Analisis Film Rontgen Pakai Grid Bergerak dan Grid Diam Terhadap Ketajaman dan Densitas Pada Pemotoan Lumbal Lateral

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI 2.1 SINAR- X

Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik didefenisikan sebagai sesuatu gelombang yang terdiri atas gelombang listrik dan gelombang magnit. Pada gambar 2.1 berikut ditunjukkan keluarga gelombang elektro-magnetik, dimulai dari gelombang radio, cahaya tampak, sinar-X hingga sinar kosmik. Pengelompokan tersebut dibedakan atas tingkat energi atau panjang gelombangnya.

Gambar 2.1 Tingkat energi gelombang elektromagnetik

Satuan panjang gelombang sinar-X adalah amstrong (Ǻ) dan nm. Panjang gelombang sinar-X dalam kisaran 0,5 –2,5 Ǻ (gambar 2.1).

Sinar-X terjadi bila elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi tiba-tiba terhenti karena menubruk suatu bahan misalnya suatu plat logam. Sebagai sumber elektron adalah filamen yang dipanaskan dalam plat logam adalah anodanya. Elektron-elektron yang terjadi pada pemanasan filamen dipercepat dengan menggunakan tegangan tinggi antara filamen dan anoda. Sinar-X yang

terjadi karena proses pengereman diatas disebut juga ”Bremstrahlung”.


(2)

Gambar 2.2 Proses pembentukan sinar-X Bremstrahlung.

Sebagian kecil elektron-elektron yang dipercepat itu akan menubruk elektron pada kulit atom, akibatnya elektron pada kulit atom itu akan terpental sehingga tempat tersebut kosong. Kekosongan ini segera diisi oleh elektron dari kulit bagian atasnya disertai dengan pemancaran foton. Foton yang dihasilkan dengan cara ini disebut sinar-X karakteristik. Bila elektron yang terpental dari kulit K maka sinar-X yang terjadi dari pengisian kulit L disebut Kα, dari kulit M disebut Kß dan seterusnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sinar-X yang terjadi dari suatu generator sinar-X akan berupa sinar-X kontinu dan sinar-X karakteristik

Gambar 2.3 Proses Pembentukan sinar-X karakteristik

Dalam radiografi tegangan antara anoda dan katoda diperlukan sekitar 50 kV sampai 2 MV, tetapi yang sering dipakai adalah 50 kV sampai 300 kV.


(3)

Panjang gelombang sinar-X tergantung pada kecepatan elektron yang menubruk anoda, jadi tergantung pada beda tegangan antara anoda dan katoda yang digunakan. Distribusi panjang gelombang berkas sinar-X dari suatu tabung sinar-X yang ditunjukkan pada gambar 2.4.

Panjang gelombang minimum (λ min) dirumuskan oleh Duane-Hunt sebagai

berikut :

Dimana, V = beda tegangan antara anoda dan katoda.

Pada umumnya spektrum sinar-X terdiri dari spektrum kontinu ini ada beberapa spektrum garis yaitu karakteristik bahan target dari tabung sinar-X. Banyak elektron tergantung pada arus listrik yang melalui filamen dan temperatur. Karena arus mudah dikontrol maka dalam sinar-X ada dua kontrol yaitu kontrol intensitas oleh arus dan kontrol tenaga oleh tegangan. Tenaga elektron hampir seluruhnya diubah menjadi panas sedang yang menjadi sinar-X hanya ± 1 % maka anoda yang berupa logam tungsten perlu dihubungkan dengan blok tembaga pendingin. Ada juga sinar-X yang tak mempunyai pendingin tetapi hanya dilengkapi dengan switch.


(4)

2.2 SIFAT-SIFAT SINAR-X

Adapun sifat-sifat dari sinar-X adalah sebagai berikut : 1. Daya tembus

Sinar-X dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya kV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.

2. Pertebaran (hamburan)

Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini maka diantara subjek dengan film diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.

3. Penyerapan

Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin besar penyerapannya.

4. Efek Fotografi

Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.

5. Fluoresensi

Sinar-X dapat menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium

tungstat atau zink sulfide memendarkan cahaya (luminisensi).


(5)

a. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-X saja.

b. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar-X sudah dimatikan (after-glow).

6. Ionisasi

Efek primer dari sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.

7. Efek Biologi

Sinar-X dapat menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi, (Rasad S, 2005).

2.3 PEMBANGKIT SINAR-X

Pada saat ini terdapat cukup banyak peralatan yang digunakan sebagai pembangkit radiasi sinar-X. Akan tetapi dalam bagian ini hanya dibahas pembangkit yang paling populer yaitu pesawat sinar-X atau juga sering disebut mesin Rontgen.


(6)

Beberapa bagian yang paling penting adalah sebagai berikut :

a. Filamen yang terdapat pada katoda dihubungkan dengan sumber arus (mA). Katoda dihubungkan ke kutub negatif dari sumber tegangan (kV).

b. Target terletak pada anoda, yang dihubungkan ke kutub positif sumber tegangan (kV).

2.4 PRINSIP KERJA TABUNG SINAR-X

1. Arus listrik (mA) akan memanaskan filamen (katoda) sehingga akan terjadi awan elektron disekitar filamen (proses emisi termionik).

2. Tegangan (kV) diantara katoda (negatif) dan anoda (positif) akan menyebabkan elektron-elektron bergerak kearah anoda.

3. Fokus (focusing cup) berfungsi untuk mengarahkan pergerakan elektron-elektron (berkas elektron) menuju target.

4. Ketika berkas elektron menubruk target akan terjadi proses eksitasi pada atom-atom target, sehingga akan dipancarkan sinar-X karakteristik, dan pembelokan / pemantulan elektron sehingga akan dipancarkan sinar-X Bremstrahlung.

