Faktor-Faktor Penggunaan Narkoba Pada Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat Tahun 2013

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENGGUNAAN NARKOBA PADA PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

KELAS II A RANTAUPRAPAT TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh:

NURMAYA SARI RITONGA NIM. 101000342

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

(3)

ABSTRACT

The world has faced such a rapid spread of drugs that cause more drug users regardless of age. Abuse and illicit trafficking also has penetrated all socio-economic groups and layers, rich-poor, urban-rural, age group, ethnicity, religion, and society has been plagued become a pandemic disease, no one country, nation, tribe, people , age groups, religious groups, which is immune to the threat of abuse and illicit trafficking (BNN).

This study aims to determine the age, knowledge, education, attitudes, actions, and income security prison on drug use factors of Corrections instituted Newbury IIA Class of 2013, this type of research is descriptive quantitative research. The study population of 50 people and all of them were sampled (total sampling) where the data were taken using a questionnaire by interview. Furthermore, the data are presented using frequency distribution tables. 50 The results of the penitentiary occupants Newbury IIA class, no drug use in prison. In general, residents of prisons are in the age> 22 Year by 94% and by 6.0% <22 Year, most education by 52% occupant SMA, S1 by 2.0%, a good knowledge of the category by 70%, have less knowledge of 30% . In addition to the category of 96% good attitude, attitude categories were 2.0% and less than 2.0%. Category of action is also good for 90%, 10% less action. Good income category by 46%, amounting to 12% less income. Finally in prison security category is also good for 98%, the security of 2% less LP.

Lembaga residents of correctional research IIA class is no longer using drugs in prison, but it is recommended to all the people together in order to no longer recognize or use drugs to enhance a better generation and achievement through strengthening family ties and confident wherever located. Berwenanag the government, in order to further improve the guidance to drug users, because drug users should be placed on rehabilitation instead of jail. So that drug users do not feel depressed and get guidance to sensitize themselves. This study also suggested to the whole community and police agencies to combat both drug abuse.


(4)

ABSTRAK

Dunia telah menghadapi penyebaran narkoba yang begitu cepat yang menyebabkan semakin banyaknya pengguna narkoba tanpa mengenal usia. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berjudul “Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza : Studi Kasus Pada Narapidana Di LP Kelas II/A Wirogunan Yogyakarta” dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa faktor-faktor paling dominan yang mempengaruhi menjadi narapidana kasus narkoba di LP wirogunan, terdiri dari faktor lingkungan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur, pengetahuan, pendidikan, sikap, tindakan, penghasilan dan keamanan lapas tentang faktor penggunaan narkoba diLembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat tahun 2013, jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitaif. Populasi penelitian ini sebanyak 50 orang dan keseluruhannya dijadikan sampel (total sampling) dimana data yang diambil menggunakan kuesioner dengan metode wawancara. Selanjutnya data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian 50 orang penghuni lembaga pemasyarakatan kelas IIA rantauprapat, tidak ada penggunaan narkoba di LP. Pada umumnya penghuni lapas berada pada umur > 22tahun sebesar 94% dan sebesar 6,0% < 22tahun, pendidikan penghuni terbanyak sebesar 52% SMA, pendidikan S1 sebesar 2,0%, pengetahuan kategori baik sebesar 50%, memiliki pengetahuan kurang sebesar 50%. Selain itu kategori sikap baik sebesar 96% , sikap kategori sedang 2,0% dan kurang 2,0%. Kategori tindakan juga baik sebesar 90%, tindakan kurang sebesar 10%. Kategori penghasilan baik sebesar 46%, penghasilan kurang sebesar 12%. Akhirnya pada kategori keamanan lembaga pemasyarakatan juga baik sebesar 98%, keamanan LP kurang sebesar 2%.

Dari hasil penelitian disarankan kepada seluruh masyarakat agar bersama-sama tidak lagi mengenal atau menggunakan narkoba untuk meningkatkan generasi yang lebih baik dan berprestasi melalui mempererat hubungan keluarga dan percaya diri dimanapun berada. Kepada pemerintahan yang berwenanag, agar dapat lebih meningkatkan bimbingan kepada pengguna narkoba, karena pengguna narkoba sebaiknya ditempatkan pada rehabilitasi bukan dipenjara. Agar pengguna narkoba tidak merasa tertekan dan mendapatkan bimbingan untuk menyadarkan diri. Penelitian ini juga menyarankan kepada seluruh masyarakat dan instansi kepolisian untuk sama-sama memberantas penyalahgunaan narkoba.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurmaya Sari Ritonga Tempat/Tanggal Lahir : Rantauprapat/17 Maret 1990 Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 7 (Tujuh) Orang

Alamat Rumah : Dusun I AFD II Kelurahan Perkebunan AFD II Rantauprapat Kecamatan Bilah Barat

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1995-2001 : SD Negeri 116876 AFD I Janji 2. Tahun 2001-2004 : MTs Negeri 1 Rantauprapat 3. Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 1 Rantau Utara

4. Tahun 2007-2010 : Akademi Kebidanan Imelda Medan 5. Tahun 2010-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis masih bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor-Faktor Penggunaan Narkoba Pada Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat Tahun 2013” merupakan salah satu syarat unuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari hingga selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Namora Lumongga Lubis, M.Sc, P.hD selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs.Eddy Syahrial, Ms selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan banyak pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan FKM USU

2. Bapak Drs.Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

3. Ibu Maya Fitria, SKM, M.kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang membantu penulis selama masa perkuliahan

4. Bapak Drs.Tukiman, MKM selaku Penguji II dan Drs.Alam Bakti Keloko, M.kes selaku Penguji III penulis, yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan skripsi penulis.


(7)

5. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai/tenaga non-edukatif FKM USU yang turut mendukung persiapan penyelesaian skripsi ini

6. Bapak dan Ibu pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kota Medan yang turut membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Surung Pasaribu, selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA rantauprapat yang telah membantu penulis dalam memberikan ijin penelitian. 8. Bapak dan Ibu pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA rantauprapat yang

telah membantu penulis dalam menyediakan data-data.

Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Kedua Orangtuaku, Papa (Hamlet Ritonga, S.Pd) dan Mama (Nurhayati

Hasibuan, S.Pd) yang penulis banggakan dan cintai yang telah banyak memberikan dukungan, do’a dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

2. Buat abang-abang ku tersayang (Syairul H.R, SH, Amrizal E.R, SE, Brigadir.Hasrun A.P.R, Hadi U.R, SE, Heri S.R,SE, dan adik ku Zulfahri Ritonga, kakak ipar Sartika, SE serta keponakan (Ayesha Riztika Putri Hasian Ritonga & Happy Nandita Ritonga )atas dukungan dan bantuannya buat penulis.

3. Buat sahabat-sahabat ku “6 DaRa” (Kak Dewi Ok, Kak Sepdi, Kak Ruth, Kak Loly, dan Tem Sry Ryandah) atas dukungan dan semangatnya buat penulis. 4. Buat Kak Ros, Dayah, Kak Fatimah dan Meyanta terima kasih buat semangat


(8)

5. Buat rekan-rekan mahasiswa/i seperjuangan di FKM USU Ekstensi A 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungannya buat penulis. 6. Buat seluruh mahasiswa/i peminatan PKIP FKM USU dan alumni atas

dukungannya buat penulis.

7. Buat teman-teman PBL kelompok XIV Desa Tanjung Ibus – Secanggang ( Andy Bryan,SKM, Anggie Humaira,SKM, Dewi J,SKM, Dila,SKM, Ulfa/Upeh, SKM) atas dukungannya buat penulis.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan tulisan ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini. Dan dengan segala keterbatasan yang ada penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2013


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... .i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Umum ... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pengetahuan ... 11

2.1.1 Defenisi Pengetahuan ... 11

2.2 Pendidikan ... 13

2.3 Sikap ... 13

2.4 Penghasilan ... 14

2.5 Perilaku ... 15

2.6 Pengertian Narkoba ... 16

2.7 Dampak Penyalahgunaan Narkoba ... 27

2.8 Pengaruh Kejiwaan ... 29

2.9 Lembaga Pemasyarakatan ... 29

2.10 Tindakan ... 31

2.11Kerangka Konsep ... 32

2.12 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III : METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian ... 35

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 35

3.2.2 Waktu Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.4 Metode Pengumpulan data ... 36


(10)

