Faktor-Faktor Penggunaan Narkoba Pada Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat Tahun 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu”dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, pengindraan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orangtua, guru, radio televisi, foster, majalah dan surat kabar.
Dalam Notoatmodjo (2003), Asosiasi Psikologi Amerika bependapat bahwa dalam tindakannya pengetahuan seseorang terhadap penguasaan materi dapat digolongkan dalam enam tingkatan. Tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai Domain on the taxonomy of educational objectives (domain kognitif pengetahuan), yaitu:
(2)
1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajarinya dapat di ukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis, diartikan sebagai menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.
(3)
6. Evaluasi, diartikan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket dalam kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
2.2 Pendidikan
Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M) menjabarkan bahwa Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.
Menurut H. Horne pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
2.3 Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Disebut juga
(4)
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai beberapa tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.
2. Merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang yang menerima ide tersebut.
3. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilhnya dengan segala resiko atau merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.
2.4 Penghasilan
Menurut Notoadmodjo (1997) menyatakan bahwa penghasilan memiliki pengaruh terhadap keikutsertaan seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
(5)
Penghasilan seseorang tidak dapat diukur sepenuhnya dari pekerjaan. Bila dihubungkan dengan faktor-faktor penggunaan narkoba, orang dengan tingkat penghasilan tinggi akan lebih mudah membeli dan mendapatkan narkoba. Sebaliknya orang dengan penghasilan rendah akan sangat sulit untuk mendapatkan narkoba.
2.5 Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
(6)
2.6 Pengertian Narkoba
Narkoba merupakan zat psikoaktif narkotika, psikotropika, dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bahan atau zat-zat kimiawi yang jika masuk kedalam tubuh secara oral (dimakan, diminum, atau ditelan) dihisap, dihirup, atau disuntikkan dapat mengubah suasana hati perasaan, perilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkaan gangguan keadaan sosial yang ditandai dengan indikasi negatif, waktu pemakaian yang panjang dan pemakaian dosis yang berlebihan (Kusmiran, 2011).
Narkotika menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 adalah bahan-bahan seperti tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicingko), opium obat, morfin, tanaman koka, daun koka, kokaina mentah, ekgonina, tanaman ganja, dammar ganja. Bahan lain baik yang alamiah, semi sintesis, sintesis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfin atau kokain; ditetapkan Menteri Kesehatan sebagai narkotika jika penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat ketergantungan yang merugikan, seperti morfin dan kokain (Kusmiran, 2011).
Jenis-jenis narkoba yang sering disalahgunakan: 1. Opioda
Opioda adalah nama segolongan zat, baik alamiah, semisintesis, atau sintesis yang diambil dari bagian pohon poppy. Opioda selain dapat digunakan sebagai obat, juga dapat digunakan sebagai alat untuk menimbulkan perasaan senang. 2. Kokain
Kokain adalah merupakan zat perangsang yang sangat kuat berupa bubuk Kristal putih yang disuling dari daun coca (Erythroxylin coca). Kokain dapat
(7)
menimbulkan rasa germbira, terangsang, bertambahnya tenaga, meningkatkan rasa percaya diri serta mencapai perasaan sukses. Jika diisap, efek kokain mencapai puncak dalam 1-4 menit dan hilang setelah 20 menit. Efek menyenangkan yang hebat secara cepat diikuti oleh efek yang tidak menyenangkan meliputi depresi kelelahan, serta mendorong penggunaan kokain secara terus menerus.
Penggunaan yang secara berulang-ulang mengakibatkan kegelisahan, terlalu gembira, tegang, paranoid, dan psikosis,. Efek fisiologis daapat menyebabkan percepatan detak jantung, darah tinggi, suhu meningkat, bola mata mengecil, terbius sesaat, nafsu makan hilang, serta susah tidur. Penggunaan yang lama akan menimbulkan kelelahan, masalah pencernaan, detak jantung tidak teratur, dan penurunan gairah seksual.
3. Kanabis/mariyuana/ganja
Kanabis berasal dari tanaman Cannabis satifa dan Cannabis indica yang merupakan sejenis tanaman perdu yang bisa digunakan sebagai obat relaksan dan untuk mengatasi intoksikasi ringan. Bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji, dan bunga dari tanaman tersebut.