5. Berkas sinar-X yang dihasilkan, yaitu sinar-X karakteristik Bremstrahlung, dipancarkan keluar tabung melalui window.

2.5 PENGATURAN PESAWAT SINAR-X

Terdapat 2 (dua) pengaturan (adjusment) pada pesawat sinar-X yaitu pengaturan arus filamen (mA) dan pengaturan tegangan diantara anoda dan katoda (kV). Pengaturan arus mA akan menyebabkan perubahan jumlah elektron yang dihasilkan filamen dan intensitas berkas elektron sehingga mempengaruhi intensitas sinar-X.


(7)

Semakin besar mA akan menghasilkan intensitas sinar-X yang semakin besar.

Pengaturan tegangan kV akan menyebabkan perubahan ”gaya tarik” anoda

terhadap elektron sehingga kecepatan elektron menuju (menubruk) target akan berubah. Hal ini menyebabkan energi sinar-X yang dihasilkan akan mengalami perubahan.

Semakin besar kV akan menghasilkan energi dan intensitas sinar-X yang semakin besar.

Bila arus (mA) dinaikkan maka spektrum sinar-X akan semakin tinggi intensitasnya dengan puncak pada energi atau panjang gelombang yang tetap. Bila tegangan (kV) dinaikkan maka intensitas semakin tinggi dan puncaknya bergeser ke kiri, panjang gelombang mengecil atau energi membesar.

2.6 INTERAKSI SINAR-X DENGAN MATERI

Beberapa peristiwa yang menyebabkan terjadinya sinar-X telah dibahas pada bagian sebelum ini, sedangkan pada bagian ini akan dibahas proses atau interaksi yang terjadi bila radiasi sinar-X tersebut mengenai materi.

2.6.1 Intensitas Radiasi

Sinar-X sebagaimana radiasi gelombang elektromagnetik yang lain memancar ke segala arah secara merata. Jumlah radiasi persatuan waktu per satuan luas (intensitas) disuatu tempat sangat tergantung pada tiga hal yaitu jumlah radiasi yang dipancarkan oleh sumber, jarak antara tempat tersebut dan sumber radiasinya serta medium diantaranya.

Hubungan antara intensitas radiasi terhadap jarak mengikuti persamaan


(8)

Dimana : I1 = intensitas di titik 1

I2 = intensitas di titik 2

r1 = jarak antara titik1 dan sumber

r2 = jarak antara titik 2 dan sumber

Salah satu prinsip proteksi radiasi ekstrena adalah jarak, semakin jauh posisi seseorang dari sumber radiasi maka intensitas radiasi yang diterimanya akan semakin kecil, mengikuti hukum kuadrat terbalik diatas.

2.6.2 Atenuasi Sinar-X

Intensitas radiasi sinar-X setelah melalui bahan dengan tebal tertentu akan mengalami pelemahan atau atenuasi (gambar 2.6) mengikuti persamaan berikut :

I = I0 e-µx...2.3

Dimana I0, I = Intensitas sebelum dan sesudah menembus bahan.

X = tebal bahan yang diperiksa

µ = koefisien absorbsi linier tergantung dari jenis bahan dan tenaga sumber yang digunakan

I0 I

X

Gambar 2.6 Atenuasi intensitas radiasi setelah melalui bahan. Bahan


(9)

HVL (half value layer) adalah tebal bahan yang dapat menyerap intensitas radiasi menjadi separuhnya, sedangkan

TVL (tenth value layer) adalah tebal bahan yang dapat menyerap intensitas radiasi menjadi seper-sepuluhnya.

Nilai HVL dan TVL suatu bahan dapat dihitung dari koefisien serap linier (µ) nya dengan persamaan berikut :

Contoh :

Koefisien serap suatu bahan adalah 0,1386/mm. Bila bahan tersebut digunakan sebagai penahan radiasi sinar-X maka tebal yang dibutuhkan untuk menurunkan intensitas radiasi dari 10mR/jam adalah :

HVL bahan = 0,693/0,1386 = 5 mm Ix/I0 = 2,5 / 10 = ¼

Tebal yang diperlukan adalah 2 x HVL = 2 x 5 mm = 10 mm

(satu HVL menurunkan ½ nya maka diperlukan 2 HVL untuk menurunkan ¼ nya).


(10)

Tabel 2.1 Jumlah HVL dengan jumlah Ix/I0

Jumlah HVL Ix/I0

1 1 / 2

2 1 / 4

3 1 / 8

4 1 / 16

5 1 / 32

dan seterusnya...

Tabel 2.2 Jumlah TVL dengan jumlah Ix/I0

Jumlah TVL Ix/I0

1 1 / 10

2 1 / 100

3 1 / 1000

dan seterusnya...

2.6.3 Mekanisme Interaksi

Mekanisme interaksi sinar-X ketika mengenai materi adalah efek Fotolistrik, efek Compton dan Produksi Pasangan


(11)

2.6.3.1 Efek Fotolistrik

Gambar 2.7 Proses Efek Fotolistrik

Dalam proses efek fotolistrik, sinar-X ”menubruk” salah satu elektron dan memberikan seluruh energinya sehingga elektron tersebut lepas dari lintasannya. Elektron yang dilepaskan dalam proses ini disebut fotoelektron, yang mempunyai energi sebesar energi sinar-X yang mengenainya.

2.6.3.2 Hamburan Compton

Gambar 2.8 Proses Hamburan Compton

Dalam proses hamburan Compton, sinar-X seolah-olah ”menubruk” salah satu elektron dan kemudian terhambur ke daerah yang lain. Sebagian energi


(12)

sinar-X diberikan ke elektron sehingga lepas dari lintasannya, sedangkan sisanya dibawa oleh sinar-X hamburan.

2.6.3.3 Produksi Pasangan

Proses Produksi Pasangan hanya terjadi bila energi sinar-X lebih besar dari 1,02 MeV dan sinar-X tersebut berhasil mendekati inti atom. Sinar-X tersebut akan lenyap dan berubah menjadi sepasang elektron-positron. Positron adalah partikel yang identik dengan elektron tetapi bermuatan positif.

Gambar 2.9 Proses Produksi Pasangan.

2.7 PRINSIP-PRINSIP SUATU RADIOGRAFI

Radiografi adalah gambaran suatu bahan (objek) pada film photografis yang dihasilkan dengan melewatkan sinar-X melalui bahan tersebut. Jadi dasar radiografi adalah mendeteksi perbedaan suatu kerapatan bahan yang digambarkan sebagai gelap dan terang pada film. Bagian gelap sesuai dengan

bahan yang mempunyai kerapatan (ρ) rendah, karena mengabsorbsi intensitas radiasi lebih sedikit dari kerapatan yang tinggi.


(13)

2.7.1 Kualitas Radiografi

Kualitas radiografi adalah kemampuan radiografi dalam memberikan informasi yang jelas mengenai objek atau organ yang diperiksa. Kualitas radiografi ditentukan oleh beberapa komponen antara lain : densitas, kontras, ketajaman dan detail.

Kualitas radiografi meliputi, sebagai berikut : 1. Densitas

Gambaran hitam pada hasil radiograf ditetapkan sebagai densitas. Hasil densitas yang semakin baik terdapat pada area yang dimana sinar-X ditangkap oleh film dan dikonversikan ke warna hitam, silver metalik.

Karakteristik fisik bahan yang paling ditemui di X-ray imaging dibandingkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.3 Karakteristik Fisik Bahan Kontras

Material Nomor Atom Densitas

Air 7,42 1,0

Otot 7,46 1,0

Lemak 5,92 0,91

Udara 7,64 0,00129

Kalsium 20,0 1,55

Iodine 53,0 4,94

Barium 56,0 3,5


(14)

Tabel 2.4 Hubungan antara jumlah cahaya yang ditransmisikan dan densitas film

Transmittance (I0/It)

Percent Transmittance

Film Density Log (I0/It)

1,0 100 % 0

0,1 10 % 1

0,01 1 % 2

0,001 0,1 % 3

0,0001 0,01 % 4

0,00001 0,001 % 5

0,000001 0,0001 % 6

0,0000001 0,00001 % 7

2. Kontras

Perbedaan dalam densitas di beberapa tempat pada radiograf disebut kontras. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontras adalah :

a. Relatifitas transparansi sinar-X terhadap beberapa struktur pada radiograf.

b. Tipe film yang digunakan

c. Pemerosesan film yang digunakan d. Intensifying screen

e. Tegangan (kV) dan f. Pemecahan sinar radiasi


(15)

Tegangan yang lebih rendah menghasilkan kontras yang tinggi dan tegangan yang lebih tinggi menghasilkan kontras yang rendah.

Perbedaan derajat kehitaman dirumuskan dengan :

C = D2– D1...2.6 Dengan :

C = menyatakan kontras

D2 = Densitas pada daerah ke 2

D1 = Densitas pada daerah 1

Tabel 2.5 Efek mA, kVp dan waktu eksposure terhadap densitas film dan kontras Densitas Film Kontras

Kvp Ya Ya

mA Ya Tidak

Waktu (s) Ya Tidak

3. Sharpness (Ketajaman gambar)

Ketajaman gambar pada radiograf mengindikasikan penandaan yang tajam pada beberapa struktur yang terekam. Radiograf dikatakan memiliki ketajaman optimum apabila batas antara bayangan satu dengan bayangan lain dapat terlihat jelas. Ketidaktajaman radiograf dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Faktor geometri

Seperti yang diuraikan diatas karena bentuk sumber bukan beberapa titik tetapi mempunyai beberapa garis tengah maka sering terjadi


(16)

Adapun gangguan pada radiograf yang disebabkan oleh faktor geometri.

Dengan menggunakan segitiga sebangun maka :

P : B = F : (A – B)...2.7 Atau

Gangguan juga dapat ditimbulkan dari hamburan yang sampai pada film baik dari benda yang diperiksa maupun dari benda-benda lain yang berada dibelakang film.

Gangguan semacam ini dapat diatasi dengan penghalang (screen) timbal, dimuka maupun dibelakang film. Selain itu penghalang ini akan mempercepat terjadinya bayangan pada film karena bentuknya elektron sekunder dari timbal setelah menerima radiasi.

Gangguan ini biasa disebut ketidaktajaman (unsharpness), gangguan ini dapat diatasi dengan cara sebagai berikut :

1. Sumber harus sejauh mungkin dengan bahan yang diperiksa jadi sumber hampir mendekati sumber titik.

2. Film harus sedekat mungkin dan sejajar dengan benda yang diperiksa. 3. Letak sumber sedemikian rupa sehingga sinar jatuh tegak lurus ke

permukaan film.

a. Faktor sistem perekam bayangan b. Efek paralak, karakteristik film dan c. Faktor pergerakan


(17)

4. Detail

Detail merupakan kualitas radiograf berdasarkan ketajaman dilihat dari garis luar yang membentuk gambar dan kontras antara beberapa sruktur yang terekam. Jika garis luar yang membentuk gambar sangat jelas dilihat dan kejernihan detail ini dapat dikatakan bagus.

