Faktor yang Memengaruhi Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) dimasukkan sebagai salah satu target SDGs
(Sustainable Development Goals) yaitu mengurangi sepertiga angka kematian dini
dari Penyakit tidak menular, dan merupakan bagian dari beberapa target kesehatan
lainnya (WHO, 2015). Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu dari PTM
dengan jumlah kasus yang cukup tinggi. Angka kejadian DM di dunia dari tahun ke
tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)
menunjukkan pada tahun 2000 sebanyak 150 juta penduduk dunia menderita DM dan
angka ini akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2025 (WHO, 2014).
DM menjadi penyakit yang semakin tren saat ini. Prevalensi DM meningkat
dari 5,9% sampai 7,1% (246-380 jiwa) diseluruh dunia pada kelompok usia 20-79
tahun. Proporsi relatif dari DM bervariasi yaitu 15:85 pada populasi di Negara maju
dan 5:95 di Negara berkembang (Bilous; Donelly, 2014). Global status report on Non
Communicable Diseases World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyatakan
bahwa prevalensi DM diseluruh dunia sebesar

9%. Proporsi kematian akibat


penyakit DM dari seluruh kematian akibat penyakit tidak menular adalah sebesar 4 %.
Kematian akibat DM terjadi pada negara dengan pendapatan rendah dan menengah
dengan proporsi sebesar 80%. Pada tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan
ke -7 penyebab kematian di dunia (WHO,2014)
1
Universitas Sumatera Utara

Menurut International Diabetes Federation (IDF), dalam Atlas Diabetes
Melitus edisi ke-6 jumlah penderita DM di dunia semakin bertambah. Menurut
estimasi IDF (2014) pada tahun 2014, 8,3% penduduk diseluruh dunia mengalami
DM. Prevalensi ini meningkat dari tahun 2011 yaitu 7% dan diprediksikan pada tahun
2035 meningkat menjadi 10%. Diperkirakan proporsi penderita DM yang tidak
terdiagnosis adalah sebesar 46,3%. Satu dari dua penderita DM tidak mengetahui
bahwa mereka telah terkena penyakit tersebut. sehingga terancam berkembang
progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan.
Prevalensi DM tertinggi terdapat diwilayah Mediterania Timur (14%) dan
terendah di Eropa dan wilayah Pasific Barat (8% - 9%). Secara umum negara dengan
penghasilan rendah menunjukkan angka prevalensi DM terendah dan negara dengan
penghasilan menengah atas menunjukkan prevalensi DM tertinggi didunia. Prevalensi
DM di negara dengan penghasilan menengah atas terbanyak di Negara Cooks Island

(29,1%), disusul

Negara Niue (27,6%). Prevalensi DM pada negara dengan

penghasilan menengah bawah terbanyak pada Negara Samoa (25,2%) disusul Negara
Micronesia (22,5%). Prevalensi DM pada negara dengan pendapatan tinggi/atas
terbanyak pada Negara Qatar (23%) disusul Negara Quwait (20,1%) dan Prevalensi
pada negara dengan pendapatan rendah terbanyak pada Negara Taj Ikistan (12,1%)
disusul Negara Gambia dan Chad yaitu masing-masing 9,9% (WHO, 2014).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2014, Prevalensi
penderita DM di Amerika adalah sebesar 9,3%, meningkat dari tahun 2010 yaitu
sebanyak 25,8 juta jiwa dimana 8,1 juta penderita tersebut tidak terdiagnosa. Insiden

Universitas Sumatera Utara

DM pada tahun 2012 adalah sebanyak 1,7 juta jiwa. Penyakit ini merupakan
penyebab utama kematian ke -7 di Amerika tahun 2010 (ADA, 2014)
Prevalensi DM di Asia Tenggara pada tahun 2014 adalah sebesar 8,3%
dengan kasus tidak terdiagnosa sebesar 52,8%. Kematian akibat DM pada penderita
yang berusia dibawah 60 tahun adalah 53,8%. Diprediksikan pada tahun 2035

prevalensi DM di Asia Tenggara meningkat menjadi 10,1% (IDF, 2014). Indonesia
menempati urutan keempat dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah
India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,4% dari total penduduk, pada
tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap DM dan pada tahun 2025 diperkirakan
meningkat menjadi 12,4 juta penderita. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan
jumlah pasien DM rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan
pertama dari seluruh penyakit endokrin dan 4% wanita hamil menderita Diabetes
Gestasional (Kurniadi; Nurrahmani, 2014).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi DM
berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya
umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun. Prevalensi DM, hipertiroid,
dan hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Prevalensi
DM, hipertiroid, dan hipertensi di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada
perdesaan. Prevalensi DM di Indonesia berdasarkan hasil yang terdiagnosis dokter
sebesar 1,5 %. DM terdiagnosis dokter berdasarkan gejala sebesar 2,1%. Prevalensi
DM yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), Jakarta (2,5%),
Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi DM yang