3.6 Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 38

3.6.1 Aspek Pengukuran ... .38

3.6.2 Instrumen... .40

3.7 Tehnik dan Pengolahan Data ... .41

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... .42

4.1 Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan ... .42

4.1.1 Geografi ... .42

4.1.2 Demografi ... .44

4.2 Karakteristik ... .45

4.2.1 Umur Responden ... .45

4.2.2 Pendidikan Responden ... .45

4.3 Pengetahuan Responden ... .46

4.3.1 Pengetahuan Responden Tentang Tahu Narkoba ... .46

4.3.2 Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Narkoba ... .47

4.3.3 Pengetahuan Responden Tentang Darimana Mengetahui Narkoba ... .47

4.3.4 Pengetahuan Responden Tentang Sejak Kapan Tahu Narkoba ... .48

4.3.5 Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Narkoba ... .48

4.3.6 Pengetahuan Responden Tentang Menggunakan Narkoba ... .49

4.4 Sikap Responden ... .49

4.4.1 Sikap Setuju Responden Tentang Narkoba ... .49

4.4.2 Sikap Responden Tentang Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilarang Oleh Undang-undang... .51

4.4.3 Sikap Responden Tentang Jika Ada Teman Menggunakan Narkoba ... .51

4.5 Penghasilan ... .52

4.6 Lembaga Pemasyarakatan ... .52

4.6.1Lembaga Pemasyarakatan Tentang Keamanan ... .52

4.6.21Lembaga Pemasyarakatan Tentang Pengunjung ... .53

4.7 Tindakan Responden ... .54

4.7.1 Tindakan Responden Tentang Apa Ada Yang Kurang Jika Tidak Menggunakan Narkoba ... .54

4.7.2 Tindakan Responden Tentang Yang Dirasakan Setelah Menggunakan Narkoba ... .54

4.7.3 Tindakan Responden Tentang Kapan Menggunakan Narkoba ... .54


(11)

4.7.4 Tindakan Responden Tentang Dimana Menggunakan

Narkoba ... .55

4.7.5 Tindakan Responden Tentang Cara Mengatasi Jika Membutuhkan Narkoba... .55

4.7.6 Tindakan Responden Penggunaan Narkoba ... .56

4.8 Jenis Narkoba ... .56

BAB V : PEMBAHASAN ... .58

5.1 Karakteristik Responden ... .58

5.1.1Umur Responden ... .58

5.1.2Pendidikan Responden ... .58

5.2 Pengetahuan Responden ... .59

5.3 Sikap Responden ... .60

5.4 Penghasilan Responden ... .61

5.5 Lembaga Pemasyarakatan ... .62

5.5Tindakan Responden ... .63

5.6Jenis Narkoba ... .64

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... .65

6.1 Kesimpulan ... .65

6.2 Saran ... .66

DAFTAR PUSTAKA ... .67


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur...45

Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan Responden... ...45

Tabel 4.4 Ditribusi Pengetahuan Responden Tentang Tahu Narkoba...46

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Narkoba...47

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Darimana Mengetahui Narkoba...47

Tabel 4.7 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang sejak Kapan Tahu Narkoba ...48

Tabel 4.8 Ditribusi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Narkoba...48

Tabel 4.9 Ditribusi Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Narkoba...48

Tabel 4.10 Ditribusi Sikap Setuju Responden Tentang Narkoba...49

Tabel 4.11 Ditribusi Sikap Responden Tentang Penyalahgunaan Narkoba...49

Tabel 4.12 Ditribusi Sikap Responden Tentang Jika Ada Teman Menggunakan Narkoba...51

Tabel 4.13 Ditribusi Penghasilan Responden Sebelum Masuk Lapas...52

Tabel 4.14 Distribusi Lembaga Pemasyarakatan...52

Tabel 4.15 Distribusi Lembaga Pemasyarakatan Tentang Pengunjung...53

Tabel 4.16 Distribusi Tindakan Responden Tentang Ada Yang Kurang...53

Tabel 4.17 Distribusi Tindakan Responden Tentang Yang Dirasakan...54

Tabel 4.18 Ditribusi Tindakan Responden Kapan Menggunakan Narkoba...54


(13)

Tabel 4.19 Ditribusi Tindakan Responden Tentang Dimana Menggunakan Narkoba...55 Tabel 4.20 Ditribusi Tindakan Responden Tentang Cara

Mengatasi...55 Tabel 4.21 Ditribusi Responden Tentang

Penggunaan...56 Tabel 4.22 Distribusi Jenis Narkoba Yang Digunakan Sebelum Masuk Lembaga


(14)

ABSTRACT

The world has faced such a rapid spread of drugs that cause more drug users regardless of age. Abuse and illicit trafficking also has penetrated all socio-economic groups and layers, rich-poor, urban-rural, age group, ethnicity, religion, and society has been plagued become a pandemic disease, no one country, nation, tribe, people , age groups, religious groups, which is immune to the threat of abuse and illicit trafficking (BNN).

This study aims to determine the age, knowledge, education, attitudes, actions, and income security prison on drug use factors of Corrections instituted Newbury IIA Class of 2013, this type of research is descriptive quantitative research. The study population of 50 people and all of them were sampled (total sampling) where the data were taken using a questionnaire by interview. Furthermore, the data are presented using frequency distribution tables. 50 The results of the penitentiary occupants Newbury IIA class, no drug use in prison. In general, residents of prisons are in the age> 22 Year by 94% and by 6.0% <22 Year, most education by 52% occupant SMA, S1 by 2.0%, a good knowledge of the category by 70%, have less knowledge of 30% . In addition to the category of 96% good attitude, attitude categories were 2.0% and less than 2.0%. Category of action is also good for 90%, 10% less action. Good income category by 46%, amounting to 12% less income. Finally in prison security category is also good for 98%, the security of 2% less LP.

Lembaga residents of correctional research IIA class is no longer using drugs in prison, but it is recommended to all the people together in order to no longer recognize or use drugs to enhance a better generation and achievement through strengthening family ties and confident wherever located. Berwenanag the government, in order to further improve the guidance to drug users, because drug users should be placed on rehabilitation instead of jail. So that drug users do not feel depressed and get guidance to sensitize themselves. This study also suggested to the whole community and police agencies to combat both drug abuse.


(15)

ABSTRAK

Dunia telah menghadapi penyebaran narkoba yang begitu cepat yang menyebabkan semakin banyaknya pengguna narkoba tanpa mengenal usia. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berjudul “Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza : Studi Kasus Pada Narapidana Di LP Kelas II/A Wirogunan Yogyakarta” dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa faktor-faktor paling dominan yang mempengaruhi menjadi narapidana kasus narkoba di LP wirogunan, terdiri dari faktor lingkungan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur, pengetahuan, pendidikan, sikap, tindakan, penghasilan dan keamanan lapas tentang faktor penggunaan narkoba diLembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat tahun 2013, jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitaif. Populasi penelitian ini sebanyak 50 orang dan keseluruhannya dijadikan sampel (total sampling) dimana data yang diambil menggunakan kuesioner dengan metode wawancara. Selanjutnya data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian 50 orang penghuni lembaga pemasyarakatan kelas IIA rantauprapat, tidak ada penggunaan narkoba di LP. Pada umumnya penghuni lapas berada pada umur > 22tahun sebesar 94% dan sebesar 6,0% < 22tahun, pendidikan penghuni terbanyak sebesar 52% SMA, pendidikan S1 sebesar 2,0%, pengetahuan kategori baik sebesar 50%, memiliki pengetahuan kurang sebesar 50%. Selain itu kategori sikap baik sebesar 96% , sikap kategori sedang 2,0% dan kurang 2,0%. Kategori tindakan juga baik sebesar 90%, tindakan kurang sebesar 10%. Kategori penghasilan baik sebesar 46%, penghasilan kurang sebesar 12%. Akhirnya pada kategori keamanan lembaga pemasyarakatan juga baik sebesar 98%, keamanan LP kurang sebesar 2%.

Dari hasil penelitian disarankan kepada seluruh masyarakat agar bersama-sama tidak lagi mengenal atau menggunakan narkoba untuk meningkatkan generasi yang lebih baik dan berprestasi melalui mempererat hubungan keluarga dan percaya diri dimanapun berada. Kepada pemerintahan yang berwenanag, agar dapat lebih meningkatkan bimbingan kepada pengguna narkoba, karena pengguna narkoba sebaiknya ditempatkan pada rehabilitasi bukan dipenjara. Agar pengguna narkoba tidak merasa tertekan dan mendapatkan bimbingan untuk menyadarkan diri. Penelitian ini juga menyarankan kepada seluruh masyarakat dan instansi kepolisian untuk sama-sama memberantas penyalahgunaan narkoba.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah sejak zaman pra sejarah orang mengenal zat psiko aktif baik berupa tanaman/tumbuhan maupun berupa semi sintesis. Ada yang berupa dedaunan, buah, bunga maupun akar, telah dikenal manusia purba akan efek farmakologi yang ditimbulkannya. Sejarah mencatat bahwa ganja (ganja sativa) sudah digunakan orang sejak tahun 2700 tahun sebelum masehi. Orang-orang kuno telah menggunakan opium untuk menenangkan balita-balita mereka bila menangis.

Pada hakikatnya zat-zat itu digunakan untuk pengobatan atau mengurangi sakit akan tetapi kemudian telah diracik untuk mendapatkan kenikmatan jangka pendek. Sejalan dengan kemajuan teknologi modern yang semakin pesat hingga manusia dapat mengolah zat-zat psiko aktif dengan cara yang amat canggih (Tanjung, 2006).

Di Indonesia, pada awalnya narkoba merupakan permasalahan kecil dan pemerintah orde baru pada saat itu memandang bahwa masalah narkoba tidak akan berkembang karena melihat dasar Indonesia yaitu Pancasila dan Agamais. Pandangan pemerintah itu telah membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba.