Detail radiograf menggambarkan ketajaman dengan struktur-struktur terkecil dari radiograf. Faktor-faktor yang berpengaruh pada detail adalah faktor geometri antara lain ukuran focal spot, FFD (Fokus Film Distance) dan FOD (Film Objek Distance), Obrian M, 2009)

2.7.2 Gangguan Pada Citra Radiografi 1. Artefak

Artefak merupakan suatu gangguan pada tampilan citra radiografi akibat berbagai kesalahan. Baik itu kesalahan akibat pencucian, noda pada intensifying screen (IS) dan lain-lain. Dalam banyak situasi artefak tidak mempengaruhi keakuratan visibilitas obyek dan diagnostik. Tapi artefak dapat mengaburkan bagian gambar atau dapat ditafsirkan sebagai fitur anatomi. Berbagai faktor yang terkait dengan setiap metode imaging dapat menyebabkan artefak gambar.

2. Blur Summery (kekaburan)

Kekaburan mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan pengelihatan detail gambar. Kekaburan menurunkan penampakan struktur kecil dari kontras objek. Dan hal ini sering terjadi pada citra medik. Bila kekaburan kecil maka objek yang besar masih dapat kita lihat. Tetapi apabila kekaburan makin besar maka bukan hanya objek kecil yang tidak bisa kita lihat, objek yang besar juga akan sulit kita amati.


(18)

Ada 3 (tiga) pengaruh dari kekaburan, yaitu :

1. Sebagaimana yang telah kita amati, kekaburan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk memperlihatkan detail anatomi objek. Padahal hal tersebut sangat penting dalam penggambaran citra medik.

2. Kekaburan menurunkan nilai ketajaman ( sharpness) struktur dan objek citra medik sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai pengganti istilah kekaburan (blurring).

3. Efek dari Noise

Setiap kolom pada gambar di bawah ini mempunyai seri rentang kontras dari mulai yang tinggi (bagian bawah) sampai yang mempunyai kontras rendah (bagian atas). Terdapat 3 (tiga) tingkatan (rendah, medium dan tinggi noise pada ketiga kolom gambar disamping. Efek dari noise adalah untuk menurunkan visibilitas dari objek yang dimiliki dengan kontras rendah.

Gambar 2.10 Contoh noise Membandingkan Efek dari noise dan kekaburan (Blur).

Baik blur maupun noise sebenarnya merupan ciri umum unsur yang tidak diinginkan pada citra medik karena bisa menurunkan visibilitas objek tertentu. Ilustrasi gambar dibawah ini menunjukkan diagram Kontras – Detail. Objek dirancang menurut penurunan ukuran (detail) dari kiri ke kanan, dan menurut penurunan kontras dari bawah ke atas. Bagian yang besar dan tinggi nilai kontras objek di dalam wilayah kiri bawah harus terlihat sebagai gambaran umum


(19)

kondisi citra medik yang semestinya. Anggaplah noise dan kekaburan (blur)

adalah dua hal yang secara bersama menghasilkan ”tabir ketidaktampakan”

(curtain of invisibility).

Noise menurunkan visibilitas objek dengan kontras rendah. Sedangkan blur menurunkan visibilitas objek yang ukurannya kecil. Biasanya kebanyakan objek dengan ukuran anatomi yang kecil akan mempunyai nilai kontras yang relatif rendah dan visibilitasnya menurun karena faktor noise dan blur.

Gambar 2.11 Efek noise dan blur 2.8 GRID (KISI)

Grid radiografi terdiri dari serangkaian strip foil timbal (Pb) yang dipisahkan oleh celah dari strip timah tersebut (gambar 2.13). Hal ini ditemukan oleh Dr. Gustave Bucky pada tahun 1913 (gambar 2.12), dan masih merupakan cara yang paling epektif untuk menghilangkan radiasi scatter (radiasi hambur) agar tidak sampai ke film rontgen di bidang radiografi. Bahan dari grid ini dapat berupa kertas atau aluminium, tapi dalam grid modern biasanya terbuat dari serat karbon, strip timah hitam (Pb).

Radiasi primer berorientasi pada sumbu yang sama dengan strip timah dan melewati diantara strip timah tersebut untuk sampai ke film. Radiasi hambur muncul dari berbagai titik dari pasien dan yang meliputi dari segala arah (multi


(20)

arah), sehingga sebagian besar diserap oleh timah (grid) dan hanya sejumlah sinar-X yang lewat dan sampai ke film (gambar 2.14).

Gambar 2.12 Dr Gustave Bucky

Grid terdiri atas lajur-lajur lapisan tipis timbal (Pb) atau dapat juga dijelaskan pada saat mengambil gambar radiografi semua sinar primer jatuh pada jaringan yang tidak dapat terlewati. Beberapa sinar dapat melewati jaringan, beberapa sinar terrefleksikan dalam berbagai tingkatan ketebalan jaringan dan sinar yang tertinggal terabsorbsi oleh jaringan. Sinar yang terrefleksikan menyebabkan radiasi yang terpecah. Radiasi yang terpecah tersebut jatuh ke film bersamaan dengan sinar primer menghasilkan gambar yang buram pada film. Untuk menghindari pemecahan sinar diperlukan sebuah alat yang dinamakan grid yang digunakan dalam radiografi. Penggunaan grid diperlukan untuk jaringan dengan ketebalan 11 centi meter. Grid ditempatkan diantara bagian yang terekspose pada kaset.


(21)

Gambar 2.13 Penyerapan selektif radiasi hambur oleh sebuah Grid 2.8.1 Jenis-jenis Grid (kisi)

1. Grid diam (stationary grid atau lisholm).

Grid ini mempunyai macam-macam ukuran sesuai dengan ukuran kaset, dan grid ini bisa dibawa atau bersifat mobile.