Kanabis memberikan rasa gembira, meningkatkan rasa percaya diri, perasaan santai serta sangat peka terhadap warna dana suara. Efek kanabis yang lain yaitu mengurangi kemampuan konsentrasi dan daya tangkap saraf otak, penglihatan kabur, dan berkurangnya sirkulasi darah ke jantung. Jika pengguna merasa tegang atau tertekan saat menggunakannnya, maka perasaan menyenangkan ini hanya terjadi lebih ringan dan tidak hilang. Perasaan panik
(8)
dan paranoid dapat terjadi jika digunakan dalam dosis tinggi dan jangka panjang. Penggunaan kanabis mempunyai akibat bervariasi tergantung dari jumlahnya. Kanabis merupakan obat penenang yang banyak disalahgunakan. 4. Alkohol
Alkohol merupakan zat aktif yang terdapat dari berbagai jenis minuman keras. Alkohol merupakan zat yang mengandung etanol berfungsi menekan susunan saraf pusat. Meskipun demikian jika digunakan dalam dosis rendah alkohol justru membuat tubuh merasa segar (bersifat merangsang).
Efek penggunaannya tergantung dari jumlah yang dikonsumsi ukuran fisik pemakai, serta kepribadian pemakai. Pada dasarnya, alkohol dapat memengaruhi koordinasi anggota tubuh, akal sehat, tingkat energi, dorongan seksual, dan nafsu makan. Dilihat dari kandungan alkoholnya, minuman keras terbagi dalam tiga golongan yakni:
a. Golongan A, minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 1-5%. Contohnya; bir
b. Golongan B, minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 5-20%.
Contohnya; anggur/wine.
c. Golongan C, minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 20-50%.
Contohnya; wiski, vodka, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput. 5. Amfetamin
(9)
Merupakan zat perangsang sintesis yang dapat berbentuk tablet, kapsul serta bentuk lainnya yang digunakan untuk pengobatan medis. Amfetamin tersedia dalam bentuk dexamphetamin (Dexadrine) pemoline (Volisal). Obat-obat lain yang mengandung zat yang mirip amfetamin seperti prolintane (Villescon), dicthylpropion (Tanvate, Dospan, dan Apisate), fentheramine (Fondarex), dexfenfluramine (Adifax), dan mazindol (Teronac), yang dapat digunakan sebagai penahan lapar.
Amfetamin memberikan efek stimulan yang ampuh. Amfetamin sering digunakan oleh orang untuk meningkatkan kewaspadaan, rasa percaya diri, konsentrasi, mengurangi rasa kantuk, serta mengurangi rasa lelah, bosan, dan menurunkan berat badan.
6. Sedatif
Sedatif merupakan zat yang dapat mengurangi kerja sistem saraf pusat. Sedatif dapat menimbulkan rasa santai dan dapat menyebabkan kantuk. Biasanya orang menggunakan sedatif karena mengalami kecemasan yang tinggi, stres berat, atau kesulitan tidur. Penggunaan sedatif menyebabkan ketergantungan psikologis.
Zat ini dapat menyebabkan koma, bahkan kematian, apabila dipergunakan melebihi dosis yang sarankan oleh dokter. Efek lain adalah terganggunya ingatan, memori, dan kemampuan berbicara si pemakai, serta dapat terjadi kecacatan. Gejala putus obat bagi pemakai sedatif berat dapat melebihi gejala putus obat dari heroin.
(10)
Dikenal dengan nama methidioxy methamfhetamine ( MDMA ) merupakan obat sintesis. Ekstasi beredar dalam bentuk tablet dan kapsul terdiri berbagai jenis, misalnya: flash, Dollar, Flipper, Hammer, Bon Jovi, Mike Tyson, Playboy, Apple, Angel, White Dove, Pink polos, dan Pink gendut.
Efek ekstasi adalah meningkatkan kegembiraan, kepercayaan diri, serta energi dan stamina menjadi aktif. Efektifnya timbul 30-60 menit setelah ditelan mencapai puncak dalam 2-4 jam dan berlangsung antara 4-12 jam. Setelah efek menghilang pemakai akan mengalami depresi dan kelesuan yang apabila dirangsang terus dapat terjadi kerusakan otak. Ekstasi dapat digolongkan sebagai zat halusinogen amfetamin (amfetamin yang dapat menimbulkan efek halusinasi).
8. Shabu
Shabu merupakan komoditas baru yang sedang naik daun. Zat yang memiliki nama kimia methamfhetamine yang memiliki kesamaan sifat dengan ekstasi, yaitu termasuk golongan psikotropika yang menstimulasi otak dan dapat menyebabkan ketergantungan.
Efek umum penggunaannya hampir sama dengan ekstasi, yaitu menyebabkan badan lebih segar dan tidak lelah, kepercayaan diri meningkat, perasaan gembira, serta nafsu makan berkurang. Efek shabu bermacam-macam tergantung kondisi kejiwaan sebelum mengkonsumsi atau berupa gangguan delusi formikasi yang akan terasa seolah-olah ada serangga disekujur tubuh. 9. Kafein
(11)
Kafein merupakan zat perangsang yang ditemukan dalam bentuk minuman seperti teh, kopi, dan soda. Dalam bentuk obat, kafein digunakan dengan cara ditelan.
Dalam dosis rendah, kafein tidak berbahaya bagi tubuh dan dapat membuat badan menjadi segar. Penggunaan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kegugupan, tidak dapat tidur, gemetar, serta keracunan. Konsumsi kafein yang cukup tinggi berisiko pada penyakit jantung dan berbagai jenis kanker.
10. Tembakau
Merupakan daun-daunan pohon tembakau yang dikeringkan dan pada umumnya diproduksi dalam bentuk rokok. Zat aktif dalam tembakau adalah sebagai berikut.
a. Nikotin
Meningkatkan tingkat metabolisme dan detak jantung, serta menurunkan nafsu makan. Dalam dosis besar nikotin memberikan efek penenang dan perasaan rileks. Gejala-gejala penghentian akan menyebabkan perasaan kesal, tertekan, tegang, gelisah, sulit berkonsentrasi, lapar, pusing, serta dapat menyebabkan kecanduan.
b. Karbon monoksida
Memiliki daya tarik yang lebih besar pada komponen sel darah merah yang menyebabkan kurangnya sirkulasi oksigen ke tubuh.
(12)
Terdiri lebih dari 4.000 zat kimia yang beracun, memedihkan mata serta menyebabkan kanker. Disamping itu juga merusak lubang udara diantara mata dan saluran pernapasan.
Efek dari nikotin dalam tubuh dapat meningkatkan kerja jantung, tekanan darah, serta pengaeluaran air liur. Perokok dapat terkena risiko penyakit paru-paru, kanker mulut, dan tenggorokan, stroke, jantung koroner, dan emfisema (berkurangnya kapasitas paru-paru untuk menghirup udara/oksigen karena alveoli rusak akibat dari merokok sehingga napas jadi lebih pendek).
11. Lysergic Acid Diethylamide (LSD).
LSD berasal dari jamur yang tumbuh pada kotoran sapi yang kemudian dikembangkan dalam bentuk bubuk putih buatan yang dapat larut dalam air. LSD tersedia dalam bentuk kapsul gula balok, butiran kecil, serta kertas pengisap dengan bentuk khas seperti star wars, white dove, dan lain-lain. Penggunaan jangka pendek LSD adalah perasaan seperti terbang yang timbul kira-kira setengah sampai satu jam setelah penggunaan dan akan mencapai puncaknya 2-6 jam kemudian. Perasaan tersebut akan menghilang setelah kurang lebih 12 jam (tergantung dosis yang dipergunakan).
LSD menimbulkan efek halusinasi, dapat membuat pemakai merasa melihat segala sesuatu yang tidak dilihat dari orang lain. Halusinasi dapat berbahaya jika mendorong pemakai bertingkah laku sesuai dengan dalam khayalannya. Jika pemakaian berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan pemakai tidak memiliki identitas diri (disorientasi tempat, waktu, dan diri sendiri ).
