Tindak Pidana Bersama-Sama Dab Berkleanjutan Dalam Tindak Pidana Korupsi ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 996 K Pid 2006)
ABSTRAK
Sari Ramadhani Lubis*
Madiasa Ablisar**
Nurmalawaty***
Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari hukum pidana
khusus di samping mempunyai spesifikasi tertentu yag berbeda dengan hukum
pidana umum, seperti adanya penyimpangan hukum acara serta apabila ditinjau
dari materi yang diatur. Karena itu tindak pidana korupsi secara langsung maupun
tidak langsung dimaksudkan menekan seminimal mungkin penyimpangan
tersebut.
Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaturan Tindak Pidana Bersama-sama dan Berkelanjutan dalam Tindak Pidana
Korupsi baik dalam konsep KUHP dan Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan bagaimana analisis putusan Hakim di Mahkamah Agung
berkaitan dengan Putusan Nomor 996 K/Pid/2006.
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum
normatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai
literatur dan peraturan yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi in.
Disamping itu, skripsi ini menganalisa putusan Mahkamah Agung Nomor 996
K/Pid/2006.
Hasil penelitian sebagai jawaban atas permasalahan diatas adalah,
pertama, bahwa di dalam KUHP terdapat pengaturan mengenai penyertaan
(deelneming) di Pasal 55 KUHP dan perbuatan berlanjut (voortgezette handeling)
pada Pasal 64 ayat 1 KUHP. Dalam UU PTPK terdapat pengaturan mengenai
nadanya ikut serta dalam penyertaan tertera pada Pasal 15 dan tidak ditemukan
pengaturan yg khusus mengenai perbuatan berlanjut. Dalam putusan Hakim
Mahkamah Konstitusi dalam perkara nomor 996 K /Pid/ 2006 terdakwa Hamdani
Amin di dakwakan melakukan perbuatan ikut serta dan perbuatan berlanjut dalam
korupsi, sehingga dalam penjatuhan pidana diambil pidana pokok yang paling
memberatkan terdakwa. Adapun pengkhususan perbuatan berlanjut dalam putusan
ini adalah perbuatan sejenis yang dilakukan oleh terdakwa dan vonis hukuman
yang dikenakan kepadanya sesuai dengan ancaman yang paling berat dari pidana
pokok yang dijatuhkan.
____________________
Mahasiswa Fakultas Hukum Departemen Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara.
**
Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakutas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
*** Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakutas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sari Ramadhani Lubis*
Madiasa Ablisar**
Nurmalawaty***
Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari hukum pidana
khusus di samping mempunyai spesifikasi tertentu yag berbeda dengan hukum
pidana umum, seperti adanya penyimpangan hukum acara serta apabila ditinjau
dari materi yang diatur. Karena itu tindak pidana korupsi secara langsung maupun
tidak langsung dimaksudkan menekan seminimal mungkin penyimpangan
tersebut.
Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaturan Tindak Pidana Bersama-sama dan Berkelanjutan dalam Tindak Pidana
Korupsi baik dalam konsep KUHP dan Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan bagaimana analisis putusan Hakim di Mahkamah Agung
berkaitan dengan Putusan Nomor 996 K/Pid/2006.
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum
normatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai
literatur dan peraturan yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi in.
Disamping itu, skripsi ini menganalisa putusan Mahkamah Agung Nomor 996
K/Pid/2006.
Hasil penelitian sebagai jawaban atas permasalahan diatas adalah,
pertama, bahwa di dalam KUHP terdapat pengaturan mengenai penyertaan
(deelneming) di Pasal 55 KUHP dan perbuatan berlanjut (voortgezette handeling)
pada Pasal 64 ayat 1 KUHP. Dalam UU PTPK terdapat pengaturan mengenai
nadanya ikut serta dalam penyertaan tertera pada Pasal 15 dan tidak ditemukan
pengaturan yg khusus mengenai perbuatan berlanjut. Dalam putusan Hakim
Mahkamah Konstitusi dalam perkara nomor 996 K /Pid/ 2006 terdakwa Hamdani
Amin di dakwakan melakukan perbuatan ikut serta dan perbuatan berlanjut dalam
korupsi, sehingga dalam penjatuhan pidana diambil pidana pokok yang paling
memberatkan terdakwa. Adapun pengkhususan perbuatan berlanjut dalam putusan
ini adalah perbuatan sejenis yang dilakukan oleh terdakwa dan vonis hukuman
yang dikenakan kepadanya sesuai dengan ancaman yang paling berat dari pidana
pokok yang dijatuhkan.
____________________
Mahasiswa Fakultas Hukum Departemen Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara.
**
Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakutas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
*** Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakutas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara