uji normalitas, Multikoloniearitas, dan heteroskedastisitas.
4.6.2.1. Uji Normalitas
Menurut Imam Ghozali (2013:160), “Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel
lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik

Universitas Sumatera Utara

48

parametrik tidak dapat digunakan.” Dalam penelitian ini uji normalitas data yang
digunakan adalah dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat tingkat
signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan daru uji normalitas adalah dengan
melihat probabilitas asymp.sig(2-tailed)> 0,05 maka data terdistribusi normaldan
sebaliknya jika asymp.sig (2-tailed)< 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.
4.6.2.2. Uji Multikolinearitas
Ghozali (2013) menyatakan uji multikolinearitas bertujuan “untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen (tidak terjadi multikolinieritas). Untuk melakukan uji
multikolinearitas dalam penelitian ini, penelitian menilai dari nilai tolerance dan
variance inflationfactor (VIF). Batas nilai tolerance adalah 0,10 dan batas VIF
adalah 10. Apabila nilai tolerance kurang dari 0,10 atau VIF lebih dari 10 maka
disimpulkan terjadi multikolinieritas.
4.6.2.3. Uji Heterokedastisitas
Ghozali (2013) menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan uji glejser,
dengan cara melakukan regresi variabel-variabel independen terhadap nilai

Universitas Sumatera Utara

49

absolute residualnya (Gujarati, 2006). Nilai residual adalah selisih antara nilai
observasi dengan nilai prediksi dan absolut adalah nilai mutlaknya, apabila nilai
koefisien regresi dari masing-masing variabel independen dalam model regresi ini
tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heterokedastisitas.

4.6.3. Pengujian Hipotesis Penelitian
4.6.3.1. Uji Hipotesis Pertama (H1) dengan Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh dari variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat
(dependen).
1.

Besaran koefisien determinasi
Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa
besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel
terikatnya. Uji goodness of fit ditentukan dengan nilai R Square yang
tinggi yang mampu menjelaskan model dengan baik.

2.

Uji simultan (uji statistik F)
Dalam penelitian ini akan dilakukan juga penelitian secara simultan (uji
F). Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Uji ini
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2,…Xn)
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (Y). Statistik hitung dan statistik tabel dapat juga diambil

Universitas Sumatera Utara

50

keputusan berdasarkan probabilitas, dengan dasar pengambilan keputusan
adalah :
a. Apabila Fhitung > Ftabel atau sig < α = 5%, maka H1 diterima.
b. Apabila Fhitung < Ftabel atau sig > α = 5%,, maka H1 tidak dapat diterima.
3.

uji parsial (uji statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing
variabel. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
variabel independen (X1,X2,…Xn) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Y). Nilai ttabeldapat dilihat dengan
menggunakan table-t. Dasar pengambilan keputusan adalah :
a. Apabila thitung > ttabel atau sig < α = 5%, maka H1 diterima.
b. Apabila thitung < ttabel atau sig > α = 5%, maka H1 tidak dapat diterima.

4.6.3.2. Uji Hipotesis Kedua (H2) dengan Path Analysis

Hipotesis kedua diuji dengan Path Analysis, meliputi uji pengaruh langsung,
pengaruh tidak langsung dan pengaruh total antara variabel belanja langsung,
belanja tidak langsung dan jumlah pendudukterhadap kemandirian keuangan
daerahmelalui pendapatan asli daerah. Menurut Ghozali (2013:249) uji path
analysis untuk dapat menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita
perlu menghitung nilai t hitung uji Sobel dari koefisien dari persamaan αβ dengan
rumus sebagai berikut: t = αβ / Sαβ.
Nilai thitung uji Sobel ini dibandingkan dengan nilai ttabel, jika thitung uji Sobel
> nilai ttabel maka H2 dapat diterima. Pengaruh mediasi juga dapat dilakukan
dengan membandingkan koefisien pengaruh tidak langsung dengan koefisien

Universitas Sumatera Utara

51

pengaruh langsung. Jika koefisien pengaruh tidak langsung (indirect effect) lebih
besar dari koefisien pengaruh langsung (direct effect) maka variabel yang diuji
merupakan variabel intervening, dan sebaliknya (Murwaningsari : 2008).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.

Hasil Penelitian

5.1.1. Statistik Deskripsi
Pada dasarnya statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai
variabel-variabel penelitian yang diamati. Pengukuran statistik deskriptif dalam
penelitian ini menghasilkan perhitungan sebagaimana tercantum dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Kemandirian Keuangan

165

,0061

,4062

,0598

,06016

Belanja Langsung

165

,0527

2,6459

,3545

,34804

Belanja Tidak Langsung

165

,0472

1,9514

,4122

,32137

Jumlah Penduduk

165

,4051

21,9114

4,0239

4,57207

Pendapatan Asli Daerah

165

,0010

1,7588

,0763

,22599

Valid N (listwise)

165

Sumber: Lampiran 3 (Data Diolah, 2016)

Tabel 5.1 menunjukkan nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata dan standar
deviasi dari variabel Kemandirian Keuangan, Belanja Langsung, Belanja Tidak
Langsung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Asli Daerah dengan 165 observasi
selama tahun 2010-2014. Variabel Kemandirian Keuangan (Y) menunjukkan
seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan
pemerintahannya. Dalam penelitian ini rata-rata Kemandirian Keuangan adalah

52
Universitas Sumatera Utara

53

sebesar 0,0598 artinya keseluruhan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Propinsi Sumatera Utara mampu dan mandiri dalam membiayai kegiatan
pemerintahannya.
Kemampuan atau kemandirian daerah dengan nilai tertinggi disandang
oleh daerah Medan dengan nilai 0,4062 sedangkan kemampuan atau kemandirian
daerah dengan nilai terendah disandang oleh Nias Utara dengan nilai 0,0061,
adapun nilai standar deviasi Variabel Kemandirian Keuangan (Y) dalam
penelitian ini adalah sebesar 0,06016. Nilai rata-rata lebih kecil dari nilai standar
deviasi artinya menunjukan perbedaan kemampuan atau kemandirian daerahdaerah di Propinsi Sumatera Utara.
Kemudian halnya dengan variabel independen yaitu Belanja Langsung
(X1) yang merupakan jumlah atau besarnya anggaran Daerah Kabupaten/Kota di
Propinsi Sumatera Utara yang dianggarkan terkait secara langsung dalam
pelaksanaan program dan kegiatan yang terendah adalah diperoleh daerah Gunung
Sitoli dengan nilai 0,0527 sedangkan penganggaran tertinggi dilakukan oleh
daerah Medan dengan nilai 2,6459. Akan halnya dengan nilai standar deviasi pada
variabel ini adalah sebesar 0,34804 sedangkan nilai rata-ratanya adalah sebesar
0,3545. Ini menjelaskan bahwa terdapat kesenjangan Daerah Kabupaten/Kota di
Propinsi Sumatera Utara dalam penganggaran Belanja Langsung ini.
Seterusnya variabel independen Belanja Tidak Langsung (X2), nilai
terendah adalah diperoleh daerah Nias Barat dengan nilai 0,0472 sedangkan
penganggaran tertinggi dilakukan oleh daerah Medan dengan nilai 1,9514.
Variabel Belanja Tidak Langsung ini merupakan penganggaran yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara

54

tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Nilai rata-rata
pada variabel ini adalah sebesar 0,4122 dibandingkan dengan nilai standar deviasi
yang hanya berjumlah 0,32137. Dengan demikian kondisi ini menggambarkan
bahwa juga terdapat kesenjangan Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera
Utara dalam penganggaran Belanja Tidak Langsung ini, meliputi penganggaran
belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan
sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.
Untuk variabel Jumlah Penduduk (X3) nilai tertinggi adalah diperoleh
daerah Medan dengan nilai 21,9114 sedangkan terendah diperoleh daerah Pakpak
Barat dengan nilai 0,4051. Standar deviasi sebesar 4,57207 artinya terdapat
tingkat kesenjangan jumlah penduduk Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi
Sumatera Utara sebesar 4,57207. Nilai rata-rata jumlah penduduk adalah sebesar
4,0239.
Selanjutnya dengan variabel intervening yaitu Pendapatan Asli Daerah (Z)
yang merupakan jumlah penerimaan daerah dari sumber-sumber dalam
wilayahnya sendiri yang diperoleh berdasarkan peraturan daerah atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan klaster terendah adalah diperoleh
daerah Nias Barat dengan nilai 0,0010 sedangkan nilai tertinggi diperoleh daerah
Medan dengan nilai 1,7588. Rata-rata nilai Pendapatan Asli Daerah sebesar
0,0763 artinya Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara memiliki
resiko sistematik sebesar 0,0763. Nilai standar deviasiPendapatan Asli Daerah
sebesar 0,22599, menunjukkan adanya kesenjangan padatingkat Daerah
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

55

5.1.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian Classical Normal Linear Regression Model untuk semua
variabel yang terdiri dari uji normalitas, uji Multikoloniearitas, dan uji
heteroskedastisitas dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian
model regresi linear berganda metode enter dan PATH analysis.
5.1.2.1. Uji Normalitas Sebelum Transformasi
Uji Normalitas sebelum transformasidapat dilihat pada tabel 5.2, diperoleh
nilai signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05, menunjukkan bahwa sebaran data terjadi
secara tidak normal. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil pengujian tidak
berdistribusi normal.
Tabel 5.2 Uji Normalitas Sebelum Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
Normal Parameters

a,b

Most Extreme Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

165
,0000000
0,02233796
,110
,110
-,060
,110
c
,000

Sumber: Lampiran 4 (Data Diolah, 2016)
5.1.2.2. Uji Multikoloniearitas Sebelum Transformasi
Untuk menguji ada tidaknya Multikoloniearitas di antara variabel
independen maka digunakan nilai variance inflation factors (VIF) dan nilai
tolerance. Dalam hal nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10 maka terjadi