BKNN adalah suatu Badan Koordinasi Penanggulangan Narkoba yang kemudian berubah nama menjadi Badan Narkotika Nasional. Untuk propinsi dan


(17)

kabupaten dalam menangani permasalahan narkoba, maka dibentuklah Badan Narkotika Propinsi danBadan Narkotika Kabupaten. Penyuluhan-penyuluhan dan sosialisasi dari badan narkotika kian digencarkan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba yang mengancam kehidupan orang banyak (Septio, 2012).

Sampai tahun 2012 ini saja penggunan narkoba di Indonesia mencapai 5 juta orang. Penggunaan narkoba akan semakin meningkat setiap tahunnya jika tidak ada penanggulangan terhadap penggunaan narkoba, kerja keras pemerintah serta kesadaran masyarakat akan bahaya penggunaan narkoba harus selalu dilakukan dengan cara terus berkerjasama dalam memberantas penyalahgunaan narkoba yang semakin hari terus bertambah dan mengancam jiwa manusia (Septio, 2012).

Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah negara hukum: seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku tindak kriminal yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman disebut narapidana. Berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 butir 7 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. Sementara itu seorang ahli yang bernama Koesnoen menyatakan bahwa yang dimaksud dengan narapidana adalah seorang manusia yang dikenakan hukuman pidana (Gusfira, 2010).

Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau LAPAS) adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di


(18)

Indonesia. Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat tersebut di sebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman). Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim(Koboi, 2012).

Pegawai negeri sipil yang menangani pembinaan narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan di sebut dengan Petugas Pemasyarakatan, atau dahulu lebih di kenal dengan istilah sipir penjara. Konsep pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun 1962, dimana disebutkan bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. Pada tahun 2005, jumlah penghuni LP di Indonesia mencapai 97.671 orang, lebih besar dari kapasitas hunian yang hanya untuk 68.141 orang. Maraknya peredaran narkoba di Indonesia juga salah satu penyebab terjadinya over kapasitas pada tingkat hunian LAPAS (Koboi,2012)

Faktor-faktor penyalahgunaan narkoba antara lain: (1) Kegagalan yang di alami dalam kehidupan (2) Tidak memiliki rasa percaya diri ataupun kurang mendapat kasih sayang orang tua dapat menyebabkan timbulnya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja, (3) Pergaulan yang bebas dan lingkungan yang kurang tepat. (4) Kurangnya siraman agama, untuk memerangi narkoba, upaya yang perlu di lakukan adalah membangkitkan kesadaran beragama dan menginformasikan hal-hal


(19)

yang positif dan bermanfaat kepada para remaja. (5) Keinginan untuk sekadar mencoba, keyakinan bahwa bila mencoba sekali takkan ketagihan adalah salah satu penyebab penggunaan narkoba, karena sekali memakai narkoba maka mengalami ketagihan dan sulit untuk di hentikan (Pramutoko, 2012).

Penyebab penyalahgunaan narkoba: Faktor peredaran narkoba yang semakin meningkat, faktor-faktor kepribadian, faktor lingkungan, faktor tekanan kelompok sebaya, faktor pengaruh gaya hidup masyarakat modern (Hasian, 2011).

Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari bahasa Inggris narcose atau narcosis yang berarti menidurkan atau pembiusan. Narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya sesuatu yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong), bahan-bahan pembius dan obat bius. Menurut istilah kedokteran, narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan terutama rasa sakit dan nyeri yang berasal dari daerah viresal atau alat-alat rongga dada dan rongga perut, juga dapat menimbulkan efek stupor atau bengong dalam waktu yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Eleanora, 2011).

Narkotika dalam UU No.22/1997 adalah Tanaman Papever,Opium mentah, Opium masak, seperti Candu, Jicingko, Opium obat, Morfina, Tanaman koka, Kokaina mentah, Ekgonina, Tanaman ganja, Damar ganja, garam-garam, atau turunannya dari morfina dan kokaina (Eleanora, 2011).

Lapas di Indonesia adalah salah satu pasar bagi pengedar narkoba. Pemakai narkoba banyak yang ditahan di Lapas rata-rata mempunyai uang. Realitanya saat tertangkap, mereka sering kali belum dalam kondisi sembuh tapi masih


(20)

ketergantungan pada narkoba. Kondisi ini menyebabkan mereka akan berusaha menggunakan segala cara untuk mendapatkan narkoba. Mulai dari menyogok oknum sipir lapas, menyelundupkan narkoba lewat pengunjung, melempar bungkus narkoba dari luar tembok lapas dan modus lainnya (Purnama, 2012).

Bahaya-bahaya jika narkoba ada di lembaga pemasyarakatan antara lain adanya perdagangan narkoba dan pengedar narkoba yang meningkat (contohnya napi pencurian kendaraan bermotor (curanmor) karena berinteraksi dengan para napi narkoba bisa saja menjadi pengedar berikutnya bahkan residivis. Ini justru dapat memunculkan masalah baru lagi) (Purnama, 2012).

Penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba di lapas di samping karena faktor tekanan ekonomi dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan narkoba yang nantinya dijual kepada narapidana lain, faktor lainnya penyalahgunaan narkoba di lapas tidak terlepas dari andil petugas. Kurang ketatnya pengawasan petugas di lapas terutama pengunjung ditambah lagi over kapasitas atau penghuni tidak sesuai daya tampung, sehingga membuat petugas tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya di dalam kamar/sel tempat para narapidana melakukan aktivitasnya tersebut (Soegiyanto, 2011).

Narkoba yang paling banyak beredar di dalam penjara adalah jenis ganja dan sabu-sabu. Karena lebih gampang disusupkan dan harganya relatif terjangkau oleh narapidana dan biasanya peredaran narkoba di kalangan narapidana sudah pasti ada andil sipir dalam berbagai bentuk sehingga barang terlarang tersebut bisa lolos dari pemeriksaan ketat. Berbagai upaya untuk menanggulangi supaya tidak terjadi suatu kejahatan atau setidak-tidaknya mengurangi frekuensi terjadinya suatu kejahatan dan


(21)

terlebih penyalahgunaan narkoba, terus dilakukan oleh berbagai pihak. Baik pemerintah maupun masyarakat (Soegiyanto, 2011).

Secara global, pemadat narkoba di dunia menurut data WHO mencapai 190 juta orang. Menurut WHO sekitar 22.000 orang setiap tahun meninggal dunia akibat mengkonsumsi berbagai obat-obatan yang tergolong narkoba dan dari penyalahgunaan narkoba, NAPZA jenis Opiat (heroin) ditemukan angka kematian (Mortality rate) mencapai angka 17,3% (Dewi, 2008).

Sementara pengguna narkoba (end user) di Indonesia yang cenderung mengalami trend peningkatan dari tahun ke tahun, seperti pada tahun 2009 prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 3,60 juta (1,99%), tahun 2010 sebesar 4,02 juta (2,21%), dan tahun 2011 sebesar 5,00 juta (2,80%) (Sumber: Hasil Survei BNN & Pusat Penelitian Kesehatan (Puslitkes) Universitas Indonesia, 2009-2011) (Karsono, 2012).

Menurut mantan Kepala BNN, mengatakan jumlah penggunan narkoba di Indonesia mencapai 3,81 juta jiwa. Jumlah itu akan terus meningkat jika jumlah penyadaran massal tidak segera dilakukan. Kerja sama semua pihak sangat diharapkan untuk menurunkan angka pengguna narkoba (Fajar, 2012).

BNN memperkirakan, prevalensi (angka kejadian) penyalahgunaan narkoba di Indonesia akan mencapai sekitar 5,1 juta orang di 2015. Namun kalau trend peningkatannya konsisten, angka perkiraan tahun 2015 bisa bertambah sampai dua kali lipat menjadi sekitar 10 juta orang (Priyatin, 2012).

Sementara untuk Sumatera Utara, pada tahun 2010 jumlah penyalahgunaan narkotika mencapai 2,2 persen dari 12 juta penduduk. Sedangkan berdasarkan data


(22)

kejahatan narkoba yang diungkapkan Polda Sumut dan jajarannya, tahun 2010 ada 2.718 kasus dan 3.736 tersangka. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 2.728 kasus dan 3.514 tersangka (Andri, 2012).

Data kasus narkoba selama Tahun 2011 Sat Narkoba Polresta Medan, sebanyak 1132 orang pengguna narkoba. Jumlah pecandu narkoba yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia menurut Data Pusat Terapi dan Rehabilitasi (Pus T & R) BNN adalah 17.734 orang, dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur 20 - 34 tahun. Jenis narkoba yang paling banyak digunakan oleh pecandu yang mendapatkan pelayanan T & R adalah heroin 10.768 orang, selanjutnya secara berurutan adalah jenis ganja sebesar 1.774 orang, shabu sebesar 984 orang, MDMA, alkohol, amphetamine, dan, benzodiazephine (Datin, 2010).

Hasil penelitian Fransiska, mengatakan bahwa faktor-faktor penggunaan narkoba adalah : (1) Faktor ekonomi,setiap pecandu narkoba setiap saat membutuhkan narkotika sebagai bagian dari kebutuhan hidupnya yang cenderung dosisnya akan selalu bertambah, sehingga narkotika merupakan barang dagangan yang jauh lebih menguntungkan, (2) Faktor dari luar lingkungan keluarga,(3) Faktor lingkungan yang sudah mulai tercemar oleh kebiasaan,(4) Faktor lingkungan liar,(5) Faktor dari dalam lingkungan keluarga (Fransiska, 2011).