(13)
12. Bahan pelarut
Bahan pelarut merupakan zat senyawa organik yang berbentuk gas yang mudah menguap,istilah yang paling umum adalah “glue sniffing” atau “ngelem”. Bahan pelarut yang sering disalahgunakan misalnya seperti lem, aerosol, thinner, solven, inhalasi, serta cairan penghapus. Bahan pelarut dapat menyebabkan tingkah laku yang tidak terkendali dan berbahaya. Pemakai tidak merasa sakit yang timbul setelah mabuk pada tingkat ringan (sakit kepala, sulit berkonsentrasi, dan sebagainya). Bahan pelarut tersebut dapat menyebabkan rasa ketagihan secara psikologis. Sebagian kasus kematian disebabkan karena tercekik saat pemakai kehilangan kesadaran. Setelah beberapa tahun penggunaan berat dapat mengalami kerusakan hebat pada obat yang memengaruhi kontrol motorik. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
13. Steroid
Steroid merupakan istilah bahan anabolik yang dapat meningkatkan ukuran otot dan kekuatan. Termasuk golongan steroid adalah anabolik steroid hormone pertumbuhan (HCG), beta-2-agonis seperti clenbuterol, dan lain-lain. Penggunaan steroid dapat meningkatkan kumpulan otot yang berlemak. Apabila dikombinasikan dengan protein dan makanan berkalori tinggi serta olah raga berat seperti angakt besi, obat ini dapat meningkatkan kekuatan otot yang melewati batas maksimum dibandingkan dengan cara alami. Karena memiliki efek yang bersifat “kejantanan” steroid meningkatkan efek kompetisi keagresifan yang mendorong seorang berlatih lebih keras.
(14)
Efek secara psikologis meliputi gejala mania, depresi, paranoid, dan sifat agresif berlebihan yang dikenal dengan “roid rage”. Sebagian pemakai mengalami ketergantungan psikologis yang disebabkan oleh perasaan perkasa dan agresif yang ditimbulkan oleh steroid dan hal lain ini dapat datang bersamaan dengan peningkatan prestasi dan fisik sehingga penghentian penggunaan obat semakin sulit (Kusmiran, 2011).
14. Chatinone
Chatinone berasal dari tanaman Catha Edulis atau Khat. Tanaman ini tumbuh di Afrika dan sebagian wilayah Arab. Di daerah asalnya, tanaman ini dikonsumsi langsung dengan cara dikunyah dan bukan diekstrak kandungan aktifnya yakni chatinone. Dilihat dari strukturnya, chatinone tidak jauh berbeda dibanding narkoba yang lebih populer di Indonesia yakni amphetamine. Meski tidak termasuk golongan amphetamine, chatinone memiliki efek yang kurang lebih sama yakni mampu membangkitkan stamina. Dalam UU 35/2009 tentang Narkotika, chatinone sudah dimasukkan sebagai daftar narkotika golongan I. Dalam lampiran I UU Narkotika, chatinone masuk dalam urutan ke-35. Namun, dalam lampiran itu ditulis sebagai katinona,dengan penjelasan (-)-(S)-2-ainopropiofenon (Pramudiarja, 2013). Efek samping zat chatinone dapat menimbulkan rasa senang dan kehilangan nafsumakan bagi penggunanya (Kus Anna, 2013).
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
(15)
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009) (Tanjung, 2012).
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial (Lidya Harlina, 2008). Faktor-faktor penyalahgunaan narkoba:
a. Kurang pecaya diri
Karena kurang mengenal diri sendiri, seseorang tidak menyadari potensi dirinya dan sering menganggap dirinya banyak kekurangan. Akibat terobsesi untuk mengangkat dirinya setara dengan orang lain, ia mudah terpengaruh memilih jalan keluar yang menjanjikan hasil seketika walaupun tindakan tersebut bukan pilihan yang terbaik atau benar.
b. Harga diri yang rendah
Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang merasa dirinya tidak berharga dan tidak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. Seringkali yang bersangkutan merasa bahwa dirinya tidak dianggap dan disepelekan. Hal tersebut merupakan beban psikologis yang cukup berat. Keterbatasan keterampilan dalam mengahadapinya mengakibatkan seseorang tidak mampu melaksanakan perbaikan diri serta cenderung lari dari kenyataan.
c. Kurang terampil dalam mengambil keputusan
Adanya kebiasaan sebelumnya bahwa setiap keputusan dalam hidup ditentukan oleh orang lain, maka individu yang bersangkutan tidak terbiasa dalam proses membuat keputusan yang tepat. Seseorang bisa menjadi tidak mampu
(16)
membedakan antara keinginan dan kebutuhan, membuat urutan prioritas serta mengantisipasi dampak dari tindakannya terhadap diri sendiri maupun orang lain. d. Kurang terampil memecahkan masalah
Dalam kehidupan manusia selalu menghadapi bermacam-macam masalah. Bagi seseorang yang terbiasa selalu dibantu oleh orang lain untuk mencari jalan keluar mengahadapi masalah, mangakibatkan yang bersangkutan kurang memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah. Biasanya ia akan menyangkal adanya masalah atau meremehkannya atau mememcahkannya dengan cara yang kurang matang.