Universitas Sumatera Utara

56

Multikoloniearitas. Dalam hal tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka
Multikoloniearitas ditolak. Uji Multikoloniearitas pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 5.3, menunjukkan variabel independen yaitu Belanja Langsung,
Belanja Tidak Langsung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Asli Daerah terjadi
Multikoloniearitas karena nilai Tolerance < 0,10 dan VIF > 10.
Tabel 5.3 Uji Multikoloniearitas Sebelum Transformasi
Coefficients

a

Collinearity Statistics

Model
1

Tolerance

VIF

(Constant)

a.

Belanja Langsung

,064

15,716

Belanja Tidak Langsung

,126

7,946

Jumlah Penduduk

,151

6,620

Pendapatan Asli Daerah

,091

10,931

Dependent Variable: Kemandirian Keuangan

Sumber: Lampiran 5 (Data Diolah, 2016)

5.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi
Pengujian Heteroskedastisitas, jika setiap variabel independen nilai
signifikannya lebih besar dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas. Jika variabel independen (X) signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen (Y) nilai Absolut Residual (ABS_RES), maka
ada indikasi terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya apabila variabel independen
(X) signifikan secara statistik memengaruhi variabel dependen (Y) dengan nilai
probabilitas signifikannya lebih tinggi dari tingkat kepercayaan α = 0,05, maka
asumsi

homoskedastisitas

pada

data

model

tersebut

diterima.

Uji

Heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.4, menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

57

bahwa tingkat signifikansi masing-masing variabel lebih kecil dari 5%. Jadi dapat
disimpulkan model regresi mengandung adanya heteroskedastisitas.
Tabel 5.4 Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients

Model

B
1

a

Std. Error

(Constant)

,018

,003

Belanja Langsung

,015

,011

-,023

Jumlah Penduduk
Pendapatan Asli Daerah

Belanja Tidak Langsung

T

Sig.

Beta
6,695

,000

,378

1,287

,200

,009

-,564

-2,703

,008

,001

,001

,319

1,673

,096

,008

,014

,133

,543

,588

a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber : Lampiran 6 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan, diketahui bahwa
model regresi mengalami heteroskedastisitas, multikoloniearitasdan sebaran data
tidak normal. Untuk mengobati terhadap pelanggaran asumsi klasik ini, model
regresi ditransformasi dalam bentuk semi-log yaitu sebelah kanan persamaan yaitu
variabel dependen ditransformasi menjadi bentuk logaritma natural (ln) dan
sebelah kiri persamaan tetap, sehingga data belanja langsung (X1), belanja tidak
langsung (X2), jumlah penduduk (X3), pendapatan asli daerah (Z), menjadi Ln
belanja langsung (LnX1), Ln belanja tidak langsung (LnX2), Ln jumlah penduduk
(LnX3), Ln pendapatan asli daerah (LnZ).

5.1.2.4. Uji Normalitas Setelah Transformasi
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis, dilakukan terlebih dahulu
uji normalitas. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Universitas Sumatera Utara

58

Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test, dengan melihat tingkat signifikansi 5%. Uji
Normalitas dapat dilihat pada tabel 5.5, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,200 >
α = 0,05,disimpulkan hasil pengujian berdistribusi normal.
Tabel 5.5 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N

165

Normal Parameters

a,b

Most Extreme Differences

Mean

,0000000

Std. Deviation

0,50984583

Absolute

,053

Positive

,039

Negative

-,053

Test Statistic

,053

Asymp. Sig. (2-tailed)

,200

c,d

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber: Lampiran 4 (Data Diolah, 2016)
5.1.2.5. Uji Multikoloniearitas Setelah Transformasi
Uji asumsi klasik yang kedua dalam penelitian ini adalah uji
Multikoloniearitas. Pada dasarnya uji Multikoloniearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (X).
Multikoloniearitas berarti adanya hubungan yang kuat antara beberapa variabel
atau semua variabel independen dalam model regresi. Sejalan dari pada itu maka
untuk menguji ada tidaknya Multikoloniearitas di antara variabel independen
maka digunakan nilai variance inflation factors (VIF) dan nilai tolerance. Dalam
hal nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10 maka terjadi Multikoloniearitas.
Dalam hal tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka Multikoloniearitas ditolak.
Uji Multikoloniearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Universitas Sumatera Utara

59

Tabel 5.6 Uji Multikoloniearitas
Coefficients

a

Collinearity Statistics

Model
1

a.