Hasil penelitian Indiyah, mengatakan bahwa faktor-faktor penggunaan narkoba adalah (1) Faktor proses sosial, dimana faktor ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki sifat rela yang rela berbuat apa saja didalam kelompoknya (2) Faktor masalah sosial, dimana subjek mendapatkan paksaan dalam kelompoknya dan subjek tidak dapat berbuat apa-apa (3) Faktor individu, dimana dalam hal ini


(23)

subjek memiliki peran penting dalam kelompoknya (misal: subjek adalah ketua kelompok) sehingga subjek ingin dilihat terpandang didepan anggotanya (4) Faktor keluarga, dimana dalam hal ini subjek mengalami broken home, keluarga terlantar karena istri sering meninggalkan rumah (5) Faktor lingkungan sekolah/kuliah, dimana subjek merasa disekolah tempat belajar kurang sarana dan prasarana untuk belajar, dekatnya lokasi sekolah dengan tempat keramaian, diskotik (6) Faktor lingkungan masyarakat, dimana subjek merasa selalu diremehkan di dalam bermasyarakat, masyarakat tidak memperdulikan keluarga subjek, masyarakat selalu menganggap keluarga subjek hina dimata masyarakat tempat tinggal ( Indiyah, 2005).

Faktor-faktor penyalahgunaan narkoba adalah : (1) Ingin telihat gaya, (2) Solidaritas kelompok, (3) Menghilangkan rasa sakit, (4) Ingin tahu, (5) Ikut-ikutan, (6) Menyelesaikan dan melupakan masalah, (7) Mencari tantangan, (8) Merasa dewasa (Godam, 2008).

Menurut survey awal di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Rantauparapat jumlah keseluruhan penghuni lapas sebanyak 643 orang, dimana jumlah penghuni lapas yang terjerat kasus narkoba sebanyak 366 orang. Sebanyak 29 orang diantaranya adalah pengguna narkoba yang tertangkap.

Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti ingin meneliti tentang faktor-faktor penggunaan narkoba pada penghuni lembaga pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan kelas II A Rantauprapat tahun 2013.


(24)

1.2 Rumusan Masalah

Karena masih tingginya pengguna narkoba yang terjadi saat ini, maka permasalahannya untuk mengetahui faktor-faktor apa yang memengaruhi penghuni lembaga pemasyarakatan terhadap penggunaan narkoba sebelum masuk dan sesudah masuk lembaga pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penggunaan narkoba pada penghuni lembaga pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat umur penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.

2. Untuk mengetahui tingkat pendidikan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.

4. Untuk mengetahui tingkat sikap penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.


(25)

5. Untuk mengetahui penghasilan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.

6. Untuk mengetahui keamanan lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi kepada instansi penelitian tentang faktor-faktor penggunaan narkoba pada penghuni lembaga pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan kelas II A Rantauprapat.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu”dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, pengindraan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orangtua, guru, radio televisi, foster, majalah dan surat kabar.

Dalam Notoatmodjo (2003), Asosiasi Psikologi Amerika bependapat bahwa dalam tindakannya pengetahuan seseorang terhadap penguasaan materi dapat digolongkan dalam enam tingkatan. Tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai

Domain on the taxonomy of educational objectives (domain kognitif pengetahuan),


(27)

1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajarinya dapat di ukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis, diartikan sebagai menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.


(28)

6. Evaluasi, diartikan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket dalam kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Pendidikan

Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M) menjabarkan bahwa Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.

Menurut H. Horne pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

2.3 Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Disebut juga


(29)

bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai beberapa tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan.

2. Merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang yang menerima ide tersebut.

3. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilhnya dengan segala resiko atau merupakan sikap yang paling tinggi.

4. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.

2.4 Penghasilan

Menurut Notoadmodjo (1997) menyatakan bahwa penghasilan memiliki pengaruh terhadap keikutsertaan seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.


(30)

Penghasilan seseorang tidak dapat diukur sepenuhnya dari pekerjaan. Bila dihubungkan dengan faktor-faktor penggunaan narkoba, orang dengan tingkat penghasilan tinggi akan lebih mudah membeli dan mendapatkan narkoba. Sebaliknya orang dengan penghasilan rendah akan sangat sulit untuk mendapatkan narkoba.

2.5 Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.

Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).


(31)

2.6 Pengertian Narkoba

Narkoba merupakan zat psikoaktif narkotika, psikotropika, dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bahan atau zat-zat kimiawi yang jika masuk kedalam tubuh secara oral (dimakan, diminum, atau ditelan) dihisap, dihirup, atau disuntikkan dapat mengubah suasana hati perasaan, perilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkaan gangguan keadaan sosial yang ditandai dengan indikasi negatif, waktu pemakaian yang panjang dan pemakaian dosis yang berlebihan (Kusmiran, 2011).

Narkotika menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 adalah bahan-bahan seperti tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicingko), opium obat, morfin, tanaman koka, daun koka, kokaina mentah, ekgonina, tanaman ganja, dammar ganja. Bahan lain baik yang alamiah, semi sintesis, sintesis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfin atau kokain; ditetapkan Menteri Kesehatan sebagai narkotika jika penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat ketergantungan yang merugikan, seperti morfin dan kokain (Kusmiran, 2011).

Jenis-jenis narkoba yang sering disalahgunakan: 1. Opioda

Opioda adalah nama segolongan zat, baik alamiah, semisintesis, atau sintesis yang diambil dari bagian pohon poppy. Opioda selain dapat digunakan sebagai obat, juga dapat digunakan sebagai alat untuk menimbulkan perasaan senang. 2. Kokain

Kokain adalah merupakan zat perangsang yang sangat kuat berupa bubuk Kristal putih yang disuling dari daun coca (Erythroxylin coca). Kokain dapat


(32)

menimbulkan rasa germbira, terangsang, bertambahnya tenaga, meningkatkan rasa percaya diri serta mencapai perasaan sukses. Jika diisap, efek kokain mencapai puncak dalam 1-4 menit dan hilang setelah 20 menit. Efek menyenangkan yang hebat secara cepat diikuti oleh efek yang tidak menyenangkan meliputi depresi kelelahan, serta mendorong penggunaan kokain secara terus menerus.

Penggunaan yang secara berulang-ulang mengakibatkan kegelisahan, terlalu gembira, tegang, paranoid, dan psikosis,. Efek fisiologis daapat menyebabkan percepatan detak jantung, darah tinggi, suhu meningkat, bola mata mengecil, terbius sesaat, nafsu makan hilang, serta susah tidur. Penggunaan yang lama akan menimbulkan kelelahan, masalah pencernaan, detak jantung tidak teratur, dan penurunan gairah seksual.

3. Kanabis/mariyuana/ganja

Kanabis berasal dari tanaman Cannabis satifa dan Cannabis indica yang merupakan sejenis tanaman perdu yang bisa digunakan sebagai obat relaksan dan untuk mengatasi intoksikasi ringan. Bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji, dan bunga dari tanaman tersebut.

Kanabis memberikan rasa gembira, meningkatkan rasa percaya diri, perasaan santai serta sangat peka terhadap warna dana suara. Efek kanabis yang lain yaitu mengurangi kemampuan konsentrasi dan daya tangkap saraf otak, penglihatan kabur, dan berkurangnya sirkulasi darah ke jantung. Jika pengguna merasa tegang atau tertekan saat menggunakannnya, maka perasaan menyenangkan ini hanya terjadi lebih ringan dan tidak hilang. Perasaan panik


(33)

dan paranoid dapat terjadi jika digunakan dalam dosis tinggi dan jangka panjang. Penggunaan kanabis mempunyai akibat bervariasi tergantung dari jumlahnya. Kanabis merupakan obat penenang yang banyak disalahgunakan. 4. Alkohol

Alkohol merupakan zat aktif yang terdapat dari berbagai jenis minuman keras. Alkohol merupakan zat yang mengandung etanol berfungsi menekan susunan saraf pusat. Meskipun demikian jika digunakan dalam dosis rendah alkohol justru membuat tubuh merasa segar (bersifat merangsang).

Efek penggunaannya tergantung dari jumlah yang dikonsumsi ukuran fisik pemakai, serta kepribadian pemakai. Pada dasarnya, alkohol dapat memengaruhi koordinasi anggota tubuh, akal sehat, tingkat energi, dorongan seksual, dan nafsu makan. Dilihat dari kandungan alkoholnya, minuman keras terbagi dalam tiga golongan yakni:

a. Golongan A, minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 1-5%. Contohnya; bir

b. Golongan B, minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 5-20%.

Contohnya; anggur/wine.

c. Golongan C, minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 20-50%.

Contohnya; wiski, vodka, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput. 5. Amfetamin


(34)

Merupakan zat perangsang sintesis yang dapat berbentuk tablet, kapsul serta bentuk lainnya yang digunakan untuk pengobatan medis. Amfetamin tersedia dalam bentuk dexamphetamin (Dexadrine) pemoline (Volisal). Obat-obat lain yang mengandung zat yang mirip amfetamin seperti prolintane (Villescon), dicthylpropion (Tanvate, Dospan, dan Apisate), fentheramine (Fondarex), dexfenfluramine (Adifax), dan mazindol (Teronac), yang dapat digunakan sebagai penahan lapar.

