Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagaimana diketahui bahwasanya pajak merupakan iuran wajib kepada negara. Dari pajak ini yang mana akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah. Sejak tahun 1999 pembagian pajak menurut wewenang pemungutan pajak dipisahkan menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat yang dipungut oleh pemerintah pusat terdiri dari pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai. Untuk pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah itu sendiri. Dasar dilakukan pemungutan pajak oleh pemerintah daerah sesuai undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang otonomi daerah mengatakan bahwa pemerintah dan masyarakat di daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung jawab. Pemerintah pusat dalam konteks desentralisasi ini adalah melakukan supervise, memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah, maka pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya. Langkah- langkah yang perlu diambil dengan cara menggali segala kemungkinan sumber keuangannya sendiri sesuai dengan dan dalam batas-batas peraturan perundang-undangan.

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada

daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah.2

__________________________

2

Faisal Akbar, Nasution Pemerintahan Daerah dan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (Jakarta PT. Sofmedia, 2009. hlm10)


(2)

Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peranan pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini diharapkan dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah.

Untuk meningkatkan peran anggaran pendapatan dan belanja daerah secara bertahap dan berencana menuju ke arah kemandirian pembiayaan daerah, maka pendapatan asli daerah (PAD) terus diupayakan peningkatannya. Untuk meningkatkan kemampuan penerimaan daerah khususnya penerimaan dari PAD harus diarahkan pada usaha-usaha yang terus menerus berlanjut agar PAD tersebut meningkat, sehingga pada akhirnya diharapkan akan dapat memperkecil ketergantungan terhadap sumber penerimaan dari pemerintah pusat.

Dalam undang-undang no 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah tersebut ditentukan pajak daerah yang pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Mengenai perpajakan, undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang.”

Prinsip otonomi daerah pada dasarnya dijelaskan dalam pasal 18 ayat 5 undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa “pemerintah daerah menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat”. Dalam hal ini daerah menggunakan prinsip otonomi seluas –luasnya dalam arti daerah dibberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Dalam pelaksanaan otonomi tersebut, daerah memilii kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Undang-undang


(3)

nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menegaskan bahwa kewenangan otonomi luas adalah keleluasan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama serta kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

Pelaksanaan otonomi daerah dipandang sebagai suatu strategi yang bertujuan untuk mencapai tuntutan masyarakat daerah terhadap permasalahan-permasalahan yang dihasapi seperti distribusi pendapatan dan pembagian kewenangan. Disamping itu dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkuat perekonomian daerah dalam rangka memperkokoh perekonomian nasional menghadapi era globalisasi. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sunber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan antara lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan, kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak daerah dan mendapatkan hasil bagi dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana perimbangan lainnya.

Urusan pemerintahan yang didesentralisasikan pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi sebagai daerah otonom adalah urusan yang berskala provinsi atau yang bersifat lintas kabupaten/kota. Sejalan dengan itu, kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota adalah urusan pemerintahan yang berskala kabupaten/kota. Perbedaan kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah kabupaten kota akan ditemukan pada sifat dan wilayah berlakunya urusan pemerintahan. Proses pembangunan sangat berpengaruh terhadap


(4)

kemajuan di segala bidang dan pembangunan, diharapkan juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat baik spiritual maupun material, hampir dalam setiap proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah selalu didengarkan bahwa proyek yang dibangun dibiayai dari dana pajak yang telah dikumpulkan dari masyarakat, sehingga masyarakat juga menjaga proyek yang ada untuk dapat dipakai bagi kepentingan bersama. Berkaitan dengan itu sudah selayaknya jika setiap individu dalam masysarakat dapat memahami dan mengerti akan arti pentingnya peran pajak dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melaksanakan berbagai kebijakan perpajakan daerah. Diantaranya dengan menetapkan undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan dapat mendorong pemerintahan daerah untuk terus berupaya mengoptimalkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan perda diupayakan tidak berbenturan dengan pemungutan pusat (pajak maupun bea dan cukai) karena hal tersebut akan menimbulkan duplikasi pungutan yang pada akhirnya akan mendistorsi kegiatan perekonomian. Hal tersebut sebenarnya sudah diantisipasi dalam undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diubah dengan undang-undang nomor 34 tahun 2000 pasal 2 ayat 4 yang antara lain menyatakan bahwa objek pajak daerah bukan merupakan objek pajak pusat. Di negara-negara yang menganut paham hukum, segala sesuatu yang menyangkut pajak harus ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, pemungutan pajak kepada rakyat tentunya harus disertai dengan perangkat peraturan perundang-undangan yang disebut dengan hukum pajak. Di indonesia, undang-undang dasar 1945 pasal 23a mengatur dasar hukum pemungutan pajak oleh negara. Pasal ini menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain bersifat