Tolerance

VIF

(Constant)
Ln Belanja Langsung

,306

3,266

Ln Belanja Tidak Langsung

,141

7,094

Ln Jumlah Penduduk

,238

4,206

Ln Pendapatan Asli Daerah

,169

5,909

Dependent Variable: Kemandirian Keuangan

Sumber: Lampiran 5 (Data Diolah, 2016)
Pada tabel 5.6 menunjukkan variabel independen yaitu Belanja Langsung,
Belanja Tidak Langsung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Asli Daerah tidak
terjadi Multikoloniearitas karena nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator variabel independen dalam penelitian ini tidak
saling berkorelasi.

5.1.2.6. Uji Heteroskedastisitas Setelah Transformasi
Pengujian Heteroskedastisitas merupakan situasi dimana dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu observasi ke observasi yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Cara untuk menguji heteroskedastisitas yaitu dengan uji
Glejser. Uji Glejser meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel
independen (Gujarati dalam Ghozali, 2005:142). Jika setiap variabel independen
nilai signifikannya lebih besar dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas. Jika variabel independen (X) signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen (Y) nilai Absolut Residual (ABS_RES2), maka
ada indikasi terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya apabila variabel independen

Universitas Sumatera Utara

60

(X) signifikan secara statistik memengaruhi variabel dependen (Y) dengan nilai
probabilitas signifikannya lebih tinggi dari tingkat kepercayaan α = 0,05, maka
asumsi

homoskedastisitas

pada

data

model

tersebut

diterima.

Uji

Heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Uji Heteroskedastisitas
Coefficients
Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

B

Std. Error

Beta

(Constant)

,020

,010

Ln Belanja Langsung

,018

,005

Ln Belanja Tidak Langsung

-,011

Ln Jumlah Penduduk
Ln Pendapatan Asli Daerah

Model

1

a

t

Sig.

2,040

,043

,493

3,826

,080

,006

-,332

-1,748

,082

,006

,004

,253

1,728

,086

-,001

,003

-,033

-,193

,847

a. Dependent Variable: ABS_RES2

Sumber : Lampiran 6 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 5.7, dapat dilihat bahwa
tingkat signifikansi masing-masing variabel lebih besar dari 5%. Jadi dapat
disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

5.1.3. Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis untuk menganalisis pengaruh Belanja Langsung,
Belanja Tidak Langsung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Asli Daerah terhadap
Kemandirian Keuangan dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical
Package for Social Sciences) versi 22.0.

Universitas Sumatera Utara

61

5.1.3.1. Hasil Uji Hipotesis Pertama (H1) dengan Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh dari variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat
(dependen). Tahapan analisis regresi linear berganda pada penelitian ini adalah uji
koefisien determinasi, uji parsial (uji statistik t) dan uji simultan (uji statistik F).

5.1.3.1.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Hasil Uji koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini.

Tabel 5.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi
b

Model Summary
Model

R

1

,883

a

R Square

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

,779

,774

,0286118

1,620

a. Predictors: (Constant), Ln Pendapatan Asli Daerah, Ln Belanja Langsung, Ln Belanja Tidak
Langsung, Ln Jumlah Penduduk
b. Dependent Variable: Kemandirian Keuangan

Sumber : Lampiran 7 (Data Diolah, 2016)
1.

Dari uji koefisien determinasi pada tabel 5.8, nilai R-square adalah 0,779. Hal
ini berarti 77,9% variabel dependen Kemandirian Keuangan dapat dijelaskan
oleh variabel independen yaitu Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung,
Jumlah Penduduk dan Pendapatan Asli Daerah, sedangkan sisanya 22,1%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak masuk dalam model
penelitian ini.

2.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh R2= 0,779 maka besarnya
error2 (e2) = �(1 − 0,779) = 0,470.
Universitas Sumatera Utara

62

5.1.3.1.2. Hasil Uji Hipotesis secara Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Jika nilai Fhitung >
Ftabel atau sig < α = 5%, maka H1 diterima. Sebaliknya apabila nilai Fhitung <
Ftabelatau atau sig > α = 5%, maka H1 tidak dapat diterima. Hasil uji hipotesis
secara simultan (uji statistik F) dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini.

Tabel 5.9 Hasil Uji Statistik F
a

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

Df

Mean Square

Regression

,463

4

,116

Residual

,131

160

,001

Total

,594

164

F
141,275

Sig.
,000

b

a. Dependent Variable: Kemandirian Keuangan
b. Predictors: (Constant), Ln Pendapatan Asli Daerah, Ln Belanja Langsung, Ln Belanja Tidak
Langsung, Ln Jumlah Penduduk

Sumber : Lampiran 7 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 5.9 diperoleh nilai Fhitung sebesar
141,275 lebih besar dari nilai Ftabel= 3,14, jadi dapat disimpulkan secara simultan
berpengaruh signifikan pada α = 5% (Sig = 0,000 < α = 5%).
Berdasarkan perolehan tersebut maka keputusannya adalah H1 diterima
artinya belanja langsung, belanja tidak langsung, jumlah penduduk dan
pendapatan asli daerah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian keuangan.