Amfetamin memberikan efek stimulan yang ampuh. Amfetamin sering digunakan oleh orang untuk meningkatkan kewaspadaan, rasa percaya diri, konsentrasi, mengurangi rasa kantuk, serta mengurangi rasa lelah, bosan, dan menurunkan berat badan.

6. Sedatif

Sedatif merupakan zat yang dapat mengurangi kerja sistem saraf pusat. Sedatif dapat menimbulkan rasa santai dan dapat menyebabkan kantuk. Biasanya orang menggunakan sedatif karena mengalami kecemasan yang tinggi, stres berat, atau kesulitan tidur. Penggunaan sedatif menyebabkan ketergantungan psikologis.

Zat ini dapat menyebabkan koma, bahkan kematian, apabila dipergunakan melebihi dosis yang sarankan oleh dokter. Efek lain adalah terganggunya ingatan, memori, dan kemampuan berbicara si pemakai, serta dapat terjadi kecacatan. Gejala putus obat bagi pemakai sedatif berat dapat melebihi gejala putus obat dari heroin.


(35)

Dikenal dengan nama methidioxy methamfhetamine ( MDMA ) merupakan obat sintesis. Ekstasi beredar dalam bentuk tablet dan kapsul terdiri berbagai jenis, misalnya: flash, Dollar, Flipper, Hammer, Bon Jovi, Mike Tyson, Playboy, Apple, Angel, White Dove, Pink polos, dan Pink gendut.

Efek ekstasi adalah meningkatkan kegembiraan, kepercayaan diri, serta energi dan stamina menjadi aktif. Efektifnya timbul 30-60 menit setelah ditelan mencapai puncak dalam 2-4 jam dan berlangsung antara 4-12 jam. Setelah efek menghilang pemakai akan mengalami depresi dan kelesuan yang apabila dirangsang terus dapat terjadi kerusakan otak. Ekstasi dapat digolongkan sebagai zat halusinogen amfetamin (amfetamin yang dapat menimbulkan efek halusinasi).

8. Shabu

Shabu merupakan komoditas baru yang sedang naik daun. Zat yang memiliki nama kimia methamfhetamine yang memiliki kesamaan sifat dengan ekstasi, yaitu termasuk golongan psikotropika yang menstimulasi otak dan dapat menyebabkan ketergantungan.

Efek umum penggunaannya hampir sama dengan ekstasi, yaitu menyebabkan badan lebih segar dan tidak lelah, kepercayaan diri meningkat, perasaan gembira, serta nafsu makan berkurang. Efek shabu bermacam-macam tergantung kondisi kejiwaan sebelum mengkonsumsi atau berupa gangguan delusi formikasi yang akan terasa seolah-olah ada serangga disekujur tubuh. 9. Kafein


(36)

Kafein merupakan zat perangsang yang ditemukan dalam bentuk minuman seperti teh, kopi, dan soda. Dalam bentuk obat, kafein digunakan dengan cara ditelan.

Dalam dosis rendah, kafein tidak berbahaya bagi tubuh dan dapat membuat badan menjadi segar. Penggunaan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kegugupan, tidak dapat tidur, gemetar, serta keracunan. Konsumsi kafein yang cukup tinggi berisiko pada penyakit jantung dan berbagai jenis kanker.

10. Tembakau

Merupakan daun-daunan pohon tembakau yang dikeringkan dan pada umumnya diproduksi dalam bentuk rokok. Zat aktif dalam tembakau adalah sebagai berikut.

a. Nikotin

Meningkatkan tingkat metabolisme dan detak jantung, serta menurunkan nafsu makan. Dalam dosis besar nikotin memberikan efek penenang dan perasaan rileks. Gejala-gejala penghentian akan menyebabkan perasaan kesal, tertekan, tegang, gelisah, sulit berkonsentrasi, lapar, pusing, serta dapat menyebabkan kecanduan.

b. Karbon monoksida

Memiliki daya tarik yang lebih besar pada komponen sel darah merah yang menyebabkan kurangnya sirkulasi oksigen ke tubuh.


(37)

Terdiri lebih dari 4.000 zat kimia yang beracun, memedihkan mata serta menyebabkan kanker. Disamping itu juga merusak lubang udara diantara mata dan saluran pernapasan.

Efek dari nikotin dalam tubuh dapat meningkatkan kerja jantung, tekanan darah, serta pengaeluaran air liur. Perokok dapat terkena risiko penyakit paru-paru, kanker mulut, dan tenggorokan, stroke, jantung koroner, dan emfisema (berkurangnya kapasitas paru-paru untuk menghirup udara/oksigen karena alveoli rusak akibat dari merokok sehingga napas jadi lebih pendek).

11. Lysergic Acid Diethylamide (LSD).

LSD berasal dari jamur yang tumbuh pada kotoran sapi yang kemudian dikembangkan dalam bentuk bubuk putih buatan yang dapat larut dalam air. LSD tersedia dalam bentuk kapsul gula balok, butiran kecil, serta kertas pengisap dengan bentuk khas seperti star wars, white dove, dan lain-lain. Penggunaan jangka pendek LSD adalah perasaan seperti terbang yang timbul kira-kira setengah sampai satu jam setelah penggunaan dan akan mencapai puncaknya 2-6 jam kemudian. Perasaan tersebut akan menghilang setelah kurang lebih 12 jam (tergantung dosis yang dipergunakan).

LSD menimbulkan efek halusinasi, dapat membuat pemakai merasa melihat segala sesuatu yang tidak dilihat dari orang lain. Halusinasi dapat berbahaya jika mendorong pemakai bertingkah laku sesuai dengan dalam khayalannya. Jika pemakaian berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan pemakai tidak memiliki identitas diri (disorientasi tempat, waktu, dan diri sendiri ).


(38)

12. Bahan pelarut

Bahan pelarut merupakan zat senyawa organik yang berbentuk gas yang mudah menguap,istilah yang paling umum adalah “glue sniffing” atau “ngelem”. Bahan pelarut yang sering disalahgunakan misalnya seperti lem, aerosol,

thinner, solven, inhalasi, serta cairan penghapus. Bahan pelarut dapat

menyebabkan tingkah laku yang tidak terkendali dan berbahaya. Pemakai tidak merasa sakit yang timbul setelah mabuk pada tingkat ringan (sakit kepala, sulit berkonsentrasi, dan sebagainya). Bahan pelarut tersebut dapat menyebabkan rasa ketagihan secara psikologis. Sebagian kasus kematian disebabkan karena tercekik saat pemakai kehilangan kesadaran. Setelah beberapa tahun penggunaan berat dapat mengalami kerusakan hebat pada obat yang memengaruhi kontrol motorik. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.

13. Steroid

Steroid merupakan istilah bahan anabolik yang dapat meningkatkan ukuran otot dan kekuatan. Termasuk golongan steroid adalah anabolik steroid hormone pertumbuhan (HCG), beta-2-agonis seperti clenbuterol, dan lain-lain. Penggunaan steroid dapat meningkatkan kumpulan otot yang berlemak. Apabila dikombinasikan dengan protein dan makanan berkalori tinggi serta olah raga berat seperti angakt besi, obat ini dapat meningkatkan kekuatan otot yang melewati batas maksimum dibandingkan dengan cara alami. Karena memiliki efek yang bersifat “kejantanan” steroid meningkatkan efek kompetisi keagresifan yang mendorong seorang berlatih lebih keras.


(39)

Efek secara psikologis meliputi gejala mania, depresi, paranoid, dan sifat agresif berlebihan yang dikenal dengan “roid rage”. Sebagian pemakai mengalami ketergantungan psikologis yang disebabkan oleh perasaan perkasa dan agresif yang ditimbulkan oleh steroid dan hal lain ini dapat datang bersamaan dengan peningkatan prestasi dan fisik sehingga penghentian penggunaan obat semakin sulit (Kusmiran, 2011).

14. Chatinone

Chatinone berasal dari tanaman Catha Edulis atau Khat. Tanaman ini tumbuh di Afrika dan sebagian wilayah Arab. Di daerah asalnya, tanaman ini dikonsumsi langsung dengan cara dikunyah dan bukan diekstrak kandungan aktifnya yakni

chatinone. Dilihat dari strukturnya, chatinone tidak jauh berbeda dibanding

narkoba yang lebih populer di Indonesia yakni amphetamine. Meski tidak termasuk golongan amphetamine, chatinone memiliki efek yang kurang lebih sama yakni mampu membangkitkan stamina. Dalam UU 35/2009 tentang Narkotika, chatinone sudah dimasukkan sebagai daftar narkotika golongan I. Dalam lampiran I UU Narkotika, chatinone masuk dalam urutan ke-35. Namun, dalam lampiran itu ditulis sebagai katinona,dengan penjelasan (-)-(S)-2-ainopropiofenon (Pramudiarja, 2013). Efek samping zat chatinone dapat menimbulkan rasa senang dan kehilangan nafsumakan bagi penggunanya (Kus Anna, 2013).

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau


(40)

perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009) (Tanjung, 2012).