2. Grid bergerak (moving grid atau bucky)

Grid bergerak (moving grid) diciptakan oleh Dr Hollis E. Potter pada tahun 1920 dan selama bertahun-tahun, grid bergerak itu disebut grid Potter Bucky. Dalam beberapa tahun terakhir nama telah disingkat menjadi grid Bucky, yang sangat disayangkan, karena nama penemu dihilangkan. Grid digerakkan untuk mengaburkan bayangan strip timah hitam (lajur grid).

Biasanya grid ini digerakkan oleh motor yang berada di bawah meja pemeriksaan atau tepatnya terletak diatas film. Sehingga disaat eksposure dengan cepat grid bergerak sehingga hasil pada gambar radiografi strip tidak lagi terlihat (gambar 2.14).


(22)

Sebuah grid tersusun atas strip dan materi radiotransparan seperti kayu atau aluminium teratur pada saat focal spot diposisikan tepat ditengah grid, strip pada grid disejajarkan dengan tumbukan primer. Contoh sederhana alat yang dapat kita temui adalah grid yang dapat bergerak yaitu Potter-Bucky Diafragma (Bucky). Grid ini tetap bergerak selama waktu terjadinya pemaparan sinar. Pada saat grid yang tidak bergerak digunakan strip pada grid akan tergambar pada radiograf. Untuk menghindari hasil dari strip ini maka digunakan strip yang bergerak.

Gambar 2.15 gambar susunan lempeng (Pb) 2.8.2 Grid Ratio

Grid ratio adalah perbandingan antara tinggi lempengan timbal dengan jarak antara lempeng

Semakin tinggi grid ratio semakin banyak hamburan yang diserap oleh grid, faktor eksposi yang digunakan semakin besar. Grid dengan ratio 8 : 1 atau 10 : 1 grid sering digunakan di dalam pemeriksaan thorax dan sebagainya. Grid


(23)

ratio 5 : 1 akan menyerap radiasi 85 % dimana grid ratio 16 : 1 penyerapan radiasi sebesar 97 %.

Rasio grid didefenisikan sebagai perbandingan antara tinggi dari strip dengan jarak.

Gambar 2.16 karakteristik grid Atau

2.8.3 Cara Kerja Grid (kisi)

Grid digunakan untuk meningkatkan kontras dengan menyerap radiasi sekunder sebelum mencapai film. Grid ideal akan menyerap semua radiasi sekunder dan bukan radiasi primer, itu akan memberikan kontras film maksimum tanpa peningkatan yang tidak perlu dalam eksposure pasien.

Konstruksi grid dirancang sedemikian rupa agar dapat menyerap radiasi yang menuju ke film. Adapun prinsip konstruksinya adalah sebagai berikut :


(24)

Hamburan akan diserap oleh lempengan timbal, sinar akan dilewatkan oleh lempengan timbal tersebut terdapat jarak (interspace = D) dan juga terdapat tinggi lempeng timbal tersebut (tinggi lead strip = h).

Sebagai sinar-X ( a= radiasi primer) akan tersebar kesegala arah pada waktu mengenai suatu benda (gambar 2.17). Sinar tersebar ini dinamakan sinar hambur (radiasi sekunder atau scattered radiation). Walaupun sinar hambur mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek tetapi efek fotografinya tetap ada sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film rontgen.

Sinar hambur ini harus ditiadakan dengan menggunakan grid.

Gambar 2.17 Peletakan dan fungsi grid 2.8.4 Grid Berdasarkan Susunannya

Dari susunannya dibagi dalam :

1. Linier : Jalur lempeng (Pb) yang satu dengan yang lain sejajar (gambar 2.19).

2. Focused : Jalur lempeng (Pb) berangsur tambah miring dari pusat ke tepi, di susun sedemikian rupa mengikuti arah sinar.


(25)

3. Crosed grid : dua grid diletakkan satu atas yang lain (bersilang), crossed grid sebagian pusat sinar-X tepat ditengah grid. 2.8.5 Grid Linier

Strip atau susunan grid linier mengarah sejajar satu sama lain dalam sumbu longitudinal (gambar 2.19). Keunggulan utama grid ini adalah susunan strip timah hitamnya memungkinkan kita untuk sudut tabung X-ray sepanjang grid tanpa kehilangan radiasi primer dari ” grid cut off” (gambar 2.18).

Cut off grid adalah hilangnya berkas radiasi primer karena ketidak tepatan angulasi antara tube dan strip timah dan menimbulkan perbesaran strip pada gambar rontgen.

Gambar 2.18 Grid cut off


(26)

Jadi grid (kisi) yang memenuhi syarat adalah : 1. Dapat menyerap sinar hambur 80 – 90 %. 2. Dapat menyerap sinar primer 10 – 15 %. 3. Dapat menaikkan kontras.