Universitas Sumatera Utara

63

5.1.3.1.3. Hasil Uji Hipotesis secara Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Kriteria
pengambilan keputusan untuk uji statistik t, apabila thitung > ttabel atau sig < α = 5%,
maka H1 diterima atau apabila thitung < ttabel atau sig > α = 5 %, mak a H1 tid ak
dapat diterima.Hasil uji hipotesis secara parsial dapat dilihat pada tabel 5.10
berikut ini.
Tabel 5.10 Hasil Uji Statistik t
Coefficients

Unstandardized
Coefficients

Model

B
1

a

Std. Error

(Constant)

,214

,015

Ln Belanja Langsung

,009

,007

-,059

Ln Jumlah Penduduk
Ln Pendapatan Asli Daerah

Ln Belanja Tidak Langsung

Standardized
Coefficients

T

Sig.

Beta
14,496

,000

,090

1,335

,184

,009

-,620

-6,273

,000

,012

,006

,170

2,226

,027

,061

,005

1,179

13,065

,000

a. Dependent Variable: Kemandirian Keuangan

Sumber : Lampiran 7 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan hasil perhitungan statistik seperti pada tabel 5.10, maka
diperoleh persamaan regresi linear berganda berikut ini.
Y = 0,214 + 0,009 LnX1 – 0,059 LnX2 + 0,012 LnX3 + 0,061 LnZ
Dimana :

Y

= Kemandirian Keuangan

LnX1

= Ln Belanja Langsung

LnX2

= Ln Belanja Tidak Langsung

LnX3

= Ln Jumlah Penduduk

Ln Z

= Ln Pendapatan Asli Daerah

Universitas Sumatera Utara

64

1. Konstanta
Berdasarkan tabel 5.10 dan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa
konstanta (a) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,214 artinya jika variabel
Belanja Langsung (X1), Belanja Tidak Langsung (X2), Jumlah Penduduk (X3),
dan Pendapatan Asli Daerah (Z) dianggap nol, maka adanya kenaikkan
Kemandirian Keuangan sebesar 0,214 atau 21,4 % pada Daerah Kabupaten/Kota
di Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2010-2014.
2. Belanja Langsung (X1)
Variabel Belanja Langsung (X1) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,009, artinya setiap kenaikan variabel Belanja Langsung sebesar 1%, maka akan
terjadi peningkatan Kemandirian Keuangan sebesar 0,9% dengan asumsi variabel
lain dianggap konstan. Nilai thitung (1,335)< ttabel (1,960) dan signifikansi variabel
Belanja Langsung sebesar 0,184 atau 18,4 % > α = 5%, maka secara parsial
Belanja Langsung tidak berpengaruh terhadap Kemandirian Keuangan (H1 tidak
dapat diterima).
3. Belanja Tidak Langsung (X2)
Variabel kedua adalah Belanja Tidak Langsung (X2) yang mempunyai
koefisien regresi -0,059 artinya setiap kenaikan variabel Belanja Tidak Langsung
sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan Kemandirian Keuangan sebesar 5.9 %
dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Nilai thitung (-6,273)< ttabel (1,960)
dan signifikansi variabel Belanja Tidak Langsung sebesar 0,000 atau 0% < α =
5%, maka secara parsial Belanja Tidak Langsung berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Kemandirian Keuangan.

Universitas Sumatera Utara

65

4. Jumlah Penduduk (X3)
Variabel ketiga dalam penelitian ini merupakan Jumlah Penduduk (X3)
yang mempunyai koefisien regresi 0,012, artinya setiap kenaikan variabel Jumlah
Penduduk sebesar 1%, maka akan terjadi peningkatan Kemandirian Keuangan
sebesar 1,2 % dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Nilai thitung (2,226)>
ttabel (1,960) dan signifikansi variabel Jumlah Penduduk sebesar 0.027 atau 2,7 %
< α = 5%, maka secara parsial Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kemandirian Keuangan.

5. Pendapatan Asli Daerah (Z)
Variabel kelima adalah Pendapatan Asli Daerah yang mempunyai
koefisien regresi 0.061, artinya setiap kenaikan variabel Pendapatan Asli Daerah
sebesar 1%, maka akan terjadi peningkatan Kemandirian Keuamgam sebesar
6,1% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Nilai thitung (13,065)> ttabel
(1,960) dan signifikansi variabel Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,000 atau 0 %
< α = 5%, maka secara parsial Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positifdan
signifikan terhadap Kemandirian Keuangan.