e. Sulit mengendalikan keinginan
Dalam hal ini bila mempunyai suatu keinginan, seseorang yang berkepribadian rentan jelas mempunyai kelemahan dalam mengendalikan keinginannya (impulse control impairment). Akibatnya ia cenderung bertindak impulsif, yaitu melakukan suatu perbuatan tanpa berfikir atau membuat pertimbangan yang rasional.
f. Sulit menerima kekecewaan
Seseorang yang terbiasa dengan gaya hidup dimana setiap keinginannya dipenuhi, ia akan sulit menghadapi kekecewaan dan kemarahannya bila suatu keinginannya tidak terpenuhi. Dapat melakukan perbuatan yang merusak diri sendiri dan orang lain (self-defeating & destructive behaviours) jika permintaannya tidak dituruti.
(17)
Kerentanan seseorang tehadap narkoba berkaitan erat dengan kemampuan seseorang bersikap asertif dan terbuka. Seseorang yang kurang mampu untuk mengungkapkan perasaannya negatif seperti kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan yang ternyata lebih rentan.
h. Kondisi emosi yang labil
Kondisi emosi yang labil menyebabkan seseorang sering mengalami perubahan emosi yang mendadak dan tanpa faktor penyebab yang jelas ( mood swing ). Kondisi tersebut mencetuskan rasa yang tidak nyaman dalam dirinya (emotional discomfort) karena harapan sering tidak cocok dengan kemauannya. Perbuatan mengkonsumsi narkoba dianggap lebih bisa memberikan ketenangan pada dirinya (Tanjung, 2013).
Faktor-faktor penggunaan narkoba di lembaga pemasyarakatan : a. narapidana yang masih belum terlepas dari narkoba b. narapidana yang tidak mendapatkan terapi dalam lapas
c. kondisi lapas di Indonesia sebagian besar masih ada yang memiliki kapasitas yang berlebihan
d. karena pengaruh lingkungan (karena narapidana yang tidak terlibat menggunakan narkoba di satukan dengan narapidana yang menggunakan narokba) (Purnama, 2012).
2.7 Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan obat dapat memberikan dampak jasmani, kejiwaan, dan sosial bagi pemakai ataupun bagi keluarga dan masyarakat. Efek obat pada tubuh
(18)
tergantung dari jenis yang digunakan, banyak dan sering tidaknya penggunaan, cara penggunaan, serta apakah penggunaan tersebut bersamaan dengan obat lain. Efek psikologis tergantung dari kepribadian, harapan, dan perasaan saraf menggunakan obat serta faktor biologis yang tergantung dari berat badan dan kecenderungan alergi.
Organ tubuh yang secara fisiologis dipengaruhi adalah sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) organ vital (jantung, paru, hati, dan ginjal) dan pancaindera. Secara umum pengaruh narkoba adalah dapat memengaruhi organ tubuh secara sistematik.
Pengaruh fisik dapat berlangsung maupun tidak langsung tergantung dari zat yang digunakan seperti pencampuran bahan, pemakaian tidak sesuai aturan, atau tidak sterilnya alat. Gangguan fisik yang dapat terjadi akibat penyalahgunaan obat antara lain sebagai berikut:
1. Gangguan pada sistem saraf pusat, seperti: kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan perifer.
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti: infeksi akut pada jantung, dan gangguan peredaran darah.
3. Gangguan pada paru-paru, seperti: penekanan fungsi saluran pernapasan, kesulitan bernapas, pengerasan jaringan paru-paru, seperti penggumpulan benda asing yang terisap.
4. Gangguan pada hemopoetik, seperti: gangguan pada pembentukan sel darah. 5. Gangguan pada saluran pencernaan seperti: diare, radang lambung, hepatitis
(19)
6. Gangguan pada sistem endokrin seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), penurunan kadar gula darah yang menyebabkan gangguan sakit kepala dan badan gemetar.
7. Gangguan pada saluran perkemihan seperti: infeksi gangguan fungsi seksual, gangguan fungsi reproduksi, dan kecacatan.
8. Gangguan pada otot dan tulang, seperti: peradangan otot akut, penurunan fungsi otot akibat alkohol ataupun patah tulang.
