JUDUL PENINGKATAN HASIL BELAJAR SENI BUD
1
JUDUL : PENINGKATAN HASIL BELAJAR SENI BUDAYA DAN
KETERAMPILAN (SBK) MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS
IV SD NEGERI BALANG BODDONG KOTA MAKASSAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus
dari generasi ke generasi dimana pun di dunia ini. Pendidikan memiliki peranan
penting dalam kemajuan suatu negara, karena dengan kualitas pendidikan yang baik,
maka sumber daya manusia yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik pula.
Proses pendidikan harus mampu memanusiakan manusia Indonesia agar berbudaya
dan beradab sehingga mampu menghadapi tantangan kehidupan yang kian kompetitif,
sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan
tetapi, pendidikan dewasa ini masih dirasakan adanya permasalahan yang belum
seluruhnya dapat terpecahkan, bermula dari perencanaan, penyelenggaraan, begitu
pula hasil yang dicapai belum seluruhnya memenuhi harapan.
1
2
Pada penyelenggaran pendidikan yang efektif, hasil belajar yang baik dan
memuaskan adalah merupakan harapan orang tua peserta didik dan seluruh pihak
yang terkait. Namun pada kenyataannya bahwa harapan tersebut seringkali tidak
terwujud, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain siswa itu sendiri, materi
pelajaran, guru dan orang tua, strategi belajar mengajar yang disiapkan guru paling
tidak guru harus menguasai materi yang diajarkan dan terampil dalam mengajarkan.
Seorang guru sebagai pihak yang bertanggung jawab dengan proses
pengajaran akan sangat menentukan keberhasilan proses pengajaran. Artinya dalam
hal ini seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melakukan
pengajaran secara efektif, efisien dan relevan. Salah satu tuntutan kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru yaitu dalam menetapkan metode dan teknik
pengajaran yang akan digunakan dalam pengajarannya.
Seorang guru harus memiliki keterampilan dalam menetapkan metode dan
teknik yang relevan dengan karakteristik materi dan kondisi siswa yang ada. Metode
dan teknik ini berperan sebagai alat yang dapat digunakan untuk mempermudah
seorang guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkannya. Ketepatan guru
dalam menetapkan metode dan teknik pengajaran akan memberikan kemudahan bagi
siswa untuk menangkap materi yang disampaikan.
Mata pelajaran Kesenian di sekolah dasar atau sekarang disebut Seni Budaya
dan Keterampilan (SBK) memiliki kedudukan yang setara dengan mata pelajaran lain
dalam lingkup program pendidikan. Dalam proses pembelajarannya lebih ditekankan
pada usaha membantu pertumbuhan fisik dan mental anak didik. Hal ini memberikan
3
pengertian bahwa pendidikan kesenian bukanlah bertujuan melatih keterampilan anak
didik agar pandai berkarya seni saja, melainkan lebih ditekankan sebagai sarana atau
alat pendidikan.
Sebagai sarana pendidikan, pendidikan kesenian mempunyai banyak manfaat.
Oleh karena kehidupan anak usia sekolah dasar dicurahkan untuk bermain, maka
kegiatan ini dapat dilaksanakan dalam pelajaran kesenian. Dalam kegiatan bermain
inilah bentuk ekspresi kreatif anak dapat ditumbuh kembangkan. Dengan demikian
pendidikan kesenian merupakan pendidikan ekspresi kreatif yang dapat
mengembangkan kepekaan apresiasi estetik, dan membentuk kepribadian manusia
seutuhnya, seimbang baik lahir maupun batin, jasmani maupun pribadi, berbudi luhur
sesuai dengan lingkungan dan konteks sosial budaya Indonesia.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 6-7 Januari 2016 di
kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar terlihat bahwa siswa masih
mengalami permasalahan belajar pada mata pelajaran SBK, dimana hasil belajar SBK
yang diperoleh masih tergolong rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan.
Hal ini terjadi karena beberapa faktor, baik itu faktor dari metode dan pendekatan
yang dipilih oleh guru atau proses belajar yang belum menggunakan metode yang
cocok maupun faktor dari siswa. Faktor yang disebabkan misalnya, metode yang
dipilih guru umumnya masih bersifat konvensional dan kurang bervariasi atau
bersifat monoton pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Faktor yang berasal
dari siswa seperti siswa cepat bosan dan jenuh dalam kelas karena suasana belajar
yang kurang menarik sehingga tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Beberapa
4
siswa hanya berbicara dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan materi
pelajaran. Ketika guru mengajukan pertanyaan sebagian siswa kurang berani
mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut yang menyebabkan rendahnya hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar yang berdampak
pada belum tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70.