5.1.3.2. Hasil Uji Hipotesis Kedua (H2) dengan PATH Analysis
Pada uji hipotesis kedua dilakukan dengan PATH analysis. Hasil
pengujian dapat dilihat pada tabel 5.11, tabel 5.12 dan tabel 5.13 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

66

Tabel 5.11 Hasil Uji PATH Analysis
Coefficients

a

Unstandardized
Coefficients

Model

B
1 (Constant)

Standardized
Coefficients

Std. Error

-1,044

,234

,860

,095

Ln Belanja Tidak Langsung

1,195

Ln Jumlah Penduduk

-,155

Ln Belanja Langsung

t

Sig.

Beta
-4,468

,000

,430

9,013

,000

,128

,648

9,306

,000

,092

-,112

-1,695

,092

a. Dependent Variable: Ln Pendapatan Asli Daerah

Sumber : Lampiran 8 (Data Diolah, 2016)
Tabel 5.12 Uji ANOVA PATH Analysis
a

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

Regression
Residual
Total

Df

Mean Square

182,523

3

60,841

37,178

161

,231

219,701

164

F

Sig.

263,471

,000

b

a. Dependent Variable: Ln Pendapatan Asli Daerah
b. Predictors: (Constant), Ln Jumlah Penduduk, Ln Belanja Langsung, Ln Belanja Tidak
Langsung

Sumber : Lampiran 8 (Data Diolah, 2016)
Tabel 5.13 Uji Determinasi PATH Analysis
b

Model Summary
Model
1

R
,911

a

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the
Estimate

Durbin-Watson

,831

,828

,481

1,494

a. Predictors: (Constant), Ln Jumlah Penduduk, Ln Belanja Langsung, Ln Belanja Tidak
Langsung
b. Dependent Variable: Ln Pendapatan Asli Daerah

Sumber : Lampiran 8 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada tabel 5.8, maka diperoleh
persamaan regresi berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

67

LnZ = -1,044 + 0,860 LnX1 + 1,195 LnX2 – 0,155 LnX3
Dimana :

Ln Z

= Ln Pendapatan Asli Daerah

LnX1

= Ln Belanja Langsung

LnX2

= Ln Belanja Tidak Langsung

LnX3

= Ln Jumlah Penduduk

1. Konstanta
Berdasarkan tabel 5.11 dan persamaan diatas dapat diketahui konstanta (a)
mempunyai koefisien regresi sebesar -1,044, artinya jika variabel Belanja
Langsung (X1), Belanja Tidak Langsung (X2), Jumlah Penduduk (X3) dianggap
nol, maka adanya penurunan Pendapatan Asli Daerah sebesar 1,044 pada Daerah
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2010-2014.
2. Belanja Langsung (X1)
Variabel Belanja Langsung (X1) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,860, artinya setiap kenaikan variabel Belanja Langsung sebesar 1%, maka akan
terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebesar 86% dengan asumsi variabel
lain dianggap konstan. Signifikansi variabel Belanja Langsung (X1) sebesar 0,000
atau 0% < α = 5%, maka Belanja Langsung secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
3. Belanja Tidak Langsung (X2)
Variabel Belanja Tidak Langsung (X2) mempunyai koefisien regresi
sebesar 1,195, artinya setiap kenaikan variabel Belanja Tidak Langsungsebesar
1%, maka akan terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerahsebesar 119,5 %

Universitas Sumatera Utara

68

dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel Belanja
Tidak Langsung (X2) sebesar 0,000 atau 0% < α = 5%, maka Belanja Tidak
Langsungsecara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah.
4. Jumlah Penduduk (X3)
Variabel Jumlah Penduduk (X3) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,155, artinya setiap kenaikan variabel Jumlah Penduduksebesar 1%, maka akan
terjadi penurunan Pendapatan Asli Daerah sebesar 15,5 % dengan asumsi variabel
lain dianggap konstan. Signifikansi variabel Jumlah Penduduk (X3) sebesar 0,092
atau 9,2% > α = 5%, maka Jumlah Penduduk secara parsial berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Dari uji koefisien determinasi pada tabel 5.13, nilai R-square adalah 0,831.
Hal ini berarti 83,1% variabel dependen Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan
oleh variabel independen yaitu Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung dan
Jumlah Penduduk, sedangkan sisanya 16,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
yang tidak masuk dalam model penelitian ini.
6. Hasil Error
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh R2 besarnya error1 (e1)
= �(1 − 0,831) = 0,411.

Universitas Sumatera Utara

69

5.1.3.3. Hasil Analisis Jalur (PATH Analysis)
Analisis Jalur (PATH Analysis) dalam penelitian ini dapat digambarkan
melalui PATH Analysis seperti pada gambar 5.1 berikut ini.