(5)

memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang. Penyelenggaraan otonomi daerah akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila didukung sumber-sumber pembiayaan yang memadai. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kemampuan keuangan daerah bagi penyelenggara rumah tangganya. Sekalipun demikian, otonomi daerah dalam kerangka negara republik indonesia, bukan hanya diukur dari jumlah PAD yang dapat dicapai, tetapi lebih dari itu yaitu sejauh mana pajak daerah dan retribusi daerah dapat berperan dalam mengatur perekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh kembang, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.

Apabila ditinjau dari sejarahnya, masalah pajak ini sudah ada sejak zaman dahulu kala, walaupun saat itu belum dinamakan pajak.pada zaman dahulu “pajak” yang dimaksud merupakan suatu pemberian yang bersifat sukarela, yang diberikan oleh rakyat kepada rajanya. Besar kecilnya pemberian sukarela tersebut ditentukan/ditetapkan oleh pihak rakyat. Perkembangan selanjutnya pemberian itu berubah menjadi pemberian yang sifatnya dipaksakan dalam arti pemberian tersebut bersifat wajib, dan segala ketentuannya ditetapkan

oleh negara secara sepihak.3

Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak bukan merupakan suatu pemungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti menjaga keamanan negara dari serangan musuh, membuat jalan untuk umum, membiayai pegawai kerajaan dan sebagainya. Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk

______________________


(6)

kepentingan umum beberapa hari lamanya dalam satu tahun. Orang-orang yang memiliki status sosial yang tinggi termasuk orang-orang yang kaya, dapat membebaskan diri dari kewajiban melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum tadi, dengan cara membayar uang ganti rugi. Besarnya pembayaran ganti rugi ini ditetapkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan untuk membayar orang lain yang menggantikan melakukan pekerjaan itu, yang seharusnya dilakukan sendiri oleh orang kaya yang memiliki status sosial yang tinggi dan

orang kaya tadi.4

Pengenaan pajak langsung sebagai cikal bakal dari pajak penghasilan sudah terdapat pada zaman romawi kuno, antara lain dengan adanya pungutan yang bernama tributum yang berlaku sampai dengan tahun 167 sebelum masehi. Pengenaan pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam suatu undang-undang sebagai income tax baru dapat ditemukan di Inggris pada tahun 1799. Berarti negara pertama kali yang mengundang-undangkan hukum pajak dari benua eropa sana, tepatnya di daerah Inggris. Tetapi sebenarnya dalam dunia hukum islam pajak lebih dikenal dengan sebutan zakat yang pada intinya fungsi dari zakat

dan pajak tidak jauh berbeda. Zakat sudah ada sari zaman nabi Muhammad S.A.W.5

Sejarah pengenaan pajak penghasilan di Indonesia dimulai dengan adanya tenement tax (huistaks) pada tahun 1816, yakni sejenis pajak yang dikenakan sebagai sewa terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai tempat berdirinya rumah/bangunan. Pada periode sampai dengan tahun 1908 terdapat perbedaan perlakuan terhadap perpajakan antara penduduk pribumi, orang asia dan orang eropa, dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa terdapat banyak perbedaan dan tidak ada uniformitas dalam perlakuan perpajakan.

____________________________

4Rochmat Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1944, cet. 8 (Bandung: Eresco,

1977), hlm.1.

5Zakat mempunyai peran penting, karena selain ia mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai ibadah


(7)

Terdapat beberapa jenis pajak yang hanya diberlakukan kepada orang eropa seperti “patent duty”. Sebaliknya bisnis tax untuk orang pribumi. Disamping itu sejak tahun 1882 sampai tahun 1916 dikenal adanya polltax yang pengenaannya berdasarkan status pribadi, pemilikan rumah dan tanah.

Pada tahun 1908 terdapat ordonansi pajak pendapatan yang diberlakukan untuk orang eropa dan badan badan yang melakukan usaha bisnis tanpa memperhatikan kebangsaan pemegang sahamnya. Dasar pengenaan pajak penghasilan yang berasal dari barang bergerak maupum barang tak bergerak, penghasilan dari usaha, penghasilan pejabat pemerintah, pensiun dan pembayaran berkala. Tarifnya bersifat proporsional dari 1%, 2%,dan 3% atas dasar kriteria tertentu.