Penambahan kontras dapat diukur dengan faktor perbaikan kontras (K), dengan

Tabel 2.5 Perbaikan Kontras (K)

Grid

No. Grid Ratio

Lead content / Isi timah hitam (mg/cm2)

Faktor Perbaikan kontras (K)

1 3,4 170 1,95

2 2 x 3,1 310 1,95

3 11 340 2,1

4 7 390 2,1

5 9 460 2,35

6 15 460 2,6

7 2 x 7 680 2,95


(27)

2.9 FILM RADIOGRAFI

Film berfungsi untuk mencatat bayangan pada gambaran radiografi. Film ini terdiri dari bebarapa lapisan yang diantaranya :

a. Supercoat : untuk melindungi emulsi film

b. Emulsi Film : emulsi silver-bromide yang terdiri atas AgBr, AgCl dan AgJ. Tebal emulsi ini adalah 0,01 inc (0,0025 cm).

c. Substratum : berfungsi sebagai perekat antara emulsi ke alas film. d. Alas film (film base) : terdiri atas polyester base

Gambar 2.20 Lapisan Film

2.9.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi penghitaman film

Derajat kehitaman (density) tergantung pada jumlah radiasi yang diserap oleh emulsi film. Jumlah radiasi ini tergantung dari kekuatan sumber, bagian radiasi yang menembus benda dan penghalang yang mungkin dipergunakan. Jumlah radiasi yang dipancarkan oleh sinar-X tergantung dari arus, tegangan yang dipakai dan lamanya penyinaran. Apabila arus yang dirubah sedangkan tegangan tetap dan waktu tetap maka intensitas akan sebanding dengan arus (miliampere) dan tidak ada penambahan panjang gelombang.

Jadi tidak ada penambahan daya tembusnya. Jika arus tetap dan tegangan dirubah maka tidak hanya intensitas yang berubah tetapi juga kualitasnya.


(28)

Pada waktu tegangan naik maka sinar-X gelombang pendek terjadi, maka daya tembusnya bertambah.

Penyinaran (eksposure) pada sinar-X dapat dirumuskan sebagai berikut : E = M x t...2.12 Dimana :

E = Penyinaran (eksposure) M = miliampere (aktifitas) t = waktu penyinaran

Bila jarak berubah maka jumlah radiasi yang dipancarkan berbanding terbalik dengan kwadrat jaraknya, atau :

Dimana d = jarak sumber ke film

Jadi eksposure dapat ditentukan dari ketiga variabel diatas. 2.9.2 Sifat-Sifat Film Radiografi

Film yang digunakan untuk radiografi terdiri dari emulsi perak halida yang diletakkan diatas gelatin dan dilapisi oleh tin yang transparan untuk memberikan kecepatan dan kekontrasan yang optimal. Emulsi ini sensitif terhadap sinar-X, cahaya dan lain-lain. Bila salah satu radiasi ini mengenai emulsi tersebut maka terjadi bayangan laten. Perubahan ini tidak dapat dideteksi secara fisis tetapi bila film yang sudah teradiasi itu dicelupkan ke developer, maka terjadi reaksi yang menyebabkan logam perak menjadi hitam. Perak yang mengendap dalam gelatin inilah yang menimbulkan bayangan.


(29)

Jenis-jenis film rontgen adalah sebagai berikut :

1. Screen Film : Film yang di dalam penggunaannya selalu menggunakan intensifying screen.

2. Non-Screen Film : Film yang penggunaannya tanpa intensifying screen seperti : film gigi (dental film), mammography film.

Menurut sensitifitasnya film juga dibagi atas blue sensitive dan green sensitive Ada tiga golongan film menurut kepekaannya terhadap macam-macam warna cahaya yaitu :

1. Orthochromatic Film

Yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap warna hijau sampai violet, jenis ini digunakan untuk film green sensitive pada pemeriksaan radiografi.

2. Monochromatic Film

Yaitu jenis fim yang memiliki kepekaan terhadap satu jenis warna, yaitu warna biru saja. Jenis ini biasanya digunakan untuk film X-ray blue sensitive.

3. Panchromatic Film

Yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap semua warna pencahayaan. Jenis ini digunakan dalam film fotografi.

2.9.3 Daerah Kerja Film

Untuk mendapatkan kekontrasan yang baik maka suatu film perlu ditentukan daerah kerjanya. Daerah ini dapat ditentukan dengan membuat grafik antara E, D dimana D adalah density film dan E adalah exposure (penyinaran).


(30)

Density film adalah ukuran kegelapan suatu film, makin besar ukuran butir perak persatuan luas pada film tersebut makin gelap. Makin gelap film tersebut makin tinggi densitasnya.

Density (D) didefenisikan sebagai perbandingan log intensitas cahaya datang sebelum dan sesudah melewati film.

Dimana : I0 = intensitas cahaya sebelum jatuh ke film

I1 = intensitas cahaya sesudah jatuh ke film

Density (D) ini terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu :

1. Fog density (D0) yaitu kegelapan yang memang sudah ada pada film,

jadi dapat disamakan dengan background.

2. Density (D1) yaitu kegelapan karena penyerapan sinar-X oleh emulsi

film.

Maka emulsi dapat ditulis sebagai berikut :

D = D0 + D1...2.15 Grafik antara E dan D biasanya disebut juga dengan kurva karakteristik film seperti terlukis pada gambar :


(31)

Gambar 2.20 Kurva Karakteritik Film

Density film karena radiasi menuruti hubungan berikut :

D = C1 x I x tp...2.16 Dimana C = Suatu faktor yang tergantung dari tenaga sinar datang dan macam film yang dipakai

I = Intensitas sinar datang t = lamanya film disinari

p = index yang berhubungan dengan sensitivitas dari film terhadap radiasi yang diterima

Karena daerah kerja film terletak pada garis yang linier, maka rumus diatas menjadi :

D = C1 I t ...2.17

Koefisien arah dari tiap-tiap titik pada grafik disebut kekontrasan dari film tersebut dan dinyatakan sebagai


(32)

Dalam radiografi t ditentukan dengan meradiasi bahan yang akan diperiksa pada ketebalan yang berbeda-beda dengan suatu jarak tertentu dan waktu yang berbeda-beda.