Adanya beberapa faktor tersebut yang memungkinkan untuk memengaruhi
rendahnya hasil belajar SBK pada siswa kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota
Makassar, sehingga diperlukan suatu upaya yang lebih serius dari guru dalam
melaksanakan pembelajaran, diantaranya dengan menerapkan pembelajaran yang
bermakna. Pembelajaran yang bermakna diartikan sebagai pembelajaran yang mampu
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehingga memperoleh hasil pembelajaran dihadapkan lebih
bermakna bagi siswa adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning banyak dipengaruhi oleh
filsafat konstruktivisme. Menurut Trianto (2007: 108) “constructivism
(konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong”. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
5
diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide
bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks
ke situasi lain dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning merupakan pendekatan yang
melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk
aktif dalam mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan
dipelajarinya. Belajar dalam konteks kontekstual bukan hanya sekedar mendengarkan
dan mencatat tetapi belajar adalah proses pengalaman secara langsung. Sanjaya
(2006: 255) mengemukakan:
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
Kesadaran perlunya pendekatan Contextual Teaching and Learning,
khususnya pada mata pelajaran SBK didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian
besar siswa memahami materi hanya bersifat sementara sehingga tidak mampu
menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan pemanfaatannya terhadap
kehidupan nyata. Maka peneliti menerapkan pendekatan Contextual Teaching and
6
Learning di dalam mengkaji permasalahan ini, karena pendekatan Contextual
Teaching and Learning memberikan makna, kesan, dan bukti terhadap materi yang
dipelajari lewat pengalaman nyata siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti terinspirasi mengadakan suatu
penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning pada Siswa Kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar.
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and
Learning pada siswa kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar?.
2. Pemecahan Masalah
Rendahnya hasil belajar Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) pada siswa
kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar dapat dipecahkan melalui
penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning, maka peneliti melakukan
tindak lanjut dengan penelitian tindakan kelas yang didukung oleh tujuh komponen
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa seperti yang dikemukakan oleh Rusman
(2012: 191) yakni; “1) konstruktivisme (constructivism); 2) menemukan (inquiry); 3)
bertanya (questioning); 4) masyarakat belajar (learning community); 5) pemodelan
(modeling); 6) refleksi (reflection); 7) penilaian sebenarnya (authentic assessment)”.
C. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar Seni Budaya dan Keterampilan
7
(SBK) melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada siswa
kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan
praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi akademis/lembaga pendidikan, menjadi bahan informasi didalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai masukan dalam upaya
perbaikan pembelajaran matematika sehingga dapat menunjang tercapainya
b.
target kurikulum.
Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan perbandingan sekaligus bahan
referensi bagi peneliti berkaitan dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi guru, sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih
strategi atau model pembelajaran yang sesuai dan bervariasi serta sebagai
masukan dalam memberikan dorongan terhadap hasil belajar siswa di
b.
sekolah demi kemajuan belajarnya.
Bagi siswa, dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa serta
c.
meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran SBK.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang positif
tentang penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam
rangka perbaikan proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran SBK,
sehingga meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
8
JUDUL : PENINGKATAN HASIL BELAJAR SENI BUDAYA DAN
KETERAMPILAN (SBK) MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS
IV SD NEGERI BALANG BODDONG KOTA MAKASSAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus
dari generasi ke generasi dimana pun di dunia ini. Pendidikan memiliki peranan
penting dalam kemajuan suatu negara, karena dengan kualitas pendidikan yang baik,
maka sumber daya manusia yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik pula.
Proses pendidikan harus mampu memanusiakan manusia Indonesia agar berbudaya
dan beradab sehingga mampu menghadapi tantangan kehidupan yang kian kompetitif,
sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan
tetapi, pendidikan dewasa ini masih dirasakan adanya permasalahan yang belum
seluruhnya dapat terpecahkan, bermula dari perencanaan, penyelenggaraan, begitu
pula hasil yang dicapai belum seluruhnya memenuhi harapan.
1
2
Pada penyelenggaran pendidikan yang efektif, hasil belajar yang baik dan
memuaskan adalah merupakan harapan orang tua peserta didik dan seluruh pihak
yang terkait. Namun pada kenyataannya bahwa harapan tersebut seringkali tidak
terwujud, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain siswa itu sendiri, materi
pelajaran, guru dan orang tua, strategi belajar mengajar yang disiapkan guru paling
tidak guru harus menguasai materi yang diajarkan dan terampil dalam mengajarkan.
Seorang guru sebagai pihak yang bertanggung jawab dengan proses
pengajaran akan sangat menentukan keberhasilan proses pengajaran. Artinya dalam
hal ini seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melakukan
pengajaran secara efektif, efisien dan relevan. Salah satu tuntutan kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru yaitu dalam menetapkan metode dan teknik
pengajaran yang akan digunakan dalam pengajarannya.
Seorang guru harus memiliki keterampilan dalam menetapkan metode dan
teknik yang relevan dengan karakteristik materi dan kondisi siswa yang ada. Metode
dan teknik ini berperan sebagai alat yang dapat digunakan untuk mempermudah
seorang guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkannya. Ketepatan guru
dalam menetapkan metode dan teknik pengajaran akan memberikan kemudahan bagi
siswa untuk menangkap materi yang disampaikan.
Mata pelajaran Kesenian di sekolah dasar atau sekarang disebut Seni Budaya
dan Keterampilan (SBK) memiliki kedudukan yang setara dengan mata pelajaran lain
dalam lingkup program pendidikan. Dalam proses pembelajarannya lebih ditekankan
pada usaha membantu pertumbuhan fisik dan mental anak didik. Hal ini memberikan
3
pengertian bahwa pendidikan kesenian bukanlah bertujuan melatih keterampilan anak
didik agar pandai berkarya seni saja, melainkan lebih ditekankan sebagai sarana atau
alat pendidikan.