Pada abad ke 19 di pulau Jawa, yaitu pada saat pulau Jawa dijajah oleh pemerintahan kolonial Inggris tahun 1811 sampai 1816. Pada waktu itu diadakan pungutan landrente yang diciptakan oleh Thomas Stanford Raffles, letnan gubernur yang diangkat oleh lord mintogubernur jenderal inggris di India. Pada tahun 1813 dikeluarkanlah peraturan landrente stelsel bahwa jumlah uang yang harus dibayar oleh pemilik tanah itu tiap tahunnya hampir

sama besarnya.6

Selanjutnya tahun 1920 dianggap sebagai tahun unifikasi, dimana dualistik yang selama ini ada, dihilangkan dengan diperkenalkannya general income tax yakni ordonansi pajak pendapatan yang diperbaharui tahun 1920 yang berlaku baik bagi penduduk pribumi, orang Asia maupun orang Eropa. Dalam ordonansi pajak pendapatan ini telah diterapkan asas-asas pajak penghasilan yakni asas keadilan domisili dan asas sumber.

_______________________

6Tunggul Anshari Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak, Cetakan ke-2 (Malang: Bayu Media


(8)

Dengan UU No.21 tahun 1957 nama pajak peralihan diganti dengan nama pajak pendapatan tahun 1944 yang disingkat dengan nama Ord.PPd.1944. pajak pendapatan sendiri disingkat dengan PPd setelah beberapa kali mengalami perubahan terutama dengan perubahan 1968 yakni dengan adanya UU No.8 tahun 1968 tentang perubahan dan penyempurnaan tata cara pemungutan pajak pendapatan 1944, pajak kekayaan 1932 dan pajak perseroan 1925, yang lebih terkenal dengan UU MPO dan MPS. Perubahan lainnya adalah dengan UU No.9 tahun 1970 yang berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni dengan diadakannya tax reform di Indonesia.

Karena desakan kebutuhan dengan makin banyaknya perusahaan yang didirikan di Indonesia seperti perkebunan-perkebunan, pada tahun 1925 ditetapkanlah ordonansi pajak perseroan tahun 1925 yakni pajak yang dikenakan terhadap laba perseroan, yang terkenal dengan nama PPs (pajak perseroan). Ordonansi ini telah beberapa kali perubahan dan penyempurnaan antara lain dengan undang-undang nomor 8 tahun 1967 tentang penyempurnaan tata cara pemungutan pajak pendapatan 1944, pajak kekayaan 1932 dan pajak perseroan tahun 1925 yang dalam praktek lebih dikenal dengan uu MPO dan MPS. Perubaqhan penting lainnya adalah dengan UU No.8 tahun 1970 dimana fungsi pajak adalah mengatur/regulernd dimasukkan ke dalam ordonansi PPs 1925, khusussnya tentang ketentuan”tax holiday”. Ordonansi PPs 1925 berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni pada saat diadakannya tax reform, pada awal tahun 1925 –an yakni mulai berlakunya ordonansi pajak perseroan 1925 dan dengan perkembangan pajak pendapatan di negeri Belanda, maka timbul kebutuhan untuk merevisi ordonansi pajak pendapatan 1920, yakni dengan ditetapkannya ordonansi pajak pendapatan tahun 1932. Asas–asas pajak penghasilan telah diterapkan kepada penduduk Indonesia ; kepada bukan penduduk Indonesia hanya dikenakan pajak atas penghasilan yang dihasilkannya di Indonesia; ordonansi ini juga telah mengenal asas sumber dan asas domisili.


(9)

B. RUMUSAN MASALAH

Sebagaimana diketahui pajak hotel ialah salah satu sumber pendapatan yang mampu meningkatkan jumlah pendapatan pemerintah daerah. Dengan lancarnya pemungutan pajak hotel maka akan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dengan baik pula. Sebab dengan baiknya pemungutan pajak hotel ini maka pembangunanpun akan dapat baik pula dilakukan.

Pada penulisan skripsi ini penulis akan menjadikan peraturan daerah kota Medan No.4 tahun 2011 tentang pungutan pajak hotel sebagai pedoman dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis akan merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas guna dapat menjadi tolak ukur untuk dapat menelaah materi ini dengan baik dan juga demi terarahnya pembahasan mengenai pajak hotel, yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana pengertian pajak dalam perspektif Hukum Administrasi Negara?

2. Bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak hotel di kota Medan berdasarkan perda

No.4 tahun 2011 tentang pajak hotel?

3. Bagaimana hambatan dalam melakukan pemungutan pajak di kota Medan?

C. TUJUAN PENULISAN

Sebagaimana diketahui bahwa setiap hotel yang ada di dalam suatu daerah wajib membayar pajak hotel kepada dinas terkait yang merupakan pembayaran pajak hotel untuk meningkatkan pendapatan suatu daerah.

Pemungutan pajak hotel juga dapat membantu pembangunan infrastruktur daerah. Bagaimana diketahui bahwa pembangunan infrastruktur sangat kompleks di kota Medan. Jadi dengan rutinnya setiap hotel yang ada di kota Medan membayar pajak maka sedikit banyaknya proses pembangunan di kota Medan akan semakin baik.


(10)

Maka dari itu untuk mencapai tujuan tersebut seharusnya dilakukan penelusuran ke lapangan agar dapat mengetahui bagaimana sebenarnya sistem pemungutan pajak tersebut dan juga bagaimana kelancaran pelaksanaannya di dalam suatu daerah.

D. MANFAAT PENULISAN

Dengan tujuan penulisan tersebut maka besar harapan penulis akan manfaat yang akan didapatkan dari penulisan ini. Dimana manfaat penelitian ini adalah agar hendaknya penyelenggaraan atau pelaksanaan pemungutan pajak hotel dapat berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang ada di dalam daerah tersebut.

E. METODE PENULISAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis normatif, yaitu dengan pemgumpulan data-data serta studi kepustakaan maupun studi lapangan dan menggambarkan kondisi dengan melakukan riset langsung ke lapangan untuk

memperoleh data-data yang berhubungan dengan penulisan skripsi.7

2. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber atau langsung dari sumber pertama dan data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian data

yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.8

_________________________

7Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Grafindo Persada,

2003), hlm. 71.

8Tampil Anshari, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, ( Medan: Pustaka


(11)

Data sekunder diperoleh dari :

a) Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan

ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang yakni berupa UU, peraturan pemerintah, dan sebagainya.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan informasi

atau hasil kajian tentang perpajakan seperti : seminar hukum, majalah-majalah, karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan perpajakan dan pajak hotel juga beberapa sumber dari situs internet dari persoalannya diatas.

c) Bahan hukum tersier, yaitu wsemua dokumen yang berisi konsep-konsep

dan keterangan – keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder.9 Sedangkan data primer diperoleh dari wawancara

dengan Dinas Pendapatan Daerah kota Medan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data tersebut dapat diperoleh dari :

1. Penelitian pustaka, yaitu data-data dan keterangan yang dikumpulkan

dari bahan-bahan tulisan seperti buku-buku bacaan dan UU yang ada hubungannya dengan pembahasan yang dilakukan. Data ini merupakan data sekunder.

2. Penelitian lapangan, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan

dengan menggunakan riset ke kantor dinas terkait seperti Dinas Pendapatan Daerah, Badan Perencanaan Daerah juga Bagian Hukum di Kota Medan.

___________________________

9Abdurahman, Sosiologi dan Metodologi Penelitian Hukum, (Malang: UMM


(12)

4. Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah diperoleh melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat di dalam skripsi.

F. KEASLIAN PENULISAN

Setelah menelusuri kepustakaan, sejauh pengamatan penulis mengetahui bahwa penelitian tentang “TINJAUAN YURIDIS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL(STUDI DI PEMKO MEDAN)” sampai saat ini belum ada

ditemukan.

Sehubungan judul skripsi ini telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan fakultas hukum USU untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum terdapat di perpustakaan fakultas hukum USU. Dengan demikian, penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan juga secara moral.

G. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagaimana kita ketahui bahwa pajak adalah salah satu pendapatan negara dan daerah dimana iuran iuran pajak tersebut masuk ke dalam kas suatu negara maupun daerah.

Hukum pajak adalah hukum yang bersifat publik dalam mengatur hubungan negara dan orang / badan hukum yang wajib untuk membayar pajak. Selain itu, hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan peraturan yang mencakupp tentang


(13)

kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui uang/ kas negara.

Undang-undang yang mengatur sistem perpajakan:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1993 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 3. Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai yang direvisi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000.

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari IV Bab yang masing-masing bab memiliki sub-babnya sendiri yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I Pada bab ini diatur mengenai pendahuluan yang merupakan uraian awal terdiri

atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan.