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial (Lidya Harlina, 2008). Faktor-faktor penyalahgunaan narkoba:

a. Kurang pecaya diri

Karena kurang mengenal diri sendiri, seseorang tidak menyadari potensi dirinya dan sering menganggap dirinya banyak kekurangan. Akibat terobsesi untuk mengangkat dirinya setara dengan orang lain, ia mudah terpengaruh memilih jalan keluar yang menjanjikan hasil seketika walaupun tindakan tersebut bukan pilihan yang terbaik atau benar.

b. Harga diri yang rendah

Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang merasa dirinya tidak berharga dan tidak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. Seringkali yang bersangkutan merasa bahwa dirinya tidak dianggap dan disepelekan. Hal tersebut merupakan beban psikologis yang cukup berat. Keterbatasan keterampilan dalam mengahadapinya mengakibatkan seseorang tidak mampu melaksanakan perbaikan diri serta cenderung lari dari kenyataan.

c. Kurang terampil dalam mengambil keputusan

Adanya kebiasaan sebelumnya bahwa setiap keputusan dalam hidup ditentukan oleh orang lain, maka individu yang bersangkutan tidak terbiasa dalam proses membuat keputusan yang tepat. Seseorang bisa menjadi tidak mampu


(41)

membedakan antara keinginan dan kebutuhan, membuat urutan prioritas serta mengantisipasi dampak dari tindakannya terhadap diri sendiri maupun orang lain. d. Kurang terampil memecahkan masalah

Dalam kehidupan manusia selalu menghadapi bermacam-macam masalah. Bagi seseorang yang terbiasa selalu dibantu oleh orang lain untuk mencari jalan keluar mengahadapi masalah, mangakibatkan yang bersangkutan kurang memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah. Biasanya ia akan menyangkal adanya masalah atau meremehkannya atau mememcahkannya dengan cara yang kurang matang.

e. Sulit mengendalikan keinginan

Dalam hal ini bila mempunyai suatu keinginan, seseorang yang berkepribadian rentan jelas mempunyai kelemahan dalam mengendalikan keinginannya (impulse

control impairment). Akibatnya ia cenderung bertindak impulsif, yaitu

melakukan suatu perbuatan tanpa berfikir atau membuat pertimbangan yang rasional.

f. Sulit menerima kekecewaan

Seseorang yang terbiasa dengan gaya hidup dimana setiap keinginannya dipenuhi, ia akan sulit menghadapi kekecewaan dan kemarahannya bila suatu keinginannya tidak terpenuhi. Dapat melakukan perbuatan yang merusak diri sendiri dan orang lain (self-defeating & destructive behaviours) jika permintaannya tidak dituruti.


(42)

Kerentanan seseorang tehadap narkoba berkaitan erat dengan kemampuan seseorang bersikap asertif dan terbuka. Seseorang yang kurang mampu untuk mengungkapkan perasaannya negatif seperti kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan yang ternyata lebih rentan.

h. Kondisi emosi yang labil

Kondisi emosi yang labil menyebabkan seseorang sering mengalami perubahan emosi yang mendadak dan tanpa faktor penyebab yang jelas ( mood swing ). Kondisi tersebut mencetuskan rasa yang tidak nyaman dalam dirinya (emotional

discomfort) karena harapan sering tidak cocok dengan kemauannya. Perbuatan

mengkonsumsi narkoba dianggap lebih bisa memberikan ketenangan pada dirinya (Tanjung, 2013).

Faktor-faktor penggunaan narkoba di lembaga pemasyarakatan : a. narapidana yang masih belum terlepas dari narkoba b. narapidana yang tidak mendapatkan terapi dalam lapas

c. kondisi lapas di Indonesia sebagian besar masih ada yang memiliki kapasitas yang berlebihan

d. karena pengaruh lingkungan (karena narapidana yang tidak terlibat menggunakan narkoba di satukan dengan narapidana yang menggunakan narokba) (Purnama, 2012).

2.7 Dampak Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan obat dapat memberikan dampak jasmani, kejiwaan, dan sosial bagi pemakai ataupun bagi keluarga dan masyarakat. Efek obat pada tubuh


(43)

tergantung dari jenis yang digunakan, banyak dan sering tidaknya penggunaan, cara penggunaan, serta apakah penggunaan tersebut bersamaan dengan obat lain. Efek psikologis tergantung dari kepribadian, harapan, dan perasaan saraf menggunakan obat serta faktor biologis yang tergantung dari berat badan dan kecenderungan alergi.

Organ tubuh yang secara fisiologis dipengaruhi adalah sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) organ vital (jantung, paru, hati, dan ginjal) dan pancaindera. Secara umum pengaruh narkoba adalah dapat memengaruhi organ tubuh secara sistematik.

Pengaruh fisik dapat berlangsung maupun tidak langsung tergantung dari zat yang digunakan seperti pencampuran bahan, pemakaian tidak sesuai aturan, atau tidak sterilnya alat. Gangguan fisik yang dapat terjadi akibat penyalahgunaan obat antara lain sebagai berikut:

1. Gangguan pada sistem saraf pusat, seperti: kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan perifer.

2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti: infeksi akut pada jantung, dan gangguan peredaran darah.

3. Gangguan pada paru-paru, seperti: penekanan fungsi saluran pernapasan, kesulitan bernapas, pengerasan jaringan paru-paru, seperti penggumpulan benda asing yang terisap.

4. Gangguan pada hemopoetik, seperti: gangguan pada pembentukan sel darah. 5. Gangguan pada saluran pencernaan seperti: diare, radang lambung, hepatitis


(44)

6. Gangguan pada sistem endokrin seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), penurunan kadar gula darah yang menyebabkan gangguan sakit kepala dan badan gemetar.

7. Gangguan pada saluran perkemihan seperti: infeksi gangguan fungsi seksual, gangguan fungsi reproduksi, dan kecacatan.

8. Gangguan pada otot dan tulang, seperti: peradangan otot akut, penurunan fungsi otot akibat alkohol ataupun patah tulang.

9. Risiko terkena infeksi penyakit menular seksual dan HIV/AIDS (Kusmiran, 2011).

2.8 Pengaruh Kejiwaan

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan bermacam-macam akibat, seperti: gangguan psikotik (gangguan jiwa berat), depresi, tindak kekerasan, dan pengrusakan serta percobaan bunuh diri. Depresi timbul sebagai akibat mekanisme rasa bersalah dan putus asa karena gagal berhenti dari penyalahgunaan obat ditambahnya kurangnya dukungan dan tuduhan bersalah oleh lingkungan keluarga dan masyarakat (Kusmiran, 2011).

2.9 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah suatu tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di indonesia. Lembaga Pemasyarakatan merupakan unit pelaksana teknis dibawah direktorat jenderal pemasyarakatan kementerian hukum dan hak asasi manusia. Pada tahun


(45)

2005, jumlah penghuni di lembaga pemasyrakatan (lapas) di Indonesia mencapai 97.671 orang lebih besar dari kapasitas hunian yang hanya untuk 68.141 orang. Maraknya peredaran narkoba juga salah satu penyebab terjadinya over kapasitas pada tingkat hunian lembaga pemasyarakatan (lapas) (Koboi, 2013).

Lembaga Pemasyarakatan itu adalah suatu lembaga atau wadah tempat bagi tahanan dan narapidana, yang bertugas disamping melaksanakan hukuman bag narapidana juga membina dan membmbing dengan memberikan bimbingan fisik dan mental serta keterampilan agar setelah bebas dapat kembali ke tengah-tengah masyarakat, karena sifat pembinaan yang dilakukan adalah merubah sifat buruk atau jahat menjadi baik kembali. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 02-Pk.04.10 Tahun 1990 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina narapidana (Gusfira, 2010).

Dalam pasal 1 angka 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang berbunyi: Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (Mazmur, 2010).

Berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 butir 7 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan dilembaga pemasyarakatan. Sementara itu seorag ahli yang bernama Koesnoen menyatakan bahwa yang dimaksud dengan narapidana adalah seorang manusia yang dikenakan hukuman pidana (Gusfira, 2010).


(46)

Narapidana adalah manusia yang memiliki spesifikasi tertentu, secara umum Narapidana adalah manusia biasa seperti kita semua, namun kita tidak dapat begitu saja menyamakan begitu saja. Dalam konsep pemasyarakatan baru Narapidana bukan saja sebagai obyek melainkan juga sebagai sebagai subyek yang tidak berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenai pidana, sehingga tidak harus diberantas. Bagaimanapun juga Narapidana adalah manusia yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi lebih produktif, untuk menjadi lebih baik dari sebelum menjadi pidana (Pratama, 2009).

Penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) pada tahun 2011 di Sumatera Utara dengan kasus pengguna maupun pengedar narkoba sebanyak 815 orang (sat.narkoba Polresta Medan 2011). Dan penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) di lembaga pemasyarakatan kelas IIA Kota Rantauprapat sebanyak 366 orang dengan kasus narkoba, baik pengedar, bandar, maupun pengguna (Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat).

2.10 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan adalah proses kelanjutan dari penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui oleh seseorang apakah seseorang tersebut mampu mempraktekkan atau melaksanakan apa yang dinilainya baik (Notoatmodjo, 2003).