Sebagai sarana pendidikan, pendidikan kesenian mempunyai banyak manfaat.
Oleh karena kehidupan anak usia sekolah dasar dicurahkan untuk bermain, maka
kegiatan ini dapat dilaksanakan dalam pelajaran kesenian. Dalam kegiatan bermain
inilah bentuk ekspresi kreatif anak dapat ditumbuh kembangkan. Dengan demikian
pendidikan kesenian merupakan pendidikan ekspresi kreatif yang dapat
mengembangkan kepekaan apresiasi estetik, dan membentuk kepribadian manusia
seutuhnya, seimbang baik lahir maupun batin, jasmani maupun pribadi, berbudi luhur
sesuai dengan lingkungan dan konteks sosial budaya Indonesia.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 6-7 Januari 2016 di
kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar terlihat bahwa siswa masih
mengalami permasalahan belajar pada mata pelajaran SBK, dimana hasil belajar SBK
yang diperoleh masih tergolong rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan.
Hal ini terjadi karena beberapa faktor, baik itu faktor dari metode dan pendekatan
yang dipilih oleh guru atau proses belajar yang belum menggunakan metode yang
cocok maupun faktor dari siswa. Faktor yang disebabkan misalnya, metode yang
dipilih guru umumnya masih bersifat konvensional dan kurang bervariasi atau
bersifat monoton pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Faktor yang berasal
dari siswa seperti siswa cepat bosan dan jenuh dalam kelas karena suasana belajar
yang kurang menarik sehingga tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Beberapa
4
siswa hanya berbicara dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan materi
pelajaran. Ketika guru mengajukan pertanyaan sebagian siswa kurang berani
mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut yang menyebabkan rendahnya hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar yang berdampak
pada belum tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70.
Adanya beberapa faktor tersebut yang memungkinkan untuk memengaruhi
rendahnya hasil belajar SBK pada siswa kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota
Makassar, sehingga diperlukan suatu upaya yang lebih serius dari guru dalam
melaksanakan pembelajaran, diantaranya dengan menerapkan pembelajaran yang
bermakna. Pembelajaran yang bermakna diartikan sebagai pembelajaran yang mampu
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehingga memperoleh hasil pembelajaran dihadapkan lebih
bermakna bagi siswa adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning banyak dipengaruhi oleh
filsafat konstruktivisme. Menurut Trianto (2007: 108) “constructivism
(konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong”. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
5
diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide
bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks
ke situasi lain dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning merupakan pendekatan yang
melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk
aktif dalam mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan
dipelajarinya. Belajar dalam konteks kontekstual bukan hanya sekedar mendengarkan
dan mencatat tetapi belajar adalah proses pengalaman secara langsung. Sanjaya
(2006: 255) mengemukakan:
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
Kesadaran perlunya pendekatan Contextual Teaching and Learning,
khususnya pada mata pelajaran SBK didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian
besar siswa memahami materi hanya bersifat sementara sehingga tidak mampu
menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan pemanfaatannya terhadap
kehidupan nyata. Maka peneliti menerapkan pendekatan Contextual Teaching and
6
Learning di dalam mengkaji permasalahan ini, karena pendekatan Contextual
Teaching and Learning memberikan makna, kesan, dan bukti terhadap materi yang
dipelajari lewat pengalaman nyata siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti terinspirasi mengadakan suatu
penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning pada Siswa Kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar.
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and
Learning pada siswa kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar?.
2. Pemecahan Masalah
Rendahnya hasil belajar Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) pada siswa
kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar dapat dipecahkan melalui
penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning, maka peneliti melakukan
tindak lanjut dengan penelitian tindakan kelas yang didukung oleh tujuh komponen
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa seperti yang dikemukakan oleh Rusman
(2012: 191) yakni; “1) konstruktivisme (constructivism); 2) menemukan (inquiry); 3)
bertanya (questioning); 4) masyarakat belajar (learning community); 5) pemodelan
(modeling); 6) refleksi (reflection); 7) penilaian sebenarnya (authentic assessment)”.
C. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar Seni Budaya dan Keterampilan
7
(SBK) melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada siswa
kelas IV SD Negeri Balang Boddong Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan
praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi akademis/lembaga pendidikan, menjadi bahan informasi didalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai masukan dalam upaya
perbaikan pembelajaran matematika sehingga dapat menunjang tercapainya
b.
target kurikulum.
Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan perbandingan sekaligus bahan
referensi bagi peneliti berkaitan dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi guru, sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih
strategi atau model pembelajaran yang sesuai dan bervariasi serta sebagai
masukan dalam memberikan dorongan terhadap hasil belajar siswa di
b.
sekolah demi kemajuan belajarnya.
Bagi siswa, dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa serta
c.
meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran SBK.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang positif
tentang penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam
rangka perbaikan proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran SBK,
sehingga meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
8