Belanja
Langsung
( X1 )
0,009

0,860
-0,059
Belanja Tidak
Langsung
( X2 )

1,195

Pendapatan
Asli Daerah( Z)

-0,155

0,061

Kemandirian
Keuangan
Daerah
( Y)

0,012

Jumlah
Penduduk
( X3 )

Variabel Independen

Variabel Intervening

Variabel Dependen

Gambar 5.1 Hasil PATH Analysis
Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total dapat dijelaskan
dengan melihat besarnya nilai koefisien standardized beta seperti pada tabel 5.14
berikut ini.
Tabel 5.14. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total
Pengaruh
Keterangan
Langsung
BL terhadap PAD (p1)

0,860

BTL terhadap PAD (p2)

1.195

JP terhadap PAD (p3)

-0,155

Tidak Langsung

Total

Universitas Sumatera Utara

70

PAD terhadap KK (p7)

0,061

BL terhadap KK (p4)

0,009

0,052460

0,061460

BTL terhadap KK (p5)

-0,059

0,072895

0,013895

JP terhadap KK (p6)

0,012

-0,009455

0,002545

Sumber : Lampiran 9 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan perhitungan seperti tabel 5.14, perhitungan pengaruh tidak
langsung diperoleh dari perkalian koefisien pengaruh langsung Belanja Langsung
terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan koefisien pengaruh langsung
Pendapatan Asli Daerah terhadap Kemandirian Keuangan (0,860 x 0,061) =
0,05246. Perhitungan yang sama juga untuk variabel Belanja Tidak Langsung dan
Jumlah Penduduk. Pengaruh total diperoleh dengan menjumlahkan pengaruh
langsung dan tidak langsung.
Menurut Ghozali (2013:249) bahwa uji Path analysis dapat dilakukan
untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu menghitung
nilai t dari koefisien uji Sobel dari persamaan αβ.
1.

Pengaruh Belanja Langsung terhadap Kemandirian Keuangan melalui
Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel intervening.
Standar error dari koefisien indirect effect (Sp1p7) berikut ini.
Sp1p7 = ��72 ��12 + �12 ��72 + ��12 ��72

Sp1p7 = �(0,061)2 (0,095)2 + (0,860)2 (0,005)2 + (0,095)2 (0,005)2
Sp1p7 = �0,00003358 + 0,00001849 + 0,00000023
Sp1p7 = �0,0000523

Universitas Sumatera Utara

71

Sp1p7 = 0,00723
Berdasarkan hasil Sp1p7 ini dapat dihitung nilai t statistik uji Sobel
pengaruh mediasi dengan rumus berikut ini.
�1�7

t = ��1�7 =

0,052460
0,00723

= 7,256

Oleh karena nilai thitung uji Sobel = 7,256 lebih besar dari ttabel = 1,96 dengan
tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
merupakan variabel intervening antara pengaruh Belanja Langsung terhadap
Kemandirian Keuangan dengan koefisien mediasi 0,052460.
2.

Pengaruh Belanja Tidak Langsung terhadap Kemandirian Keuangan melalui
Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel intervening.
Standar error dari koefisien indirect effect (Sp2p7) berikut ini.
Sp2p7 = ��72 ��22 + �22 ��72 + ��22 ��72

Sp2p7 = �(0,061)2 (0,128)2 + (1,195)2 (0,005)2 + (0,128)2 (0,005)2
Sp2p7 = �0,00006097 + 0,00003570 + 0,00000040
Sp2p7 = √0,000970796
Sp2p7 = 0,00985

Berdasarkan hasil Sp2p7 ini dapat dihitung nilai t statistik uji Sobel
pengaruh mediasi dengan rumus berikut ini.
�2�7

t = ��2�7 =

0,072895
0,00985

= 7,401

Universitas Sumatera Utara

72

Oleh karena nilai thitung uji Sobel = 7,401 lebih besar dari ttabel = 1,96 dengan
tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
merupakan variabel intervening antara pengaruh Belanja Tidak Langsung
terhadap Kemandirian Keuangan dengan koefisien mediasi 0,072895.
3.

Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan melalui
Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel intervening.
Standar error dari koefisien indirect effect (Sp3p7) berikut ini.
Sp3p7 = ��72 ��32 + �32 ��72 + ��32 ��72

Sp3p7 = �(0,061)2 (0,092)2 + (−0,155)2 (0,005)2 + (0,092)2 (0,005)2
Sp3p7 = √0,00003149 + 0,00000060 + 0,00000021
Sp3p7 = √0,0000323
Sp3p7 = 0,00568

Berdasarkan hasil Sp3p7 ini dapat dihitung nilai t statistik uji Sobel
pengaruh mediasi dengan rumus berikut ini.
�3�7

t = ��3�7 =

−0,009455
0,00568

= -1,665

Oleh karena nilai thitung uji Sobel = -1,665 lebih kecil dari ttabel = 1,96 dengan
tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
bukan merupakan variabel intervening antara pengaruh Jumlah Penduduk
terhadap Kemandirian Keuangan dengan koefisien mediasi -0,009455.