(47)

Tindakan dapat dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response)

3. Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

4. Mekanisme (Mecanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 5. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.11 Kerangka Konsep

Skema di bawah menunjukkan bahwa karakteristik seperti umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, penghasilan memengaruhi kemampuan dalam membeli penghuni lembaga di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA tentang penggunaan narkoba.


(48)

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Bagan : Faktor-Faktor Penggunaan Narkoba Pada Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat Tahun 2013.

2.12 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian adalah:

1. Ada hubungan umur penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.

2. Ada hubungan pendidikan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.

Tindakan Penghuni Lapas Pengguna Narkoba Karakteristik Responden:

1. Umur 2. Pendidikan 1. Pengetahuan 2. Sikap

Kemampuan: 1. Penghasilan

Kebutuhan :


(49)

3. Ada hubungan pengetahuan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.

4. Ada hubungan sikap penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.

5. Ada hubungan penghasilan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.

6. Ada hubungan keamanan lembaga pemasyarakatan penghuni lembaga pemasyarakatan dengan penggunaan narkoba.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, untuk menggambarkan bagaimana perilaku penghuni lembaga pemasyarakatan tentang penggunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung mulai bulan Desember Tahun 2012 sampai bulan Juni Tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh penghuni lembaga pemasyarakatan yang menggunakan narkoba pada penghuni lembaga pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan kelas II A rantauprapat dan seluruhnya dijadikan sampel sebanyak 50 orang.


(51)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan dua cara: 1. Data Primer

Diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang langsung ditanyakan kepada responden.

2. Data Sekunder

Diperoleh dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat.

3.5 Defenisi Operasional

Sesuai dengan fokus kajian dan tujuan penelitian, deskripsi fokus penelitian akan disusun berdasarkan umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, tindakan, penghasilan dan keamanan lembaga pemasyarakatan terhadap penggunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Rantauprapat Tahun 2013. Sebagai pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian digunakan definisi yang dikembangkan seperti uraian dibawah ini.

1. Umur

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa (masakini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa (masa kini).


(52)

2. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan diselesaikan oleh responden dengan memperoleh ijazah.

3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui penghuni lembaga pemasyarakatan tentang narkoba, dimulai dari pembagian jenis-jenis dan dampak penggunaan narkoba.

4. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon penghuni lembaga pemasyarakatan yang masih tertutup terhadap stimulus untuk menghindar dari narkoba.

5. Penghasilan

Penghasilan adalah pendapatan responden / penghuni lembaga pemasyarakatan sebelum responden masuk kedalam lembaga pemasyarakatan

6. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan

Penghuni adalah kelompok individu yang menggunakan narkoba yang terdaftar di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Rantauprapat.

7. Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan adalah suatu tempat bagi individu-individu yang memiliki hukuman selama masa tahanan belum selesai dijalani sesuai undang-undang yang berlaku dengan kasusnya masing-masing.


(53)

Tindakan adalah bagaimana cara responden / penghuni lembaga pemasyarakatan dalam bertindak dan beraktifitas.

3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen 3.6.1 Aspek Pengukuran

a. Umur diukur melalui ulang tahun terakhir pada saat diwawancarai oleh peneliti. Selanjutnya dari hasil pengukuran umur dikategorikan menjadi:

1. Pemuda (dibawah 22 tahun) 2. Umur Dewasa (22 tahun keatas)

b. Pendidikan diukur melalui pendidikan terakhir sesuai dengan ijazah. Selanjutnya dari hasil pengukuran pendidikan dikategorikan menjadi:

1. Pendidikan Rendah (Tidak tamat SD, SD, SLTP) 2. Pendidikan Tinggi (SLTA, Akademi/Sarjana)

c. Pengetahuan penghuni lembaga pemasyarakatan terhadap penggunaan narkoba dalam penelitian ini di ukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 10 buah, untuk pertanyaan no 1-5 masing-masing jawaban benar diberi bobot 1 dan salah diberi bobot 0. Sedangkan untuk soal 6-10 masing-masing diberi bobot 2 Nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah 15.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan narkoba penghuni lembaga pemasyarakatan terhadap penggunaan narkoba, dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

1. Nilai baik, apabila jawaban responden benar 11-15 dari total nilai. 2. Nilai sedang, apabila jawaban responden benar 6-10 dari total nilai.


(54)

3. Nilai kurang, apabila jawaban responden benar 0-5 dari total nilai.

d. Sikap penghuni lembaga pemasyarakatan terhadap penggunaan narkoba dalam penelitian ini di ukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 10 buah, untuk pertanyaan no 1-8 masing-masing jawaban setuju diberi bobot 4 dan sangat tidak setuju diberi bobot 1. Sedangkan untuk soal 9-10 masing-masing jawaban benar diberi bobot 2. Nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah 36.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka dapat dikategorikan kedalam 3 kategori sikap, yaitu :

1. Nilai baik, apabila jawaban responden benar 25-36 dari total nilai. 2. Nilai sedang, apabila jawaban responden benar 13-24 dari total nilai. 3. Nilai kurang, apabila jawaban responden benar 0-12 dari total nilai.

e. Penghasilan responden sebelum masuk lembaga pemasyarakatan di ukur melalui penghasilan responden dalam perbulan. Selanjuitnya dari hasil pengukuran penghasilan reponden dapat dikategorikan menjadi :

1. Rp. 0

2. Rp. < 1.000.000

3. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 4. Rp. > 2.000.000

f. Persepsi penjaga keamanan diukur melalui baik atau buruknya keamanan, ketat atau tidaknya sistem keamanan yang ada di lembaga pemasyarakatan. Persepsi penjaga keamanan terhadap penggunaan narkoba dalam penelitian ini di ukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah


(55)

pertanyaan ada 5 buah, masing-masing jawaban benar diberi bobot 2 dan salah diberi bobot 1. Nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah 10.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari responden, maka dapat dikategorikan kedalam 2 kategori persepsi keamanan lembaga pemasyarakatan, yaitu:

1. Nilai baik, apabila jawaban responden benar 6-10 dari total nilai. 2. Nilai kurang baik, apabila jawaban responden benar 0-5 dari total nilai.

g. Tindakan penghuni lembaga pemasyarakatan terhadap penggunaan narkoba dan jika teman menggunakan narkoba di depan responden, dalam penelitian ini di ukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 10 buah, untuk pertanyaan no 1-5 masing-masing jawaban Ya diberi 1 dan jika Tidak diberikan nilai 0. Sedangkan untuk soal 6-10 diberi bobot 2.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka dapat dikategorikan kedalam 3 kategori tindakan, yaitu :

1. Nilai baik, apabila jawaban responden benar 11-15 dari total nilai. 2. Nilai sedang, apabila jawaban responden benar 6-10 dari total nilai. 3. Nilai kurang, apabila jawaban responden benar 0-5 dari total nilai.

3.6.2 Instrumen


(56)

3.7. Tehnik dan Pengolahan data

Tehnik dan Pengolahan Data dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS seri 15, kemudian hasilnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan 4.1.1. Geografi

Lembaga pemasyarakatan kelas IIA Rantauprapat merupakan lembaga yang dilindungi oleh kementerian hukum dan hak asasi manusia, dimana lembaga pemasyararakatan ini merupakan tempat untuk mengayomi dan membina warga yang melanggar peraturan dalam undang-undang. Lembaga pemasyarakatan kelas II A ini terletak di jalan Juang 45 no.209. Lembaga pemasyarakatan kelas II A memiliki luas tanah 20.005m². Lembaga pemasyarakatan kelas IIA memiliki 18 bangunan . Dimana bangunan-bangunan tersebut, sebagai berikut :

 Gedung Lembaga pemasyarakatan yang baru memiliki luas : 8.556m² berdiri sejak tahun 1982

 Tempat ibadah agama islam (mesjid) memliki luas : 100m² berdiri sejak tahun 1982

 Tempat ibadah agama kristen (gereja) memiliki luas : 40m² beridiri sejak tahun 1982

 Gedung pertemuan (aula) memliki luas : 140m² berdiri sejak tahun 1995

 Bangunan pos jaga I memiliki luas 4m² berdiri sejak tahun 1982-1985

 Bangunan pos jaga II memiliki luas 4m² berdiri sejak tahun 1982

 Bangunan pos jaga III permanen memiliki luas 4m² berdiri sejak tahun 1982

 Bangunan pos jaga IV memiliki luas 4m² berdiri sejak tahun 1982


(58)

 Pos jaga dalam memiliki luas 8m² beridiri sejak tahun 2002

 Rumah tempat tinggal I memiliki luas 70m² sejak tahun 1982 dengan type bangunan type c

 Rumah tempat tinggal II memiliki luas 50m² sejak tahun 1982 dengan type bangunan type D

 Rumah tempat tinggal III memiliki luas 50m² sejak tahun 1982 dengan type bangunan type D

 Rumah tempat tinggal IV memiliki luas 72m² sejak tahun 1995 dengan type bangunan type E36

 Rumah tempat tinggal IV memiliki luas 72m² sejak tahun 1995 dengan type bangunan type E36

 Rumah tempat tinggal V memiliki luas 72m² sejak tahun 1995 dengan type bangunan type E36

 Rumah tempat tinggal VI memiliki luas 72m² sejak tahun 1995 dengan type bangunan type E36

 Rumah tempat tinggal VII memiliki luas 72m² sejak tahun 1995 dengan type bangunan type E36

 Rumah tempat tinggal VIII memiliki luas 72m² sejak tahun 1995 dengan type bangunan type E36

 Pagar tembok berdiri sebelum tahun 1945

Adapun batas-batas wilayah Lembaga Pemasyarakatan kelas II A sebagai berikut:


(59)

 Sebelah Utara : Tanah milik pak Darwis

 Sebelah Selatan: Lobu Sona

 Sebelah Barat : Tanah milik pak Marjuki

 Sebelah Timur : Tanah milik pak Darwis

4.1.2. Demografi

Berdasarkan Profil Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA rantauprapat tahun 2013 diketahui jumlah penghuni lembaga pemasyarakatan, yaitu sebanyak 952 jiwa. Terdiri dari 624 narapidana, 328 tahanan, dan 31 anak-anak.