2.9.4 Proses Pencucian Film

Ada 2 (dua) cara yang digunakan untuk memprosesing film, yaitu : 1. Secara manual

Yaitu cara memprosesing film dengan menggunakan tenaga manusia . Pada cara manual ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :

a. Tahap developer

Fungsinya untuk membangkitkan bayangan laten menjadi bayangan tampak pada daerah yang terkena eksposi.

b. Tahap pembilasan (rinsing)

Fungsinya agar sisa-sisa larutan developer yang melekat pada film tidak masuk ke dalam fixer.

c. Tahap penetapan (fixer)

Ini bertujuan untuk menetapkan gambaran yang terbentuk pada film. d. Tahap pembersihan (washing)

Fungsinya membersihkan sisa-sisa larutan fixer pada film yang dapat mempengaruhi hasil gambaran.

e. Tahap pengeringan.


(33)

Gambar 2.21 Manual Prosesing Keterangan :

A = Tangki developer (pembangkitan) B = Tangki rinsing (pembilasan) C = Tangki fixer (penetapan)

D = Tangki washing (pembilas akhir) 2 Secara Otomatis

Yaitu cara memprosesing film dengan menggunakan prosesing film yang dapat bekerja secara otomatis (menggunakan mesin dengan bagian –bagian sebagai berikut :

a. Film feeding system (tempat pemasukan film).

b. Roller transport, adalah alat yang menjalankan / mengerakkan film dengan kecepatan konstan yang digerakkan oleh motor.

c. Water system fungsinya untuk mencuci film sebagai stabilizer temperature developer.

d. Developer recirculatory system, berfungsi untuk mengaduk penambahan replenisher, agitasi dan memelihara kesamaan temperature.

e. Fixer recirculatory system. A

B

C


(34)

f. Replenaishment system, berfungsi sebagai penambah larutan developer dan fixer yang dipompakan secara otomatis ke dalam mesin bila volume developer dan fixer berkurang.

g. Air circulation system, merupakan pemanas udara (pengering) yang mempunyai suhu 40 o C.

Gambar 2.22 Automatic processing Film 2.10 GRAFIK EXPOSURE

Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya penyinaran adalah : 1. Jenis sumber yaitu tegangan (tenaga) dan arus (aktivitas). 2. Jarak sumber ke film.

3. Jenis benda dan tebalnya 4. Density yang di inginkan 5. Jenis Film

6. Proses pencucian

Disini kita dapat membahas grafik eksposure yang menunjukkan hubungan antara tebal bahan, tenaga yang dipakai dan lamanya eksposure. Grafik ini digunakan untuk menentukan waktu penyinaran (eksposure) dari bahan dasar yang uniform.


(35)

Pada sinar-X biasanya grafik ini sudah dibuat dari pabrik yang mengeluarkannya, karena itu grafik ini berbeda untuk tipe pembangkit sinar-X (pesawat sainar-X) yang lain. Dalam laboratorium grafik ini sering dibuat lagi untuk sinar-X maupun sinar γ, karena film yang dipakai berlainan dengan film yang dicantumkan dari pabrik dan juga karena film mendekati masa berlakunya atau penyimpanannya kurang sempurna.

2.10.1 Pembuatan Grafik Eksposure

Karena λ pada sinar-X dapat diatur maka pembuatan grafik eksposure untuk sinar-X dan sinar γ berbeda. Pada pembuatan grafik harus dicantumkan jarak dari sumber ke film yang dipakai.

Ada beberapa cara pembuatan grafik eksposure untuk sinar-X tetapi yang dibahas hanya berdasarkan hukum pelemahan.

2.10.2 Hukum Pelemahan Hukum Pelemahan adalah

I = I0e-µx ...2.19 It = I0e-µx ...2.20

Dimana t adalah waktu penyinaran, sehingga It sama dengan eksposure (E). Jadi persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut :


(36)

Yang berlaku untuk satu tegangan. Untuk suatu tegangan intensitas radiasi yang dipancarkan sebanding dengan arus filamen. Jadi grafiknya adalah antara log miliampere menit terhadap tebal : grafik linier. Bila tegangan dinaikkan maka µ makin kecil dan kemiringan garis bertambah.

Cara melakukan percobaan adalah dengan menggunakan ” stepwedge” atau

bahan yang tebalnya berbeda di radiografi dengan dua waktu penyinaran yang berbeda dan masing-masing dengan tegangan yang berbeda, tetapi jarak sumber ke film tetap. Setelah film dicuci film diukur density untuk setiap ketebalan densitometer. Pembacaan density ini digambarkan terhadap ketebalan untuk tiap eksposure.

Pilih density 2 atau density yang sesuai pada film yang digunakan. Kemudian eksposure digambarkan terhadap ketebalan pada kertas semilog. Masing-masing grafik diperoleh dari 2 titik dengan tegangan yang sama. Untuk memperoleh grafik eksposure yang lain harus digunakan tegangan yang lain pula.

2.11 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN SUMBER, WAKTU DAN JARAK

Dari grafik eksposure tampak bahwa untuk suatu sumber radiasi ada 4 (empat) faktor yang menentukan eksposure yaitu : kV, miliampere (mA), waktu (t) dan jarak.

Hubungan ketiga variabel ini dapat dilihat dari persamaan berikut, yaitu :

Karena density film dipilih tetap maka E akan tetap untuk setiap perubahan M, t dan d sehingga E1 = E2. Jadi ada 3 hubungan yaitu :


(37)

Dari hubungan diatas jelas bahwa walaupun grafik eksposure hanya berlaku untuk suatu jarak tertentu tetapi dapat digunakan juga untuk jarak yang lain.


(1)

Dalam radiografi t ditentukan dengan meradiasi bahan yang akan diperiksa pada ketebalan yang berbeda-beda dengan suatu jarak tertentu dan waktu yang berbeda-beda.