9. Risiko terkena infeksi penyakit menular seksual dan HIV/AIDS (Kusmiran, 2011).
2.8 Pengaruh Kejiwaan
Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan bermacam-macam akibat, seperti: gangguan psikotik (gangguan jiwa berat), depresi, tindak kekerasan, dan pengrusakan serta percobaan bunuh diri. Depresi timbul sebagai akibat mekanisme rasa bersalah dan putus asa karena gagal berhenti dari penyalahgunaan obat ditambahnya kurangnya dukungan dan tuduhan bersalah oleh lingkungan keluarga dan masyarakat (Kusmiran, 2011).
2.9 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah suatu tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di indonesia. Lembaga Pemasyarakatan merupakan unit pelaksana teknis dibawah direktorat jenderal pemasyarakatan kementerian hukum dan hak asasi manusia. Pada tahun
(20)
2005, jumlah penghuni di lembaga pemasyrakatan (lapas) di Indonesia mencapai 97.671 orang lebih besar dari kapasitas hunian yang hanya untuk 68.141 orang. Maraknya peredaran narkoba juga salah satu penyebab terjadinya over kapasitas pada tingkat hunian lembaga pemasyarakatan (lapas) (Koboi, 2013).
Lembaga Pemasyarakatan itu adalah suatu lembaga atau wadah tempat bagi tahanan dan narapidana, yang bertugas disamping melaksanakan hukuman bag narapidana juga membina dan membmbing dengan memberikan bimbingan fisik dan mental serta keterampilan agar setelah bebas dapat kembali ke tengah-tengah masyarakat, karena sifat pembinaan yang dilakukan adalah merubah sifat buruk atau jahat menjadi baik kembali. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 02-Pk.04.10 Tahun 1990 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina narapidana (Gusfira, 2010).
Dalam pasal 1 angka 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang berbunyi: Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (Mazmur, 2010).
Berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 butir 7 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan dilembaga pemasyarakatan. Sementara itu seorag ahli yang bernama Koesnoen menyatakan bahwa yang dimaksud dengan narapidana adalah seorang manusia yang dikenakan hukuman pidana (Gusfira, 2010).
(21)
Narapidana adalah manusia yang memiliki spesifikasi tertentu, secara umum Narapidana adalah manusia biasa seperti kita semua, namun kita tidak dapat begitu saja menyamakan begitu saja. Dalam konsep pemasyarakatan baru Narapidana bukan saja sebagai obyek melainkan juga sebagai sebagai subyek yang tidak berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenai pidana, sehingga tidak harus diberantas. Bagaimanapun juga Narapidana adalah manusia yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi lebih produktif, untuk menjadi lebih baik dari sebelum menjadi pidana (Pratama, 2009).
Penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) pada tahun 2011 di Sumatera Utara dengan kasus pengguna maupun pengedar narkoba sebanyak 815 orang (sat.narkoba Polresta Medan 2011). Dan penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) di lembaga pemasyarakatan kelas IIA Kota Rantauprapat sebanyak 366 orang dengan kasus narkoba, baik pengedar, bandar, maupun pengguna (Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat).
2.10 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan adalah proses kelanjutan dari penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui oleh seseorang apakah seseorang tersebut mampu mempraktekkan atau melaksanakan apa yang dinilainya baik (Notoatmodjo, 2003).
(22)
Tindakan dapat dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (Guided Response)
3. Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
4. Mekanisme (Mecanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 5. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
2.11 Kerangka Konsep
Skema di bawah menunjukkan bahwa karakteristik seperti umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, penghasilan memengaruhi kemampuan dalam membeli penghuni lembaga di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA tentang penggunaan narkoba.
(23)
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Bagan : Faktor-Faktor Penggunaan Narkoba Pada Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat Tahun 2013.
2.12 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian adalah:
1. Ada hubungan umur penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
2. Ada hubungan pendidikan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
Tindakan Penghuni Lapas Pengguna Narkoba Karakteristik Responden:
1. Umur 2. Pendidikan
1. Pengetahuan 2. Sikap
Kemampuan: 1. Penghasilan
Kebutuhan :
(24)
3. Ada hubungan pengetahuan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
4. Ada hubungan sikap penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
5. Ada hubungan penghasilan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
6. Ada hubungan keamanan lembaga pemasyarakatan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
(1)
6. Gangguan pada sistem endokrin seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), penurunan kadar gula darah yang menyebabkan gangguan sakit kepala dan badan gemetar.
7. Gangguan pada saluran perkemihan seperti: infeksi gangguan fungsi seksual, gangguan fungsi reproduksi, dan kecacatan.
8. Gangguan pada otot dan tulang, seperti: peradangan otot akut, penurunan fungsi otot akibat alkohol ataupun patah tulang.