Jenis kelamin pada penghuni lembaga pemasyarakatan kelas IIA rantauprapat terdiri dari:

1. Laki-laki sebanyak 919 orang 2. Perempuan sebanyak 33 orang.

Tempat menggunakan narkoba yang dilakukan responden yaitu : 1. Dikamar mandi sebanyak 2 (4,0%)

2. Di ruang tersembunyi sebanyak 37 (74,0%) 3. Diruang tebuka sebanyak 11 (22,0%)

Pernyataan responden tentang menggunakan narkoba sebelum masuk lembaga pemasyarakatan yaitu :

1.Sebanyak 28 orang (56,0%) menggunakan narkoba karena dipengaruhi oleh teman. 2.Sebanyak 21 orang (42,0%) menggunakan narkoba karena mengalami masalah / stres.


(60)

4.2. Karakteristik Responden 4.2.1 Umur Responden

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Umur

No. Umur (tahun) Jumlah (orang) %

1 < 22 tahun 3 6,0

2 >22 tahun 47 94,0

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar umur responden yaitu berusia >22 tahun sebanyak 47 orang (94,0 %), sedangkan sebagian kecil umur responden yaitu <22 tahun sebanyak 3 orang (6,0 %).

4.2.2 Pendidikan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan Responden

No. Pendidikan Frekuensi %

1 SD 5 10,0

2 SMP 16 32,0

3 SMA 26 52,0

4 D3 2 4,0

5 S1 1 2,0

Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa sebagian besar pendidikan responden yaitu SMA sebanyak 26 orang (52,0%), sedangkan sebagian kecilnya pendidikan responden S1 sebanyak 1 orang (2,0%).


(61)

4.3 Pengetahuan Responden

4.3.1 Pengetahuan Responden Tahu Narkoba

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tahu Narkoba No. Pengetahuan tentang narkoba Tahu Tidak tahu Jumlah

N % N % N %

1 Apakah bapak tahu tentang narkoba

35 70,0 15 0,0 50 100 2 Apakah bapak tahu dampak dari

narkoba

26 52,0 24 48,0 50 100 3 Apakah bapak tahu narkoba itu

di larang

47 94,0 3 6,0 50 100 4 Apakah bapak tahu narkoba itu

merusak kesehatan

47 94,0 3 6,0 50 100 5 Apakah bapak tahu hukuman

bagi pengguna narkoba

39 78,0 11 22,0 50 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang tahu narkoba yaitu 35 orang (70,0%) menjawab “Ya”, sedangkan sebagian kecil pengetahuan responden tentang tahu narkoba yaitu 15 orang (30,0%) menjawab “Tidak”. Sebagian besar pengetahuan responden tentang tahu dampak narkoba yaitu 26 (52,0%) menjawab “Ya”, sedangkan sebagian kecil pengetahuan responden tentang tahu narkoba yaitu 24 orang (48,0%) menjawab “Tidak”. Sebagian besar pengetahuan responden tentang tahu narkoba di larang yaitu 47 orang (94,0%) menjawab “Ya”, sedangkan sebagian kecil pengetahuan responden tentang tahu narkoba yaitu 3 orang (6,0%) menjawab “Tidak”. Sebagian besar pengetahuan responden tentang tahu narkoba merusak kesehatan yaitu 47 orang (94,0%) menjawab “Ya”, sedangkan sebagian kecil pengetahuan responden tentang narkoba merusak kesehatan yaitu 3 orang (6,0%) menjawab “Tidak”. Sebagian besar pengetahuan responden tentang hukuman bagi pengguna narkoba yaitu 39 orang (78,0%)


(62)

menjawab “Ya”, sedangkan sebagian kecil pengetahuan responden tentang hukuman bagi pengguna narkoba yaitu 11 orang (22,0%) menjawab “Tidak”.

4.3.2 Pengetahuan Responden Tentang Narkoba

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Narkoba

No. Narkoba adalah Frekuensi %

1 Zat psikoaktif narkotika 12 24,0 2 Narkoba obat menghilangkan stres 38 76,0%

Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang pengertian narkoba yaitu sebanyak 38 orang (76,0%) menjawab narkoba adalah obat untuk menghilangkan stres., dan sebagian kecil pengetahuan responden tentang pengertian narkoba adalah zat psikoaktif narkotika yaitu sebanyak 12 orang (24,0%).

4.3.3 Pengetahuan Responden Tentang Informasi Narkoba

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Dari Mana Mengetahui Narkoba

No. Sumber informasi Frekuensi %

1 Dari teman 44 88,0

2 Dari tv 4 8,0

3 Koran 1 2,0

4 Radio 1 2,0

Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang narkoba yaitu sebanyak 44 orang (88,0%) menjawab dari teman, sedangkan


(63)

sebagian kecil pengetahuan responden tentang narkoba yaitu sebanyak 2 orang (4,0 %) menjawab dari media lain.

4.3.4 Pengetahuan Responden Tentang Kapan Tahu Narkoba

Tabel 4.7 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Sejak Kapan Tahu Narkoba

No. Jawaban Frekuensi %

1 Dewasa di atas 20 tahun 30 60,0 2 Remaja 10-15tahun 15 30,0 3 Sejak 15-20 tahun 5 10,0

Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang sejak kapan tahu narkoba yaitu sebanyak 30 orang (60,0%) menjawab dari sejak dewasa di atas 20 tahun, sedangkan sebagian kecil pengetahuan responden tentang sejak kapan tahu narkoba yaitu sebanyak yaitu sebanyak 5 orang (10,0%) menjawab dari sejak usia 10-15 tahun.

4.3.5 Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Narkoba

Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Narkoba

No. Jawaban Frekuensi %

1 Menambah Keberanian 25 50,0 2 Menenangkan pikiran 15 30,0 3 Menambah stamina 10 20,0

Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.8 di atas bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang manfaat narkoba yaitu sebanyak 25 orang (50,0%) menjawab menambah keberanian, sedangkan sebagian kecil pengetahuan responden tentang manfaat narkoba yaitu sebanyak 10 orang (20,0%) menjawab menambah stamina.


(64)

4.3.6 Pengetahuan Responden Tentang Menggunakan Narkoba

Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Narkoba

No. Sumber informasi Frekuensi %

1 Dari teman 44 88,0

2 Dari tv 4 8,0

3 Media lain 2 4,0

Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.9 di atas bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang narkoba yaitu sebanyak 44 orang (88,0%) menjawab dari teman, sedangkan sebagian kecil pengetahuan responden tentang narkoba yaitu sebanyak 2 orang (4,0%) menjawab dari media lain.

4.4 Sikap Responden

4.4.1 Sikap Responden Tentang Narkoba

Tabel 4.10. Distribusi Sikap Setuju Responden Tentang Narkoba No Pengguna

Narkoba Setuju Sangat setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah

N % N % N % N % n %

1. Pengguna narkoba harus dihentikan

45 90 3 6,0 1 2,0 1 2,0 50 100

2. Pengguna narkoba mendapat rehabilitasi

43 86, 0

1 2,0 6 12,0 0 0 50 100

3. Dalam berteman jangan mudah di pengaruhi

45 90, 0


(65)

4. Hindarkan narkoba untuk generasi bangsa

46 92, 0

2 4,0 2 4,0 0 0 50 100

5. Narkoba bukan jalan

menyelesaikan masalah

46 92, 0

1 2,0 3 6,0 0 0 50 100

6. Menggunakan narkoba sangat tidak baik untuk

kesehatan

43 86, 0

3 6,0 4 8,0 0 0 50 100

7. Narkoba harus dimusnahkan dari muka bumi

44 88, 0

5 10, 0

1 2,0 0 0 50 100

8. Hukuman bagi pengguna harus diberikan

seberat-beratnya agar ada efek jera

40 80, 0

1 2,0 9 18,0 0 0 50 100

Berdasarkan tabel 4.10 di atas diketahui distribusi frekuensi setuju responden tentang penggunaan narkoba harus dihindarkan dari generasi bangsa dan narkoba bukan jalan untuk menyelesaikan masalah dan hindarkan narkoba untuk generasi bangsa yaitu sebanyak 46 orang (92,0%), sedangkan paling sedikit adalah hukuman bagi pengguna narkoba diberikan seberat-beratnya agar ada efek jera yaitu sebanyak 40 orang (80,0%).


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)