Universitas Sumatera Utara

73

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1. Pengaruh Belanja Langsung (X1) terhadap Kemandirian Keuangan (Y)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Belanja Langsung
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Kemandirian Keuangan. Hal
ini tentunya sejalan dengan ungkapan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah

DepartemenKeuangan

bahwapadadasarnya,

Republik

Indonesia

pemerintahandaerah

yang

menyatakan

memilikiperananpentingdalam

pemberianpelayananpublik.Teoritisnya,terdapat duapendekatanyangberbedadalam
pendelegasian

fungsibelanja,yaitupendekatan

“pendapatan”.

“pengeluaran”danpendekatan

Menurutpendekatan“pengeluaran”,

pendelegasianditentukanberdasarkankriteria
yangbersifatobyektif,sedangkanmenurutpendekatan

“pendapatan”,sumber

pendapatan publik dialokasikan antar berbagai tingkat

pemerintah yang

merupakan hasil dari tawar-menawar politik. Pertukaran iklimpolitik sangat
mempengaruhidalam

pengalokasiansumberdanaantartingkatpemerintahan.

Beranjak dari pendekatan dimaksud seyogianya belanja akan mempengaruhi
kemandirian keuangan daerah. Rendahnya efisiensi dan efektifitas penganggaran
mengakibatkan porsi belanja langsung begitu kecil dibanding belanja lainnya oleh
Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara berpotensi dan turut andil
dalam pengaruh pendapatan asli daerah yang menjadi bagian terpenting dalam
kemandirian keuangan.

Universitas Sumatera Utara

74

5.2.2. Pengaruh Belanja Tidak Langsung (X2) terhadap Kemandirian Keuangan (Y)
Hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwaBelanja Tidak Langsung
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kemandirian Keuangan. Hasil
penelitan ini sejalan dan konsisten sebagaimana ungkapan Dirjen Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah DepartemenKeuangan Republik Indonesia yang
menyatakan

bahwapadadasarnya,

pemerintahandaerah

memilikiperananpentingdalam pemberianpelayananpublik, dengan asumsi bahwa
permintaan terhadap pelayanan publik dapat berbeda-beda antar daerah, contoh
permintaan pelayanan publik di Gunung Sitoli berbeda dengan di Batubara.
Teoritisnya,terdapat
fungsibelanja,yaitupendekatan

duapendekatanyangberbedadalam

pendelegasian

“pengeluaran”danpendekatan

“pendapatan”.

Menurutpendekatan“pengeluaran”,

pendelegasianditentukanberdasarkankriteria

yangbersifatobyektif,sedangkanmenurutpendekatan
pendapatan

publik

dialokasikan

antar berbagai

merupakan hasil dari tawar-menawar politik.

“pendapatan”,sumber
tingkat pemerintah yang

Pertuakaran iklimpolitik sangat

mempengaruhidalam pengalokasiansumberdanaantartingkatpemerintahan.
Dalam pendekatan dimaksud diperoleh simpulan bahwa belanja tidak
langsung merupakan komponen dari belanja daerah oleh karena itu sudah barang
tentu belanja tidak langsung akan mempengaruhi kemandirian keuangan daerah.
Semakin tinggi penganggaran belanja tidak langsung akan menurunkan
kemandirian keuangan.

Universitas Sumatera Utara

75

5.2.3. Pengaruh Jumlah Penduduk (X3) terhadap Kemandirian Keuangan (Y)
Pengujian pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan
menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kemandirian Keuangan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
penelitian Lestari (2015) yang menyimpulkan bahwan jumlah penduduk
berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara.

5.2.4. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Z) terhadap Kemandirian Keuangan (Y)
Hasil pengujian pengaruh variabel Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Z)
terhadap Kemandirian Keuangan (Y) diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positifdan signifikan terhadap Kemandirian
Keuangan (Y). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dian (2008) yang
menyimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.Hal
senada juga dikemukakan oleh Helvyra (2010) dalam penelitiannya yang
menyimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaaruh signifikan terhadap
kapasitas fiscal proxy kemandirian daerah.
Dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah maka akan meningkat pula
Kemandirian Keuangan. Kondisi demikian tentunya akan menghilangkan sifat
ketergantungan daerah kepada pemerintah atasan. Ha

Dokumen yang terkait

Pengaruh Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan Per Kapita Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara

2 54 110

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara

3 47 94

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA.

0 3 29

Pengaruh Belanja Daerah Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Inflasi Sebagai Variabel Moderating Di Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara Chapter III VI

0 0 38

Analisis Pengaruh Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 0 17

Analisis Pengaruh Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Pengaruh Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 0 13

Analisis Pengaruh Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 0 23

Analisis Pengaruh Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 1 3

Analisis Pengaruh Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 0 16