Universitas Sumatera Utara


terdiagnosis dokter berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%),
Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3
persen. Di Provinsi Aceh, prevalensi DM yang terdiagnosis

dokter berdasarkan

gejala sebesar 2.6% pada tahun 2013 meningkat dari tahun 2007 yaitu sebesar 1,8%
(Riskesdas, 2013).
DM sering disebut sebagai silent killer karena bekerja secara diam-diam dalam
merusak organ dalam tubuh. Sekitar 12-20% penduduk dunia diperkirakan mengidap
penyakit ini dan setiap 10 detik orang didunia meninggal akibat komplikasi yang
ditimbulkan (Kurniadi; Nurrahmani, 2014). Menurut laporan WHO (2014) Indonesia
merupakan negara dengan total populasi sebesar 247.000.000 jiwa dengan jumlah
kematian penyakit Non Communicable Disease (NCD) memegang peranan yang
cukup tinggi yaitu 71% dari seluruh total kematian yang ada, yaitu penyakit
kardiovaskular sebesar 37%, kanker 13%, penyakit pernapasan kronis 5%, PTM
lainnya 10%, dan untuk DM sendiri merupakan penyumbang kematian tertinggi
ketiga yaitu sebesar 6%.
DM juga


merupakan

faktor risiko berbagai penyakit penting seperti

penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke (Arisman, 2013). Komplikasi
DM dapat berupa akut yaitu hipoglikemia dan kronis seperti penyakit jantung dan
pembuluh darah, gagal ginjal, gangguan penglihatan (mata), impotensi, ulkus kaki
dan gangren (Ditjen PP dan PL, 2008) Menurut ADA (2014) penderita DM
memiliki risiko 40% menderita glukoma dan 60% berisiko terjadinya katarak pada
mata dibanding dengan bukan penderita DM. Orang dengan DM memiliki risiko 1,5

Universitas Sumatera Utara

kali terkena stroke. Risiko kematian pasien stroke dengan DM 2,8 kali lebih tinggi
dibandingkan yang tidak mengalami DM. Menurut IDF (2014) orang dengan
diabetes berisiko 25 kali untuk diamputasi dibanding dengan orang bukan penderita
DM.
Peningkatan prevalensi DM dipengaruhi oleh faktor risiko yang dapat di
modifikasi/ diubah khususnya akibat kurangnya aktivitas fisik, berat badan berlebih
dan obesitas (WHO, 2014). Gaya hidup merupakan variabel utama penyebab

berbagai masalah kesehatan khususnya masalah DM. Sembilan puluh delapan persen
dari keseluruhan faktor risiko penyak it DM adalah gaya hidup. Gaya hidup yang
terkait dengan pola makan yang tidak seimbang dan pola aktivitas fisik yang tidak
optimal menjadi kontributor utama timbulnya penyakit DM (Hotma, 2014).
Menurut Suyono (2008) penyakit DM merupakan penyakit degeneratif yang
sangat terkait dengan pola makan. Pola makan merupakan suatu cara atau usaha
dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan
penyakit. Perubahan gaya hidup dalam hal konsumsi makanan khususnya di
kota besar dipicu oleh perbaikan/peningkatan di sektor pendapatan (ekonomi),
kesibukkan kerja yang tinggi, dan promosi makanan ala barat fast food maupun
health food yang populer di Amerika dan Afrika, namun tidak diimbangi dengan
pengetahuan dan kesadaran gizi yang mengakibatkan budaya makan berubah
menjadi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat dan rendah zat gizi mikro serta
jadwal makan yang tidak teratur (Suiraoka, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian Manik (2012), menunjukkan faktor risiko yang
bisa dimodifikasi mempunyai hubungan yang bermakna DM, hubungan IMT