BAB II Pada bab ini membahas mengenai pengertian dari pajak dan pajak hotel,

tujuan dan manfaat pemungutan pajak, dan penyelenggaraan pemungutan pajak.

BAB III Pada bab ini mulai membahas bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak hotel

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.4 tahun 2011 tentang Pajak Hotel juga hambatan yang terjadi di dalam pelaksanaannya.

BAB IV Pada bab ini berisikan kesimpulan dari pokok permasalahan yang terjadi dan


(1)

Dengan UU No.21 tahun 1957 nama pajak peralihan diganti dengan nama pajak pendapatan tahun 1944 yang disingkat dengan nama Ord.PPd.1944. pajak pendapatan sendiri disingkat dengan PPd setelah beberapa kali mengalami perubahan terutama dengan perubahan 1968 yakni dengan adanya UU No.8 tahun 1968 tentang perubahan dan penyempurnaan tata cara pemungutan pajak pendapatan 1944, pajak kekayaan 1932 dan pajak perseroan 1925, yang lebih terkenal dengan UU MPO dan MPS. Perubahan lainnya adalah dengan UU No.9 tahun 1970 yang berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni dengan diadakannya tax reform di Indonesia.

Karena desakan kebutuhan dengan makin banyaknya perusahaan yang didirikan di Indonesia seperti perkebunan-perkebunan, pada tahun 1925 ditetapkanlah ordonansi pajak perseroan tahun 1925 yakni pajak yang dikenakan terhadap laba perseroan, yang terkenal dengan nama PPs (pajak perseroan). Ordonansi ini telah beberapa kali perubahan dan penyempurnaan antara lain dengan undang-undang nomor 8 tahun 1967 tentang penyempurnaan tata cara pemungutan pajak pendapatan 1944, pajak kekayaan 1932 dan pajak perseroan tahun 1925 yang dalam praktek lebih dikenal dengan uu MPO dan MPS. Perubaqhan penting lainnya adalah dengan UU No.8 tahun 1970 dimana fungsi pajak adalah mengatur/regulernd dimasukkan ke dalam ordonansi PPs 1925, khusussnya tentang ketentuan”tax holiday”. Ordonansi PPs 1925 berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni pada saat diadakannya tax reform, pada awal tahun 1925 –an yakni mulai berlakunya ordonansi pajak perseroan 1925 dan dengan perkembangan pajak pendapatan di negeri Belanda, maka timbul kebutuhan untuk merevisi ordonansi pajak pendapatan 1920, yakni dengan ditetapkannya ordonansi pajak pendapatan tahun 1932. Asas–asas pajak penghasilan telah diterapkan kepada penduduk Indonesia ; kepada bukan penduduk Indonesia hanya dikenakan pajak atas penghasilan yang dihasilkannya di Indonesia; ordonansi ini juga telah mengenal asas sumber dan asas domisili.


(2)

B. RUMUSAN MASALAH

Sebagaimana diketahui pajak hotel ialah salah satu sumber pendapatan yang mampu meningkatkan jumlah pendapatan pemerintah daerah. Dengan lancarnya pemungutan pajak hotel maka akan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dengan baik pula. Sebab dengan baiknya pemungutan pajak hotel ini maka pembangunanpun akan dapat baik pula dilakukan.

Pada penulisan skripsi ini penulis akan menjadikan peraturan daerah kota Medan No.4 tahun 2011 tentang pungutan pajak hotel sebagai pedoman dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis akan merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas guna dapat menjadi tolak ukur untuk dapat menelaah materi ini dengan baik dan juga demi terarahnya pembahasan mengenai pajak hotel, yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana pengertian pajak dalam perspektif Hukum Administrasi Negara?

2. Bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak hotel di kota Medan berdasarkan perda No.4 tahun 2011 tentang pajak hotel?

3. Bagaimana hambatan dalam melakukan pemungutan pajak di kota Medan?

C. TUJUAN PENULISAN

Sebagaimana diketahui bahwa setiap hotel yang ada di dalam suatu daerah wajib membayar pajak hotel kepada dinas terkait yang merupakan pembayaran pajak hotel untuk meningkatkan pendapatan suatu daerah.

Pemungutan pajak hotel juga dapat membantu pembangunan infrastruktur daerah. Bagaimana diketahui bahwa pembangunan infrastruktur sangat kompleks di kota Medan. Jadi dengan rutinnya setiap hotel yang ada di kota Medan membayar pajak maka sedikit banyaknya proses pembangunan di kota Medan akan semakin baik.