2.9.4 Proses Pencucian Film

Ada 2 (dua) cara yang digunakan untuk memprosesing film, yaitu : 1. Secara manual

Yaitu cara memprosesing film dengan menggunakan tenaga manusia . Pada cara manual ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :

a. Tahap developer

Fungsinya untuk membangkitkan bayangan laten menjadi bayangan tampak pada daerah yang terkena eksposi.

b. Tahap pembilasan (rinsing)

Fungsinya agar sisa-sisa larutan developer yang melekat pada film tidak masuk ke dalam fixer.

c. Tahap penetapan (fixer)

Ini bertujuan untuk menetapkan gambaran yang terbentuk pada film. d. Tahap pembersihan (washing)

Fungsinya membersihkan sisa-sisa larutan fixer pada film yang dapat mempengaruhi hasil gambaran.

e. Tahap pengeringan.


(2)

Gambar 2.21 Manual Prosesing Keterangan :

A = Tangki developer (pembangkitan) B = Tangki rinsing (pembilasan) C = Tangki fixer (penetapan)

D = Tangki washing (pembilas akhir) 2 Secara Otomatis

Yaitu cara memprosesing film dengan menggunakan prosesing film yang dapat bekerja secara otomatis (menggunakan mesin dengan bagian –bagian sebagai berikut :

a. Film feeding system (tempat pemasukan film).

b. Roller transport, adalah alat yang menjalankan / mengerakkan film dengan kecepatan konstan yang digerakkan oleh motor.

c. Water system fungsinya untuk mencuci film sebagai stabilizer temperature developer.

d. Developer recirculatory system, berfungsi untuk mengaduk penambahan replenisher, agitasi dan memelihara kesamaan temperature.

e. Fixer recirculatory system. A

B

C


(3)

f. Replenaishment system, berfungsi sebagai penambah larutan developer dan fixer yang dipompakan secara otomatis ke dalam mesin bila volume developer dan fixer berkurang.

g. Air circulation system, merupakan pemanas udara (pengering) yang mempunyai suhu 40 o C.

Gambar 2.22 Automatic processing Film 2.10 GRAFIK EXPOSURE

Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya penyinaran adalah : 1. Jenis sumber yaitu tegangan (tenaga) dan arus (aktivitas). 2. Jarak sumber ke film.

3. Jenis benda dan tebalnya 4. Density yang di inginkan 5. Jenis Film

6. Proses pencucian

Disini kita dapat membahas grafik eksposure yang menunjukkan hubungan antara tebal bahan, tenaga yang dipakai dan lamanya eksposure. Grafik ini digunakan untuk menentukan waktu penyinaran (eksposure) dari bahan dasar yang uniform.


(4)

Pada sinar-X biasanya grafik ini sudah dibuat dari pabrik yang mengeluarkannya, karena itu grafik ini berbeda untuk tipe pembangkit sinar-X (pesawat sainar-X) yang lain. Dalam laboratorium grafik ini sering dibuat lagi untuk sinar-X maupun sinar γ, karena film yang dipakai berlainan dengan film yang dicantumkan dari pabrik dan juga karena film mendekati masa berlakunya atau penyimpanannya kurang sempurna.

2.10.1 Pembuatan Grafik Eksposure

Karena λ pada sinar-X dapat diatur maka pembuatan grafik eksposure untuk sinar-X dan sinar γ berbeda. Pada pembuatan grafik harus dicantumkan jarak dari sumber ke film yang dipakai.

Ada beberapa cara pembuatan grafik eksposure untuk sinar-X tetapi yang dibahas hanya berdasarkan hukum pelemahan.

2.10.2 Hukum Pelemahan

Hukum Pelemahan adalah

I = I0e-µx ...2.19

It = I0e-µx ...2.20

Dimana t adalah waktu penyinaran, sehingga It sama dengan eksposure (E). Jadi persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut :


(5)

Yang berlaku untuk satu tegangan. Untuk suatu tegangan intensitas radiasi yang dipancarkan sebanding dengan arus filamen. Jadi grafiknya adalah antara log miliampere menit terhadap tebal : grafik linier. Bila tegangan dinaikkan maka µ makin kecil dan kemiringan garis bertambah.

Cara melakukan percobaan adalah dengan menggunakan ” stepwedge” atau

bahan yang tebalnya berbeda di radiografi dengan dua waktu penyinaran yang berbeda dan masing-masing dengan tegangan yang berbeda, tetapi jarak sumber ke film tetap. Setelah film dicuci film diukur density untuk setiap ketebalan densitometer. Pembacaan density ini digambarkan terhadap ketebalan untuk tiap eksposure.

Pilih density 2 atau density yang sesuai pada film yang digunakan. Kemudian eksposure digambarkan terhadap ketebalan pada kertas semilog. Masing-masing grafik diperoleh dari 2 titik dengan tegangan yang sama. Untuk memperoleh grafik eksposure yang lain harus digunakan tegangan yang lain pula.

2.11 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN SUMBER, WAKTU DAN JARAK

Dari grafik eksposure tampak bahwa untuk suatu sumber radiasi ada 4 (empat) faktor yang menentukan eksposure yaitu : kV, miliampere (mA), waktu (t) dan jarak.

Hubungan ketiga variabel ini dapat dilihat dari persamaan berikut, yaitu :

Karena density film dipilih tetap maka E akan tetap untuk setiap perubahan M, t dan d sehingga E1 = E2. Jadi ada 3 hubungan yaitu :


(6)

Dari hubungan diatas jelas bahwa walaupun grafik eksposure hanya berlaku untuk suatu jarak tertentu tetapi dapat digunakan juga untuk jarak yang lain.