terhadap DM (p:0,000 dan OR=5,2), hubungan hipertensi terhadap DM (p:0,028 dan
OR=2,26), hubungan aktivitas fisik terhadap DM (p:0,024 dan OR=2,37), hubungan
karbohidrat terhadap DM (p:0,007 dan OR=2,99) dan hubungan serat terhadap DM
(p:0,009 dan OR=10,2) dan faktor yang paling berpengaruh terhadap DM adalah IMT
≥ 25 kg/m² dengan hasil p:0,0001.
Berkaitan dengan faktor risiko tersebut diatas Riskesdas (2013) melaporkan
bahwa proporsi rerata nasional yang melakukan kegiatan fisik yang kurang aktif
sebesar 26,1%, yang melakukan aktivitas sedentari (perilaku duduk atau berbaring
dalam sehari-hari) antara 3-5,9 jam sehari yaitu 42%. Proporsi rerata nasional
konsumsi kurang sayur atau dan buah adalah sebesar 93,5%, yang mengkonsumsi
makanan berisiko seperti mengkonsumsi makanan manis >1 kali sehari adalah
53,1%. Proporsi penduduk umur ≥10 tahun yang mengkonsumsi makanan berlemak
≥1 kali sehari sebesar 40,7% dan yang mengkonsumsi makanan berpenyedap ≥1 kali
sehari adalah 77,3% (Balitbangkes, 2013). Menurut data Badan Pusat Statistik
penduduk Indonesia yang berumur 10 tahun ke atas yang melakukan olahraga tahun
2009 yaitu 21,76% meningkat pada tahun 2012 menjadi 24,9%.
Penanganan yang tepat untuk menangani faktor penyebab DM dapat
dikendalikan dengan adanya kemauan merubah gaya hidup sehat (Tandra, 2014).
Pasien DM perlu memerhatikan gaya hidup, perencanaan makan (diet), latihan
(olahraga), pemantauan glukosa darah, terapi (bila diperlukan) dan pendidikan


Universitas Sumatera Utara

kesehatan. Oleh karena itu, peran dan dukungan kelompok keluarga, saudara dan
penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, berdasarkan
peringkat 10 besar penyakit tidak menular yang menyebabkan rawat jalan di Rumah
Sakit di Indonesia, penyakit DM berada pada peringkat ke-7 yaitu 2,6%. Berdasarkan
peringkat 10 besar penyakit tidak menular penyebab kematian yang dirawat inap
dirumah sakit, penyakit DM menduduki peringkat ke-6 yaitu 7,33% pada tahun 2009
dan 7,89% pada tahun 2010 (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,2012)
Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara diketahui jumlah penderita DM Tipe II pada tahun 2014
sebanyak 2.049 orang dengan kasus baru sebanyak 215 orang dan mengalami
peningkatan pada tahun 2015 yaitu sebanyak 2.711 orang dengan kasus baru
sebanyak 310 orang (Rekam Medik RSU Cut Meutia Aceh Utara)
Dari data diatas memberikan gambaran bahwa masalah DM merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan
yang baik, mengingat prevalensiya yang semakin tinggi dan terus meningkat dan
dapat menimbulkan komplikasi yang cukup berat ditambah besarnya biaya yang

diperlukan dalam penanganan penderita. Dengan mengetahui adanya faktor resiko
lebih awal maka pengendalian faktor resiko tersebut dapat dilakukan lebih dini yang
pada akhirnya prevalensi DM dapat ditekan.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang
pengaruh dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin,

Universitas Sumatera Utara

riwayat keluarga DM dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terutama gaya hidup
seperti indek massa tubuh, aktivitas fisik, tekanan darah, pola makan dan kebiasaan
merokok terhadap terus bertambahnya penderita DM Tipe II dan mendapat gambaran
yang lebih tepat terhadap faktor risiko mana yang memengaruhi kasus DM Tipe II
serta faktor risiko mana yang paling berpengaruh terhadap kasus DM Tipe II.

1.2. Permasalahan
Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut
dalam penelitian

ini adalah faktor risiko apa saja yang memengaruhi kejadian


penyakit Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016.

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap kejadian penyakit Diabetes
Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh
Utara Tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh umur terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di Poli Rawat
Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016.
b. Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di
Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun
2016.

Universitas Sumatera Utara

c. Mengetahui pengaruh riwayat keluarga dengan DM terhadap kejadian penyakit
DM Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh
Utara Tahun 2016.

d. Mengetahui pengaruh indeks masa tubuh terhadap kejadian penyakit DM Tipe II
di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun
2016.
e. Mengetahui pengaruh aktifitasfFisik terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di
Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun
2016.
f. Mengetahui pengaruh tekanan darah tinggi terhadap kejadian penyakit DM Tipe II
di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2016.
g. Mengetahui pengaruh pola makan terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di Poli
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016.
h. Mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian penyakit DM Tipe II
di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun
2016.

1.4. Hipotesis
Ada pengaruh faktor risiko terhadap kejadian penyakit Diabetes Melitus Tipe
II di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

1.5. Manfaat Penelitian
1.

Bagi Rumah Sakit
Bagi pihak rumah sakit, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sumber informasi

mengenai

kejadian

DM

sebagai

sehingga dapat memberikan

masukan untuk meningkatkan pengetahuan bagi penderita dan keluarga. Hal ini
diharapkan dapat terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang
terdiri dari dokter, ahli diet, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang ada di Poli
edukasi diabetes Rumah Sakit.
2.

Bagi Penelitian Selanjutnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai
informasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
kejadian penyakit DM.

Universitas Sumatera Utara