(3)

Maka dari itu untuk mencapai tujuan tersebut seharusnya dilakukan penelusuran ke lapangan agar dapat mengetahui bagaimana sebenarnya sistem pemungutan pajak tersebut dan juga bagaimana kelancaran pelaksanaannya di dalam suatu daerah.

D. MANFAAT PENULISAN

Dengan tujuan penulisan tersebut maka besar harapan penulis akan manfaat yang akan didapatkan dari penulisan ini. Dimana manfaat penelitian ini adalah agar hendaknya penyelenggaraan atau pelaksanaan pemungutan pajak hotel dapat berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang ada di dalam daerah tersebut.

E. METODE PENULISAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis normatif, yaitu dengan pemgumpulan data-data serta studi kepustakaan maupun studi lapangan dan menggambarkan kondisi dengan melakukan riset langsung ke lapangan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penulisan skripsi.7

2. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber atau langsung dari sumber pertama dan data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.8 _________________________

7Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Grafindo Persada,

2003), hlm. 71.

8Tampil Anshari, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, ( Medan: Pustaka


(4)

Data sekunder diperoleh dari :

a) Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang yakni berupa UU, peraturan pemerintah, dan sebagainya.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang perpajakan seperti : seminar hukum, majalah-majalah, karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan perpajakan dan pajak hotel juga beberapa sumber dari situs internet dari persoalannya diatas. c) Bahan hukum tersier, yaitu wsemua dokumen yang berisi konsep-konsep

dan keterangan – keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.9 Sedangkan data primer diperoleh dari wawancara dengan Dinas Pendapatan Daerah kota Medan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data tersebut dapat diperoleh dari :

1. Penelitian pustaka, yaitu data-data dan keterangan yang dikumpulkan dari bahan-bahan tulisan seperti buku-buku bacaan dan UU yang ada hubungannya dengan pembahasan yang dilakukan. Data ini merupakan data sekunder.

2. Penelitian lapangan, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan menggunakan riset ke kantor dinas terkait seperti Dinas Pendapatan Daerah, Badan Perencanaan Daerah juga Bagian Hukum di Kota Medan.

___________________________

9Abdurahman, Sosiologi dan Metodologi Penelitian Hukum, (Malang: UMM


(5)

4. Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah diperoleh melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat di dalam skripsi.

F. KEASLIAN PENULISAN

Setelah menelusuri kepustakaan, sejauh pengamatan penulis mengetahui bahwa penelitian tentang “TINJAUAN YURIDIS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL(STUDI DI PEMKO MEDAN)” sampai saat ini belum ada

ditemukan.

Sehubungan judul skripsi ini telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan fakultas hukum USU untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum terdapat di perpustakaan fakultas hukum USU. Dengan demikian, penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan juga secara moral.

G. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagaimana kita ketahui bahwa pajak adalah salah satu pendapatan negara dan daerah dimana iuran iuran pajak tersebut masuk ke dalam kas suatu negara maupun daerah.

Hukum pajak adalah hukum yang bersifat publik dalam mengatur hubungan negara dan orang / badan hukum yang wajib untuk membayar pajak. Selain itu, hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan peraturan yang mencakupp tentang


(6)

kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui uang/ kas negara.

Undang-undang yang mengatur sistem perpajakan:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1993 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 3. Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai yang direvisi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000.

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari IV Bab yang masing-masing bab memiliki sub-babnya sendiri yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I Pada bab ini diatur mengenai pendahuluan yang merupakan uraian awal terdiri

atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan.

BAB II Pada bab ini membahas mengenai pengertian dari pajak dan pajak hotel,

tujuan dan manfaat pemungutan pajak, dan penyelenggaraan pemungutan pajak.

BAB III Pada bab ini mulai membahas bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak hotel

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.4 tahun 2011 tentang Pajak Hotel juga hambatan yang terjadi di dalam pelaksanaannya.

BAB IV Pada bab ini berisikan kesimpulan dari pokok permasalahan yang terjadi dan


Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

0 59 102

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Rantau Prapat Berdasarkan Perda Kabupaten Labuhanbatu Nomor 6 Tahun 2011

7 173 98

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

1 51 73

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

5 93 159

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

3 76 102

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

1 10 73

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

0 0 7

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

0 0 1

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

0 0 23

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

0 0 2