9. Risiko terkena infeksi penyakit menular seksual dan HIV/AIDS (Kusmiran, 2011).
2.8 Pengaruh Kejiwaan
Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan bermacam-macam akibat, seperti: gangguan psikotik (gangguan jiwa berat), depresi, tindak kekerasan, dan pengrusakan serta percobaan bunuh diri. Depresi timbul sebagai akibat mekanisme rasa bersalah dan putus asa karena gagal berhenti dari penyalahgunaan obat ditambahnya kurangnya dukungan dan tuduhan bersalah oleh lingkungan keluarga dan masyarakat (Kusmiran, 2011).
2.9 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah suatu tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di indonesia. Lembaga Pemasyarakatan merupakan unit pelaksana teknis dibawah direktorat jenderal pemasyarakatan kementerian hukum dan hak asasi manusia. Pada tahun
(2)
2005, jumlah penghuni di lembaga pemasyrakatan (lapas) di Indonesia mencapai 97.671 orang lebih besar dari kapasitas hunian yang hanya untuk 68.141 orang. Maraknya peredaran narkoba juga salah satu penyebab terjadinya over kapasitas pada tingkat hunian lembaga pemasyarakatan (lapas) (Koboi, 2013).
Lembaga Pemasyarakatan itu adalah suatu lembaga atau wadah tempat bagi tahanan dan narapidana, yang bertugas disamping melaksanakan hukuman bag narapidana juga membina dan membmbing dengan memberikan bimbingan fisik dan mental serta keterampilan agar setelah bebas dapat kembali ke tengah-tengah masyarakat, karena sifat pembinaan yang dilakukan adalah merubah sifat buruk atau jahat menjadi baik kembali. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 02-Pk.04.10 Tahun 1990 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina narapidana (Gusfira, 2010).
Dalam pasal 1 angka 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang berbunyi: Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (Mazmur, 2010).
Berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 butir 7 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan dilembaga pemasyarakatan. Sementara itu seorag ahli yang bernama Koesnoen menyatakan bahwa yang dimaksud dengan narapidana adalah seorang manusia yang dikenakan hukuman pidana (Gusfira, 2010).
(3)
Narapidana adalah manusia yang memiliki spesifikasi tertentu, secara umum Narapidana adalah manusia biasa seperti kita semua, namun kita tidak dapat begitu saja menyamakan begitu saja. Dalam konsep pemasyarakatan baru Narapidana bukan saja sebagai obyek melainkan juga sebagai sebagai subyek yang tidak berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenai pidana, sehingga tidak harus diberantas. Bagaimanapun juga Narapidana adalah manusia yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi lebih produktif, untuk menjadi lebih baik dari sebelum menjadi pidana (Pratama, 2009).
Penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) pada tahun 2011 di Sumatera Utara dengan kasus pengguna maupun pengedar narkoba sebanyak 815 orang (sat.narkoba Polresta Medan 2011). Dan penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) di lembaga pemasyarakatan kelas IIA Kota Rantauprapat sebanyak 366 orang dengan kasus narkoba, baik pengedar, bandar, maupun pengguna (Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat).
2.10 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan adalah proses kelanjutan dari penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui oleh seseorang apakah seseorang tersebut mampu mempraktekkan atau melaksanakan apa yang dinilainya baik (Notoatmodjo, 2003).
(4)
Tindakan dapat dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (Guided Response)
3. Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
4. Mekanisme (Mecanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 5. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
2.11 Kerangka Konsep
Skema di bawah menunjukkan bahwa karakteristik seperti umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, penghasilan memengaruhi kemampuan dalam membeli penghuni lembaga di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA tentang penggunaan narkoba.
(5)
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Bagan : Faktor-Faktor Penggunaan Narkoba Pada Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat Tahun 2013.
2.12 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian adalah:
1. Ada hubungan umur penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
2. Ada hubungan pendidikan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
Tindakan Penghuni Lapas Pengguna Narkoba Karakteristik Responden:
1. Umur 2. Pendidikan
1. Pengetahuan 2. Sikap
Kemampuan: 1. Penghasilan
Kebutuhan :
(6)
3. Ada hubungan pengetahuan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
4. Ada hubungan sikap penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
5. Ada hubungan penghasilan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.
6. Ada hubungan keamanan lembaga pemasyarakatan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.